BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
menyebabkan sumbatan.
B. Etiologi
faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
C. Patofisiologi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang di sebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling
atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau
dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
D. Manifestasi Klinis
apendisitis adalah:
1. Tanda awal
anoreksia.
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lepas
c. Defans muskuler
(Blumberg)
E. Pemeriksaan Diagnostik
2. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan untuk
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain masih
F. Komplikasi
309)
1. Perforasi apendiks
2. Peritonitis
3. Abses
G. Penatalaksanan
maksimal nyeri tekan atau massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot
(Syamsuhidayat, 2004).
H. Fokus Pengkajian
a. Identitas
didapatkan.
penyembuhan luka.
3) Pola aktivitas
f. Pemeriksaan fisik.
2) Integumen
pucat.
flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine,
6) Ekstermitas
b. Intervensi
peritonitis
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perewatan luka aseptik
dimasukkan), eritema
sebelumnya.
4) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang terdekat
b. Intervensi
volume intravaskuler
seluler
jenis.
pemasukan peroral
perlindungan bibir
pecah-pecah
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
b. Intervensi
kemajuan penyembuhan.
ketidaknyamanan abdomen.
indikasi.
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Islam, pendidikan terakhir Sekolah Dasar, klien bekerja sebagai ibu rumah
tangga, alamat Desa Bumi Raya, nomor rekam medic 057800, klien masuk ke
rumah sakit pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA di ruang Mawar
penulis melakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2018 pada jam 14.15
WITA. Sebagai penanggung jawab Tn. K selaku suami klien, umur 65 tahun,
agama Islam, pekerjaan tani, pendidikan Sekolah Dasar, alamat Desa Desa
Bumi Raya.
yang lalu klien pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit thypus. Riwayat
penyakit sekarang Satu minggu yang lalu, klien mengeluh lagi sakit pada
perutnya dan kemudian klien dibawa oleh keluargnya ke BLUD Rumah Sakit
Konawe Selatan pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA dan dirawat di
ruang mawar dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. Pada tanggal 25
Juni 2018 klien menjalani operasi apendiktomi oleh dr. I dari pukul 09.15
WITA dan selesai pukul 11.00 WITA. Keluhan utama pada saat pengkajian
tanggal 26 Juni 2018 jam 14.15 WITA didapatkan data subjektif klien
nyeri terus menerus pada saat bergerak di bagian perut, klien mengatakan
setelah menjalani operasi, klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan
terasa sakit, klien tampak lemas, hanya berbaring di tepat tidur, klien dibantu
cm dan lebar 2cm di perut kanan bawah luka masih basah, wajah tampak
oleh keluarga karena klien merasa sakit pada bekas luka operasi dan lemas.
tetes/menit.
B. Data Fokus
19
C. Perumusan Masalah
Kemungkinan
No Masalah penyebab (pohon Data
masalah)
1. Nyeri akut Pembedahan Data subjektif:
apendiktomi - klien mengatakan
nyeri pada luka
Luka insisi operasi seperti di
remas-remas skala 6
Inkontinuitas jaringan dan nyeri dirasaakan
terputus saat bergerak
dibagian perut.
Aktivasi reseptor Data objektif:
nyeri - klien terlihat
meringis menahan
Merangsang thalamus nyeri dan ada luka
dan konteks serebri bekas operasi di
bagian perut
Nyeri
20
2. Hambatan Pembedahan Data subjektif:
mobilitas fisik apendiktomi - klien mengatakan
untuk beraktifitas sulit
Luka insisi terasa sakit dan lemas
sehingga semua
Inkontinuitas jaringan aktivitas dibantu
terputus suaminya.
