Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)


Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

RIRIN WIJAYANTI
72020040384

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN HARGA DIRI
RENDAH (HDR)

1. Masalah utama
Harga Diri Rendah (HDR)

2. Proses terjadinya masalah


A. Definisi
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan.
(Herman, 2011)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat, 2012)
Konsep diri : Harga diri rendah adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya
dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
(Stuard&Sundeen, 2013)
B. Jenis
1. Situasional
Terjadinya terutama yang tiba-tiba, misalnya harus di
operasi, kecelakaan, perceraian, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (seperti :
korban pemerkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba, dll).
(Iskandar, 2014)
2. Kronik
Perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon
maladaptive.Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan
fisik yang kronik atau klien yang gangguan jiwa.(Iskandar,
2014)

C. Rentang Respone
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonaliasi


Diri Identitas
(Iskandar, 2014)

D. Tanda dan Gejala


Menurut Iskandar (2014)manifestasi yang biasanya muncul pada
pasien dengan harga diri rendah antara lain :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Tidak menerima pujian
5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6. Kurang memperhatikan perawatan diri
7. Berpakaian tidak rapi
8. Selera makan berkurang
9. Tidak berani menatap lawan bicara
10. Lebih banyak menunduk
11. Bicara lambat dengan nada suara lemah
E. Penyebab
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep
diri seseorang.Dalam tinjauan life span history klien, penyebab
terjadinya HDR adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya.Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurag dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima.Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,
pekerjaan atau pergaulan.HDR muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. (Iskandar,
2014)
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya HDR kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulangkali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis. (Eko Prabowo, 2014)
2. Faktor presipitasi
Terjadinya HDR adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep
diri : HDR kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun
kronik. (Eko Prabowo, 2014)
F. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang.Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan.Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang
rendah.Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang
tidak optimal.Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika
seseorang mengalami harga diri rendah,maka akan berdampak pada
orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri. (Eko Prabowo, 2014)
G. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami deskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar di pasaran
yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi 2
golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua
(atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya Chlorpromazine HCL, Throridazine HCL adalah obat
penenang untuk klien dengan gangguan jiwa dan Haloperidol
obat untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan, seperti
meredakan gejala Skizofrenia, Sindrom Tourette, Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone obat yang
digunakan untuk menangani Skizofrenia dan gangguan
psikosis lain, serta perilaku agresif dan distruptif yang
membahayakan pasien maupun orang lain. Antipsikotik ini
bekerja dengan menstabilkan senyawa alami otak yang
mengendalikan pola pikir, perasaan, dan perilaku. Olozapine
adalah jenis obat antipsikotik yang digunakan untuk gejala
psikosis, psikosis adalah kumpulan gejala gangguan jiwa
dimana seseorang merasa terpisah dari kenyataan yang
sebenarnya ditandai dengan timbulnya delusi dan halusinasi,
Clozapine diberikan kepada penderita Skizofrenia dan
Parkinson, Quentiapine adalah obat yang digunakan untuk
mengobati kondisi jiwa/suasana hati tertentu (seperti
Skizofrenia, gangguan bipolar, episode mania tiba-tiba atau
depresi terkait dengan gangguan bipolar). Quetiapne dikenal
sebagai obat anti-psikotik (tipe atipikal).Glanzapine adalah
obat yang digunakan untuk mengobati kondisi jiwa untuk
mengobati suasana hati tertentu (Skizofrenia dan Gangguan
bipolar). Obat ini juga dapat digunakan untuk kombinasi
dengan obat lain untuk pengobatan depresi, obat ini termasuk
dengan kelas obat antipsikotik atipikal. Zolatine untuk
gangguan cemas sedang atau berat dan gangguan cemas
yang berhubungan erat dengan depresi, dan Aripiprazole
untuk mengobati gejala kondisi psikotikseperti Skizofrenia dan
gangguan bipolar.(Eko Prabowo, 2014)
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila
ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama.(Eko Prabowo, 2014)
3. Terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial engan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang satu atau dua temples.Therapy
kejang listrik diberikan pada Skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 Joule/Detik.Tujuan ECT adalah untuk
menginduksi suatu kejang kronik yang dapat memberi efek
terapi (Therapeutik Clonic Seizure) setidaknya selama 15-10
detik.Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana
seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami syok.
(Eko Prabowo, 2014)
4. Terapi Modalitas
Terapi modalitas atau perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrenia yang ditujukan pada
kemampuan dan kekurangan pasien.Tekhnik menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis
dalam komunikasi interpersonal.Terapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah
dalam hubungan kehidupan yang nyata.(Eko Prabowo, 2014)
5. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan
terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.
(Eko Prabowo, 2014)
3. Pohon Masalah
Isolasi Sosial( Effect )

