Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ADAT ISTIADAT KALIMANTAN TENGAH

SUKU DAYAK NGAJU

Dosen pengampu :
DIDIK SUBAGIA, S.IP., M.A.

Di Susun:

AGUSTIN WULANDARI ( 23052500 )

PROGRAM STUDI GROUND HANDLING

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Yogyakarta, 26 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................................
A. Pengertian ritual tiwah menurut masyarakat Dayak
Ngaju ......................................1
B. Makna simbolis Upacara Tiwah.................................................................. 2
C. Konsep roh menurut suku dayak
ngaju ....................................................................3
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku Dayak di Kalimantan Tengah memiliki banyak tradisi, tradisi seperti menari,
berburu, berkebun dan upacara kematian menjadi salah satu perbedaan mereka dengn suku
lainnya yang ada di Indonesia. Dalam upacara kematian sebuah ritual suku Dayak disebut
ritual tiwah (upacara tiwah), ini merupakan ritual dimana masyarakat Dayak melakukan
penggalian tulang kembali dan menyimpan tulang itu kedalam sebuah rumah kecil yang
dibuat dengan sebutan Sandung. Upacara ini merupakan upacara penghantar kerangka
jenazah ke tempat peristirahatan terakhir atau disebut dengan Sandung.

Dalam ritual ini hampir keseluruhan tindakan religius bersifat simbolis, sehingga
dalam ritual ini dipenuhi dengan simbol-simbol dan tanda-tanda yang mendukungnya
mempunyai fungsi dan peran tersendiri. Tanda-tanda yang terdapat pada ritual tiwah dalam
prosesi memindahkan tulang seperti kain merah, kain kuning, tarian, nyanyian, binatang
persembahan, tombak, mandau, beras, darah binatang dan masih banyak lagi.

Masyarakat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kalimantan Tengah saat ini
bukan hanya masyarakat Dayak saja, melainkan banyak suku-suku pendatang yang menjadi
bagian dari masyarakat di Kalimantan Tengah. Tidak banyak yang mengetahui ritual ini
karena minimna media dalam mengeksplor wilayah Kalimantan Tengah. Diteliti selain ritual
tiwah menjadi ritual terbesar dan sakral bagi suku Dayak Kalimantan Tengah dan juga karena
budaya di Indonesia harusnya dapat dinikmati dan dipahami oleh seluruh masyarakatnya.

B. Rumusan Masalah

1.1 Pengertian ritual tiwah menurut masyarakat Dayak Ngaju

2.1 Makna ritual tiwah

C. Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan upacara tiwah kepada masyarakat umum


2. Mengembangkan nilai-nilai dari leluhur

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ritual tiwah menurut masyarakat Dayak Ngaju

Tiwah merupakan upacara kematian yang biasanya digelar atas seseorang yang telah
meninggal dan dimasukkan dalam Runi (peti mati). Ritual tiwah bertujuan sebagai ritual
untuk meluruskan perjalanan salumpuk liau menuju lewu tatau agar dapat bersatu dengan
nenek moyangnya serta sangiang, tiwah ini juga memiliki maksud bagi masyarakat suku
Dayak Kalimantan Tengah sebagai prosesi untuk melepas kesialan bagi keluarga yang
ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa. Ritual tiwah merupakan upacara
tradisionl yang menghubungkan dengan orang yang sudah meninggal, yaitu mengantarkan
kerangka orang mati menuju suatu rumah yang berukuran sedang atau kecil.

Upacara tiwah bagi suku Dayak sangatlah sakral, pada acara tiwah ini sebelum runi
atau tulang-tulang diantar dan diletakkan ke sandung, banyak sekali acara-acara ritual, tarian,
suara gong, bukung, dan lainnya. Sampai akhirnya runi atau tulang-tulang diletakkan ke
dalam sandung. Masyarakat Dayak Ngaju khususnya di desa Bangkal percaya apabila mereka
belum meniwahkan keluarganya, salumpuk liau akan tetap berada di bumi dan tidak bisa
menuju ke surga. Masyarakat Dayak mempersiapkan upacara tiwah selama berbulan-bulan
dan pelaksanaan tiwah selama tiga hari, tujuh hari, atau satu bulan. Makanan dan daging
hewan kurban berguna untuk menjamu para tamu yang datang dan membuat sesaji untuk roh-
roh leluhur maupun roh-roh halus.

B. Makna simbolis Upacara Tiwah

Pada dasarnya ritual adalah rangkaian kata, tindakan pemeluk agama dengan
mengunakan benda-benda, peralatan dan perlengkapan tertentu, ditempat tertentu dan
memakai pakaian tertentu pula. Begitu halnya dalam ritual upacara kematian, banyak
perlengkapan, benda-benda yang harus disiapkan dan dipakai. Ritual adalah cara, tanda,
simbol, lambang tentang ketuhanan yang dapat membangkitkan kekuatan kepercayaan.
Spritual lebih merujuk pada batin, mental, dan kejiwaan, seorang umat Tuhan dan ritual lebih
mengacu pada kegiatan fisik demi kepentingan ketuhanan.

Upacara adalah kesatuan rangkaian berbagai bentuk dan unsur berkomunikasi atau
berelasi dengan ilah-ilah, roh nenek moyang, dan roh alam. Ritual upacara kematian
khususnya ritual tiwah umat hindu kaharingan wajib dilaksanakan dan sangat bermakna,
tujuan ritual tiwah dilaksanakan agar masyarakat atau keluarga yang ditinggalkan dapat
tenang dan jauh dari penyakit serta segala sial yang menimpa mereka karena ditinggal dari
salah satu anggota keluarganya yang telah meninggal. Ritual ini juga bertujuan agar arwah
yang meninggal dapat berangkat dan sampai menuju lewu liau yang dihantarkan melalui
upacara tiwah ini.
C. Konsep roh menurut suku Dayak Ngaju

Menurut masyarakat Dayak Ngaju, roh sebagai wujud yang kasat mata tidak terlihat
namunmemang benar adanya, dan sering di dengar kadang membawa hal yang baik maupun
hal yang tidak baik. Menurut masyarakat dayak roh ada yang jahat dan ada yang baik, ada roh
leluhur atau sanak keluarga yang meninggal. Roh yang jahat adalah dimana roh ini dipercaya
dapat mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat sehari-hari. Roh baik yaitu
yang seperti penjaga bagi kehidupan masyarakat khususnya umat kaharingan, memang tidak
kelihatan namun masyarakat tahu dan percaya. Roh tersebut seperti sahabat yang menjaga
kehidupan masyarakat yang percaya seperti cerita ada patahu ( menjaga kehidupan umat
manusia ), jin, beruang, anjing, ular, buaya putih ( jata ) dan yang lainnya, yang dapat
menjaga dan memberikan rejeki untuk mereka, namun jika tidak dijaga atau tidak dirawat
dengan betul bisa memakan tuannya sendiri dan keselamatan orang lain.

Roh leluhur atau sanak keluarga yang meninggal yang masih percaya baik yang ghaib
karena kesaktiannya maupun karena belum dilaksanakannya upacara ritual tiwah, yang
dianggap sering hadir dan berkeliaran dalam lingkungan keluarga dan sekitar rumah baik
yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ritual tiwah sandung runi dan tiwah sandung tulang ini adalah dua cara atau proses
yang sedikit berbeda pada puncak acara umum tujuan dari kedua tiwah ini sama saja. Hanya
saja ritual tiwah sandung tulang. Ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang ini
adalah dua cara atau proses yang sedikit berbeda pada puncak acara namun tujuan dari kedua
Tiwah ini sama saja. Hanya saja ritual Tiwah sandung tulang ini sudah jarang dilaksanakan
bahkan hampir tidak pernah dilaksanakan di daerah lain selain di desa bangkal. Ritual Tiwah
Sandung Runi ini lebih banyak dilakukan umat Kaharingan karena tidak terlalu rumit
prosesnya, di desa Bangkal ritual ini masih dilaksanakan secara per anggota keluarga atau
keluarga masih sanggup meniwahkan keluarga mereka yang meninggal dengan dana sendiri.

Ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang di Desa Bangkal, proses
pelaksanaannya hanya dalam 3 sampai 4 hari, seminggu sebelum pelaksanaan Tiwah sudah
mendirikan balai pali, mendirikan dan memasang garantung dan alat musik lainnya di dalam
rumah. Setelah semuanya di dirikan gong itu di bunyikan dan menandakan Tiwah siap di
laksanakan dan masyarakat yang ingin babukung sudah di perbolehkan sampai pelaksanaan
Tiwah itu di mulai. Ritual Tiwah ini dilaksanakan dan di pimpin oleh Rohaniawan yang
disebut Basir Upu dan ditemani oleh Basir pembantu. Basir biasanya berjumlah tiga sampai
lima orang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu
https://jurnal.upnyk.ac.id
https://repositori.kemdikbud.go.id

Anda mungkin juga menyukai