Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIAPOLTEKKES
KEMENKES
TANJUNGKARANGPROGRAMSTUDIKE
PERAWATANTANJUNGKARANG
BandarLampung
Jl.SoekarnoHattaNo.1HajimenaBandarLampung

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus(masalahutama)
Harga Diri Rendah

A. Konsep Harga Diri Rendah


1. Pengertian harga diri rendah
Baron & Byrne (2012) berpendapat bahwa harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat
oleh setiap individu, sikap orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi
positif sampai negatif. (Dalam BAB II AK Budianti, 2015)
Harga diri (self esteem) merupakan salah satu komponen dari konsep diri. Harga diri
merupakan penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik perilaku sesuai dengan ideal
diri (Stuart, 2009).
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Keliat, 2017) Harga diri rendah
kronis juga merupakan evaluasi diri atau kemampuan diri yang negatif dan
dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2016).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, hilang percaya diri akibat dari evaluasi diri yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri.Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak
diri sendiri.

2. Jenis - jenis HDR


a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit,perlakuan petugas yang tidak menghargai.

b. Kronik Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa

3. Rentan Respon HDR


Rentang Respon terdiri dari :
a. Respon adaptif
 Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
 Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.

b. Respon maladaptif
Adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak mampu
memecahkan masalah tersebut. Respon maladaftifnya adalah :
 Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
 Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
 Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan sengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan
baik dengan orang lain

Rentang Respons Konsep Diri


Respon Adaptif Respon Maladaptif
Aktualisasi Diri K. Diri Positif Hdr Kerancuan Identitas Depolarisasi

B. Proses Terjadinya Masalah


Faktor penyebab terjadinya harga diri rendah dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi; penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya Faktor yang mempengaruhi
identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok
sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006)

2. Faktor Presipitasi
a. Trauma : misal penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan yang
mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran : hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi : Ada 3 transisi peran yaitu transisi
perkembangan seperti perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Transisi peran situasi, terjadi dengan bertambahnya atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian. Transisi peran
sehat sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan.

3. Penilaian Terhadap Stresor


Seseorang dengan harga diri rendah memiliki penilaian sendiri terhadap stressor
atau masalah atau penurunan kepercayaan diri yang dimiliki. Kebanyakan dari
mereka memiliki kemampuan berfikir, daya ingat, serta konsentrasi yang
menurun. Mereka akan menjadi pelupa dan sering mengeluh sakit kepala. Wajah
seseorang yang stress tampak dahi berkerut, mimic Nampak serius, bicara berat,
sukar untuk senyum dan tertawa. (AS. Putri, 2019)

4. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki klien antara lain: Aktifitas olahraga dan aktifitas
diluar, hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan
diri, pendidikan dan pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu,
kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas serta hubungan interpersonal

5. Mekanisme Koping
Mekanisme jangka pendek harga diri rendah yang biasa dilakukan adalah
Tindakan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obat,kerja
keras atau menonton televisi terus menerus. kegiatan mengganti identitas
sementara misalnya, ikut kelompok sosial, keagamaan, atau politik.
kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas semen-
tara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Apabila mekanisme koping jangka
pendek tidak memberi hasil pada individu, maka individu akan mengembangkan
mekanisme koping jangka panjang.
Dalam mekanisme koping jangka panjang ini, individu menutup identitas;
keadaan ketika individu terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi oleh
orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan ha srat atau potensi diri sendiri.
Selain penutupan identitas. mekanisme koping jangka panjang yang dilakukan
adalah identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan perasaan
ansietas, bermusuhan, dan rasa bersalah (Stuart, 2007). Mekanisme pertahanan
ego yang juga dilakukan adalah adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi,
proyeksi mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain

C. Pohon Masalah dan Data yang perlu dikaji


1. Pohon Masalah
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


Koping individu tidak efektif

2. Data yang perlu dikaji

No. Dx Data Yang Perlu Dikaji Masalah


1. Subjektif Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan tentang :
1. Hal negatif diri sendiri atau
orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang
pesimis
4. Penolakan terhadap
kemampuan diri

Objektif
1. Penurunan produktivitas
2. Tidak berani menatap lawan
bicara
3. Lebih banyak menundukkan
kepala saat berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada
suara lemah

2. Subjektif Isolasi Sosial


1. Merasa ingin sendirian
2. Merasa tidak aman di tempat
umum
Objektif
1. Menarik diri
2. Tidak berminat/menolak
berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan
Subjektif Koping tidak Efektif
1. Mengungkapkan tidak
mampu mengatasi masalah

Objektif
1. Tidak mampu memenuhi
peran yang diharapkan
(sesuai usia)
2. Menggunakan mekanisme
koping yang tidak sesuai

D. Diagnosis Keperawatan
1. Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Koping Tidak Efektif

E. Rencana Tindakan Keperawatan


No. SDKI SLKI SIKI
dx
1. Evaluasi atau perasaan Harga diri meningkat Observasi
negatif terhadap diri berarti meningkatnya 1. Identifikasi harapan
sendiri atau kemampuan perasaan positif terhadap untuk mengendalikan
klien sebagai respon diri sendiri atau perilaku
terhadap situasi saat ini. kemampuan sebagai respon Terapeutik
terhadap situasi saat ini. 1. Diskusikan tanggung
jawab terhadap perilaku
Kriteria hasil Untuk 2. Jadwalkan kegiatan
membuktikan bahwa harga terstruktur
diri meningkat adalah: 3. Ciptakan dan
1. Penilaian diri positif pertahankan lingkungan
meningkat dan kegiatan perawatan
2. Perasaan malu konsisten setiap dinas
menurun 4. Tingkatkan aktivitas fisik
3. Penerimaan penilaian sesuai kemampuan
positif terhadap diri 5. Batasi jumlah
sendiri meningkat pengunjung
4. Penilaian diri positif 6. Bicara dengan nada
meningkat rendah dan tenang
5. Percaya diri berbicara 7. Lakukan kegiatan
meningkat pengalihan terhadap
6. Kontak mata sumber agitasi
meningkat 8. Cegah perilaku pasif dan
7. Gairan aktivitas agresif
meningkat 9. Beri penguatan positif
8. Berjalan terhadap keberhasilan
menampakkan wajah mengendalikan perilaku
meningkat 10. Lakukan pengekangan
9. Postur tubuh fisik sesuai indikasi
menampakkan wajah 11. Hindari bersikap
meningkat menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
12. Hindari sikap
mengancam atau
berdebat
13. Hindari berdebat atau
menawar batas perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi
1. Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
2. Ketidakmampuan untuk Setelah dilakukan Observasi
membina hubungan yang intervensi keperawatan 1. Identifikasi
erat, hangat, terbuka, dan selama 3 x 24 jam, maka kemampuan
interdependen dengan keterlibatan sosial melakukan interaksi
orang lain meningkat, dengan kriteria dengan orang lain
hasil: 2. Identifikasi hambatan
1. Minat interaksi melakukan interaksi
meningkat dengan orang lain
2. Verbalisasi isolasi Terapeutik
menurun 1. Motivasi
3. Verbalisasi meningkatkan
ketidakamanan keterlibatan dalam
ditempat umum suatu hubungan
menurun 2. Motivasi kesabaran
4. Perilaku menarik dalam
diri menurun mengembangkan
suatu hubungan
3. Motivasi
berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
4. Motivasi berinteraksi
di luar lingkungan
(mis: jalan-jalan, ke
toko buku)
5. Diskusikan kekuatan
dan keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
4. Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
5. Anjurkan penggunaan
alat bantu (mis:
kacamata dan alat
bantu dengar)
6. Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi

3. ketidakmampuan menilai Kriteria hasil untuk Observasi


dan merespons stresor membuktikan bahwa status 1. Identifikasi persepsi
dan/ketidakmampuan koping membaik adalah: mengenai masalah
menggunakan sumber- 1. Kemampuan memenuhi dan informasi yang
sumber yang ada untuk peran sesuai usia memicu konflik
mengatasi masalah meningkat Terapeutik
2. Perilaku koping adaptif 1. Fasilitasi mengklarifikasi
meningkat nilai dan harapan yang
3. Verbalisasi kemampuan membantu membuat
mengatasi masalah pilihan
meningkat 2. Diskusikan kelebihan dan
4. Verabalisasi pengakuan kekurangan dari setiap
masalah meningkat solusi
5. Verbalisasi kelemahan 3. Fasilitasi melihat situasi
diri meningkat secara realistic
6. Perilaku asertif 4. Motivasi
meningkat mengungkapkan tujuan
7. Verbalisasi perawatan yang
menyalahkan orang lain diharapkan
menurun 5. Fasilitasi pengambilan
8. Verbalisasi rasionalisasi keputusan secara
kegagalan menurun kolaboratif
9. Hipersensitif terhadap Edukasi
kritik menurun 1. Jelaskan alternatif solusi
secara jelas
2. Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
tenaga Kesehatan lain
dalam memfasilitasi
pengambilan keputusan

F. Strategi Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan (Individu, Keluarga dan kelompok)
A. Individu
Sp 1. :
 Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
 Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
 Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk
dilatih
 Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
 Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan dua kali per hari
Sp 2. :
 Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
 Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
 Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: dua kegiatan masing2 dua kali
per hari
Sp 3 :
 Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
 Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
 Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing- masing
dua kali per hari
Sp 4 :
 Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian
 Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
 Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing- masing
dua kali per hari

B. Keluarga
Sp 1 :
 Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
 Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah
(gunakan booklet)
 Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien: bombing
dan beri pujian
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
Sp 2 :
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan
kebersihan diri. Beri pujian
 Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih
pasien
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
Sp 3 :
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan
yang telah dilatih. Beri pujian
 Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan berikan pujian
Sp 4 :
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan.
Beri pujian.
 Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan keempat yang dipilih
 Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian

G. Terapi Aktifitas Kelompok


Sesi 1 : Pasien mampu menjelaskan harga diri rendah
Sesi 2  : pasien mampu mngontrol harga diri rendah dengan membuat jadwal kegiatan
Sesi 3  : mencegah harga diri rendah dan bercakap -  cakap
Sesi 4  : mengontrol harga diri rendah dengan latihan

H. Daftar Pustaka
1. Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa.
Workshops Ke-7, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

2. Budianti, AK. 2015. BAB II Landasan Teori Harga Diri Rendah. UMS. Dimuat
dalam http://eprint.ums.ac.id/36447/6/BAB%20II.pdf (Diakses pada 23 Oktober
2022)

3. Anonim. BAB II Tinjauan Pustaka dan Konsep Harga Diri Rendah. Dimuat dalam
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=18941 (Diakses pada 23 Oktober
2020)

4. Putri. AS. 2019. Kesehatan Jiwa. Poltekkes Tanjungkarang.

5. Sutejo,Ns.2018. Buku Keperawatan jiwa : konsep dan praktik asuhan keperawatan


kesehatan jiwa : gangguan jiwa dan psikososial, Edisi 1.Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

6. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definsi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

7. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

8. PPNI (2018). Standar Intervensi Luaran Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai