Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AKHLAK DAN BUDAYA BUTON


SUMPUANA OWENA SAAFARA

DISUSUN OLEH :

KELMPOK II : 1 LA ODE HERDIN DAVID (20320005)


: 2 VISANALA (20320006)
: 3 WA ODE FITRIANI (20320007)
: 4 NURLITA (20320008)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITA DAYANU IKHSANUDDIN

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan trhadap kehadirat Allah SWT,


sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah Akhlak dan Budaya Buton
ini. Dalam proses pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan makalah ini tidak
lepas dari kerja keras kelompok kami. Makalah yang kami buat adalah mengenai
SUMPUANA OWENA SAAFARA khususnya tentang adat dan budaya buton.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita tentang seberapa pentingnya adat dan budaya buton tentang
SUMPUANA OWENA SAAFARA. Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat beberapa kekurangan. Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat bermanfaat
buat kita semua. Selamat membaca
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A...Latar Belakang ........................................................................................


B...Rumusan Masalah ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................

A...Pengertian sumpuana owena saafara .............................................................


B...Pengertian upacara keagaman ......................................................................
C...Manfaat dalam kegiatan sumpuana owena safara .........................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

A...Kesimpulan....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan sumberdaya budaya tidak sekedar difokuskan pada


tinggalan arkeologis semata tetapi juga meliputi tinggalan budaya lainnya dalam
suatu kawasan. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya budaya yang terdapat
dalam satu kawasan dilakukan dalam bentuk pengelolaan kawasan cagar budaya.
Kawasan cagar budaya pada hakekatnya adalah ruang dimana sumberdaya
budaya berada. Penelitian ini memfokuskan pada pengelolaan Kawasan Cagar
Budaya Sulaa yang terletak di daerah pesisir pantai Kota Bau-Bau, Propinsi
Sulawesi Tenggara. Letaknya yang berada di pesisir pantai, menjadikan
pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Sulaa tidak dapat dilepaskan dengan
pengelolaan daerah pesisir dan kawasan pantai terpadu. Oleh karena itu, model
pengelolaan yang diusulkan adalah pengelolaan yang berbasis pada penataan
ruang. Objek penelitian berupa sumberdaya budaya yang terdapat di kawasan
Sulaa yang meliputi situs cagar budaya dan sumberdaya budaya lainnya yaitu
adat istiadat, ritual keagamaan serta kerajinan tradisional. Situs cagar budaya
terdiri dari, gua Moko, Makam Betoambari dan Kasulana Tombi Sipanjonga.
Adat istiadat meliputi, tarian tradisional dan upacara adat Buton yang
menggambarkan siklus kehidupan manusia. Ritual keagamaan, terdiri dari ritual
Pakandeana Anana Maelu, Sumpuana Uwena Syafara, Gorana Oputa,
Mauluduna Hukumu, Haroa Rajabu, dan Nisifu Syabani.

Dari beberapa ritual keagamaan tersebut, yang akan kami bahas adalah
SUMPUANA OWENA SAAFARA. Oleh karena itu, pengelolaan Kawasan
Cagar Budaya Sulaa mengintegrasikan pengelolaan sumberdaya budaya dan
juga lansekap kawasan Sulaa. Dengan demikian, kawasan ini mengintegrasikan
warisan budaya dan natural heritage sebagai objek yang memiliki nilai penting
untuk dikelola dalam perspektif pemanfaatan yang berwawasan pelestarian.
Dampak yang diharapkan selain kelestarian sumberdaya budaya dan alam,
adalah kebermanfaatan untuk masyarakat setempat yang berkesinambungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sumpuana owena saafara?
2. Bagaimana proses dan prosedur kegiatan sumpuana owena saafara?
3. Apa manfaat yang dapat di ambil dalam kegiatan sumpuana owena saafara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumpuana Owena Saafara


Sumpuana uwena saafara, yaitu meminum air dibulan safar atau
meminum air dibulan kedua dalam kalender hijriah.

B. Pengertian Upacara Keagamaan


Upacara keagamaan adalah salah satu tradisi masyarakat tradisional yang
masih dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan
masyarakat   pendukungnya. Selain sebagai usaha manusia untuk dapat
berhubungan dengan arwah para leluhur, juga merupakan perwujudan
kemampuan  manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap alam atau
lingkungannya dalam arti luas. Hubungan antara alam dan manusia adalah
sebuah  keharusan yang tidak dapat ditolak, karena hubungan tersebut memiliki
nilai-nilai sakral yang sangat tinggi. Hal ini diungkapkan dalam personifikasi
mistik kekuatan alam, yakni kepercayaan pada makhluk gaib, kepercayaan pada
dewa pencipta, atau dengan mengkonseptualisasikan hubungan antara berbagai
kelompok sosial sebagai hubungan antara binatang-binatang, burung-burung,
atau kekuatan-kekuatan alam (Keesing, 1992: 131)

Upacara adat erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan atau disebut


juga dengan ritus. Ritus adalah alat manusia religius untuk melakukan
perubahan. Ia juga dikatakan sebagai simbolis agama, atau ritual itu merupakan
“agama dan tindakan” (Ghazali, 2011 : 50). Ritual keagamaan yang dilakukan
oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya,
kepercayaan seperti inilah  yang  mendorong  manusia  untuk  melakukan
berbagai  perbuatan  atau tindakan yang bertujuan mencari hubungan dengan
dunia gaib penguasa alam melalui ritual-ritual, baik ritual keagamaan (religious
ceremonies) maupun ritual- ritual adat lainnya yang dirasakan oleh masyarakat
sebagai saat-saat genting, yang bisa membawa bahaya gaib, kesengsaraan dan
penyakit kepada manusia maupun tanaman (Koentjaraningrat, 1985: 243-246).

Pelaksanaan upacara adat maupun ritual keagamaan yang didasari atas


adanya kekuatan gaib masih tetap dilakukan oleh sebagian kelompok
masyarakat di Indonesia, baik berupa ritual kematian, ritual syukuran atau
slametan, ritual tolak bala, ritual ruwatan, dan lain sebagainya (Marzuki,
2015:1). Ritual-ritual ini telah  menjadi  tradisi  dan  menjadi  bagian  dari
kehidupan  sehari-hari  sebagian besar  masyarakat  karena  telah  diwariskan
secara  turun-temurun  oleh  nenek moyang mereka kepada generasi berikutnya.
Adanya berbagai ritual dan tradisi yang dilakukan telah memperkokoh eksistensi
dari agama yang dianut oleh masyarakatnya karena berbagai tradisi yang
berkaitan dengan siklus kehidupan berkembang dan menjadi kuat ketika ia telah
mentradisi dan membudaya ditengah kehidupan masyarakat, dimana esensi
ajarannya sudah include dalam tradisi masyarakat karena tidak sekedar “pepesan
kosong” yang tidak memiliki isi dalam sanubari budaya masyarakat

Sementara itu, menurut Harton dan Hunt (1987 : 327) pranata agama
memiliki fungsi manifes  dan fungsi laten. Fungsi manifes (nyata) agama
berkaitan dengan segi-segi doktrin, ritual, dan aturan perilaku dalam agama.
Tujuan dan fungsi agama adalah untuk membujuk manusia agar melaksanakan
ritus agama, bersama-sama menerapkan ajaran agama, dan menjalankan
kegiatan yang diperkenankan agama. Sedangkan fungsi laten agama, antara lain
menawarkan kehangatan bergaul, meningkatkan mobilitas sosial, mendorong
terciptanya beberapa bentuk stratifikasi sosial, dan mengembangkan seperangkat
nilai ekonomi. Dalam istilah Emile Durkheim agama dapat mengantarkan para
individu anggota masyarakat menjadi makhluk sosial. Agama melestarikan
masyarakat, memeliharanya di hadapan manusia dalam arti memberi nilai bagi
manusia, menanamkan sifat dasar manusia untuk-Nya. Dalam ritus pemujaan,
masyarakat mengukuhkan kembali dirinya ke dalam perbuatan simbolik yang
menampakkan sikapnya,  yang dengan itu memperkuat masyarakat itu sendiri.
Sementara itu, ritus itu sendiri merupakan sarana bagi kelompok sosial untuk
secara periodik mengukuhkan kembali dirinya (Narwoko et. al, 2004 :254).

Salah  satu  masyarakat  yang  masih  setia  mempertahankan  tradisi  dan


ritual nenek moyang mereka adalah masyarakat wolio, yang  terdapat  di
wilayah  Buton,  kota Baubau,  provinsi Sulawesi Selatan.  Masyarakat adat
masih tetap melastarikan  ritual-ritual adat sebagai bagian dari kehidupan   
mereka   sehari hari meskipun   pola   hidup   modern   telah   mulai  merambah
kawasan ini dan mengancam tradisi-tradisi leluhur mereka.

C. Manfaat Dilaksanakan Kegiatan Sumpuana Owena Saafara

Manfaatnya agar masyarakat tetap melestarikan dan mengingat kegiatan


ritual sumpuana owena saafara. Supaya masyarakat mengenal upacara
keagamaan yang salah satuanya sumpuana owena saafara yang harus di jaga ,
mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa upacara keagamaan menjadi ciri
khas suatu masyarakat begitu lekat , karena hampir setiap kegiataan selalu
menampilkan petunjukan dan kebiasaan tersebut menjadikan simbolis
kemasyarakatan dengan aturan tertentu yang dilakukan turun temurun kemudian
disepakati bersama sebagai bagian dari ada istiadat masayarakat setempat

Sumpuana owena saafara sebagai sarana upacara .pada zaman sebelum


masuknya agama ke Indonesia menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kehidupan spritualisme masyarakat . lambat laut dalam perkembagan zaman,
kesakralan upcara ini telah berkurang di beberapa daerah. Namun, masih ada
daerah menjalakan tradisi tersebut hingga sekarang.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berikut ini kita bisa lihat atau simpulakan penjalasan Sumpuana uwena
saafara, yaitu meminum air dibulan safar atau meminum air dibulan kedua
dalam kalender hijriah. Upacara keagamaan adalah salah satu tradisi masyarakat
tradisional yang masih dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan
bagi kebutuhan masyarakat pendukungnya. Manfaatnya agar masyarakat tetap
melestarikan dan mengingat kegiatan ritual sumpuana owena saafara.

Anda mungkin juga menyukai