Anda di halaman 1dari 23

Budaya Indonesia

Betawi

Dosen Pengampu:
Ns. Sunarsih, S.Kep.,MM

Disusun Oleh Kelompok 12


1. Ijlal Hkmal Rosyad (2114401066)
2. Martinus Rony Kristianto (2114401072)
3. Reza Setriana (2114401083)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
penyertaa-Nya, kami dari kelompok empat mampu menyelesaian makalah Budaya Indonesia
Betawi ini dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini, kami membahas topik seputar bahasa, adat istiadat, agama, budaya yang
menunjang kesehatan, budaya yang menjatuhkan kesehatan, serta tentang restrukturisasi
budaya.
Kami sebagai kelompok, tentu menyadari bahwa makalah yang telah kami susun masih jauh
dari kata sempurna. Kami dari kelompok memohon maaf bila terdapat kesalahan penulisan
atau terdapat kata kata yang kurang berkenan. Oleh karena itu, saran dan kritik kami harapkan
agar kami mampu menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, kami dari kelompok 12 mengucapkan
terimakasih.

Bandar Lampung, 26 september 2022

Kelompok 12

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................
1.2 TUJUAN..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. BAHASA DAERAH BETAWI........................................................................
B. ADAT ISTIADAT BETAWI...........................................................................
C. AGAMA DI BETAWI......................................................................................
D.BUDAYA YANG MENINGKATKAN KESEHATAN...................................
E. BUDAYA YANG MENURUNKAN KESEHATAN......................................
f. RESTRUKTURISASI BUDAYA.....................................................................
BAB III..................................................................................................................
A. KESIMPULAN................................................................................................
B. LATIHAN SOAL............................................................................................
C. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Suku betawi merupakan sebutan untuk para penghuni daerah Jakarta dan sekitarnya, suku ini
banyak di kenal karena letaknya berada di pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Beberapa ahli menyebut bahwa Suku Betawi merupakan keturunan dari perkawinan antar
suku di Nusantara. Sebagian berpendapat jika suku Betawi telah ada sejak lama. Eksistensi
suku Betawi menurut sejarawan Sagiman MD telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya
sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum, penduduk asli Betawi adalah penduduk
Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura. Pendapat Sagiman MD tersebut
senada dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan
Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)" mengungkapkan
bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 - 3000 sebelum masehi.
(Ayunda Putri,2015:1) Sebagaian orang menyebutkan bahwa orang-orang suku betawi berasal
dari keturunan dari budak yang di datangkan oleh Belanda. Budak itu di datangkan di
antaranya dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok dan India

B. Tujuan

a) Mengetahui Bahasa Daerah Betawi


b) Mengetahui Adat Istiadat Betawi
c) Mengetahui Agama di Betawi
d) Mengetahui Budaya yang Meningkatkan Kesehatan di Betawi
e) Mengetahui Budaya yang Menurunkan Kesehatan di Betawi
f) Restrukturisasi Budaya di Betawi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahasa Betawi

Bahasa Betawi adalah bahasa yang dituturkan oleh Suku Betawi yang mendiami daerah Jakarta dan
sekitarnya.[m Bahasa ini merupakan bahasa campuran yang tersusun dari bahasa asing, seperti;
Belanda, Portugis, Arab, Farsi, Hokkien, dan juga bahasa pribumi Indonesia seperti Sunda, Jawa, dan
Bali; imbas para imigran dan pekerja multietnis yang didatangkan dari berbagai tempat ke Batavia
oleh VOC pada abad ke-16 hingga abad 18, serta perdagangan dan pertukaran yang terjadi sejak
ratusan tahun di bandar besar Sunda Kelapa. Bahasa ini pun juga turut menjadi dasar atas bahasa
gaul (ragam bahasa Indonesia non-baku), yang digunakan oleh orang-orang di Jabodetabek, dan
menyebar ke seluruh Indonesia melalui penayangan media yang Jakartasentris.

B. Adat istiadat betawi

-Kelahiran

1. Akeke

Akeke Upacara Ala Tradisi Betawi. Beberapa hari kemudian (tiga sampai seminggu) baru
diselengarakan selametan menyambut kelahiran bayi. Selametan itu dinamakan akekah atau
akeke. Akikah (Akeke atau akekah) adalah upacara selamatan (untuk anak yang baru
dilahirkan) dengan memotong kambing. Upacara selametan ini bagi orang Betawi dilakukan
sekali selama hidup. Tapi bagi mereka yang kaya, dapat melakukannya setiap tahun,
khususnya pada bulan Dzulhijjah atau musim haji. Bulan ini disunnahkan berkorban dengan
memotong hewan berupa kambing atau sapi/kerbau, mengikuti syariat Nabi Ibrahim.

Upacara selamatan ini dilaksanakan paling cepat seminggu setelah kelahiran sang orok alias si
bayi. Atau dengan tenggang hari 7, 14 dan 21 hari setelah kelahiran. Ini dihubungkan pula
dengan upacara pencukuran rambut dan sekaligus juga sebagai peresmian pemberian nama
kepada si bayi. Dalam sejarah Islam upacara ini dilakukan sebagai reaksi terhadap tradisi
jahiliyah. Masa jahiliyah kepala anak lelaki (anak wanita dikubur hidup-hidup) yang baru
dilahirkan biasanya dibasahi dengan darah binatang yang disembelih. Kebiasaan jahiliyah ini

5
diberantas dan dibersihkan oleh Islam dan diganti dengan akikah. Hadis yang diriwayatkan
Tirmizi dari Aisyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan sahabat-
sahabatnya supaya mengaki-kahkan anak laki-laki dua ekor kambing dan anak perempuan
satu ekor kambing. Akikah banyak mengandung hikmah dan ajaran antara lain : (1)
merupakan kurban yang mendekatkan diri si anak kepada Allah mulai sejak awal hidupnya;
(2) merupakan tebusan bagi anak yang pada saatnya nanti hewan akikah akan diejawantahkan
berupa syafaat pada hari kiamat kepada kedua orang tuanya; (3) mengkokohkan tali
persaudaraan dan kecintaan di antara warga masyarakat dengan berkumpul di satu tempat
dalam menyambut kehadiran anak yang baru lahir; dan (4) merupakan sarana yang dapat
merealisasikan prinsip-prinsip keadilan sosial dan menghapuskan gejala kemiskinan di dalam
masyarakat, misalnya dengan adanya daging yang diberikan kepada fakir miskin. Akikah
(akeke) yang berlaku dalam tradisi masyarakat Betawi sebenarnya memang operasionalisasi
syariat Islam meski dalam proses pelaksanaannya tidak utuh. Dalam tradisi Betawi seorang
ibu yang baru melahirkan akan menggantungkan peniti, gunting kecil, dan batang salak yang
masih berduri atau duri daun nanas di samping rumah dekat jendela kamarnya. Menurut cerita
orang-orang tua, orok yang baru dilahirkan masih terlalu rentan terhadap lingkungan dan
mudah dipengaruhi macam-macam hal. Konon setan takut dengan duri pohon salak dan
barang yang tajam lancip. Ini merupakan tradisi yang pernah berlaku di tanah Betawi.
Biasanya sebuah keluarga (pasangan suami – istri) yang baru mendapat atau melahirkan anak,
akan sibuk mempersiapkan upacara selametan yang disebut akeke. Pada upacara ini
dibutuhkan perlengkapan antara lain : air kembang setaman, nampan, gunting, kelapa muda,
hiasan nampan berupa bendera dari uang, memotong kambing, dan lain-lain. Jumlah kambing
yang dipotong dua ekor jika si orak laki-laki dan seekor jika perempuan. Tentu saja sejak pagi
hari sudah dilaksanakan pemotongan kambing. Sohibul hajat pun akan mengundang tokoh
masyarakat dan tetangga sekitarnya, agar berkenan datang untuk selametan akeke.
Mengetahui ada warga yang baru melahirkan, biasanya para tetangga khususnya kaum ibu
akan menjenguk. Tetangga yang datang menjenguk itu akan nyempal, artinya menyelipkan
uang di bawah pundak si bayi. Ini maksudnya untuk membantu meringankan biaya
pengurusan si bayi, apakah untuk membeli susu, popok, baju, perlengkapan mandi, dan
sebagainya. Jadi nyempal itu memberikan uang dengan cara menyelipkan uang ke bawah
pundak si bayi. Saat ini umumnya famili atau keluarga dan tetangga lebih sering memberikan
hadian untuk kebutuhan bayi, bukan lagi memberikannya selayaknya nyempal. Akekah

6
dilaksanakan pagi atau sesudah shalat Zuhur. Tapi umumnya sesudah shalat Isya dengan
harapan tetangga sekitar khususnya kaum laki-lakinya dapat hadir. Upacara dimulai dengan
tahlilan atau pembacaan zikir dan tahlil. Dilanjutkan dengan pembacaan maulid Nabi
Muhammad SAW dari kitab Syarafal Anam (Al-Barzanji). Ketika pembacaan maulid sampai
serakal (Asyrakal), maka si bayi dibawa ke ruang tempat upacara maulid untuk dicukur atau
dipotong rambutnya. Pemotongan rambut ini dimulai dari kyai atau tokoh masyarakat,
seterusnya dilakukan oleh kakek, ayah, ibu, keluarga, dan seluruh jamaah yang mengikuti
acara. Dalam tradisi Betawi, hasil seluruh rambut yang dipotong atau dicukur itu
dikumpulkan kemudian ditimbang dengan ukuran gram. Jumlah timbangan misalnya 5 gram,
maka ayah si bayi (si bayi sekarang sudah diberi nama, misalnya namanya Muhammad Arief)
akan membeli emas sebanyak 5 gram. Ukuran emas dipakai karena emas termasuk mata uang
yang stabil. Nanti uang untuk membeli emas yang 5 gram emas itu akan disumbangkan
kepada anak yatim – piatu dan orang miskin. Ketika seluruh rangkaian upacara selesai, maka
tetamu disajikan pengetean, berupa kue-kue khas Betawi (seperti: kue jongkong, bugis, talam
udang, kelen, lumpang, unti, putu mayang, dll) dan buah-buahan. Untuk makan besar atau
makan bersama tidak dengan cara prasmanan, tapi telah disediakan dan dikeluarkan nampan-
nampan berisi nasi kebuli. Nasi kebuli ini campuran utamanya adalah daging kambing. Satu
nampan untuk 4 orang, yang isinya daging kambing empat potong, emping/kerupuk udang,
dan sepiring sayur pacri. Sayur pacri ini terbuat dari terong, nanas, daging giling, dan bumbu-
bumbu khas lainnya. Dalam makan ini tidak disediakan tesi atau sendok tapi langsung disuap
dengan tangan telanjang. Jika selesai makan-makan, tamu yang mau pulang diberikan
bungkusan nasi berkat. Nasi berkat – sesuai dengan namanya – berarti mendapat berkah atau
oleh-oleh sebagai tanda terima kasih sohibul hajat. Nasi berkat adalah sebungkus nasi putih
dilengkapi lauk-pauk terdiri atas semur daging, pesmol ikan bandeng, perkedel, serondeng,
gule buncis atau acar kuning, dan emping. Tapi lantaran kali ini upacara akeke, maka lauk
nasi berkat ditambah dengan gulai kambing. Tidak seperti saat Qurban, kambing yang
disembelih saat akeke tidak dibagikan mentah-mentah tapi dibagikan sudah dimasak. Begitu
memang sunnahnya. Nasi berkat dalam tradisi Betawi dibungkus dengan memakai daun jati
atau daun teratai dan dimasukkan ke bongsang. Saat ini sering dipakai daun pisang batu atau
cukup dengan boks karton dimasukkan ke dalam kantong plastik atau kantong kemasan yang
dipesan khusus untuk itu.

7
2.Nyapih

Dalam perjalanan selanjutnya jika si anak sudah berumur dua tahun atau lebih, orang tuanya
akan melakukan upacara nyapih. Tapi sebenarnya menyapih anak tidak harus usianya telah
dua tahun. Bisa saja si anak baru 7 atau 8 bulan. Mengapa? Karena si ibu sudah hamil lagi
sehingga si anak harus segera disapih. Orang Betawi menyebut bayi yang belum berumus
setahun sudah disapih namanya sundulan. Maksudnya bayi pertama belum saatnya disapih,
tapi dia sudah akan memdapat adik sehingga posisinya menyususl bayi pertama. Jika tidak
disapih akan mempengaruhi kesehatan si ibu. Nyapih atau Sapih adalah upaya seorang ibu
untuk memberhentikan ketergantungan si anak menyusu dari ibunya (ASI). Sapih atau
menyapih pada masyarakat Betawi tidak dapat dikerjakan atau dilakukan oleh sembarang
orang. Pekerjaan ini dilakukan oleh dukun beranak. Seorang ibu yang mau menyapih anaknya
akan datang meminta tolong kepada seorang dukun beranak. Pada umumnya untuk menyapih
anak, orang Betawi memilih hari Jum’at. Orang Betawi sangat yakin bahwa hari Jum’at
adalah sayidul ayyam, penghulu hari-hari. Oleh sebab itu banyak keistimewaan di hari Jum’at.
Untuk menyapih anaknya, si ibu harus membawa teh, gula putih, dan buah-buahan. Ini tidak
dimaksudkan untuk oleh-oleh yang nanti akan diberikan kepada dukun beranak, tapi untuk
keperluan si anak. Segera setelah si ibu menyerahkan bawaannya kepada dukun beranak, sang
dukun akan menerima bawaan dan langsung dibawa ke kamar tidur (pangkeng) yang biasanya
digunakan juga sebagai tempat urut. Di dalam kamar si dukun akan membaca bacaan-bacaan
khusus atau jampi-jampi. Setelah membaca doa-doa khusus, si dukun akan membuat ramuan
obat oles yang bahannya terdiri atas daun sirih, kapur sirih, dan gambir. Sambil membuat obat
ini si dukun membaca doa-doa lagi. Setelah selesai obat oles itu akan dioleskan di putting dan
sekitar payudara si ibu sambil bicara kepada si anak yang disapih. “Neng, liat, nih, tetek
emaknye ude dikasih tai ayam. Mengkenye mulain ini ari jangan netek lagi, ye…” Sehabis
berkata begitu si anak disuruh netek saat itu juga. Merasakan air susu ibunya tidak enak lagi
karena bercampur dengan obat oles, si anak tidak mau menyusu lagi. Namun sering pula
prosen nyapih tidak berjalan mulus, lantaran tidak jarang ada bayi yang tidak memperdulikan
rasa obat olesan. Dia akan menyusu terus meski dengan risiko air susu yang dirasakannya
bercampur dengan rasa obat oles. Ini mungkin karena dorongan alamiah si bayi yang lapar
dan dorongan keinginannya untuk makan begitu besar. Pada kondisi seperti ini, biasanya
dukun akan mencari formula atau adonan baru dalam membuat obat dan menuntaskan tugas
8
menyapih bayi. Dukun beranak memberikan teh dan gula yang tadi sudah dibaca-bacain
kepada si ibu, sambil berkata, “Ni teh ame gula puti, lu bikin aer manis buat minum anak lu
enti malem kalu die nangis. Lu, kudu tega ame anak kalu lu emang mao bener-bener nyapih
anak.” Begitu pesan dukun beranak kepada si ibu. Ada pula kebiasaan menutupi tetek si ibu
dengan sempak atau celana dalam suaminya. Ini tujuannya agar tetek tersebut tidak bengker,
atau membengkak karena terlalu banyak air susunya akibat proses penyapihan. Seorang ibu
harus tega (betapapun besar sirikonya) mendengar tangis anaknya tengah malam. Jangan
sampai si ibu lupa mengolesi teteknye dengan obat yang dibikin dukun. Artinya si ibu harus
disiplin memegang aturan yang dikeluarkan oleh dukun. Kalau dia lupa memberi olesan lantas
anaknya menyusu lagi, tentu nyapih dianggap urung. Ini karena si ibu lalai atau tidak tega
mendengar jerit tangis anaknya di waktu malam hening sepi. Bisa pula karena faktor ayah si
anak yang lebih tidak tega lagi, atau merasa terganggu dengan suara tangis anaknya sendiri,
maka dengan kasar diperintah istrinya untuk tidak menyapih anaknya. Waktu anak menolak
tetek ibunya, si ibu lalu membuat dan memberikan teh manis (yang gula dan tehnya sudah
dijampi-jampi oleh dukun) kepada anaknya. Jaman sekarang si ibu selain memberikan teh
manis hasil bacaan dukun, menyediakan pula susu instan atau makanan lain buat anaknya.
Bergadang momong anak yang disapih memakan waktu empat (4) hari bahkan sampai
seminggu. Ini memang melelahkan. Dan berat badan si anak pun akan turun sangat drastis
sebagai akibat penyapihan itu. Bapak dan terutama ibunya akan merasa sangat sedih
menyaksikan penderitaan anak kesayangannya. Setelah anak benar-benar lupa menyusu,
ibunya akan datang lagi kepada dukun beranak tempatnya nyapih. Kedatangannya kali ini
bertujuan mulangin syarat. Artinya si ibu akan mengantar masakan khas Betawi (nasi, pesmol
bandeng, semur daging, opor ayam, acar kuning, kerupuk udang), pisang ambon atau raja, dan
kue-kue Betawi yang salah satunya adalah kue apem. Seorang dukun beranak pada jaman
dulu berperan multi fungsi, bahkan lebih hebat dari seorang dokter ahli kandungan. Ia
memiliki keahlian alam nyata maupun alam gaib. Anak-anak yang tidak napsu makan, anak-
anak yang kesambet, anak-anak yang ditumpangin mahluk halus, dan segala macam penyakit
anak-anak lainnya akan mampu ditanganinya. Sebutan mereka pun macam-macam, antara
lain disebut dukun sembur, yang maksudnya dalam prakteknya sebagai dukun beranak ia
berperan juga sebagai penyembuh segala macam penyakit dengan menggunakan media air
atau ramuan (akar, daun) yang dijampi-jampi dan lalu disemburkan, dilulurkan dan dibuat
popol ke embun-embunan dan dilulur ke tubuh anak yang sakit.

9
Begitulah peran besar yang telah dimainkan oleh dukun beranak dalam tradisi masyarakat
Betawi. Apalah jadinya hidup ini tanpa kehadiran dan keahlian seorang dukun, apalagi dukun
beranak.

-Perkawinan

Suku betawi merupakan sebutan untuk para penghuni daerah Jakarta dan sekitarnya, suku ini
banyak di kenal karena letaknya berada di pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Beberapa ahli menyebut bahwa Suku Betawi merupakan keturunan dari perkawinan antar
suku di Nusantara. Sebagian berpendapat jika suku Betawi telah ada sejak lama. Eksistensi
suku Betawi menurut sejarawan Sagiman MD telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya
sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum, penduduk asli Betawi adalah penduduk
Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura. Pendapat Sagiman MD tersebut
senada dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan
Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)" mengungkapkan
bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 - 3000 sebelum masehi.
(Ayunda Putri,2015:1)Sebagaian orang menyebutkan bahwa orang-orang suku betawi berasal
dari keturunan dari budak yang di datangkan oleh Belanda. Budak itu di datangkan di
antaranya dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok dan India

-Kematian

Tradisi Orang Betawi Saat Ada Orang Meninggal

Saat ada orang meninggal, orang Betawi akan menjalankan beberapa prosesi sebelum dan
sesudah orang yang meninggal tersebut dimakamkan.Beberapa prosesi tersebut diantaranya 
adalah:

Ngelawat atau Nyelawat

Ngelawat atau nyelawat adalah mengunjungi rumah tetangga, sanak keluarga ataupun orang
lain yang sedang ditimpa kemalangan seperti kematian. Ngelawat atau nyelawat ini
merupakan adat kebiasaan suku bangsa Indonesia yang sering juga dilakukan orang Betawi.
Kebiasaan ini terutama dilakukan oleh tetangga dan sanak keluarga terdekat. Orang-orang
yang datang ngelawat biasanya membawa sumbangan berupa uang yang disebut "uang
selawat" yang jumlahnya tidak ditentukan tergantung kemampuan serta keikhlasannya.

Membantu Mengurus Jenazah Orang yang Meninggal

10
Selain ngelawat atau ngelayat, biasanya orang-orang Betawi akan membantu dalam
mengurusi jenazah orang yang meninggal dari mulai memandikan hingga melaksanakan
upacara bagi fidiyah atau pudie bertempat di masjid atau musholla dan dipimpin oleh kyai
setempat yang dituakan. Pihak keluarga jenazah menyerahkan perwakilan kepada kyai dengan
mengucapkan ijab-kabul.

Tahlilan

Dalam tradisi Betawi, penghormatan kepada orang yang meninggal diwujudkan dalam bentuk
tahlilan. Tahlilan ini diselenggarakan oleh para anggota keluarga yang ditinggalkan almarhum
atau almarhumah. Mereka mengadakan selamatan atau sedekahan pada waktu yang
meninggal telah mencapai 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari dari saat meninggalnya.
Saat tahlilan mereka mengundang tetangga dan kerabat untuk hadir dan membacakan ayat–
ayat Al-Qur’an dan do’a – doa untuk almarhum atau almarhumah.

Ngored

Ngored dalam masyarakat Betawi diartikan sebagai kegiatan berziarah kubur. Biasanya
kegiatan ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan bertujuan untuk mendoakan orang yang
meninggal agar diampuni dosa-dosanya selama hidup di dunia.

C. Agama budaya betawi

Kepercayaan atau agama suku betawi Pada Suku Betawi Mayoritas orangnya beragama Islam.
Meskipun ada beberapa di antaranya yang memiliki kepercayaan Kristen dan Protestan.
Banyak upacara adat pada suku Betawi yang berbau Islam. Seperti akeke atau akikah pada
bayi. Atau upacara tamatan Qur’an. Orang suku Betawi memiliki nilai religi yang tinggi,
mereka dididik agar memiliki akhlak yang baik. Untuk itu, sejak kecil anak- anak suku
Betawi sudah di kenalkan dengan religi, si anak akan diikutkan mengaji pada seorang guru
mengaji di masjid, hingga anak dinyatakan tamat Al-qur’an oleh sang guru ngaji. Sang guru
sendirilah yang akan menentukan, apakah si anak telah layak untuk lulus atau belum. Upacara
ini sangat penting bagi orang Betawi, karena Tamat Qur’an menunjukkan bahwa seseorang
yang telah melaksanakan upacara tamatan Qur’an di anggap telah mengerti tentang agama
Islam.

D. Budaya yang meningkatkan kesehatan

Mata pencaharian orang Betawi dapat dibedakan antara yang berdiam di tengah kota dan yang
tinggal di pinggiran. Di daerah pinggiran sebagian besar adalah petani buah buahan, petani
sawah dan pemelihara ikan. Dengan melihat aspek tersebut, kita dapat fokus terhadap kondisi
fisik yang dimiliki para penduduk tersebut. Kekayaan alam yang menunjang menjadikannya
sebagai sasaran mata pencaharian bagi mereka sekaligus memudahkan mereka untuk ikut
serta mengonsumsi bahan-bahan makanan yang mereka dapati. Dapat ditarik kesimpulan,
dengan kondisi demografis yang memadai, kecukupan gizi masyarakat Betawi terpenuhi.
Dengan membiasakan mengonsumsi buah-buahan dan ikan yang kita ketahui kaya akan
11
nutrisi, sudah cukup menunjang kebutuhan akan gizi mereka sehari-hari. Kondisi tersebut
memberikan keuntungan besar bagi masyarakat Betawi. Terkait dengan sosio-antro,
kehidupan sosial dan budaya yang dijalani oleh masyarakat Betawi yang tinggal di pinggiran
tersebut memberikan dampak positif secara berkala yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.

E. Budaya yang menurunkan kesehatan

-wanita yang dituntut untuk menikah muda

Posisi wanita Betawi di bidang pendidikan, perkawinan, dan keterlibatan dalam angkatan
kerja relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan wanita lainnya di Jakarta dan propinsi
lainnya di indonesia. Keterbatasan kesempatan wanita Betawi dalam pendidikan disebabkan
oleh kuatnya pandangan hidup tinggi mengingat tugas wanita hanya mengurus rumah tangga
atau ke dapur, disamping keterbatasan kondisi ekonomi mereka. Situasi ini diperberat lagi
dengan adanya prinsip kawin umur muda masih dianggap penting, bahkan lebih penting dari
pendidikan Melihat kondisi tersebut, hal ini dapat difokuskan kepada beberapa aspek. Salah
satunya, psikis yang dialami para wanita yang dituntut untuk menikah muda memberikan
dampak buruk, yaitu kurangnya persiapan mental dan kedewasaan yang dapat memicu
timbulnya stres. Hal tersebut dapat timbul dikarenakan kondisi mereka yang kehidupannya
hanya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang mencakup di dalam ruangan saja. Kondisi tertekan
dan perasaan akan kebebasannya dibatasi itulah yang dengan mudahnya memicu stress attack.
Dengan kata lain, jika stress dialami terus menerus juga berdampak kepada kesehatan dan
dapat menimbulkan berbagai penyakit. Selain itu, melihat kondisi menikah muda yang
membudaya di dalam masyarakat Betawi memberikan dampak berpotensinya meningkatnya
angka kelahiran anak yang serta merta tidak lepas dengan meningkatnya pula angka kematian
ibu

-Ondel-ondel

Ondel-ondel pun sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat Menurut kepercayaan
orang-orang Betawi wabah seperti misalnya cacar akan hilang setelah orang-orang mengarak
ondel-ondel keliling kampung Melihat hal tersebut, kita dapat melihat pada sisi budaya
dengan dunia kesehatan yang dikaitkan menjadi suatu keselarasan oleh masyarakat Betawi
tersebut. Keyakinan akan mitos dengan mengarak-arak ondel dapat menolak bala
menciptakan paradigma mereka akan kepercayaan terhadap suatu hal yang mistis yang dapat
membantu mereka untuk mencegah wabah cacar. Namun, seperti yang kita ketahui, hal
tersebut jauh dari kebenaranya. Cacar adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Varicella
simplex dan ditularkan melalui kontak udara sehingga dengan kepercayaan yang diyakini oleh
masyarakat Betawi tersebut tidak mengenai sasaran apapun dan hal tersebut hanyalah sebagai
ritual dari kebiasaanyang tidak dapat mereka lepaskan Budaya pantangan saat hamil,budaya
12
adalah masih kuatnya mitos-mitos budaya berkaitan dengan kesehatan ibu dan pemahaman
aturan agama. ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan
kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun
dokter. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.

-Banyak anak banyak rejeki

-Keluarga Betawi umumnya berkelompok beberapa generasi dalam satu rumah, rumah besar
disekat-sekat, atau bersebelahan dengan saudara lain. Keluarga Betawi memiliki rasa gotong
royong yang tinggi, kompak dalam menghadapi persoalan anggota keluarganya, tetepi dalam
membela anggota keluarga tersebut acapkali tidak berdasarkan pertimbangan logis, lebih pada
pertimbangan perasaan dan kedekatan kekerabatan

-Anak lelaki keluarga Betawi mendapat perhatian yang lebih baik daripada anak perempuan
mereka. Anak lelaki lebih mendapat perhatian pendidikan, asupan gizi, warisan, dan bila
terjadi konflik antara anak yang berlainan jenis. Pandangan keluarga Betawi dalam
pendidikan anak dan perbedaan memperlakukan anak menyebabkan anak laki-laki Betawi
jarang yang berpendidikan tinggi dan anak perempuan tetap tinggal dirumah. Keluarga
Betawi pada umumnya menghidupi keluarganya dengan pekerjaan tidak tetap, berdagang,
mengharapkan hasil kebun, dan kontrakan atau menyewakan rumah. Untuk melangsungkan
pesta perkawinan, khitanan, atau keperluan lain yang lebih besar, keluarga Betawi pada
umumnya menjual kebun atau sebagian rumahnya. Hal ini menyebabkan mereka
terpinggirkan oleh kaum pendatang yang lebih ulet, mempunyai pendidikan, dan memeiliki
budaya menabung. Orang Betawi cenderung menikah diusia muda, dan anak mereka diasuh
oleh nenek. Ikatan persaudaraan tercermin saat hari raya lebaran, kematian, sunatan dan
melahirkan. Keluarga yang lebih muda dating dengan membawa buah tangan walaupun
keluarga yang lebih tua lebih kaya.dalam satu ahun hari raya idul fitri wajib datang meskipun
sering berkunjsung di luar idul fitri, bila pada hari raya tidak hadir, mereka dianggap
menjauhi keluarga.

F. Restrukturisasi

Produk spiritualitas tradisional di era modern mudah tergeser oleh produk spritual modern.
Produk spiritualitas tradisional bisa going concern ketika mampu mengikuti arus zaman.
Seperti ‘Ogoh-ogoh’di Bali atau ‘Reog Ponorogo’. Semua produk spiritual budaya ini going
concern karena dibumikan menjadi simbol dan identitas diri daerah atau suku. Selain itu, juga
ada ‘power’ untuk memper-tahankannya menjadi dasar ‘tidak lengkap’ tanpa menghadirkan
simbol simbol tersebut. Kecenderungan penghindaran melakoni karena ada anggapan
berbenturan dengan ajaran agama ‘sirik` , sehingga untuk berke-lanjutan simbol-simbol harus
dimurnikan menjadi produk seni budaya dan pertunjukan. Esensi bukan lagi media untuk
berhubungan dengan (dunia lain) atau mencari rejeki, media penyembuhan, atau sebagai ritual
penolak bala. Prinsip going concern memperlihatkan bahwa semua entitas bisnis, organisasi,
13
dan individu sebagai pelaku budaya seperti ondel-ondel. Semua pelaku budaya ini harus
menganut prinsip going concern untuk bisa bertahan dan tetap eksis. Menurut akuntansi bisa
berhasil bila entitas mampu menghasilkan pendapatan dan keuntungan. Juga ondel-ondel
untuk going concern harus mampu menghadirkan keuntungan dan memberikan rasa manfaat
bagi konsumennya sehingga menjadi media untuk memperoleh pendapatan.

KESIMPULAN

Suku betawi merupakan sebutan untuk para penghuni daerah Jakarta dan sekitarnya, suku ini
banyak di kenal karena letaknya berada di pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Beberapa ahli menyebut bahwa Suku Betawi merupakan keturunan dari perkawinan antar
suku di Nusantara. Sebagian berpendapat jika suku Betawi telah ada sejak lama. Eksistensi
suku Betawi menurut sejarawan Sagiman MD telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya
sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum, penduduk asli Betawi adalah penduduk
Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.

1.Akeke merukapan acara yang di gunakan suku betawi dalam memperingati acara apa ?

A. Pernikahan

B. Kelahiran

C. Kematian

D. Sunatan

E. Semua salah

Jawaban B

14
2.upaya seorang ibu untuk memberhentikan ketergantungan si anak menyusu dari ibunya
(ASI) di sebut apa

A. Nyapih

B. Akeke

C. Sunatan

D. Ngaben

E. Galungan

Jawaban A

3.mengunjungi rumah tetangga, sanak keluarga ataupun orang lain yang sedang ditimpa
kemalangan seperti kematian di sebut apa ?

A. Akeke

B. Ngaben

C. Ngelawat atau nyelawat

D. Galungan

E. Natal

Jawaban C

4. 1. Akeke

2. Nyapih

3. Ngaben

4. Galungan

15
Menurut data diatas, yang termasuk dalam adat istiadat budaya Betawi ditunjukan oleh
nomor?

A.1,3

B. 2,3

C. 1,2

D. 1,4

E. 3,4

Jawaban C

5. Dalam tradisi Betawi, penghormatan kepada orang yang meninggal di sebut apa ?

A. Tahlilan

B. Ngaben

C. Ngored

D. Nyapih

E. Akeke

Jawaban A

6. dalam masyarakat Betawi kegiatan berziarah kubur di sebut apa ?

A. Akeke

B. Nyapih

C. Ngaben

D. Ngored

16
E. Tahlilan

Jawaban D

7. Upacara selamatan ini dilaksanakan paling cepat berapa minggu setelah kelahiran sang
orok

A. Satu minggu

B. Dua minggu

C. Tiga minggu

D. Empat minggu

E. Lima minggu

Jawaban A

8. Orang Betawi menyebut bayi yang belum berumur setahun sudah disapih di beri nama?

A. Sundulan

B. Balita

C. Anhar

D. Bdugul

E. Semua salah

Jawaban A

17
9. Terdapat berapa Tradisi Orang Betawi Saat Ada Orang Meninggal ?

A. 4

B. 5

C. 6

D. 7

E. 8

Jawaban A

10. Masyarakat betawi Mereka mengadakan selamatan atau sedekahan pada waktu yang
meninggal telah mencapai ?

A. 1 minggu dari saat meninggal

B. 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari dari saat meninggalny

C. 1 bulan dari saat meninggalnya

D. 1 tahun dari saat meninggalnya

E. Semua benar

Jawaban B

18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai