Anda di halaman 1dari 15

UPAYA AKTIVITAS MERIAS DIRI UNTUK MENINGKATKAN HARGA

DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH

JURNAL PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma III Keperawatan

Oleh:

DWI AYU CAHYA UTAMI


2016.01.1977

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU


MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
UPAYA AKTIVITAS MERIAS DIRI UNTUK MENINGKATKAN HARGA
DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH

ACTIVITY EFFORT MAKE UP TO IMPROVE IMPROVE PERSONA


VALUE IN LOW PRIDE PATIENTS

Dwi Ayu Cahya Utami¹, Weni Hastuti², Ika Kusuma Wardani³

INSTITUT SAINS DAN KESEHATAN PKU Muhammadiyah Surakarta


Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 02 RW 32
Kadipiro, Surakarta
Email: dwiayucahya7@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang mempengaruhi
kebahagiaan setiap individu dalam kehidupan social dan bermasyarakat. Salah
satu terapi yang bisa dilakukan secara mandiri dan dibantu oleh pihak keluarga
adalah memunculkan kembali kepercayaan diri pasien HDR. Salah satu solusi
yang mampu dilakukan keluarga adalah make-up. Make-up memberikan efek
berkesinambungan pada pasien HDR dan memunculkan kepercayaan diri apabila
pasien mampu melihat dirinya sendiri lewat cermin. Tujuan : Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari aktivitas merias diri terhadap
harga diri akibat harga diri rendah. Metode : Desain penelitian yang digunakan
adalah tipe studi kasus dengan pendekatan deskriptif yang bisa didapat melalui
wawancara maupun observasi. Hasil : Penulis memberikan latihan merias diri
kepada Nn. D, Ny. S, Ny. T untuk meningkatkan harga diri. Kesimpulan :
Aktivitas merias diri efektif untuk meningkatkan harga diri.

Kata kunci : Merias Diri, Harga Diri, Harga Diri Rendah

ABSTRACT
Background : Mental health is a condition that affects the happiness of each
individual in social life and society. One therapy that can be done independently
and assisted by the family is to bring back the confidence of HDR patients. One
solution that families can do is make-up. Make-up has a lasting effect on HDR
patients and creates confidence when the patient is able to see himself through a
mirror. Objective: The purpose of this study was to determine the effects of self-
dressing activities on self-esteem due to low self-esteem. Method: The research
design used is a type of case study with a descriptive approach that can be
obtained through interviews and observations. Result: The author gives training
on makeup to Ms. D, Mrs. S, Mrs. T to increase self-esteem. Conclusion: Effective
self-makeup activities to increase self-esteem.
Keywords : Self-Makeup, Self-Esteem, Low Self-Esteem

1. Student Program DIII Nursing PKU Muhammadiyah Surakarta Science and


Health Technology Institute
2. Advisor Lecturer DIII Nursing PKU Muhammadiyah Surakarta Science and
Health Technology Institute
3. Advisory Lecturer DIII Nursing PKU Muhammadiyah Surakarta Science and
Health Technology Institute