HARGA DIRI RENDAH ( Core Problem )

Koping Individu Tidak Efektif ( Causa )

4. Asuhan Keperawatan:
a. Fokus Pengkajian
1. Menyalahkan diri atau orang lain
2. Gangguan berhubungan
3. Rasa bersalah
4. Mudah marah
5. Pesimis terhadap kehidupan
6. Keluhan fisik
7. Menarik diri dari realita
8. Cemas dan takut
9. Mengurung diri
10. Penyalahgunaan zat
(Iskandar, 2014)
b. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
c. Nursing care plan
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara optimal
1) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil :
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukkan rasa tenang da nada kontak mata
c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama
d) Mau menjawab salam dan mau duduk
berdampingan dengan perawat
e) Mau mengutamakan masalah yang dihadapi
f) Bina hubungan saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip

Komunikasi Terapeutik :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal
dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dengan panggilan
yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksi selanjutnya. (Kartika, 2015)
2) TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
Kriteria Evaluasi : Klien mampu mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien :
a) Kemampuan yang dimiliki klien
b) Aspek positif keluarga
c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Intervensi :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
Rasional : Mendiskusikan tingkat kemampuan klien
menilai realitas, control diri atau integritas ego yang
diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya
b) Setiap bertemu hindarkan dari membeli nilai negatif
Rasional : Reinforcement positif akan
meningkatkan harga diri klien
c) Usahakan memberikan pujian yang realistik
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan
klien melakukan kegiatan hanya ingin mendapatkan
pujian
3) TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kriteria evaluasi : Klien menilai kriteria yang digunakan
Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih
dapat dilakukan dalam sakit
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang
kemampuan yang dimiliki prasat untuk berubah
b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat
dilanjutkan penggunaannya
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang
masih dimiliki klien, memotivasi untuk tetap
mempertahankan penggunaannya
4) TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan
kemampuan yang dimiliki
Kriteria evaluasi : Klien membuat rencana kegiatan harian
Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan
(Seperti : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan
bantuan total)
Rasional : Membentuk individu yang bertanggung
jawab terhadap diri sendiri
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi klien
Rasional : Klien perlu bertindak secara realistik
dalam kehidupannya
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh
dilakukan klien
Rasional : Contoh perilaku yang dilihat klien akan
memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
5) TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh
dilakukan
Kriteria evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuannya
Intervensi :
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah direncanakan
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien
mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri
klien
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien
untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan
6) TUK VI : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung
yang ada di keluarga
Kriteria evaluasi : Klien memanfaatkan sistem pendukung
yang ada di keluarga
Intervensi :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien dengan harga diri rendah
Rasional : Mendorong keluarga untuk mampu
merawat klien mandiri dirumah
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama
klien dirawat
Rasional : Support sistem keluarga akan sangat
mempengaruhi dalam mempercepat proses
penyembuhan klien
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
Rasional : Meningkatkan peran serta keluarga
dalam merawat klien dirumah
(Kartika, 2015)

DAFTAR PUSTAKA
Herman, A. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Iskandar (2014) Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : PT. Refika Aditama
Kartika Sari Wijayaningsih, S. N (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta : CV. Trans Info Media
Keliat, Budi Anna, dkk. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta. EGC
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :
Nuha Medika
Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

RIRIN WIJAYANTI
72020040384

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2021
STRATEGI PELAKSANAAN I (SP)

Masalah Utama           : Harga Diri Rendah

Proses Keperawatan

A. Kondisi klien

Data Subyektif Data Obyektif


1. Mengkritik diri sendiri. 1. Perasaan tidak mampu.
2. Penolakan terhadap 2. Penurunan produktifitas
kemampuan diri 3. Terlihat dari kurang
3. Pandangan hidup yang memperhatikan perawatan
pesimis diri
4. Selera makan kurang 4. Tidak berani menatap
lawan bicara.
5. Lebih banyak menunduk.
6. Berpakaian tidak rapih.

B. Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah


C. Tujuan : Untuk meningkatkan harga diri yang positif pada pasien
D. Tindakan Pelaksanaan I
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien
(buat daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan) ): buat daftar kegiatan yangdapat dilakukan saat ini
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilh (alat dan cara melakukannya)
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per minggu
E. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik :
Assalamualaikum pak/bu, perkenalkan nama saya Fairuzza
Luthfin senang dipanggil Fairuz, saya mahasiswa Profesi
NersUniversitas Muhammadiyah Kudus, saya akan merawat
bapak/ibu dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti. Nama
bapak/ibu siapa?, senang dipanggil apa?
b) Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana perasaan bapak/ibu pada pagi hari ini? Jadi bapak/ibu
merasa tidak berguna kalau dirumah?
c) Kontrak
1) Topik :
Baik lah bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan
bapak/ibu dan kemampuan yang bapak/ibu miliki? Setelah itu
kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat bapak/ibu
dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih beberapa kegiatan
untuk kita latih .
2) Waktu :
Mau berapa lama kita berbicang-bincang bapak/bu?bagaimana
kalau 30 menit?
3) Tempat :
Dimana bapak/ibu mau berbincang-bincang?Bagaimana kalau
disini saja.
2. Fase Kerja
Coba sekarang bapak/ibu sebutkan kemampuan apa saja yang
bapak/ibu pernah miliki?, bagus apalagi pak/bu? Kegiatan rumah
tangga yang bisa bapak/ibu lakukan?Bagus, apalagi pak/bu?
Wah bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang bapak/ibu
miliki. Nah sekarang dari lima kemampuan yang bapak/ibu miliki mana
yang masih dapat dilakukan dirumah sakit?
Coba kita lihat yang pertama bisa bapak/bu?Yang kedua
pak/bu?( sampai yang kegiatan yang kelima). Bagus sekali, ternyata
ada empat kegiatan yang masih dapatbapak/ ibu lakukan dirumah
sakit.
Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan
dirumah sakit, mana yang dilatih hari ini?. Baik mari kita latihan
menyapu lantai, tujuannya yaitu untuk membuat lingkungan disekitar
bapak/ibu bersih dan nyaman.
Nah sekarang kita ambil sapu terlebih dahulu kemudian
bapak/ibu mau mulai darimana, bagaimana kalau kita mulai menyapu
dari sisi kanan dulu kemudian kesisi kiri kemudian dikumpulkan dan
dibuang di tempat sampah. Nah sekarang giliran bapak/ibu yang
mencoba.Bagus sekali pak/ibu. Menurut bapak/ibu bagaimana
perbedaan lantai sebelum dan sesudah di sapu? Bersih ya pak/bu,
dan terlihat indah dan bisa membuat bapak/ibu nyaman.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan menyapu
lantai?
b. Evaluasi objektif :
- Coba sekarang bapak/ibu sebutkan alat apa saja yang
digunakan untuk menyapu? Bagus
c. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian bapak/ibu, mau
berapa kali bapak/ibu melakukannya? Bagus 2 kali…pagi-pagi
setelah bangun tidur dan jam 4 setelah istirahat siang. Jika
bapak/ibu melakukannya tanpa diingatkan perawatbapak/ibu beri
tanda M, tapi kalau bapak/ibu sudah menyapu dibantu atau
diingatkan perawat bapak/ibu beri tanda B, tapi kalau bapak/ibu
tidak melakukannya bapak/ibu buat T.
d. Kontrak
1) Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan
bapak/ibu yang kedua.
2) Waktu :
Bapak/ibu mau jam berapa? Baik jam 8 pagi ya.
3) Tempat :
Tempatnya dimana bapak/ibu?bagaimana kalau disini saja,
jadi besok kita ketemu lagi disini jam 8 ya. Assalamualaikum
bapak/ibu.
STRATEGI PELAKSANAAN II(SP)

Masalah utama : Harga Diri Rendah


Proses Keperawatan

A. Kondisi klien

Data Subyektif Data Obyektif


5. Mengkritik diri sendiri. 7. Perasaan tidak mampu.
6. Penolakan terhadap 8. Penurunan produktifitas
kemampuan diri 9. Terlihat dari kurang
7. Pandangan hidup yang memperhatikan perawatan
pesimis diri
8. Selera makan kurang 10. Tidak berani menatap
lawan bicara.
11. Lebih banyak menunduk.
12. Berpakaian tidak rapih.

B. Kondisi klien
1) Klien mampu mengkritik diri sendiri
2) Klien mampu melakukan kemampuan pertama dengan baik
3) Klien mampu menatap lawan bicara
C. Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
D. Strategi pelaksanaan tindakan II
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing2
dua kali per hari
E. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum bapak/ibu.Apakah bapak/ibu masih ingat
dengan saya?Sesuai janji saya kemarin saya datang lagi.

b. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan bapak/ibu pagi ini?Bagaimana dengan
perasaan negatif yang bapak/ibu rasakan?Bagus sekali berarti
perasaan tidak berguna yang bapak/ibu rasakan sudah
berkurang.Bagaimana dengan kegiatan yang kemarin yaitu
menyapu? Bagus kalau bapak/ibu sudah melakukan
Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata bapak/ibu
telah melakukan menyapu sesuai jadwal, lalu apa manfaat yang
bapak/iburasakan dengan melakukan menyapu dengan teratur?
c. Kontrak :
1) Topik :
Sekarang kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang kedua.
Hariini kita mau latihan cuci piring kan?

2) Waktu :
Kita akanmelakukan latihan cuci piring selama 30 menit pak/ibu

3) Tempat :
Dimana tempat mencuci piringnya bapak/ibu?

2. Fase kerja
Baik, sebelum mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapan
untuk mencuci piring. Menurut bapak/ibu apa saja yang kita perlu kita
siapkan saat mencuci piring?, ya bagus, jadi sebelum mencuci piring kita
perlu menyiapkan alatnya yaitu sabun cuci piring dan spoons untuk
mencuci piring. Selain itu juga tersedia air bersih untuk membilas piring
yang telah kita sabuni.
Nah sekarang bagaimana langkah-langkah atau cara mencuci
yang biasa bapak/ibu lakukan? Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita
mencuci piring pertama kita bersihkan piring dari sisa-sisa makanan dan
kita kumpulkan disuatu tempat atau tempat sampah. Kemudian kita
basahi piring dengan air, lalu sabuni seluruh permukaan piring, dan
kemudian dibilas hingga bersih sampai piringnya tidak teras licin lagi.
Kemudian kita letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada piring dan
gelas, maka yang pertama kali kita cuci adalah gelasnya, setelah itu baru
piringnya.Sekarang bisa kita mulai pak/ibu. Bagus sekali, pak/ibu telah
mencuci piring dengan cara yang baik. Menurut bapak/ibu bagaimana
perbedaan setelah piring dicuci dibandingkan tadi sebelum piring belum
dicuci?
3. Fase terminasi
4) Evaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan mencuci piring?
5) Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah mencuci piring yang
baik pak/bu?Bagus pak/bu.
6) Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian bapak/ibu, mau
berapa kali bapak/ibu melakukannya? Bagus 3 kali…setelah selesai
makan sarapan, siang dan malam ya bapak/ibu.Jika bapak/ibu
melakukannya tanpa diingatkan perawat bapak/ibu beri tanda M, tapi
kalau bapak/ibu mencuci piring dibantu atau diingatkan perawat
bapak/ibu beri tanda B, tapi kalau ibu tidak melakukannya bapak/ibu
buat T.
7) Kontrak
1) Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan
bapak/ibu yang ketiga.
b) Waktu :
Bapak/ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
c) Tempat :
Tempatnya dimana bapak/ibu?bagaimana kalau disini saja,
jadi besok kita ketemu lagi disini jam 10 ya, wassalamu’alaikum
bapak/ibu.
STRATEGI PELAKSANAAN III(SP)

Masalah utama : Harga Diri Rendah

Proses Keperawatan

A. Kondisi klien
1. Pasien sudah mampu melakukan kemampuan 1 dan 2 dengan baik
2. Berpakaian rapi
3. Tidak banyak menunduk
B. Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
C. Strategi pelaksanaan tindakan III
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan
pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih
3. Latih kegiatan ketiga ( alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : tiga kegiatan masing2 dua
kali per hari
D. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum bapak/ibu.Apakah bapak/ibu masih ingat
dengan saya? Sesuai janji saya kemarin saya datang lagi.

b. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan bapak/ibu pagi ini?Bagaimana dengan
perasaan negatif yang bapak/ibu rasakan?Bagus sekali berarti
perasaan tidak berguna yang bapak/iburasakan sudah berkurang.
Bagaimana dengan jadwalnya? Boleh saya lihatbapak/ibu? Yang
menyapu lantai sudah dikerjakan. Bagus sekali, boleh saya lihat
lantainya? Lantainyabersih sekali.
Untuk cuci piringnya sudah dikerjakan sesuai jadwal, coba kita
lihat tempat cuci piringnya? Bersih sekali tidak ada piring dan gelas yang
kotor, semua sudah rapi di rak piring.wah ibu luar biasa smua kegiatan
dikerjakan sesuai jadwal. lalu apa manfaat yang bapak/ibu rasakan
dengan melaukan kegiatan secara terjadwal?
c. Kontrak :
1. Topik :
Sekarang kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang
ketiga. Hari kita mau latihan menyiram tanaman?Tujuan
pertemuan pagi ini adalah agar tanaman tumbuh sehat.
2. Waktu :
Kitaakan melakukan latihan menyiram tanaman selamaa 30
menit pak/bu
3. Tempat :
Bapak/ibu mau menyiram tanaman disebelah mana?
Bagaimana kalau tanaman yang sebelah kamar bapak/ibu
saja?
2. Fase kerja
Baik menurut bapak/ibu, apa saja yang kita perlukan untuk
menyiram tanaman?, bagus sebelum mulai kita mengambil air kedalam
ceret lalu kita pilih bunga mana yang akan kita siram. Ya bagus sekali
bapak/ibu sudah mentiram tanaman semuanya.Menurut bapak/ibu
bagaiman perbedaan sebelum dan sesudah menyiram tanaman?

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan menyiram
tanaman?
b. Evaluasi objektif :
Nah coba bapak/ibu sebutkan lagi langkah-langkah menyiram tanaman
yang benar?Bagus bapak/ibu.
c. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian bapak/ibu, mau
berapa kali bapak/ibu melakukannya? Bagus 2 kali…jam berapa
bapak/ibu mau melakukannya ,jadibapak/ibu mau melaukannya jam 8
pagi dan jam 5 sore. Jika bapak/ibu melakukannya tanpa diingatkan
perawat bapak/ibu beri tanda M, tapi kalau bapak/ibu mencuci piring
dibantu atau diingatkan perawat bapak/ibu beri tanda B, tapi kalau
bapak/ibu tidak melakukannya ibu buat T.
d. Kontrak
1. Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan
bapak/ibu yang keempat.

2. Waktu :
Bapak/ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
3. Tempat :
Tempatnya dimana bapak/ibu?bagaimana kalau disini saja,
jadi besok kita ketemu lagi disini jam 10 ya w. Assalamualaikum
bapak/ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Strategi Pelaksanaan HDR (Harga Diri Rendah). Ahlinya Jiwa 2013


Sp HDR. Mellysaniki 2012

Anda mungkin juga menyukai