Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR PENGESAHAN

Lembar Pendahuluan Praktek Klinik Jiwa Psikososial

Oleh :

Judul :

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan PK Jiwa Psikososial
Mahasiswa D III Keperawatan Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Pada
tanggal 2 Januari – 13 Januari 2024.

Surakarta, 2024

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

( ) ( )

Penyusun

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


AKPER PEMKAB NGAWI
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan
diri. Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Meryana, 2017). Ganguan harga diri yang disebut
sebagain harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba).
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara yang berpikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan
jiwa. Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal
diri. Ganguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang.
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Harga diri meningkat bila diperhatikan atau dicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Harga diri tinggi positif ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif
dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga
diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara
efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan individu yang
memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman.
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan ideal diri yang tidak realistis.
b) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakkepercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun. Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau
dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri
rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman
3. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang
objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien
sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya
mengkritik diri sendiri, sedangkan keracuan identitasseperti sifat kepribadian
yang bertentangan serta depersonalisasi
C. Rentang respon
Respon Adaptif Respon Maladatif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Despersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan konsep diri yang positif dan di
latarbelakangi oleh pengalaman.
2. Konsep diri positif adalah pengalaman positif seseorang dalam usaha
mengaktualisasi dirinya.
3. Harga diri rendah adalah kondisi transisi antara respon diri adaptif dan
maladaptif.
4. Kekacauan identitas adalah suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial
dewasa.
5. Depersonalisasi adalah perasaan tidak realistis dan merasa asing dengan diri
sendiri, hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
ketidakmampuan membedakan diri sendiri dengan orang lain.
D. Tanda dan gejala
1. Data subjektif
a. Mengungkapkan bahwa dirinya tidak berguna
b. Mengungkapkan bahwa dirinya merasa malu
c. Mengungkapkan bahwa dirinya tidak mampu
d. Mengungkapkan bahwa dirinya tidak semangat bekerja ataupun
beraktivitas
e. Mengungkapkan bahwa dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan atau toileting)
2. Data objektif
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakain tidak rapi
h. Tidak berani menatap lawan bicara
i. Bicara lambat nada suara lemah
j. Berkurangnya selera makan
E. Akibat yang dapat ditimbulkan
Klien yang mengalami harga diri rendah dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
interaksi sosial, antara lain menarik diri, perubahan penampilan peran,
keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan (Palupi dkk, 2019).
F. Proses terjadinya masalah
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan juga orang lain. Gangguan
harga diri rendah dapat terjadi apabila cita seseorang yang rendah. Dari cita-cita
yang rendah dapat mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan
cita-citanya. Tantangan yang rendah dapat menyebabkan upaya yang rendah.
Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal (Palupi
dkk, 2019).
G. Mekanisme koping
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping jangka pendek
dan jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil
yang telah diharapkan individu, maka individu dapat mengembangkan mekanisme
koping jangka panjang (Saswati dkk, 2022). Mekanisme tersebut mencakup
sebagai berikut:
a. Jangka pendek
1. Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu: pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV secara terus menerus.
2. Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat sementara,
misalnya ikut kelompok sosial, agama, dan politik.
3. Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara misalnya
perlombaan
b. Jangka panjang
1. Penutupan identitas : terlalu terburu-buru mengadopsi identitas yang
disukai dari orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan
atau potensi diri sendiri
2. Identitas negatif : asumsi identitas yang bertentangan dengan nilainilai
dan harapan masyarakat
III. Pohon Masalah
RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Effect PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

Core Problem HARGA DIRI RENDAH

Causa KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

IV. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien (Triari, 2011).
1. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi : nama klien, umur, tempat dan tanggal lahir, alamat, no
register, agama, pendidikan dan tanggal MRS.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada pasien atau keluarga yang berkaitan dan tuliskan hasilnya, apa
yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit?. Apa yang sudah dilakukan pasien
atau sebelumnya atau cara untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya?.
Klien dengan harga diri rendah akan memiliki kecenderungan dengan tanda dan
gejala mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif
yang mengarah ke orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri yang
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung dan marah,
perasaan negative mengenai tubuh sendiri, ketegangan peran yang dirasakan,
pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan,
penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri,
pengurangan diri, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari
realitas dan khawatir (Suhron,2017).
3. Faktor predisposisi
Merupakan faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa.
Kemungkinan faktor predisposisi yang dialami klien gangguan jiwa dengan harga
diri rendah antara lain dari segi perkembangan keluarga klien, dari segi bioligis klien
mengalami penyakit kronis dan bisa juga kemampuan realitas klien menurun.
4. Faktor presipitas
Merupakan factor yang berasal dari internal maupun eksternal, seperti trauma
penganiayaan ataupun pembullyan, kehilangan anggota tubuh, keluarga ataupun
pekerjaan, perubahan bentuk atau ukuran tubuh.
5. Pemeriksaan fisik
Ukur dan observasi tanda-tanda vital, ukur tinggi dan berat badan, tanyakan berat
badannya naik atau turun, adakah keluhan fisik yang dirasakan pasien, bila “ya” kaji
lebih lanjut tentang sistem dan fungsi organ sesuai dengan keluhan yang dirasakan
pasien.
6. Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pola asuh. Penelusuran genetic yang menyebabkan
atau menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan hingga saat
ini.
2) Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh mana yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai an bagian yang disukai.
Pada klien harga diri rendah cenderung merendahkan dirinya sendiri,
perasaan tidak mampu dan rasa bersalah terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan kliien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan
yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan
harga diri rendah lebih banyak menunduk, kurang percaya diri, dan tidak
berani menatap lawan bicaranya.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga atau pekerjaan ataupun kelompok
masyarakat dalam menentukan kemampuan klien dalam melaksanakan
fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaiman perasaan klien akibat perubahan tersebut. Pada klien Harga Diri
Rendah tidak mampu melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai
dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari individu tersebut.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan dan
harapannya klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak
sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah cenderung
kurang percaya diri selalu merendahkan martabat dan penolakan terhadap
kemampuan dirinya.
e. Harga diri
Penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa
baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Pada klien dengan harga
diri rendah klien akan merendah martabatnya sehingga menyebabkan klien
pesimis dan kurang percaya diri.
7. Hubungan sosial
Menurut Febriana (2016), hubungan sosial penderita HDR terdiri dari: menanyakan
siapa orang terdekat dikehidupan klien dalam tempat mengadu, berbicara, meminta
dukungan ataupun bantuan serta organisasi apa yang diikuti dalam bermasyarakat.
8. Spiritual
a. Falsafah hidup
Klien merasa perjalanan hidupnya penuh ancaman
b. Konsep kebutuhan dan praktek agama
Klien mengakui adanya tuhan, tetapi klien merasa putus asa karena klien
menganggap tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan klien.
9. Status mental
a. Penampilan
Penampilan tidak rapi, misalnya: rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,
resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti. Penggunaan
pakaian tidak sesuai, misalnya: pakaian dalam dipakai diluar baju. Kemunduran
dalam tingkat kebersihan dan kerapian, bau badan karena tidak mandi
merupakan salah satu tanda gangguan jiwa dengan harga diri rendah kronis.
b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah biacaranya cenderung gagap, sering terhenti atau
bloking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
c. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering menunduk dan tidak
berani menatap lawan bicara sehingga menyebabkan rasa malu muncul.
d. Afek dan emosi
Klien HDR cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan).
e. Interaksi selama wawancara
Pada klien HDR kontak mata kurang (tidak mau mentap lawan bicara).
f. Proses pikir
1) Arus fikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking (pembicaraan terhenti
tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali).
2) Bentuk fikir
Otistik : bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dipercaya.
3) Isi fikir
a. Pikiran rendah diri: selalu merasa bersalah pada dirinya dan penolakan
terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan, menghina dirinya terhadap
hal – hal yang pernah dilakukan ataupun belum pernah dia lakukan.
b. Rasa bersalah: pengungkapan diri negative.
c. Pesimis: pandangan bahwa masa depan dirinya yang suram tentang
banyak hal didalam kehidupannya
10. Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau, stupor adalah gangguan motorik seperti
ketakutan, gerakan berulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang
dipertahankan dalam waktu lama tetapi pasein menyadari semua yang terjadi
dilingkungan
11. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang ataupun
pendek
12. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran dirinya
sendiri yang merasa tidak mampu, merasa negatif.
13. Kemampuan penilaian / pengambilan keputusan
Klien harga diri rendah sulit menentukan tujuan dan mengambil keputusan karena
selalu terbayang ketidakmampuan dan kenegatifan untuk dirinya sendiri.
14. Daya titik
Klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan atau klien menyangkal keadaan penyakitnya,
klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya:
menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
atau masalah.
15. Kebutuhan persiapan pulang
Hal yang harus dilakukan oleh perawat meliputi :
1) Makan
Tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam, dan cara makan
kemampuan pasien dalam menyiapkan makanan dan membersihkan alat makan.
2) Defekasi / berkemih
Observasi kemampuan pasien untuk berdefekasi dan berkemih, membersihkan
diri dan merapikan pakaiannya.
3) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot, dan rambut), kebersihan tubuh
dan bau badan pasien.
4) Berpakaian
Observasi kemampuan pasien untuk mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian serta alas kaki, observasi penampilan dan dandanan pasien serta
tanyakan frekuensi ganti baju.
5) Istirahat dan tidur
Observasi kebutuhan tidur pasien, persiapan sebelum tidur serta aktivitas
sesudah tidur.
6) Penggunaan obat
Observasi tentang penggunaan obat pasien dan reaksi obat.
7) Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan pada pasien dan keluarga tentang perawatan lanjutan dan sistem
pendukung yang dimiliki.
8) Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan pada pasien tentang kemampuannya untuk menyajikan makanan,
merapikan kamar, mencuci pakaian sendiri dan mengatur kebutuhan biaya
sehari-hari.
9) Aktivitas diluar rumah
Tanyakan pada pasien tentang kemampuannya untuk belanja keperluan sehari-
hari, melakukan perjalanan mandiri serta aktivitas lain yang dilakukan diluar
rumah.
10) Koping HDR
Data didapat melalui wawancara pada pasien atau pada keluarganya. Baik
adaptif maupun maladaptif.
11) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Data didapat melalui wawancara pada pasien atau pada keluarganya. Untuk
setiap masalah yang dimiliki pasien, berikan uraian spesifik, singkay, dan jelas.
12) Aspek Pengetahuan
Data didapat melalui wawancara pada pasien. Untuk setiap poin yang dimiliki
pasien, simpulkan dalam masalah.
13) Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medis pasien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obat pasien saat ini, baik obat fisik maupun psikofarma
dan terapi lain (Damaiyanti & Iskandar, 2012)

V. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
TUM : klien memiliki konsep diri yang positif
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil : Klien dapat mengungkapkan perasaannya, ekspresi wajah bersahabat,
ada kontak mata, menunjukkan rasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab
salam, klien mampu mengungkapakan masalah yang dihadapi
INTERVENSI :
1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip terapeutik
2. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien

TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimilki.
Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki,
dapat menyebutkan aspek positif keluarga, dapat menyebutkan aspek positif
lingkungan klien
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien tentang aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
lingkungan dan kemampuan yang dimiliki klien.
2. Bersama klien buat daftar tentang aspek positif klien, keluarga, lingkungan dan
kemampuan yang dimilki.
3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan


Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan peaksanaannya.

TUK 4 : klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Kriteria Hasil : klien dapat membuat rencana kegiatan harian
Intervensi :
1. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien dari kegiatan mandiri dan kegiatan dengan bantuan.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

TUK 5 : klien dapat melakukan sesuai rencana yang dibuat


Kriteria Hasil : klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Kriteria Hasil : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien di rawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

VII. Strategi Pelaksanaan


Fase Orientasi
Salam Terapeutik : Selamat Pagi Mbak, Perkenalkan nama saya A., senang dipanggi
suster A ,Nama Mbak siapa? Senang dipanggil siapa?
Evaluasi : “Bagaimana perasaan mbak pagi hari ini ?
Validasi : Apa yang sudah mbak lakukan selama mbak dirawat untuk mengatasi
perasaan malu yang mbak rasakan?
Kontrak : “ Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan malu yang
sedang mbak alami? Tujuannya supaya kita bisa mencari solusinya dan bisa
meningkatkan percaya diri kembali. Berapa lama kita bisa bicara? Dimana tempatnya
mbak?”
Fase Kerja
Adakah hal yang mbak pikirkan terkait perasaan malu yang mbak rasakan saat ini ?
Apakah ada perasaan khawatir? Oh, jadi mbak merasa sering gelisah, susah tidur, mulut
terasa kering, malu dengan kondisi mbak sekarang, dan mbak merasa tidak sesempurna
mbak yang sebelumnya. Apa yang menyebabkan mbak merasa seperti itu? Apa mbak
pernah mengalami perasaan seperti ini sebelumnya? Apa yang biasanya mbak lakukan
kalau perasaan minder itu mulai muncul? Jadi saat ini mbak merasa malu akibat luka
diwajah mbak, mbak menjadi susah tidur, mbak merasa tidak sesempurna sebelumnya.
OK ... bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang aspek positif dan kemampuan
yang mbak miliki selama ini?mari kita buat daftarnya ya mbak, Menurut mbak aspek
positif dalam diri mbak apa saja? Kemampuan apa saja yang mbak miliki selama ini
baik dirumah maupun dirumah sakit ini? Wah bagus sekali mbak, ternyata ada 10 aspek
dan kemampuan yang mbak miliki selama ini, Coba sekarang mbak nilai dari 10
kemampuan ini mana yang masih bisa dilakukan dirumah sakit ini?Bagus mbak berarti
masih ada 5 kemampuan ya yang bisa mbak kerjakan dirumah sakit, Nah sekarang coba
dipilih kemampuan yang akan dikerjakan lebih dahulu. Baik mbak memilih berarti yang
akan mbak kerjakan berhias, mengganti baju dan mandi sendiri. coba sekarang kita
latihan kemampuan pertama yang mbak pilih yaitu berhias.
Fase Terminasi
Evaluasi Subjektif : Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan berhias ?
Evaluasi Objektif : Coba mbak ceritakan lagi apa yang sudah kita lakukan tadi. Bagus
sekali,..
Resep : OK mbak mau latihan berhiasnya berapa kali, Ok 2 x jam berapa saja?Ok kita
buat jadualnya ya, jangan lupa untuk latihan ya mbak ....
RTL : Bagaimana besok kita ketemu lagi untuk berlatih lagi kemampuan kedua yang
sudah dipilih tadi yaitu mengganti baju.. Jam berapa kita bisa bertemu lagi?dimana
tempatnya bu ? baiklah saya akan pamit dulu. Sampai ketemu besok ya mbak,.. Selamat
Siang mbak

VIII. Daftar Pustaka


Meryana (2017) „Upaya Meningkatkan Harga Diri Dengan Kegiatan Positif Pada
Pasien Harga Diri Rendah Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Studi Diploma III pada‟. Available at:
http://eprints.ums.ac.id/52274/4/BAB 2 SEBENARNYA.pdf.

Palupi, D. N., Ririanty, M., & Nafikadini, I. (2019). Karakteristik Keluarga ODGJ dan
Kepesertaan JKN Hubungannya dengan Tindakan Pencarian Pengobatan bagi
ODGJ. Jurnal Kesehatan, 7(2), 82–92. https://doi.org/10.25047/j-kes.v7i2.81

Saswati, N., Harkomah, I., Rahayu, E., Sari, I., Asmidar, R., Rahmayanti, R., Lestari,
P., Kisilowati, Y., & Akbar, A. A. (2022). Pelaksanaan Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) pada klien harga diri rendah kronis. Jurnal Pengabdian
Harapan Ibu (JPHI), 4(1), 21. https://doi.org/10.30644/jphi.v4i1.632

Triari, D. (2011) „Anaalisis Asuhan Keperawatan Harga diri rendah‟, Occupational


Medicine, 53(4), pp. 246–248. Available at:
http://eprints.umm.ac.id/26032/2/jiptummpp-gdl-diahtriari-38155-2-
bab1.pdf.

Anda mungkin juga menyukai