Data objektif:
Aktivasi reseptor - klien terlihat lemas
nyeri - tekanan darah 120/90
mmHg, suhu 37,60C,
Merangsang thalamus nadi 80x/menit,
dan konteks serebri respiratori rate
Nyeri Kelemahan 19x/menit
fisik
Keterbatasan
gerakterhambat
Hambatan
mobilitas fisik
D. Rencana Tindakan Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Objektif
1. Nyeri akut berhubungan setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri, catat lokasi, 1. Berguna dalam pengawasan
dengan insisi bedah keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, beratnya (skala keefektifan obat, kemajuan
ditandai dengan: jam diharapkan klien akan 0-10) penyembuhan
Data subjektif: mengalami penurunan rasa 2. Pertahankan istirahat dengan 2. Gravitasi melokalisasi eksudat
- klien mengatakan nyeri dengan kriteria hasil: posisi semi fowler dalam abdomen bawah/pervis,
nyeri pada luka - klien mengatakan nyeri 3. Dorong ambulansi dini menghilangkan ketegangan
operasi seperti di hilang atau terkontrol 4. Berikan aktivitas hiburan abdomen yang bertambah dengan
remas-remas skala 6 dengan skala angka 5. Kolaborasi dengan dokter posisi terlentang
dan nyeri dirasaakan nyeri 2 untuk memberikan analgesic 3. Meningkatkan normalisasi fungsi
saat bergerak - klien tampak rileks sesuai indikasi organ, contoh merangsang
dibagian perut. peristaltik dan kelancaran flatus,
Data objektif: menurunkan ketidaknyamanan
- klien terlihat abdomen
meringis menahan 4. Fokus perhatian kembali,
22
nyeri dan ada luka meningkatkan relaksasi, dan dapat
bekas operasi di meningkatkan kemampuan koping
bagian perut 5. Menghilangkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji repon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter,
Berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 aktivitas, dipsnea atau nyeri membantu mengkaji respon
peningkatan kebutuhan jam diharapkan klien akan dada, keletihan dan kelemahan fisiologi terhadap stress aktivitas
metabolik sekunder mampu beraktivitas sesuai berlebihan, diaphoresis, dan bila ada merupakan indikator
akibat operasi kemampuan dengan pusing atau pingsan. dari kelebihan kerja yang berkaitan
apendiktomi ditandai kriteria hasil: 2. Instruksikan pasien tentang dengan aktivitas.
dengan: - Klien mampu tehknik penghematan energi 2. Tehnik menghemat energi
Data subjektif: beraktivitas sesuai misalnya, menggunakan kursi mengurangi penggunaan energi,
- klien mengatakan toleran tanpa bantuan saat mandi, duduk saat juga membantu, keseimbangan
untuk beraktifitas - Tampak segar dan menyisir atau menyikat gigi, antarasuplei dan kebutuhan oksigen.
sulit terasa sakit dan tidak lemas melakukan istirahat dengan 3. Kemajuan aktivitas bertahap
lemas sehingga perlahan. mencegah peningkatan kerja
semua aktivitas 3. Beri dorongan untuk jantung tiba-tiba. Memberikan
dibantu suaminya. melakukan aktivitas bantuan hanya sebatas kebutuhan
Data objektif: perawatan diri bertahap jika akan mendorong kemandirian
- klien terlihat lemas dapat ditoleransi. Berikan dalam melakukan aktivitas.
- tekanan darah bantuan sesuai kebutuhan. 4. Membantu proses penyembuhan
120/90 mmHg, suhu 4. Ajarkan rom pasif pada luka insisi dan rileks tubuh
37,60C, nadi keluarga pasien
80x/menit, respiratori
rate 19x/menit
23
E. Implementasi dan Evaluasi
24
3. Mendorong ambulansi dini 14.30 analgesic sesuai indikasi
Hasil: klien mengatakan agak
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan 14.40
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
15.00
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Selasa, 1. Mengkaji respon pasien 14.25 Selasa, Subjektif: 16.20
mobilitas fisik 26 terhadap aktivitas 26 - klien mengatakan pusing
berhubungan Hasil: klien mengatakan pusing
Juni Juni Objektif:
dengan
peningkatan 2018 dan susah bangun tidur, klien 2018 - klien terlihat lemah
kebutuhan jam tampak lemah jam Asesment:
metabolik 14.15 2. Menginstruksikan pasien tehnik 14.35 21.00 Masalah intoleransi aktivitas belum
sekunder sampai penghematan energy WITA teratasi
akibat
jam Hasil: istirahat dengan perlahan, Planning:
operasi
20.00 selalu meminta bantuan Kaji respon pasien terhadap
apendiktomi
WITA keluarga bila ingin bergerak aktivitas, ajarkan tehnik
bangun penghematan enegy, beri dorongan
3. Memberikan dorongan untuk 14.45 untuk melakukan perawatan diri,
melakukan aktivitas perawatan ajarkan keluarga cara rom pasif
diri
Hasil: pasien diajarkan mandiri
menyisir rambut dan merapikan
kancing pakaiannya sendiri
14.50
4. Mengajarkan keluarga pasien
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut Rabu, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 14.22 Rabu, Subjektif:
berhubungan 27 karakteristik dan beratnya 27 - klien mengatakan nyeri skala 4 16.00
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (sedang) seperti teriris pada
bedah 2018 dengan skala angka nyeri 4 2018 bagian perut saat bergerak
jam (sedang), lokasi nyeri disekitar jam Objektif:
14.15 luka, karakteristik terasa teriris, 21.00 - klien terlihat rileks
sampai nyeri terasa hilang timbul WITA Asesment:
jam 2. Mempertahankan istirahat 14.53 Masalah nyeri akut belum teratasi
20.00 dengan posisi semi fowler Planning:
WITA Hasil: klien mengatakan agak kaji ulang nyeri, pertahankan
nyaman posisi setengah duduk, istirahat dengan posisi semi fowler,
klien tampak tenang dorong ambulansi dini, kolaborasi
3. Mendorong ambulansi dini 15.15 dengan dokter untuk memberikan
Hasil: klien mengatakan agak analgesic sesuai indikasi
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan 15.30
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai 16.00
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Rabu, 1. Mengkaji respon pasien 14.20 Rabu, Subjektif:
mobilitas fisik 27 terhadap aktivitas 27 - klien mengatakan pusing bila 16.00
berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan pusing Juni langsung duduk, klien
dengan
peningkatan 2018 bila langsung duduk, klien 2018 mengatakan sudah belajar jalan
kebutuhan jam mengatakan sudah belajar jalan jam kekamar mandi tapi dibantu
metabolik 14.15 kekamar mandi tapi dibantu 21.00 anaknya
sekunder sampai anaknya, klien tampak lemah WITA Objektif:
akibat
operasi jam 2. Menginstruksikan pasien tehnik 14.50 - klien terlihat lemah, klien
apendiktomi 20.00 penghematan energy tampak rileks
WITA Hasil: istirahat dengan perlahan, Asesment:
selalu meminta bantuan Masalah intoleransi aktivitas belum
keluarga bila ingin bergerak teratasi
bangun Planning:
3. Memberikan dorongan untuk 15.00 Kaji ulang respon pasien terhadap
melakukan aktivitas perawatan aktivitas, ajarkan tehnik
diri penghematan enegy, beri dorongan
Hasil: pasien diajarkan mandiri untuk melakukan perawatan diri,
menyisir rambut, lap basah ajarkan keluarga cara rom pasif
badan sendiri dan merapikan
pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien 15.15
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut Kamis, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 08.00 Kamis, Subjektif:
berhubungan 28 karakteristik dan beratnya 28 - klien mengatakan nyeri skala 2 14.00
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (ringan) seperti teriris pada
bedah 2018 dengan skala angka nyeri 2 2018 bagian perut saat bergerak tapi
jam (ringan), lokasi nyeri disekitar jam kadang tidak nyeri
07.30 luka, karakteristik terasa teriris, 14.15 Objektif:
WITA nyeri terasa hilang timbul WITA - klien terlihat rileks, klien
sampai 2. Mempertahankan istirahat 09.00 tampak duduk di tempat tidur
jam dengan posisi semi fowler Asesment:
14.15 Hasil: klien mengatakan agak Masalah nyeri akut teratasi
WITA nyaman posisi setengah duduk, Planning:
klien tampak tenang Pertahankan istirahat posisi
10.00
3. Mendorong ambulansi dini nyaman, dorong lakukan ambulasi
Hasil: klien mengatakan agak sesuai kemampuan, kolaborasi
kaku dan takut bergerak, klien dengan dokter untuk memberikan
tampak berhati-hati bergerak analgesic sesuai indikasi
4. Memberikan aktivitas hiburan 11.00
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai 12.00
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Kamis, 1. Mengkaji respon pasien 08.00 Kamis, Subjektif:
mobilitas fisik 28 terhadap aktivitas 28 - klien mengatakan sudah nyaman 14.00
berhubungan Juni Juni
Hasil: klien mengatakan sudah bergerak tapi barhati-hati
dengan
2018 nyaman bergerak tapi barhati- 2018 - Klien mengatakan sudah jalan
peningkatan
jam hati, klien mengatakan sudah jam kekamar mandi sendiri tapi
kebutuhan
07.30 jalan kekamar mandi sendiri tapi 14.15 pelan-pelan
metabolik
WITA pelan-pelan WITA Objektif:
sekunder 09.00
sampai 2. Menginstruksikan pasien tehnik - klien tampak rileks
akibat
jam penghematan energy Asesment:
operasi
14.15 Hasil: istirahat dengan perlahan, Masalah intoleransi aktivitas
apendiktomi
WITA selalu meminta bantuan teratasi
keluarga bila ingin berjalan Planning:
3. Memberikan dorongan untuk 10.00
Pertahankan kondisi nyaman dalam
melakukan aktivitas perawatan bergerak, beri dorongan untuk
diri melakukan perawatan diri secara
Hasil: pasien diajarkan mandiri mandiri
menyisir rambut, lap basah
badan sendiri, merapikan
pakaiannya sendiri dan sikat
gigi dikamar mandi
4. Mengajarkan keluarga pasien
11.00
rom pasif
Hasil: klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
BAB IV
PEMBAHASAN
BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan dengan diagnosa post operasi apendiktomi
A. Pengkajian
jam 14.15 WITA. Didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri
pada luka operasi, nyeri skala 6 seperti diremas-remas, nyeri terus menerus
pada saat bergerak di bagian perut. Menurut potter & perry ( 2006, h.1504 )
timbul implus saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut
saraf perifer yang akan membawa implus nsaraf ada dua jenis , yaitu serabut
transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traknus spinotalamus. Hal ini
30
saraf pusat. Setelah implus saraf sampai di otak, otak mengolah implus saraf
Klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien lemas,
pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak dan
respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang
disebabkan oleh peredaeran darah yang tidak sampai ke otot dan akann
terjadi pucat yang disebabkan oleh suplai darah berpindah dari perifer.
luka operasi panjang 8 cm dan lebar 2 cm di perut kanan bawah luka masih
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data: klien
terus menerus, adanya luka operasi, skala 6 saat bergerak pada perut
ini sebagai diagnosa pertama karena klien mengeluh nyeri pada luka
insisi, hal ini tentu akan mengganggu proses hospitalisasi dan aktivitas
32
batasan karakteristik mayor: pucat atau sianosis, konvusi, vertigo
Diagnosa ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data: klien
mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien tampak lemas,
abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral); diuresis
2000, h. 139).
turgor kulit, rasa haus, urin memekat. Sehingga diagnosa resiko tinggi
ditegakan.
C. Intervensi
nyeri, hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan kualitas nyeri klien
untuk istirahat dengan posisi semi fowler, hal ini dilakukan untuk
telentang. Dorong ambulasi dini (duduk atau berjalan), hal ini dilakukan
sesuai dengan indikasi, hal ini dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan
intervensi yaitu mengkaji respon individu terhadap aktivitas, hal ini dilakukan
mengetahui respon fisiologis terhadap stres. Aktivitas secara bertahap, hal ini
aktivitas, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan saat klien
D. Implementasi
tanggal 26 Juni sampai 28 Juni 2018 sebagai berikut: kaji tingkat nyeri,
adalah bisa memunculkan hasil yang salah saat mengakaji skala nyeri
sehingga dapat mempengaruhi tindakan yang lain. Solusinya adalah harus ada
alat yang dapat mengukur tingkat rasa nyeri. Menganjurkan klien istirahat
dengan posisi semi fowler. Kekuatan dari implementasi ini adalah klien mau
tindakan ini adalah klien merasakan nyeri saat bergerak. Solusinya saat
merubah posisi dari posisi tidur ke setengah duduk harus berhati-hati dan
Kekuatan dari implementasi ini adalah klien mau untuk duduk, sedangkan
kelemahan dari tindakan ini adalah kelurarga klien melarang klien untuk
duduk karena belum sembuh. Solusi untuk intervensi ini adalah memberikan
injeksi ketorolac 30 mg, kekuatan dari implementasi ini adalah klien bersedia
saat diberikan injeksi, sedangkan kelemahan dari tindakan ini pada saat
memberiakan injeksi tidak menggunakan prosedur pemberian obat yang
lengkap dan benar. Solusinya untuk tindakn ini adalah pada saat pemberian
obat harus dijelaskan efek samping dan kegunaan dari obat tersebut
yang bisa dilakukan klien. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas secara
tindakan ini adalah dengan adanya nyeri yang masih dirasakan klien dapat
kelemahan dari tindakan ini lingkungan berisik, solusi untuk tindakan ini
sebaiknya saat waktu istirahat klien pengunjung sebaiknya dibatasi agar tidak
terlalu berisik.
E. Evaluasi
evaluasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pada
terakhir pada tanggal 28 Juni 2018 sebagai berikut: masalah nyeri akut
berhubungan dengan insisi bedah belum teratasi sebagian dengan data klien
mengatakan nyeri skala 2 terasa teriris pada bagian perut saat bergerak, klien
terlihat sudah rileks dan mampu berjalan mandiri ke kamar mandi, lanjutkan
klien posisi yang nyaman semi fowler, sedangkan kelemahannya adalah klien
saat mengubah ke posisi semi fowler terkadang klien masih merasakan nyeri.
data klien mengatakan sudah bisa beraktivitas mandiri dan klien mengatakan
berlatih kekamar mandi, klien tampak rileks dan mampu duduk sendiri klien
dimiliki klien adalah mampu mematuhi intruksi pada saat dilakukan tindakan
keperawatan. Klien merasa senang saat berlatih untuk duduk dan berjalan
A. Kesimpulan
terasa teriris pada bagian perut saat bergerak, klien terlihat sudah rileks
38
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
sulit terasa sakit dan lemas sehingga semua aktivitas dibantu suaminya.
tampak rileks dan mampu duduk sendiri klien terlihat ke kamar mandi
tanpa bantuan.
B. Saran
Reyes, Guy E dan Chang, Paul S. 2011. Prevention of Surgical Site Infections:
Being a Winner. Amerika Serikat: Elsevier
Sharon, A. 2011. Reducing Fall Risk for Surgical Patients. Amerika Serikat:
AORN Journal.
Syamsuhidayat, R.Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta: EGC