PENDAHULUAN 1000 penduduk, 90% orang


Menurut World Health mengalami halusinasi. Berdasarkan
Organization (WHO) kesehatan jiwa data pencatatan rekam medis Rumah
adalah berbagai karakteristik positif Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada
yang menggambarkan keselarasan tahun 2017 yang mangalami HDR
dan keseimbangan kejiwaan yang sebanyak 334 pasien.
mencerminkan kedewasaan Kesehatan jiwa adalah suatu
kepribadiannya. Keperawatan kondisi yang mempengaruhi
kesehatan jiwa adalah suatu bidang kebahagiaan setiap individu dalam
spesialisasi praktik keperawatan kehidupan social dan bermasyarakat.
yang menerapkan teori perilaku Hidup bersosial dan bermasyarakat
manusia sebagai ilmunya dan tentu memberikan kita pengetahuan
penggunaan diri secara terapeutik tentang banyaknya karakteristik
sebagai kiatnya (Stuart, 2009). individu yang berbeda. Beberapa
Menurut data WHO (2016), terdapat individu yang sering di temui dalam
sekitar 35 juta orang terkena depresi lingkungan mengidap penyakit
dan 2 juta terkena skizofrenia. Data mental atau kejiwaan yang
Riset Kesehatan Dasar prevalensi terganggu. Salah satu penyakit
gangguan jiwa skizofrenia menapai kejiwaan yang sering ditemui di
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
lingkungan masyarakat adalah faktor predisposisi adalah penolakan
Skizofrenia atau yang sering disebut orang tua yang tidak realistis,
Harga Diri Rendah (HDR). kegagalan berulang kali, kurang
Harga diri merupakan konstruk mempunyai tanggung jawab
yang penting dalam kehidupan personal, ketergantungan pada orang
sehari-hari dan berperan dalam lain, ideal diri yang tidak realistis.
menentukan tingkah laku seseorang Sedangkan faktor penyebab
meliputi penilaian, perasaan atau terjadinya harga diri rendah adalah
pandangan individu terhadap dirinya hilangnya sebagian angggota tubuh,
atau hal-hal yang berkaitan dengan berubahnya penampilan atau bentuk
dirinya yang diekspresikan pada tubuh, mengalami kegagalan, serta
dimensi positif yaitu menghargai menurunnya produktivitas.
kelebihan diri serta menerima Cara mengontrol harga diri
kekurangan yang ada dan dimensi rendah meliputi, mendiskusikan
negatif yaitu tidak puas dengan kemampuan dan aspek positif yang
kondisi diri, tidak menghargai dimiliki pasien, membantu pasien
kelebihan diri serta melihat diri menilai kemampuan yang masih
sebagai sesuatu yang selalu kurang dapat digunakan, memantu pasien
(Abidin, 2012). Pengertian tersebut memilih atau menetapakn
memberikan penjelasan bahwa kemampuan yang akan dilatih,
pasien HDR memiliki karakteristik melatih kemampuan yang sudah
yang berbeda dimana pasien HDR dipilih dan menyusun jadwal
akan mengalami gangguan dalam pelaksanaan kemampuan yang telah
hidup secara individu dan selalu dilatih dalam rencana harian, melatih
membutuhkan bantuan orang lain. pasien melakukan kegiatan lain yang
Pasien HDR yang belum diterapi sesuai dengan kemampuan pasien (
membutuhkan orang lain dalam Herman, 2011).
kehidupan sehari-hari apabila tidak Apabila masalah harga diri
segera ditangani. rendah tidak ditangai segera, klien
Ada beberapa faktor yang akan selalu tidak percaya diri dan
menyebabkan harga diri rendah yaitu selalu mempunyai pikiran negatif
baik pada diri sendiri maupun orang berwarna dan bila diaplikasikan pada
lain akibatnya klien akan cenderung tubuh atau bagian tubuh tertentu
menyediri dan mengisolasi diri dari akan menghasilkan warna. Make-up
lingkungan, aktifitas yang menurun dapat mengekspresikan aspek yang
dan sebagainya. Jika isolasi sosial berbeda dari kepribadian seseorang.
sudah mendominasi kehidupan klien, Mempercantik wajah atau tata rias
maka aktifitas klien hanya duduk wajah merupakan kegiatan
sendiri, melamun sehingga jika mengubah penampilan wajah dari
dibiarkan dalam kurun waktu yang bentuk asli sebenarnya dengan
panjang maka isolasi sosial dapat bantuan kosmetik agar wajah lebih
berkelajutan menjadi gangguan menarik. Tujuan merias wajah adalah
sensorik persepsi: halusinasi mempercantik diri sehingga
(Dalami, 2010). membangkitkan rasa percaya diri,
Salah satu terapi yang bisa rasa percaya diri meningkatkan rasa
dilakukan secara mandiri dan dibantu harga diri, dan menjalin hubungan
oleh pihak keluarga adalah yang lebih baik rasa harga diri ini
memunculkan kembali kepercayaan akan meningkatkan penampilan yang
diri pasien HDR. Salah satu solusi lebih baik.
yang mampu dilakukan keluarga Berdasarkan latar belakang
adalah make-up. Make-up tersebut penulis ingin melatih
memberikan efek berkesinambungan kemampuan yang dimiliki oleh
pada pasien HDR dan memunculkan pasien dengan cara merias diri untuk
kepercayaan diri apabila pasien meningkatkan harga diri pada pasien
mampu melihat dirinya sendiri lewat harga diri rendah di RSJD dr. Arif
cermin. Terapi ini salah satu terapi Zainudin Surakarta.
praktis dan dipercaya efektif dalam
usaha mengembalikan kepercayaan METODE PENELITIAN
diri pasien. Hal tersebut sesuai Dalam penyusunan karya tulis
dengan definisi Yuwanto (2011) ilmiah ini penulis menggunakan
yang menjelaskan make-up adalah metode deskriptif dengan pendekatan
salah satu bentuk kosmetik yang case study research (studi kasus).
Studi kasus ini dilakukan pada bulan kelamin perempuan, agama islam,
april 2019 di RSJD dr. Arif Zainudin pendidikan SMA, riwayat pekerjaan
Surakarta. Peneliti mendapatkan swasta, alamat Wonogiri.Faktor
data-data klien meng-gunakan predisposisi antara lain dari hasil
metode observasi, wawancara, pengkajian yang didapat klien
pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. sebelumnya pernah mengalami
Instrumen dari studi kasus dengan gangguan jiwa sejak anaknya berusia
menggunakan format pengkajian 14 tahun dan sudah ± 5 kali ini
asuhan keperawatan jiwa, SOP dirawat di RSJD Surakarta. Tidak
merias diri atau make-up, dan lembar ada anggota keluarga yang
observasi tanda dan gejala pasien mengalami gangguan jiwa.
HDR. Pengalaman masa lalu yang kurang
menyenangkan menurut klien adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN pernah alami bullyingdari teman
HASIL sekolah. Faktor presipitasi antara lain
Pada bab ini akan dari hasil pengkajian adalah klien
menjelaskan asuhan keperawatan mengatakan sering di ejek oleh
pasien dengan harga diri rendah, temannya kalau dirinya tidak cantik
pada tanggal 29 April 2019, dimulai dan menyebabkan ia berdiam diri
dari proses pengkajian, diagnosa dan murung. Hasil pengkajian
keperawatan, intervensi, implementasi, didapatkan data subyektif antara lain
dan evaluasi. Metode pengkajian yang klien mengatakan sedih jika diejek
digunakan adalah metode observasi temannya, tidak mau sekolah
parsipasif, wawancara, dan danmurung di kamar. Data objektif
dokumentasi. antara lain klien susah untuk di ajak
Pengkajian pertama penelitian komunikasi, sekali pun menjawab
ini dilakukan pada tanggal 29 April suara sangat kecil, wajah klien sedih
2019 di bangsal Srikandi RSJ dr. dan susah untuk tersenyum.
Arif Zainudin Surakarta. Didapatkan Identitas klien yang kedua
identitas umum yaitu klien yang Ny. S berusia 31 tahun, jenis kelamin
pertamaNn. D berusia 23 tahun, jenis perempuan, agama islam, pendidikan
SMP, riwayat pekerjaan wiraswasta, Surakarta ± 3x, tidak ada anggota
alamat Sragen. Faktor predisposisi keluarga yang mengalami gangguan
antara lain dari hasil pengkajian jiwa, pengalaman masa lalu yang
adalah klien pernah mengalami tidak menyenangkan adalah diejek
gangguan jiwa sejak tahun oleh temannya.Faktor presipitasi dari
2010.Klien pernah masuk RSJD hasil pengkajian klien mengatakan
Surakarta ± 4x. Tidak ada anggota sering diejek teman-teman sekitarnya
keluarga yang mengalami gangguan karena klien selalu pediam dan tidak
jiwa, pengalaman ia tidak percaya PD dengan tubuhnya. Dari hasil
diri kalau dirinya cantik. Faktor pengkajian didapatkan data subyektif
presipitasi antara lain dari hasil antara lain klien mengatakan selalu
pengkajian klien mengatakan ia tidak diejek temanya, salalu berdiam
percaya diri kalau dia cantik, ia sendiri, tidak percaya diri dengan
merasa dirinya jelek. Dari hasil fisiknya dan mengatakan malu
pengkajian didapatkan data subyektif dengan orang yang belum dikenali.
antara lain klien mengatakan sering Data obyektif didapatkan data klien
menunduk, kurang interaksi social. berbicara lambat, volume pelan,
Data obyektif antara lain klien tampak diam dan malu-malu.
tampak buang muka saat diajak Diagnosa Keperawatan
ngobrol, klien tampak kontak mata berdasarkan data subyektif dan
kosong, dan klien diam saja saat di obyektif dari ketiga pasien muncul
ajak bicara. masalah keperawatan harga diri
Identitas klien yang ketiga rendah.
Ny. T berusia 35 tahun, jenis kelamin Intervensi Keperawatan
perempuan, agama islam, pendidikan berdasarkan diagnosa keperawatan
SMA, riwayat pekerjaan swasta, utama pada Nn.D, Ny.S, Ny.T dapat
alamat Jetak. Faktor predisposisi disimpulkan bahwa ketiga klien
antara lain dari hasil pengkajian tersebut ditegakkan diagnosa harga
adalah klien sudah mengalami diri rendah dan dilakukan tindakan
gangguan jiwa sejak tahun 2013, keperawatan selama 3 kali pertemuan
klien sudah pernah dirawat di RSJD dengan tujuan, dan perencanaan
yaitu tujuan umum antara lain klien obyektif: pasien tampak senang
dapat bermake up dengan karena telah diajarkan cara bermake
baik.Intervensi antara lain membina up, pasienmampu mengaplikasikan
hubungan saling percaya, bedak di wajahnya dengan rata,
mengidentifikasi penyebab harga diri memakai lipstick sesuai dengan
rendahnya,mengidentifikasi tanda- ukuran bibir, memakai blus on
tanda saat terjadi harga diri rendah, dengan rapi, memakai pensil alis
mengidentifikasikan aspek positif kurang rapi, assement: pasien masih
yang dapat meningkatkanharga diri, ada kecenderungan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara bermake up, planning: evaluasi cara bermake up
memperagakan cara bermake dengan baik dan benar.
upyaitu, menyisir rambut, memakai Pada klien Ny. S didapat data
bedak, lipstick, blus on, pensil alis, subyektif: pasien mengantakan
memakai jilbab. wajahnya cantik, pasien mengatakan
Implementasi dan Evaluasi senang kegiatan bermake up, data
asuhan keperawatan pada ketiga obyektif: pasien bermake up dengan
klien dengan harga diri rendah untuk ekpresi senang, pasien saat
strategi pelaksanaan 1 dilakukan mengaplikasikan bedak kurang rata,
pada tanggal 30 April 2019 yaitu memakai lipstick sesuai dengan
dengan membina hubungan saling ukuran bibir, memakai blus on terlalu
percaya dengan klien, melakukan tebal, memakai pensil alis kurang
validasi data, mengidentifikasi dan rapi, assement:pasien masih ada
mengkaji klien. Membantu klien kecenderungan harga diri rendah,
untuk belajar mengenal make up dan planning: evaluasi cara bermake up
mengajarkan cara bermake up dengan baik dan benar.
dengan benar dan baik. Pada klien Ny. T di dpat data
Evaluasi tanggal 30 April subyektif: pasien mengatakan
2019 jam 08.00 pada klien Nn. D di wajahnya lebih cantik saat
dapat data subyektif: pasien bercermin, pasien mengatakan
mengantakan sudah percaya diri senang bermake up, data obyektif:
dengan bisa bermake up, data pasien bermake up dengan ekpresi
senang, pasien, pasien saat dengan masalah harga diri rendah
mengaplikasikan bedak sudah rata, pada pasien harga diri rendah dengan
memakai lipstick sesuai dengan aktivitas merias diri.
ukuran bibir, memakai blus on a. Pengkajian
dengan tipis, memakai pensil alis Metode yang digunakan
dengan rapi, assement:pasien masih dalam pengkajian adalah
ada kecenderungan harga diri rendah, observasi dan wawancara
planning: evaluasi bermake up. (Notoatmojo, 2012).
Jadi, dengan cara bermake up Pengkajian yang
yang dilakukan pada ketiga klien dilakukan pada tanggal 29
dengan ketidak percayaan diri April 2019 didapatkan data
terhadap dirinya yang tidak dari Nn. D, Ny. S, Ny. T yang
sempurna, tidak PD, tidak cantik dirawat di bangsal Srikandi
dengan melakukan cara seperti itu RSJD dr. Arif Zainudin
membuatnya lega, dan senang. Surakarta didapatkan data
Faktor yang mempengaruhi bahwa ketiga klien mempunyai
keberhasilan dari teknik bermake up tanda dan gejala harga diri
pada klien harga diri rendah adalah rendah, yaitu Nn. D
klien yang sudah tenang, klien yang mengatakan dibullying oleh
sangat senang dengan bermake up, teman-teman dan menyebabkan
klien sangat kooperatif dengan ia hanya berdiam diri dan
perawat dan perawat yang senantiasa murung. Pada Ny. S
sabar dan telaten dalam membimbing mengatakan tidak percaya diri
klien untuk selalu melakukan latihan kalau dirinya cantik.Pada Ny.
bermake up dengan baik dan benar T mengatakan selalu diejek
saat klien tidak percaya diri karena teman-teman karena tubuhnya
dirinya jelek ataupun tidak PD pada tidak sempurna.
dirinya. Harga diri rendah
PEMBAHASAN merupakan perasaan tidak
Pada sub bab ini akan berharga, tidak berarti dan
membahas proses keperawatan jiwa rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negatif Rencana keperawatan
terhadap diri atau kemampuan Rencana keperawatan
diri. Adanya perasaan hilang adalah suatu proses di dalam
kepercayaan diri, merasa gagal memecah-kan masalah yang
karena tidak mampu mencapai merupakan keputusan awal
keinginan sesuai ideal diri tentang suatu apa yang akan
(Yosep, 2014) dilakukan, kapan dilakukan,
Merias diri atau make siapa yang melakukan dari
up didefinisikan sebagai semua tindakan perawat
produk kosmetika berwarna (Dermawan, 2017).
yang artinya bila digunakan Cara mengontrol
pada tubuh atau bagian tertentu harga diri rendah meliputi,
akan menghasilkan warna. mendiskusikan kemampuan
Make up adalah kegiatan dan aspek positif yang
mengubah penampilan dari dimiliki pasien, membantu
bentuk asli sebenarnya dengan pasien menilai kemampuan
bantuan bahan dan alat yang masih dapat digunakan,
kosmetik. Istilah make up memantu pasien memilih atau
sering ditujukan kepada menetapakn kemampuan yang
pengubah bentuk wajah, akan dilatih, melatih
meskipun sebenarnya seluruh kemampuan yang sudah
tubuh bisa dihias. dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan
Diagnosa keperawatan yang telah dilatih dalam
Diagnosa Keperawatan rencana harian, melatih
berdasarkan data subyektif dan pasien melakukan kegiatan
obyektif dari ketiga pasien lain yang sesuai dengan
muncul masalah keperawatan kemampuan pasien ( Herman,
harga diri rendah. 2011).
Apabila masalah harga
diri rendah tidak ditangai
segera, klien akan selalu tidak kepercayaan diri apabila pasien
percaya diri dan selalu mampu melihat dirinya sendiri
mempunyai pikiran negatif melalui cermin. Terapi ini salah
baik pada diri sendiri maupun satu terapi praktis dan
orang lain akibatnya klien dipercaya efektif dalam usaha
akan cenderung menyediri mengembalikan kepercayaan
dan mengisolasi diri dari diri pasien.
lingkungan, aktifitas yang Implementasi Keperawatan
menurun dan sebagainya. Jika Menurut Yuwanto
isolasi sosial sudah (2010) ada lima faktor
mendominasi kehidupan psikologis yang mendasari
klien, maka aktifitas klien seseorang menggunakan
hanya duduk sendiri, make up diantaranya yaitu:
melamun sehingga jika Kepribadian, Citra Tubuh,
dibiarkan dalam kurun waktu Self-esteem, Anxiet, dan
yang panjang maka isolasi Assertiveness. Yang pertama
sosial dapat berkelajutan kepribadian yaitu
menjadi gangguan sensorik merepresentasikan keseluruhan
persepsi: halusinasi (Dalami, profil atau kombinasi atau
2010). karakteristik serta menangkap
Salah satu terapi yang keunikan secara alami dari
bisa dilakukan secara mandiri seseorang, sebagai reaksi dari
dan dibantu oleh pihak interaksi orang lain. Yang
keluarga adalah memunculkan kedua Citra tubuhadalah
kembali kepercayaan diri representasi metal tubuh yang
pasien HDR. Salah satu meliputi rersepsi penampilan,
solusi yang mampu dilakukan perasaan dan pemikiran
keluarga adalah make-up. tentang tubuh, bagaimana
Make-up memberikan efek rasanya menjadi dalam tubuh,
berkesinambungan pada pasien dan fungsi dan kemampuan
HDR dan memunculkan tubuh. Citra tubuh positif dan
negatif inilah menjadi tidak menyenangkan dalam
pengaruh dari kebutuhan dan bentuk perasaan gelisah, takut
pemakaian kosmetik terutama atau bersalah. Yang kelima
make up wajah. Yang ketiga Assertiveness adalah
Self-esteemadalah komponen kemampuan untuk
afektif, koknitif dan evaluatif mengekspresikan perasaan,
yang bukan hanya merupakan hal-hal yang dipercayai, dan
persoalan pribadi ataupun pemikiran, serta
psikologis, tetapi juga mempertahankannya dengan
interaksi sosial. Self-esteem cara yang tidak destruktif.
merupakan sikap yang b. Evaluasi keperawatan
berdasar pada persepsi Evaluasi adalah mem-
mengenai sikap positif bandingkan suatu hasil atau
ataupun negatif terhadap diri perbuatan dengan standar
individu maupun mengenai untuk tujuan pengambilan
nilai orang lain. Yang keputusan yang tepat sejauh
keempat Anxiety adalah mana tujuan tercapai
perwujudan dari berbagai (Dermawan, 2012).
emosi yang terjadi karena Kartono (2014) dalam
seseorang mengalami tekanan penelitiannya mengenai
perasaan dan tekanan batin. hubungan antara citra tubuh
Kondisi tersebut membutuhkan dan fungsi psikologis make
penyelesaian yang tepat up menyatakan bahwa subjek
sehingga individu akan yang memiliki citra tubuh
merasa aman. Namun, pada sedang menggunakan make
kenyataannya tidak semua up untuk meningkatkan
masalah dapat diselesaikan penampilan sedangkan subjek
dengan baik oleh individu yang memiliki citra tubuh
bahkan ada yang cenderung yang tergolong positif
di hindari. Situasi ini menggunakan make up untuk
menimbulkan perasaan yang meningkatkan penampilan
fisiknya. Subjek dengan citra tidak segar karena tanpa make
tubuh negatif memiliki up. Diagnosa keperawatan yang
keyakinan bahwa make up ditegakkan pada pasien Nn.D,
bisa membuatnya mendapatkan Ny.S, Ny.T harga diri rendah.
penilaian yang baik dari Intervensi pasien dengan harga
orang lain sehingga diri rendah yaitu bermake up
membantunya diterima di untuk meningkatkan kemampuan
lingkungan sosialnya. Dengan yang di miliki pasien dan untuk
demikian faktor lingkungan meningkatkan harga diri pada
membawa pengaruh kepada pasien (menyisir rambut,
individu untuk menggunakan memakai bedak, memakai
make up. lipstick, membuat alis, memakai
Faktor pengalaman blus on) hasil evalusi dari
yang dialami tiap orang implementasi keperawatan
merupakan faktor predisposisi, ketiga pasien mampu bermake
artinya secara biologis klien up diri secara mandiri dengan
menjadikan perkembangan baik, pasien mampu memakai
sistem saraf yang berhubungan bedak, memakai lipstick,
dengan respon neurobiologis membuat alis, memakai blus on
yang maladaptif baru mulai secara mandiri.
dipahami, secara psikologis 2. Peningkatan kemampuan berhias
terjadi pengalaman masa lalu atau bermake-up(menyisir
yang tidak menyenangkan. rambut, memakai bedak,
memakai lipstick , membuat alis,
KESIMPULAN memakai blus on) bermanfaat
1. Pengkajian yang di dapatkan untuk meningkatkan harga diri
dari ketiga pasien mempunyai pasien.
tanda dan gejala yaitu
penampilan pasien tidak rapi,
rambut acak-acakan bau tidak
sedap dan muka yang terlihat
DAFTAR PUSTAKA Kartono. (2014). Faktor Minat.
Jakarta : Rineka Cipta.
Abidin, Y. 2012. Pembelajaran
Bahasa Berbasis Pendidikan
Keliat, dkk. 2013. Standar Asuhan
Karakter. Bandung: PT
Keperawatan Jiwa : Diagnosa
Refika Aditama.
Sehat, Resiko dan Gangguan.
Draft. Program Studi Ners
Congadi, Y. (2010). Profil
Spesialis Keperawatan Jiwa.
kepribadian ditinjau dari
Fakultas Ilmu Keperawatan
fungsi make-up pada Sales
Universitas Indonesia.
Promotion Girls (SPG) make-
up. Skripsi, tidak diterbitkan,
Kusumawati, F dan Yudi, H. 2010.
Program Sarjana Strata Satu
Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Universitas Surabaya,
Bandung: PT Refika Aditama.
Surabaya.
Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi
Dalami. 2010. Asuhan
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Keperawatan Klien dengan
Rineka Cipta
Gangguan Jiwa. Jogjakarta.
Trans Info Media.
Stuart, G. W., & Sudden, S. J. 2009.
Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Fajariyah, N. 2012. Asuhan
Jakarta: EGC.
Keperawatan dengan
Gangguan Harga Diri Rendah.
Stuart, G. W., & Sudden, S. J. 2013.
Jakarta Timur : CV Trans Info
Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Media.
Jakarta: EGC. Surabaya. Vol.3
No.1
Fitria , N. 2019. Prinsip Dasar dan
Surya, A H & Direja.2011. Buku
Aplikasi Penulisan Laporan
Ajar Asuhan Keperawatan
Pendahuluan dan Strategi
Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Pelaksanaan Tindakan
Medika.
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Utami, WT., & Zahrotul, Uyun.
2014. Hubungan Antara Citra
Kartono, Irawati. 2014. Faktor-faktor
Tubuh dengan Perilaku
yang Mempengaruhi
Konseptif Kosmetik Makeup
Penggunaan Make-up pada
Wajah pada Mahasiswi.
Perempuan Emerging
Fakultas Psikologi :
Adulthood. Jurnal Ilmiah
Universitas Muhammadiyah
Mahasiswa Universitas
Surakarta.
Perilaku Konsumtif Kosmetik
Make up wajah pada
Wiranata, C D. 2017. Hubungan
Mahasiswi. Fakultas Psikologi
antara Self-Esteem dan Fungsi
Universitas Muhammadiyah
Psikologis Make-Up Pada
Surakarta.
Model. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas
Surabaya. Vol.6 No.2.

Yosep, I & Sutini T. 2014. Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.

Yuwanto, L. (2011). Fungsi


psikologis makeup. Sidoarjo:
Dwiputra Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai