Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Sigli, 29 Januari 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................... i

Daftar isi .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

BAB II Pesijuek ........................................................................................................ 2

A. Latar Belakang Peusijuek .............................................................................. 2


B. Tujuan Peusijuek ........................................................................................... 2
C. Persyaratan Peusijuek .................................................................................... 2
D. Bahan Bahan Peusijuek ................................................................................ 2

BAB III khanduri blang ............................................................................................ 3

A. Latar Belakang .............................................................................................. 3


B. Tujuan Khanduri Blang ................................................................................. 3
C. Persyaratan Khanduri Blang ......................................................................... 3
D. Bahan-Bahan Khanduri Blang ...................................................................... 4

BAB IV Rah Ulee (Tujuh Bulanan)........................................................................... 4

A. Latar Belakang Rah Ulee............................................................................... 4


B. Tujuan Rah Ulee............................................................................................ 4
C. Persyaratan Rah Ulee..................................................................................... 4
D. Bahan Bahan Rah Ulee.................................................................................. 5

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 6

A. Kesimpulan ................................................................................................... 6

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tradisi adalah suatu pola kebiasaan masyarakat yang di percaya memiliki nilai religi
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi adat istiadat suatu daerah. Bangsa Indonesia
di kenal dengan banyaknya suku, ras, yang berbeda-beda. Terdapat juga kebudayaan yang di
pandang sebagai bagian warisan secara turun temurun melalui proses belajar dari para leluhur
dan terus dilestarikan. Kata “tradisi” diambil dari bahasa latin “tradere” yang bermakna
mentramisikan dari satu tangan ke tangan yang lain untuk melestarikan. setiap tradisi di
kembangkan untuk beberapa tujuan budaya seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam
beberapa masa. Jika kebiasaan sudah di terima oleh masyarakat dan di lakukan secara
berulang, maka segala tindakan yang bertentangan dengan kebiasaan akan dirasakan sebagai
perbuatan yang melanggar hukum.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan tradisi tradisi tersebut dan apa saja nilai nilai yang
terkandung di dalamnya serta bahan apa saja yang dibutuhkan

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja bahan yang diperlukan dalam tradisi tersebut
serta nilai positif apa yang didapatkan.

D. Manfaat

Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan untuk mengetahui bagaimana tradisi


(meliputi pengertian,nilai positif,cara pelaksaan).

3
BAB II
PESIJUEK

A. LATAR BELAKANG PEUSIJUEK

Pesijuek merupakan sebuah tradisi yang masih di pertahankan hingga sekarang.


Pesijuek juga memiliki arti mendinginkan atau menenangkan hati, pesijuek juga dilakukan
saat khanduri perkawinan, khitanan, pelepasan calon jamaah haji dan berbagai kegiatan
lainnya. Peusijuek juga dapat dilakukan perorangan maupun kelompok untuk mengucapkan
syukur kepada tuhan yang maha Esa.

B. TUJUAN PEUSIJUEK
Peusijuek bertujuan sebagai rasa syukur kepada Allah, untuk membangun silaturrahmi
dengan kerabat maupun keluarga. Biasanya proses ini di juga gelar terhadap benda atau
manusia dengan tujuan agar memperoleh berkah selamatdan selalu berada dalam keadaan
yang baik.

C. PERSYARATAN PEUSIJUEK

Syarat yang di perlukan dalam tradisi peusijuek yaitu tradisi ini tidak dilakukan oleh
sembarang orang tetapi di lakukan oleh orang yang paham agama seperti teungku, mi chik
yang mendalami ilmu agama tinggi, supaya dapat memanjatkan doa kesejahteraan dan
kesalamatan. Sebab pada saat prosesi peusijuek di isi dengan acara mendoakan keselamatan
dan kesejahteraan bersama sesuai dengan agama islam.

4
D. BAHAN-BAHAN PEUSIJUEK

Dalam tradisi ini bahan-bahan yang di gunakan berupa beras beras padi, rumput hijau
atau oen senijuek, air, dan nasi ketan yang akan di bagikan setelah proses peusijuek selesai di
gelar. Bahan- bahan yang di gunakan juga memiliki makna tersendiri yaitu :

 Dedaunan atau rerumputan yang melambangkan keharmonisan, keindahan dan kerukunan


 Beras dari padi yang melambangkan kemakmuran dan kekuatan
 Air dan tepung ketan sebagai simbol persaudaraan dan ketenangan

BAB III
KHANDURI BLANG

A. LATAR BELAKANG

Khanduri blang adalah upacara yang di lakukan oleh petani ketika akan turun ke sawah.
Upacara adat ini penting dan sakral untuk di lakukan oleh semua petani di aceh dan merasa
kurang jika tidak dilakukan, Khanduri blang sama seperti upacara adat aceh peusijuek yang
merupakan hasil campuran kebudayaan adat aceh dan agama islam yang di sebarkan oleh
pedagang arab di aceh.

B. TUJUAN KHANDURI BLANG

Khanduri blang bertujuan sebagai ucapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa atas
rezeki yang di dapat dari hasil panen dengan cara berbagi antar sesama. Khanduri blang juga

5
bertujuan untuk menajlin kekeluargaan dan gotong royong dan supaya mendapatkan hasil
panen yang melimpah serta terhindar dari hama yang dapat menyerang tanaman padi
nantinya.

C. PERSYRATAN KHANDURI BLANG

Syarat yang di perlukan dalam khanduri blang yaitu dilakukan oleh orang yang paham
agama yang di sebut dengan teungku imum dan dilakukan di dekat sawah serta di ikuti oleh
semua masyarakat. Setiap masyarakat membawa peralatan masak yang di perlukan dan
masyarakat bergotong royong menyiapkan masakan yang nantinya akan di makan bersama-
sama setelah teungku imum memimpin doa dan berharap rezeki akan selalu di limpahkan
dalam bentuk hasil panen yang selalu melimpah.

D. BAHAN-BAHAN KHANDURI BLANG

Dalam acara khanduri blang di perlukan bahan-bahan seperti bumbu masak, pisau,
kuali, talenan, wadah, sayuran serta hewan yang akan di kurbankan yaitu ayam yang di bawa
dalam keadaan masih hidup lalu nantinya akan disembelih di sawah.

BAB IV
TINGKEBAN (TUJUH BULANAN)

A. LATAR BELAKANG

6
Tingkeban adalah upacara adat jawa dalam rangka 7 bulanan bayi dalam kandungan.
Tingkeban juga merupakan upacara terakhir sebelum kelahiran yang hakikatnya mendoakan
ibu dan calon bayi agar selamat. Tradisi ini juga di sebut dengan mitoni yaitu satu kata yang
berasal dari pitu atau tujuh. Tingkeban atau mitoni juga merupakan tradisi lama yang di
wariskan dari generasi ke generasi dalam peradaban jawa dan sudah dikenal sejak masa
kejayaan kerajaan Kediri saat di perintahkan oleh Prabu Jayabaya.

B. TUJUAN TINGKEBAN

Upacara tingkeban bertujuan sebagai sarana berdoa agar jabang bayi yang ada di dalam
kandugan selalu di beri kesehatan. Selain itu masyarakat jawa juga meyakini tingkeban harus
dilaksanakan agar ibu dan anak dalam kandungan terhindar dari malapetaka.

C. PERSYARATAN TINGKEBAN

Upacara ini dilakukan pada saat usia kehamilan seseorang berusia tujuh bulan dan ibu
yang sedang hamil dimandikan dengan air kembang setaman serta di sertai dengan doa-doa
khusus dan dilakukan oleh para vesi atau sesepuh sebanyak 7 orang termasuk ayah dan ibu
wanita tersebut.

D. BAHAN-BAHAN TINGKEBAN

Upacara tingkeban dilengkapi dengan peralatan-peralatan :


 Pengaron
 Air suci perwita sari
 Sekar setaman
 Nyamping 7 buah dan sebagainya

Serta sesaji antara lain


 Tumpeng tujuh buah beserta lauknya
 Tumpeng robyong
 Tumpeng gundul
 Telur penyu dan sebagainya

7
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Tradisi adalah suatu pola kebiasaan masyarakat yang di percaya memiliki nilai religi
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi adat istiadat suatu daerah.

 Pesijuek merupakan sebuah tradisi yang masih di pertahankan hingga sekarang. Pesijuek
juga memiliki arti mendinginkan atau menenangkan hati, pesijuek juga dilakukan saat
khanduri perkawinan, khitanan, pelepasan calon jamaah haji dan berbagai kegiatan
lainnya.
 Khanduri blang adalah upacara yang di lakukan oleh petani ketika akan turun ke sawah.
Upacara adat ini penting dan sakral untuk di lakukan oleh semua petani di aceh dan
merasa kurang jika tidak dilakukan.
 Tingkeban adalah upacara adat jawa dalam rangka 7 bulanan bayi dalam kandungan.
Tingkeban juga merupakan upacara terakhir sebelum kelahiran yang hakikatnya
mendoakan ibu dan calon bayi agar selamat.

Anda mungkin juga menyukai