Makna Simbolik Tradisi Nasi Hadap-Hadapan Upacara Adat Perkawaninan Melayu Kecamatan
Kuala Tanjung Kabupaten Batubara Kajian: Antropolinguistik
Oleh:
Dosen Pengampu:
2023
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap suku bangsa mempunyai tradisi dan adat budayanya masingmasing, suku Melayu
Batu Bara juga mempunyai adat dan tradisi tersendiri. Masyarakat Melayu Batu Bara selain
beragama Islam yang taat, mereka juga mempraktikkan nilai-nilai adat budaya Melayu di
hampir seluruh aktivitas kehidupan mereka, seperti praktik pernikahan, akikah, dan juga
jamu lain, seperti upacara-upacara adat budaya lainnya yang sering dilakuan baik harian,
bulanan, dan juga tahunan di Batu Bara.
Di masyarakat Melayu Batu Bara, selain mengamalkan nilai-nilai agama Islam, mereka
juga mengamalkan dalam praktik kehidupan sehari-hari berupa budaya Melayu yang
merupakan adat serta kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun. Akan tetapi ada
beberapa tradisi dan kebudayan Melayu yang secara sepintas mempunyai sisi negatif apabila
dilihat dari sisi akidah Islam, atau agama Islam. Seperti adanya ritual atau adalah jamu laut,
kemudian akikah dan penambalan nama yang sedikit banyaknya berbau mistis dan animisme,
dan masih banyak lainnya. Kabupaten Batu Bara, adalah daerah yang terkenal dengan
penduduk Melayunya, walaupun secara statistik jumlah suku Melayu adalah suku ke-2
terbanyak setelah suku Jawa (39,60 %), yakni 37,61 %.
Akan tetapi, daerah ini dikenal sebagai kawasan Melayu. Karena suku lainnya adalah
suku pendatang.” Sedangkan suku Melayu adalah suku asli dari daerah Kabupaten Batu Bara
itu sendiri. Secara agama, masyarakat Kabupaten Batu Bara mayoritas adalah beragama
Islam, yakni 85,44 %. Melayu adalah nama suku bangsa dan bahasa di Riau dan
Semenanjung Malaka. Suku Melayu adalah suku yang identik dengan Islam, sehingga sering
didengar pernyataan yang menyatakan masuk Melayu sama dengan masuk ke dalam agama
Islam.25 Masyarakat Melayu Pesisir adalah kelompok masyarakat muslim yang menyatakan
dirinya dalam kelompok ikatan perkawinan antar suku bangsa, serta memakai adat dan
bahasa Melayu secara sadar. Yang menjadi keistimewaan suku Melayu, suku ini dijadikan
simbol kebudayaan Melayu yang sampai sekarang ini diakui sebagai referensi bagi identitas
Melayu adalah Islam, bahasa Melayu, keramahtamahan dan keterbukaan (Faisal, 2020).
1
Masyarakat Melayu mudah menerima berbagai pikiran dan dan tamadun/ kebudayaan
yang datang. Hal ini diperkuat kembali dengan adanya ungkapan dari Sultan Syarif Kasim II
di saat ia dinobatkan sebagai Sultan Siak pada tahun 1915: “ia menyenangi semua
kebudayaan, kesenian, dan adat istiadat apapun yang datang ke Siak.
Berbagai macam tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh setiap etnis
tentunya bertujuan agar generasi penerus dapat melestarikan tradisi tersebut dan dapat
mengamalkan bagaimana cara hidup bermasyarakat yang dianggap baik oleh para leluhur.
Melalui pelestarian tradisi maka diharapkan setiap individu mengenal dan dapat menerapkan
adat-istiadat yang telah diciptakan dan sudah dibiasakan dari sejak zaman para leluhur
mereka. Salah satu tradisi yang di dalamnya mengandung budaya turun-temurun adalah
upacara adat perkawinan. Upacara adat perkawinan merupakan proses atau tahapan yang
bertujuan untuk mengubah status kedua calon pengantin menjadi suami dan istri. Upacara
adat perkawinan juga dapat memperluas hubungan kekeluargaan dan kekerabatan bagi kedua
mempelai. Upacara adat perkawinan yang dilaksanakan dengan tradisi yang sudah turun-
temurun merupakan salah satu proses yang dianggap sangat penting dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, setiap etnis memandang pennting upacara adat perkawinan yang
telah diwariskan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas yang menjadi rumusan masalah yaitu
Hasil penelitian dapat menjadi bahan untuk menambah wawasan mengenai tradisi nasi
hadap-hadapan dalam upacara adat perkawinan Melayu di Kabupaten Batubara dan
menambah wawasan tentang makna dalam kalimat.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Konsep
Menurut Woodruff konsep adalah „gagasan atau ide yang bermakna dan sempurna, yang
merupakan salah satu pengertian tentang suatu objek‟. Konsep ialah berbagai produk subjektif
yang bersumber dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda
melalui pengalaman pribadi (setelah melakukan suatu persepsi terhadap objek atau benda).
Sedangkan menurut Aristoteles konsep merupakan „sebuah penyusunan utama dalam
pembentukan pengetahuan Ilmiah dan Filsafat dalam pemikiran manusia‟. Siswono berpendapat
bahwa konsep adalah „seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang
mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan
antara variabel dengan tujuan untuk menerangkan dan meramaikan fenomena‟. Dari pengertian
di atas pentingnya sebuah konsep dalam menuangkan ide atau gagasan agar gagasan dan ide
tersebut mampu diimplementasikan untuk menuju sebuah peradaban atau perubahan pendidikan
yang lebih fundamental yaitu pendidikan mampu menghasilkan sebuah perubahan inovatif yang
sistematis, terarah dan terukur (Sopiansyah dkk., 2022).
Makna simbolik adalah makna yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol
atau lambang untuk menyatakan maksud. Makna Simbolik Identitas Nasional adalah makna yang
menggambarkan atau melukiskan yang terdapat dalam simbol identitas nasional itu sendiri. Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai
simbolik identitas nasional adalah nilai yang merepresentasikan yang terdapat dalam simbol
identitas nasional yang meliputi nilai religi, nilai keindahan atau estetika, serta nilai moral (Aini,
2020). Makna merupakan arti atau maksud/sesuatu kata Simbol adalah sesuatu yang telah
memiliki kesatuan bentuk dan makna.
Sedangkan simbolik merupakan perlambang; menjadi lambang mengenai lambang.
Menurut Hartoko dan Rahman (Sobur, 2004) mengartikan bahwa simbol atau lambang berasal
dari bahasa Yunani symballienyang berarti melemparkan bersama suatu benda (benda,
perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna
4
simbolik adalah maksud atau makna yang terkandung dalam suatu simbol atau
perlambang (Sriyana dan Hiskiya, 2020).
2.1.2 Antropolinguistik
Suku melayu adalah sebuah kelompok etnis dari orang orang indonesia yang berada dalam
provinsi sumatera utara, suku melayu yang salah satu suku di provinsi sumatera utara yang kaya
akan adat tradisi dan budaya. Kebudayaan melayu sumatera utara yang telah dikenal sebagai
penyumbang peradaban dunia melayu. Seni budaya yang khas dimiliki masyarakat melayu
Sumatera Utara ialah hasil karya sastra, baik itu yang bersifat lisan maupun tulisan salah satunya
yaitu pantun. Pantun biasanya disampaikan pada upacara adat Melayu (Akbar, 2021).
Untuk menjalankan tradisi makan nasi hadaphadapan biasanya kedua pengantin dan
beberapa kaum wanita dari kedua belah pihak yang hadir. Dari makanan dan buah-buahan yang
disediakan pada tradisi makan nasi hadap-hadapan itu, apabila dimakan oleh kedua mempelai,
biasanya dapat ditafsirkan bagaimana keberlangsungan pengantin itu di masa yang akan datang.
Awalnya tradisi makan nasi hadap-hadapan ini dibuat karena pada zaman dahulu para pengantin
tidak mengenal istilah pacaran. Kebanyakan dari mereka menikah karena dijodohkan sehingga
6
tidak saling mengenal satu sama lain. Kemudian dibuatlah tradisi makan nasi hadap-hadapan
tersebut dalam upacara adat perkawinan suku Melayu yang bertujuan agar kedua mempelai
pengantin dan keluarga dari kedua belah pihak pengantin dapat saling mengenal. Tradisi makan
nasi hadap-hadapan ini selalu dibuat oleh pihak pengantin perempuan. Namun jika mempelai
perempuan bukan suku Melayu dan mempelai laki-laki yang suku Melayu, maka tradisi ini bisa
dilaksanakan oleh pihak mempelai laki-laki pada saat ngunduh mantu. Jenis-jenis makanan yang
disediakan sangat beragam dan bervariasi. makanan utamanya adalah nasi pulut yang diatasnya
telah ditancapkan bungabunga yang terbuat dari manisan dan permen. Di dalam nasi di
masukkan ayam yang dimasak utuh, bisa dipanggang atau digoreng maupun dimasak kuning.
Kemudian kue-kue yang disediakan adalah kue cucur dan kue lasidah. Di dalam hidangan tradisi
makan nasi hadap-hadapan ini juga disediakan manisan berupa seperangkat halua yang terbuat
dari berbagai buah misalnya betik atau pepaya yang telah dibentuk seperti bunga-bunga, buah
asam. gelugur muda, belimbing, bunga betik, dan cabai.
Disediakan juga halua buah pala kering yang dibentuk bunga dan halwa buah pala basah
yang disajikan di atas piring-piring perak. Selain itu dihidangkan beberapa pinggan berisi ulam
mentah seperti, pucuk betik, daun kemangi, pucuk melinjo, pucuk buah kuini dan ulam yang
dimasak, yang dibentuk bermacam-macam benda seperti betik yang berbentuk burung, ikan, dan
kacang panjang yang dibentuk perahu. Lauk pauk yang istimewa disediakan ikan mas, udang
galah digoreng atau direbus dan dipanggang, pais kepah, ayam panggang, anyang kepah,
masakan khusus kepala kambing, nasi pulut, kari kambing, pajri terong, dan nanas, dan berbagai
buah-buahan dan tak lupa pula dihidangkan srikaya. Juga disediakan soto, roti jala, kerabu,
anyang, santan durian, santan bacang, kolak pisang, dan berbagai macam gulai seperti gulai
asam, gulai pindang. Gulai masak putih, gulai lemak: labu, ikan, daging, pisang muda. Gulai
kari: kari ikan, kari daging, kari terong. Juga terdapat berbagai macam kue-kue lainnya seperti
kue lumpang, kue kekaras, kue talam, kue sesagun, serabi, lepat pulut hitam, buah melaka, dan
nasi manis.
Prosesi nasi hadap-hadapan ini saat akan dilakukan, makanan-makanan yang disediakan
di atas seprai putih yang bersulam dan berenda. Prosesi pelaksanaan tradisi makan nasi hadap-
hadapan pada masa itu juga dilakukan dari pagi hingga sore hari, dan pada pembuatan
makananmakanannya dilakukan oleh keluarga pihak perempuan secara bersama-sama. pada
pelaksanaanya, tradisi makan nasi hadap-hadapan setiap akan memulai ungkapan untuk berbicara
7
akan di iringi dengan pantun yang saling berbalasbalasan. Penghulu telangkai adalah orang tua
(sesepuh) yang dianggap bijaksana dan arif serta paham dan mengerti dalam urusan adat resam
Melayu. Penghulu telangkai ini bertugas untuk memimpin dan menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan Tradisi. Tidak hanya pada upacara perkawinan, teapi juga untuk kegiatan
Sunat Rasul (khitan), mendamaikan pihak berselangsengketa, dan lain-lain. Pada zaman dahulu,
Penghulu telangkai dipilih oleh tetua dan pemuka masyarakat setempat, dimana kedudukannya
jika diumpamakan seperti saat ini, sama seperti Notaris. Hanya saja, jika notaris berdasarkan
hukum yang di atur dalam Undang-undang, penghulu telangkai zaman dahulu tidak memiliki
kesepakatan yang tertulis di atas kertas, akan tetapi, cukup dipatuhi dan dilaksanakan sesuai
dengan keputusan (Sjah, 2012).
8
BAB III METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Tempat penelitian ini
menjadi lokasi yang dituju oleh peneliti karena masyarakatnya masih mempercayai tradisi nasi
hadap-hadapan upacara adat perkawaninan melayu.
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi data. Sumber data
penelitian ini ada dua yaitu data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk
menyelesaikan masalah yang sedang ditangani. Data primer dikumpulkan dari informan yang
ada di obyek tempat penelitian yang di desa kabupaten batubara yang masih menjalankan
tradisi melayu. Informan adalah masyarakat yang berusia 30-80 tahun bertempat tinggal di
kabupaten Batu bara dan bersuku Melayu. Data sekunder dari penelitian ini adalah berupa kamus
bahasa Jawa, artikel dengan pamali bahasa Jawa, serta situs internet yang berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut
Moleong dalam Rusandi dan Rusli (2021) mengatakan bahwa Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
9
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode simak. Metode simak
adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak pengguna bahasa. Data
diharapkan sudah disediakan secara tertulis sebelum melakukan wawancara kepada informan.
Teknik yang digunakan adalah sadap. Teknik sadap diikuti dengan teknik simak bebas libat
cakap, teknik catat, dan teknik rekam. Teknik simak bebas libat catat merupakan cara menyimak
informan berbicara tetapi tidak lihat aktif dalam percakapan. Jadi peneliti tidak terlalu ikut
campur atau berbicara saat informan berbicara. Teknik catat dan rekam merupakan teknik yang
berjalan bersama serta mencatat dan merekam informan berbicara.
Dalam penelitian ini data dari informan dikumpulkan melalui wawancara, pencatatan, dan
perekaman. Wawancara dilakukan mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai pamali yang ada
di desa Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Jawa. Hasil wawancara dan rekaman kemudian akan
ditabulasikan sebagai data yang akan deskripsikan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini,
peneliti menentukan syarat atau kriteria dari informan yaitu sebagai berikut:
10
d. Informan berbicara dengan menggunakan alat ucap yang sempurna.
Metode yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data pada penelitian ini adalah
metode informal. Metode informal merupakan penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan kata-kata biasa untuk menjelaskan hasil dari penelitian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, W. (2021). Nilai Karakter Dalam Penerapan Tradisi Pantun Kebudayaan Suku Melayu
Deli Dusun 17 Desa Bandar Khalifah. Cybernetics: Journal Educational Research and
Social Studies, 48-53.
Aini, P. (2020). Analisis Terhadap Makna Simbolik Identitas Nasional Berbasis Cyber. Jurnal
Pendidikan Edutama.
Arrozi, P., Burhanuddin, N. F. N., & Saharudin, N. F. N. (2020). Leksikon Etnomedisin dalam
Pengobatan Tradisional Sasak: Kajian Antropolinguistik. MABASAN, 14(1), 17-30.
Muhammad Takari. (2014). Adat Perkawinan Melayu: Fungsi, Terapan, dan Gagasannya.
(Medan: USU Press.
Narhan, R., & Lubis, T. (2023). Latar Belakang Penamaan Kelurahan di Dua Kecamatan di
Medan Sumatra Utara: Kajian Antropolinguistik. LINGUA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 20(2), 309-318.
O.K. Moehad Sjah. (2012). Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur.
Medan: USU Press, 43.
Sopiansyah, D., Masruroh, S., Zaqiah, Q. Y., & Erihadiana, M. (2022). Konsep dan
Implementasi Kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Reslaj: Religion
Education Social Laa Roiba Journal, 4(1), 34-41.
Sriyana, S., & Hiskiya, H. (2020). Makna Simbolik Perkawinan Adat Dayak Ngaju Di Kota
Palangka Raya: The Meaning Of Symbolic Indigenous Marriage In Dayak Ngaju In
Palangka Raya City. Anterior Jurnal, 20(1), 83-95.
12
13