Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN JIWA


“HARGA DIRI RENDAH”

Oleh :
MUHAMMAD FREDY HARDIANSYAH (P27820521032)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan


Gangguan Harga Diri Rendah”. Telah disahkan pada tanggal :

Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN HDR” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu TITIK SUMIATIN S.Kep, Ns.,M.Kep
selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa . Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tuban, November 2023


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah pengendalian diri dalam menghadapi stresor di
lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya
tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah
pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2010).
Menurut World Health Organitation (WHO) 2009, prevalensi masalah
kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita
masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi
seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang
di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku dan
jumlahnya terus meningkat pada studi terbaru World Health Organization (WHO) di
14 negara menunjukkan bahwa pada negara – negara berkembang, sekitar 76 – 85%
kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama.
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat tinggi
dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada di masyarakat.
Menurut Sekretaris Jendral Departemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii
Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai – nilai sosial dan budaya pada
masyarakat (Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan, 2007).
Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa berat
sebesar 2,5 Juta jiwa, yang diambil dari data RSJ se-Indonesia. Sementara itu 10%
dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa maka harus mendapatkan perhatian
karena termasuk rawan kesehatan jiwa.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk melaksanakan tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa.
1.1.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui definisi harga diri rendah
- Untuk mengetahui etiologi harga diri rendah
- Untuk mengetahui rentang respon konsep diri
- Untuk mengetahui manifestasi klinis harga diri rendah
- Untuk mengetahui mekanisme koping harga diri rendah
- Untuk mengetahui penatalaksanaan harga diri rendah
- Untuk mengetahui akibat terjadinya harga diri rendah
- Untuk mengetahui proses terjadinya harga diri rendah
- Untuk mengetahui laporan pendahuluan tentang harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan
yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Harga diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari
sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang
terdekat dan dengan realitas dunia.
(Stuart,2006)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri
sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama. (Nanda, 2012-2014)
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai
keinginan (Dalami dalam Fitria, 2009). Harga diri rendah adalah evaluasi diri
atau perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung
lama. (Wilkinson, 2012)

2.2. Etiologi Harga Diri Rendah


Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :
a. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
b. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima.
c. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan.
d. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya. (Yosep, 2009)

2.3 Rentang Respon Konsep Diri


Respon adaptif Respon maladaptif

Akualisasi Konsep Harga diri Keracunan Depersonalisasi


Gambar 1.1
Rentang Respon Konsep Diri Rendah
Sumber : (Fajariyah, 2012)
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep
dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif
(Fajariyah, 2012).
a. Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
d. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
(Fajariyah, 2012)

2.4 Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah


Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2003) antara lain yaitu
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat
b. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil
keputusan
c. Mencederai diri.
Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, ingin mengakhiri
kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang
melakuakan kegiatan seharihari, kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan
harga diri rendah menurut Fitria (2009) adalah:
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) selera makan kurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

2.5 Mekanisme Koping Harga Diri Rendah


Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla
Afnuhazi (2015) adalah:
a) Jangka pendek
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari
krisis: pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok
sosial, keagaman, politik).
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi
olahraga kontes popularitas).
4. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas
sementara (penyalahgunaan obat).
b) Jangka panjang
1. Menutup identitas
2. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai
dan harapan masyarakat.

2.6 Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah


Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK)
merupakan suatu metoda bimbingan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yang berdasarkan kebutuhan pasien dan mengacu pada
standar dengan mengimplementasikan komunikasi yang efektif.
Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan pada pasien
menurut Suhron (2017) diantaranya:
1. Tujuan keperawatan: pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah
dipilih sesuai
kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi
yang diperoleh untuk kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
masih dimiliki pasien:
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
positif pasien (buat daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan
penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan
pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini (pilih dari daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan
berdasarkan kegiatan yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia
tetapkan.
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan dua kali perhari.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap
kemajuan yang diperlihatkan pasien.
4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya menyusun rencana kegiatan.
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan.
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi
dan perubahan setiap aktivitas.
8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.
9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan

2.7 Akibat terjadinya harga diri rendah


Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial
- Menarik diri
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptif mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial. Dan sering dirtunjukan dengan perilaku antara lain :
Data subyektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data obyektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara.
b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

2.8 Proses terjadinya harga diri rendah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien
sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi
respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa
diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan
fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan
tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis. (Direja, 2011)
2.9. Pohon Masalah

Respon pasca trauma

Koping individu Causa

Harga diri rendah Care problem

Isolasi social Effect


Menarik diri
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien,
serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011)
Menurut Prabowo (2014) isi dari pengkajian tersebut adalah:
1) Identitas pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis,
ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa
medis, dan identitas penanggung jawab.
2) Keluhan utama/alasan masuk
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan
alasan masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan
bicara, sering menunduk dan nada suara rendah.
3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis
tipe keluarga atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tradisional dan nontradisional.
4) Suku Bangsa
Membahas tentang suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa tersebut kaitannya dengan kesehatan.
5) Agama
Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing keluarga,
perbedaan kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan
6) Status Sosial dan Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
7) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi
8) Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi tahap
perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga
ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai
Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi dan
yang belum terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan kendala –
kendala yang membuat tugas perkembangan keluarga tersebut
belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing –
masing anggota keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita
oleh keluarga, terutama gangguan jiwa.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan
istri, serta penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka. Berisi
tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien, maupun
penyakit keturunan dan menular lainnya.
9) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
memengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
10) Struktur Keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencangkup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon
anggota keluarga dalam komunikasi, peran anggota keluarga, pola
komunikasi yang digunakan, dan kemungkinan terjadinya
komunikasi disfungsional.
c) Struktur kekuatan keluarga
Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah prilaku.
d) Struktur peran
Mengetahui peran masing – masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
e) Nilai dan norma keluarga
Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berkaitan dengan kesehatannya.
11) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan tercipta
pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta
prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang sakit.
Kesanggupan anggota keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan
lima tugas kesehatan keluarga, yaitu (a) Mengenal masalah
kesehatan; (b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan; (c)
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit; (d) Menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan; (e) Mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
tempat tinggal.
d) Fungsi reproduksi
Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana
mengenai jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan
jumah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah
sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumberdaya
dimasyarakat untuk meningkatkan status kesehatannya
12) Faktor predisposisi
a) Riwayat gangguan jiwa
Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat
gangguan jiwa dan pernah dirawat sebelumnya.
b) Pengobatan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki
riwayat gangguan jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien
belum berhasil.
c) Aniaya
Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah melakukan,
mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Prioritas masalah keperawatan yang timbul adalah:
1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN


1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
dapat berinteraksi dengan orang lain.
b. Kriteria Hasil :
- Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keberdayaan saat ini
secara verbal:
a) Klien mau menjawab salam
b) Ada kontak mata
c) Klien mau berjabat tangan
d) Klien mau berkenalan
e) Klien mau menjawab pertanyaan
f) Klien mau duduk berdampingandengan perawat
g) Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
c. Intervensi/Strategi Pelaksanaan:
1. Bina hubungan saling percaya dengan :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Buat kontrak interaksi yang jelas, jujur dan tepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
2. Tanyakan pada klien tentang :
a. Orang yang tinggal serumah dengan klien
b. Orang yang paling dekat dengan klien dirumah
c. Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah
e. Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
3. Observasi perilaku klien saat berhubungan dengan orang lain
4. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan orang lain melalui :
• Klien-perawat
• Klien-perawat-perawat lain
• Klien-perawat- perawat lain-klien lain
• Klien-keluarga atau kelompok atau masyarakat
5. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya dengan orang
atau kelompok
6. Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan klien
7. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

3.4 IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


. KEPERAWATA
N
1. Ganguan konsep 1. Bina hubungan saling
diri harga diri percaya dengan
rendah menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal
b. Perkenalkan diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
disukai dan menerima
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan dasar
klien
3.4 EVALUASI

NO DIANGNOSA CATATAN PARAF


. PERKEMBANGAN/EVALUASI
1. Ganguan S : (klien sudah/belum bisa
konsep diri mengatakan namanya)
harga diri O:
rendah a. Ada/tidak ada kontak
mata saat diajak bicara
b. Espresi wajah (datar, senang,
sedih)
c. Selalu menyendiri/tidak
d. Susah/sukar diajak bicara
e. Menghindar/tidak saat
diajak bicara
A : (Ganguan konsep diri
sudah/belum teratasi)
P : (Melanjutkan/berhenti
melaksanakan Strategi Pelaksanaan
(SP))
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Badan PPSDM.2012. Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Friedman, Marilyn m, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga
Riset, Teori, dan Praktik. Jakarta : EGC.
Guindon, M, H. 2010. Self-esteem Across the Lifespan and
interventions. New York: Taylor and Francis Group
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:
EGC Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta:CV Andi Offset
Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Pramujiwati, Desi, dkk. 2013. Pemberdayaan keluarga dan kader
Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah
Kronik dengan Pendekatan Model Precede L.Green di RW 06,
07 dan 10 Tanah Baru Bogor Utara. Bogor [diunduh pada 16
Mei 2018 pukul 08.10]
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis,
Karakterisitik dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Mentri Kesehatan RI
Suerni, Titik, dkk. 2013. Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi
Keluarga Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah di Ruang
Yudistira Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai