S DENGAN MASALAH
UTAMA RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG POLI JIWA
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK
Disusun Oleh :
Siti cholifah
NIM. 170212049
TA 2019/2020
BAB I
KONSEP TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
(keliat dkk,2011). Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Herdman (2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang
ditujukan kepada orang lain.
Berdasrkan beberapa pengertian Perilaku Kekerasan diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan
hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu
tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
B. ETIOLOGI
Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada
pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut:
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasanterdiri
dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah
dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
D. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
d. Pendidikan kesehatan
E. DIAGNIOSA DAN INTERVENSI
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.
1. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang digunakan untuk
diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan Saudara.
Tindakan yang harus Saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan salig percaya adalah mengucapkan salam terapeutik,
berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak
topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di
masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual
maupun intelektual.
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan
pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku
kekerasan baik secara fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik napas
dalam), obat-obat-obatan, sosial atau verbal (dengan mengungkapkan
kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual (salat atau berdoa
sesuai keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.
2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
a. SP I Pasien
Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku kekerasan dan
mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
b. SP 2 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
c. SP 3 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
d. SP 4 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
e. SP 5 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
f. SP 1 Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku
kekerasan di rumah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 45 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Nama : Tn. S
Kurang lebih satu hari , klien mengamuk dan membanting tutup panci ,. Selain
itu klien mengalami gejala sering bicara sendiri, bicara melantur, marah-marah, dan
lari sana sini. Sehingga oleh anaknya dibawa ke poli jiwa RSUD Sunan kalijaga
demak untuk di periksakan pada tanggal 16 juli 2020.
Faktor Presipitasi
Klien merasa marah dan jengkel saat anaknya tidak mengijinkannya untuk
menikah lagi.
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1) Genogram
2)
Penjelasan : Klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Usia kien 45 tahun,
klien tinggal bersama kakak ipar beserta istri dari kakak iparnya dan anaknya yang
kedua dan ketiga. Klien memiliki 3 orang anak dan satu cucu dari pernikahan
anaknya yang pertama. Klien ditinggal oleh suaminya sejak 6 tahun yang lalu dan
harus menghidupi ketiga anaknya seorang diri setelah suaminya meninggal. Klien
berjualan angkringan didepan rumahnya untuk menghidupi keluarganya. Orang
terdekat klien adalah anak ketiganya, jika ada masalah klien berbicara kepadanya.
Orang yang paling berperan mengambil keputusan adalah kakak iparnya, klien
selalu diikutsertakan dalam mengambil keputusan. Keluarga klien tidak ada yang
memiliki gangguan jiwa.
3) Konsep Diri
- Gambaran diri :
Klien mengatakan minder dengan kondisinya saat ini
- Identitas diri :
Klien mengatakan klien bernama Ny. S, alamat di Tembiring rt;02 rw;03,
berjenis kelamin perempuan dan seorang ibu yang mampu berperan sebagai
ibu bagi anak-anaknya.
- Peran :
Klien mengatakan kalau dirumah tinggal bersama adiknya yang terakhir dan
anak kedua dan ketiganya. Klien dirumah berjualan didepan rumah.
Sedangkan saat klien dirumah sakit klien sebagai pasien dan harusn
melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal di ruangan.
- Ideal diri :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit bekerja didepan rumahnya
membuka angkringan untuk menghidupi keluarganya sejak ditinggal oleh
suaminya 6 tahun yang lalu. Klien berkeinginan untuk menikah lagi tetapi
tidak diperbolehkan anaknya dan klien merasa sangat sedih. Saat dirumah
sakit klien ingin segera pulang dan bebas agar bisa berjualan kembali.
- Harga diri :
Klien mengatakan minder dan khawatir karena pernah dirawat dirumah sakit
jiwa.
4) Hubungan Sosial
a. Klien mengatakan orang terdekat dirinya adalah anak ke-3nya. karena anak ke-
3nya selalu perhatian terhadap klien
b. Peran Serta kegiatan kelompok /masyarakat
klien mengatakan selama dirumah mengikuti kegiatan di desanya seperti PKK,
senam, pengajian dan sering berinteraksi kepada pembeli dan tetangganya.
c. Hambatan dalam berhubungan sosial
klien mengatakan tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, klien sering mengikuti kegiatan di desanya dirumah. Selama
di ruangan klien mampu berinteraksi dengan perawat dan pasien lainnya.
5) Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah muslim dan tahu
bahwa Allah adalah tuhannya. Klien meyakini bahwa sakitnya itu adalah cobaan
dari Tuhan yang harus dijalani dengan sabar.
Kegiatan ibadah : selama dirawat klien selalu sholat
1) Penampilan
Rambut klien tambak bersih dan selalu dikuncir dengan rapih, cara berpakaian
klien sudah sesuai, rapi, kancing baju dikaitkan dengan tepat, dan tubuh klien
tidak berbau.
2) Pembicaraan
Klien berbicara dengan intonasi sedang dan jelas. nada suaranya menjadi keras,
Klien mampu menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Klien juga mengerti isi
pembicaraan yang diajukan oleh perawat, pembicaraan koheren
3) Aktivitas Motorik
Klien kooperatif saat dilakukan wawancara, wajah tampak tegang, gelisah, muka
memerah, menahan emosi.
4) Afek
Labil, saat berbicara hal-hal yang menyenangkan klien tersenyum, begitu juga
sebaliknya, jika klien disinggung tentang kehidupanna klien sedih bahkan jengkel.
5) Alam perasaan
Klien merasakan sedih, klien merasa khawatir dan minder terhadap tetengga kalau
tidak mau menerimanya karena klien dirawat di RSJ.. Saat diajak komunikasi
kooperatif.
6) Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif. Tatapan mata klien mampu menatap ke lawan bicara. Saat klien
ditanya tentang perasaannya terhadap kehidupannya nada suara klien meninggi
dan terlihat menahan emosi.
7) Persepsi sensori
Klien tidak pernah melihat atau mendengar hal-hal aneh yang mengganggu
dirinya.
8) Proses pikir
Klien berfikir secara realistik. klien berbicara baik tanpa berbelit-belit dan sampai
pada tujuan pembicaraan
9) Isi pikir
Klien tanggap, saat diajak berbicara tepat dan sesuai dengan isi yang dibicarakan
10) Tingkat kesadaran
Tingkat keadaran klien baik dan tidak mengalami disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang. Terbukti ssaat diwawancarai dapat mengetahui waktu, tempat
dan orang dengan benar. Klien dapat menyebutkan hari, tempat klien sekarang
dirawat dan beberapa nama teman sekamarnya.
11) Memori
Daya ingat saat ini (<24 jam). Klien mengatakan tadi pagi sudah mandi, makan,
dan olahraga yaitu senam dan minum obat.
Daya ingat jangka pendek.(1 hari- 1 bulan). Klien mampu menceritakan kejadian
saat dibawa kerumah sakit karena mengamuk dan membanting tutup panci
Daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
Klien mampu menceritakan kalau dirumah klien tinggal bersama kakak ipar
beserta istri dari kakak iparnya dan kedua anaknya.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat konsentrasi dan fokus pada pembicaraan. Klien dapat mengurutkan
angka 1-10 dan klien mampu menjawab pertanyaan penjumlahan dan
pengurangan yang diajukan.
1. Makanan
Sebelum sakit: klien makan sehari 3x diruang makan. Klien biasa menyiapkan
makanan. Setelah makan klien membersihkan alat-alat makan dan menempatkan
kembali ketempatnya.
Selama sakit: klien makan 3x sehari diruang makan ruangan Brotojoyo (II). Nafsu
makan klien meningkat, klien dapat makan dengan mandiri. setelah makan klien
membereskan alat-alat makannya.
2. BAB/BAK
Sebelum sakit: klien BAB 1x dan BAK 6x sehari dikamar mandi, setelah
BAB/BAK klien membersihkan kamar mandi dan dapat membersihkan diri
dengan baik.
Selama sakit:klien mampu melakukan eliminai dengan mandiri. BAB 2X sehari
dan BAK 6x sehari dikamar mandi. Setelah selesai BAB/BAK klien dapat
membersihkan diri dengan baik.
3. Mandi
Sebelum sakit: klien dapat melakukan kebersihan diri seperti mandi, sikat gigi,
cuci muka, dengan mandiri.
Selama sakit: klien mampu mandi secara mandiri. Klien mandi 2x sehari yaitu
pada pagi dan sore hari. Klien mandi di kamar mandi yang ada diruangan.
4. Berpakaian dan Berhias
Sebelum sakit: klien memakai pakaian yanag sesuai. Klien lebih suka memakai
celana pendek dan kaos disiang hari dan memakai pakaian panjang dimalam hari
tetapi terkadang memakai pakaian pendek.
Selama sakit: klien mampu berpakaian secara mandiri. Klien mengenakan pakaian
sesuai aturan rumah sakit.
5. Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: klien tidak mengalami gangguan tidru. Klien dapat tidur 9 jam/hari
dari jam 20.00-04.00 dan tidur siang 1 jam.
Selama sakit: klien tidak mengalami gangguan tidur. Klien dapat tidur 10
jam/hari. Sebelum dan sesudah tidur klien merapikan tempat tidur.
6. Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur, klien mendapatkan obat rysperidone 2x2mg
diminum per oral jam 7 pagi. Obat diminum setelah makan.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dipuskesmas untuk mendapatkan
perawatan setelah klien pulang dari rumah sakit.
8. Kegiatan didalam Rumah
Klien biasanya menyiapkan makanan untuk sarapan keluarganya dan
menyelesaikan pekerjaan rumah.
9. Kegiatan diluar Rumah
Yang dilakukan klien diluar rumah yaitu jualan angkringan didepan rumahnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Klien selalu mengikuti
perkumpulan di rtnya seperti PKK.
Klien mengatakan jika sedang ada masalah, klien memilih untuk memendamnya
sendiridan melamun. Klien sering melampiaskan kemarahan dengan menangis, hanya
saja kemarin emosinya tidak bisa dikendalikan lagi sampai membanting tutup panci.
PK
HDR
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa
EGC.