Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH KRONIK

Disusun Oleh:

ENI SULISTIYOWATI

22.0604.0093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

A. Definisi
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah,
efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya,
sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga
diri dikaitkan dengan hubungan interperonal yang buruk dan beresiko
terjadinya depresisehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan
diri dan harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri
(Wandono, 2017). Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas–
terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan
bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya
mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau
hilang secara substansial sepenuhnya (Pardede, Ariyo & Purba, 2020).
Harga diri rendah merupakan kunci penting dimana yakin terhadap
kemampuannya dalam melakukan suatu perilaku dalam memperoleh hasil
yang diinginkan. Memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memiliki
kenyakinan dan kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan (Pardede, Ariyo
& Purba, 2020). Jika dihadapkan dengan yang sulit maka dibutuhkan
kepercayaan dan kemampuan keluarga serta tindakan yang tepat untuk
merawat anggota keluarga yang sakit (Pardede, Harjuliska, & Ramadia, 2021).

B. Klasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
2. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama. (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020).

C. Rentang Respon

1. Respon adaptif: Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat
membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
2. Respon maladaptif: Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat
merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
3. Aktualisasi diri: Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.
4. Konsep diri positif: Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir
secara positif dan realistis.
5. Kekacauan identitas: Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa
yang harmonis.
6. Depersonalisasi: Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan
dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri
dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.

D. Tanda Dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat, 2018), yaitu:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
5. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakapcakap dengan klien
lain/perawat
6. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup yang pesimis
7. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan produktivitas
8. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap dan penolakan terhadap kemampuan sendiri
9. Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari

E. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
menurut (Muhith, 2015):
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi:
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula
untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang tuanya atau
orang tua yang penting/dekat individu yang bersangkutan
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau
orang terdekat sering mengkritik sering merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah
diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri Rendah
menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis
atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik,
kecelakaan, bencana alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada
umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi
dan denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan mengobservasi
penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian
Perawat mendiskusikannya dengan Klien untuk mendapatkan pandangan
Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang Rendah
merupakan masalah bagi banyak orang dan mengekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri
yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede, Keliat,
& Wardani, 2013).

F. Fokus Pengkajian
1. Identifikasi klien
2. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
3. Keluhan utama/alasan masuk
a. Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
b. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
4. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien.
5. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
6. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
7. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
8. Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
3) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
4) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
5) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
9. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
G. Diagnosa Keperawatan Utama
1. Harga diri rendah situasional
2. Harga diri rendah kronik

H. Fokus Intervensi
1. Tindakan keperawatan pada pasien:
Tujuan:
a. Pasien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
c. Pasien dapat menetaptan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih.
2. Tindakan Keperawatan
 Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang yang masih di
miliki pasien. Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan
kemempiuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, perawat dapat:
a. Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dalam
keluarga dan lingkungan adanuya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif
 Membantu pasien menilain kemampuan yang dapat digunakan. Untuk
tindakan tersebut saudara dapat :
a. Mendiskusikan dengan pasien kemempuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
b. Bantu pasien menyebutkanya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
 Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan
dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari
b. Bantu pasien menentukan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal
dari keluraga atau lingkungan terdekat pasien berikan contoh
pelaksanakan kegiatan yang dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar kegitan sehari-hari pasien.
 Melatih kemampuan yang dimiliki pasien.
Tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih
b. Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c. Berika dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
 Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut saudara dapat
melakukan hal-hal berikut:
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
b. Beri pujian atas kegiatan - kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari
c. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaanya kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2011).


Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta:
EGC, 1-10.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi. Penerbit


Andi.

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan Dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166.
Http://Jki.Ui.Ac.Id/Index.Php/Jki/Article/View/419

Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran
Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2020). The Symptoms of Low
Self-Esteem Decline after Being Given Acceptance and Commitment
Therapy. Adv Practice Nurs, 5, 170. doi: 10.37421/apn.2020.05.170

Pardede, J. A., Hamid, A. Y. S., & Putri, Y. S. E. (2020). Application of Social


Skill Training using Hildegard Peplau Theory Approach to Reducing
Symptoms and the Capability of Social Isolation Patients. Jurnal
Keperawatan, 12(3), 327-340.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i3.782

Sihombing, R. I., Harefa, A. R., Samosir, E. F., Monica, S., Hutagalung, S. N. S.,
& Romayanti, Y. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . L
Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 1(2), 1–31.
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)


A. Kondisi Klien
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas
menurun, cemas dan takut
DS :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-
apa, mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/
seseorang
B. Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah
C. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan
dengan Mas? Nama Saya………….. boleh panggil Saya…, Saya
sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Mas siapa dan
senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
c. Kontrak
“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat T dilakukan di rumah sakit.
Setelah kita nilai ,kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih “
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di
ruang tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?
2. Kerja
“ Mas ,apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa
Mas lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa?
Mencuci piring.............dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas
miliki”.
“ Mas dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5
(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau
begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur
Mas”.Mari kita lihat tempat tidur Mas ya.
Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu
bantal dan n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan
kasurnya kita balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai
dari atas ya bagus! Sekarang sebelah kaki ,tarik dan masukkan ,lalu
sebelah pinggir masukkan .Sekarang ambil bantal,rapikan dan
letakkan di sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut ,nah letakkan
sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)
kalau Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan
bisa melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .
3. Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur ? yach?, Mas ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Mas praktekkan
dengan baik sekali
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus
sekali..
“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Mas,Mau berapa
kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa? Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)
kalau Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan
bisa melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita
akan latihan mencuci piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis
makan pagi
Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai