Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

S DENGAN MASALAH
UTAMA RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG POLI JIWA
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Disusun Oleh :

Siti cholifah

NIM. 170212049

UNIVERSITAS AN-NUR PURWODADI

TA 2019/2020
BAB I
KONSEP TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
(keliat dkk,2011). Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Herdman (2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang
ditujukan kepada orang lain.
Berdasrkan beberapa pengertian Perilaku Kekerasan diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan
hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu
tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
B. ETIOLOGI
Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada
pasien gangguan jiwa antara lain

1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.

5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya


kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta
memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa
perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara
terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran
eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.

Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.

c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut:
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasanterdiri
dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah
dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
D. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan


hiperaktivitas.

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah


pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Psikoterapeutik

b. Lingkungan terapieutik

c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

d. Pendidikan kesehatan
E. DIAGNIOSA DAN INTERVENSI
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.
1. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang digunakan untuk
diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan Saudara.
Tindakan yang harus Saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan salig percaya adalah mengucapkan salam terapeutik,
berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak
topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di
masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual
maupun intelektual.
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan
pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku
kekerasan baik secara fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik napas
dalam), obat-obat-obatan, sosial atau verbal (dengan mengungkapkan
kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual (salat atau berdoa
sesuai keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.
2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
a. SP I Pasien
Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku kekerasan dan
mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
b. SP 2 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
c. SP 3 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
d. SP 4 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
e. SP 5 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
f. SP 1 Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku
kekerasan di rumah.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

a. Identitas Klien

Nama : Ny. S

Alamat : Tembiring 02/03

Umur : 45 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Janda

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Alamat : Tembiring 02/03

Hubungan Dengan Klien : Anak

II. ALASAN MASUK

Kurang lebih satu hari , klien mengamuk dan membanting tutup panci ,. Selain
itu klien mengalami gejala sering bicara sendiri, bicara melantur, marah-marah, dan
lari sana sini. Sehingga oleh anaknya dibawa ke poli jiwa RSUD Sunan kalijaga
demak untuk di periksakan pada tanggal 16 juli 2020.

III. Faktor Predisposisi

Sebelumnya klien belum pernah dirawat di RSJ. Klien pernah mengalami


kekerasan fisik yang dilakukan oleh suaminya yaitu dengan dipukuli dan ditampar
saat suaminya masih hidup dulu. Akibat kejadian tersebut klien merasa sedih dan
trauma. Keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Dan 6 tahun yang lalu
suami klien meninggal dunia akibat sakit Kelenjar Getah Bening (KGB), walaupun
dalam semasa hidupnya suaminya selalu menyiksanya, klien tetap merasa begitu
kehilangan.

Faktor Presipitasi

Klien merasa marah dan jengkel saat anaknya tidak mengijinkannya untuk
menikah lagi.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum
Baik, dibuktikan dengan klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dirumah sakit.
2) Tanda Vital:
a. TD : 120/80
b. N: 88 x/menit
c. S : 36,9 oC
3) Ukuran Berat Badan (BB) : 50 kg
Tinggi Badan (TB) : 156 cm
4) Keluhan Fisik
Klien Ny. S mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik-baik saja dan tidak ada
keluhan fisik.

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

1) Genogram
2)

Penjelasan : Klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Usia kien 45 tahun,
klien tinggal bersama kakak ipar beserta istri dari kakak iparnya dan anaknya yang
kedua dan ketiga. Klien memiliki 3 orang anak dan satu cucu dari pernikahan
anaknya yang pertama. Klien ditinggal oleh suaminya sejak 6 tahun yang lalu dan
harus menghidupi ketiga anaknya seorang diri setelah suaminya meninggal. Klien
berjualan angkringan didepan rumahnya untuk menghidupi keluarganya. Orang
terdekat klien adalah anak ketiganya, jika ada masalah klien berbicara kepadanya.
Orang yang paling berperan mengambil keputusan adalah kakak iparnya, klien
selalu diikutsertakan dalam mengambil keputusan. Keluarga klien tidak ada yang
memiliki gangguan jiwa.
3) Konsep Diri
- Gambaran diri :
Klien mengatakan minder dengan kondisinya saat ini
- Identitas diri :
Klien mengatakan klien bernama Ny. S, alamat di Tembiring rt;02 rw;03,
berjenis kelamin perempuan dan seorang ibu yang mampu berperan sebagai
ibu bagi anak-anaknya.
- Peran :
Klien mengatakan kalau dirumah tinggal bersama adiknya yang terakhir dan
anak kedua dan ketiganya. Klien dirumah berjualan didepan rumah.
Sedangkan saat klien dirumah sakit klien sebagai pasien dan harusn
melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal di ruangan.
- Ideal diri :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit bekerja didepan rumahnya
membuka angkringan untuk menghidupi keluarganya sejak ditinggal oleh
suaminya 6 tahun yang lalu. Klien berkeinginan untuk menikah lagi tetapi
tidak diperbolehkan anaknya dan klien merasa sangat sedih. Saat dirumah
sakit klien ingin segera pulang dan bebas agar bisa berjualan kembali.
- Harga diri :
Klien mengatakan minder dan khawatir karena pernah dirawat dirumah sakit
jiwa.

4) Hubungan Sosial
a. Klien mengatakan orang terdekat dirinya adalah anak ke-3nya. karena anak ke-
3nya selalu perhatian terhadap klien
b. Peran Serta kegiatan kelompok /masyarakat
klien mengatakan selama dirumah mengikuti kegiatan di desanya seperti PKK,
senam, pengajian dan sering berinteraksi kepada pembeli dan tetangganya.
c. Hambatan dalam berhubungan sosial
klien mengatakan tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, klien sering mengikuti kegiatan di desanya dirumah. Selama
di ruangan klien mampu berinteraksi dengan perawat dan pasien lainnya.
5) Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah muslim dan tahu
bahwa Allah adalah tuhannya. Klien meyakini bahwa sakitnya itu adalah cobaan
dari Tuhan yang harus dijalani dengan sabar.
Kegiatan ibadah : selama dirawat klien selalu sholat

VI. STATUS MENTAL

1) Penampilan
Rambut klien tambak bersih dan selalu dikuncir dengan rapih, cara berpakaian
klien sudah sesuai, rapi, kancing baju dikaitkan dengan tepat, dan tubuh klien
tidak berbau.
2) Pembicaraan
Klien berbicara dengan intonasi sedang dan jelas. nada suaranya menjadi keras,
Klien mampu menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Klien juga mengerti isi
pembicaraan yang diajukan oleh perawat, pembicaraan koheren
3) Aktivitas Motorik
Klien kooperatif saat dilakukan wawancara, wajah tampak tegang, gelisah, muka
memerah, menahan emosi.
4) Afek
Labil, saat berbicara hal-hal yang menyenangkan klien tersenyum, begitu juga
sebaliknya, jika klien disinggung tentang kehidupanna klien sedih bahkan jengkel.

5) Alam perasaan
Klien merasakan sedih, klien merasa khawatir dan minder terhadap tetengga kalau
tidak mau menerimanya karena klien dirawat di RSJ.. Saat diajak komunikasi
kooperatif.
6) Interaksi selama wawancara

Klien kooperatif. Tatapan mata klien mampu menatap ke lawan bicara. Saat klien
ditanya tentang perasaannya terhadap kehidupannya nada suara klien meninggi
dan terlihat menahan emosi.

7) Persepsi sensori
Klien tidak pernah melihat atau mendengar hal-hal aneh yang mengganggu
dirinya.
8) Proses pikir
Klien berfikir secara realistik. klien berbicara baik tanpa berbelit-belit dan sampai
pada tujuan pembicaraan
9) Isi pikir
Klien tanggap, saat diajak berbicara tepat dan sesuai dengan isi yang dibicarakan
10) Tingkat kesadaran
Tingkat keadaran klien baik dan tidak mengalami disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang. Terbukti ssaat diwawancarai dapat mengetahui waktu, tempat
dan orang dengan benar. Klien dapat menyebutkan hari, tempat klien sekarang
dirawat dan beberapa nama teman sekamarnya.
11) Memori
Daya ingat saat ini (<24 jam). Klien mengatakan tadi pagi sudah mandi, makan,
dan olahraga yaitu senam dan minum obat.
Daya ingat jangka pendek.(1 hari- 1 bulan). Klien mampu menceritakan kejadian
saat dibawa kerumah sakit karena mengamuk dan membanting tutup panci
Daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
Klien mampu menceritakan kalau dirumah klien tinggal bersama kakak ipar
beserta istri dari kakak iparnya dan kedua anaknya.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat konsentrasi dan fokus pada pembicaraan. Klien dapat mengurutkan
angka 1-10 dan klien mampu menjawab pertanyaan penjumlahan dan
pengurangan yang diajukan.

13) Kemampuan penilaian


Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana. Saat ditanya “lebih memilih
sikat gigi atau makan terlebih dahulu?”, klien menjawab “makan dahulu” supaya
giginya bersih.
14) Daya tilik diri
Klien mengatakan saat ini klien kontrol berobat karena dirumah klien mengamuk
dan marah-marah sampai membanting tutup panci. Klien dibawa kerumah sakit
supaya sembuh dan klien yakin saat ini klien sakit karena cobaan dari Tuhan dan
akan sembuh jika dia sabar.

VII KEBUTUHAN KLIEN MEMENUHI KEBUTUHAN

1. Makanan
Sebelum sakit: klien makan sehari 3x diruang makan. Klien biasa menyiapkan
makanan. Setelah makan klien membersihkan alat-alat makan dan menempatkan
kembali ketempatnya.
Selama sakit: klien makan 3x sehari diruang makan ruangan Brotojoyo (II). Nafsu
makan klien meningkat, klien dapat makan dengan mandiri. setelah makan klien
membereskan alat-alat makannya.
2. BAB/BAK
Sebelum sakit: klien BAB 1x dan BAK 6x sehari dikamar mandi, setelah
BAB/BAK klien membersihkan kamar mandi dan dapat membersihkan diri
dengan baik.
Selama sakit:klien mampu melakukan eliminai dengan mandiri. BAB 2X sehari
dan BAK 6x sehari dikamar mandi. Setelah selesai BAB/BAK klien dapat
membersihkan diri dengan baik.
3. Mandi
Sebelum sakit: klien dapat melakukan kebersihan diri seperti mandi, sikat gigi,
cuci muka, dengan mandiri.
Selama sakit: klien mampu mandi secara mandiri. Klien mandi 2x sehari yaitu
pada pagi dan sore hari. Klien mandi di kamar mandi yang ada diruangan.
4. Berpakaian dan Berhias
Sebelum sakit: klien memakai pakaian yanag sesuai. Klien lebih suka memakai
celana pendek dan kaos disiang hari dan memakai pakaian panjang dimalam hari
tetapi terkadang memakai pakaian pendek.
Selama sakit: klien mampu berpakaian secara mandiri. Klien mengenakan pakaian
sesuai aturan rumah sakit.
5. Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: klien tidak mengalami gangguan tidru. Klien dapat tidur 9 jam/hari
dari jam 20.00-04.00 dan tidur siang 1 jam.
Selama sakit: klien tidak mengalami gangguan tidur. Klien dapat tidur 10
jam/hari. Sebelum dan sesudah tidur klien merapikan tempat tidur.
6. Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur, klien mendapatkan obat rysperidone 2x2mg
diminum per oral jam 7 pagi. Obat diminum setelah makan.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dipuskesmas untuk mendapatkan
perawatan setelah klien pulang dari rumah sakit.
8. Kegiatan didalam Rumah
Klien biasanya menyiapkan makanan untuk sarapan keluarganya dan
menyelesaikan pekerjaan rumah.
9. Kegiatan diluar Rumah
Yang dilakukan klien diluar rumah yaitu jualan angkringan didepan rumahnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Klien selalu mengikuti
perkumpulan di rtnya seperti PKK.

VIII. MEKANISME KOPING

Klien mengatakan jika sedang ada masalah, klien memilih untuk memendamnya
sendiridan melamun. Klien sering melampiaskan kemarahan dengan menangis, hanya
saja kemarin emosinya tidak bisa dikendalikan lagi sampai membanting tutup panci.

IX. ASPEK MEDIS

1. Diagnosa Medis: Paranoid Skizophrenia


2. Terapi yang Diberikan:
Rysperidone 2x2 mg
X. ANALISI DATA

Tgl/Jam Data fokus Masalah Paraf


16 juli DS :
2020 “ Saya capek harus kerja sendirian
08.00 tanpa suami selama 6 tahun ini sejak
WIB suami saya meninggal”
“ Saya membanting tutup panic saat Resiko Perilaku
marah” Kekerasan
DO :
Nada suara meninggi saat menceritakan
tentang kehidupannya
Raut wajah tampak tegang
16 juli DS :
2020 “ Saya sedih kenapa hidup saya sepeti
0800 ini”
WIB “ saya sedih tidak diijinkan menikah
lagi dengan anak saya”
“ Saya minder dan khawatir tetengga
tidak mau menerima saya karena saya Harga Diri Rendah
dirawat di rumah sakit jiwa”
DO :
Klien tampak ingin menangis saat
menceritakan tentang kehidupannya.
Mata klien tampak berkaca-kaca_

16 juli DS: Perilaku Kekerasan NISSA


2020 “mengamuk dan membanting tutup
08.00 panci”
WIB “ marah-marah, bicara melantur, dan
lari sana sini”
DO:
Wajah tegang, menahan emosi

XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)
2. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah (HDR)
3. Perilaku Kekerasan

XII. POHON MASALAH

PK

Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

HDR

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)


DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :EGC

Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Anda mungkin juga menyukai