Anda di halaman 1dari 23

Tradisi Ritual Songkabala sebelum Tanam Padi pada Masyarakat di

Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa

Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Agama pada Prodi Studi Agama-Agama
pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
ARAHMAN
NIM: 30500118012

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang Maha Bijaksana yang memberikan hikmah

kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tiada kata yang patut peneliti ucapkan selain

puji syukur Kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat-Nya sehingga peneliti

mampu merampungkan proposal skripsi ini, walaupun dalam penyusunan proposal

skripsi ini peneliti menemukan beberapa hambatan-hambatan.

Akhirnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dari awal hingga

akhir terdapat kekuarangan dan kesalahan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amiin.

Gowa-Samata, 2022
Penyusun

Arahman
NIM: 3050011801

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap suku bangsa memiliki budaya, adat (tradisi) atau kebiasaan yang berbeda-beda.

Hal ini juga berlaku pada negera Indonesia. Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai

pulau yang dihuni oleh berbagai macam bangsa. Maka demikian, situasi dan kondisi

lingkungan tempat dimana mereka tinggal mempunyai peran yang baik untuk melahirkan ide-

ide dalam proses penciptaan suatu kebudayaan dan tradisi. Adapun istilah kebudayaan atau

culture pada dasarnya berasal dari kata kerja bahasa Latin, colere yang berarti bercocok tanam

(cultivation). Kemudian pada perkembangan selanjutnya, arti cultivation dalam bahasa

Indonesia memiliki arti tersendiri, yaitu pemeliharaan ternak, hasil bumi, dan upacara-upara

religius yang dari diturunkan istilah kultur.1

Masyarakat dibangun oleh adat, norma-norma ataupun kebiasaan berupa tradisi yang

telah membudaya, sebagai hasil dari proses berfikir yang kreatif dan produktif secara bersama-

sama membentuk sistem hidup yang berkesinambungan. Tradisi artinya sesuatu kebiasaan

seperti adat, kepercayaan, kebiasaan ajaran dan sebagainya yang turun-temurun dari nenek

moyang terdahulu yang tetap dilestarikan sebagai cerminan hidup masyarakat yang memiliki

kebudayaan.2

1
Sugeng Pujileksono, Petualangan Antropologi: Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi (Malang: UMM
Press, 2006), h. 14.
2
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani), h. 564.
1
2

Kemampuan masyarakat menciptakan dan memelihara budaya adalah bukti bahwa

manusia yang hidup dalam lingkup masyarakat mampu membuktikan kemampuannya tersebut

dalam mengekpos budayanya. Dalam masyarakat ada hukum adat yang mengatur adat atau

kebiasaan yang dilakukan masyarakat yang merupakan hukum yang tidak tertulis yang hidup

dan berkembang sejak duhulu serta sudah berakar dalam masyarakat. Hukum adat lebih sebagai

pedoman untuk menegakkan dan menjamin terpeliharanya etika kesopanan, tata tertib, moral

dan nilai adat dalam kehidupan masyarakat.3

Bila dicermati secara seksama, maka nampaknya upacara-upacara tradisi yang masih

di pertahankan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia ini. Adalah benar-benar merupakan

peninggalan nenek moyang kita yang primitive atau pra Islam.4

Perilaku keagamaan pada masyarakat pedesaan secara umum berbeda dengan

masyarakat perkotaan. Bila masyarakat pedesaan memiliki karakteristik seperti jumlah

penduduk yang relatif kecil, bermata pencarian pokok di bidang pertanian, penuh dengan

kekeluargaan, dan berorientasi pada nilai-nilai tradisionalisme, maka masyarakat perkotaan

sebaliknya, lebih pluralisme, individual, dan berorientasi pada nilai-nilai moderenisme. Dan

dalam perbedaan keduanya juga tentu akan melahirkan perilaku keagamaan yang berbeda

sesuai tingkat pemahaman dan pendidikannya.5

Suatu masyarakat terbentuk tidak terlepas dari unsur-unsur sosial budaya yang ada

didalamnya misalnya keberadaan individu-individu atau suatu kebudayaan. kondisi inilah yang

menjadi pijakan bagi masyarakat untuk membangun peradaban hidupnya dimana didalamnya

3
A. Suriyaman Mustari, Hukum Adat Dulu, Kini dan akan Datang (Makassar: Pelita Pustaka, 2009), h.
12.
4
Azril Yahya dan Wahkhid Sugiarto, Agama Dalam Dimensi Social Dan Budaya Local (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998), h. 96.
5
Syalibi Al-Haqiri dan Aziz Al-Bone, Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan, 2003), h. 85.
3

setiap individu yang tergabung menciptakan dan menyusun suatu sistem budaya dan tata nilai

tersendiri.

Tradisi tolak bala (Songkabala) merupakan suatu tradisi masyarakat yang lahir dari

aktivitas masyarakat yang beberapa abad yang lalu eksis mewarnai kebudayaan manusia, yang

sejak itu masih hidup secara nomaden dari goa satu ke goa yang lain atau dikenal dengan zaman

Paleolitikum. Tradisi ini sudah hadir sebagai kepercayaan dan dilestarikan sampai sekarang

oleh masyarakat dan dipercayai sebagai penolak segala bala.6

Penyelenggaraan upacara tolak bala (Songkabala) mempunyai kandungan nilai yang

penting bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, karena dianggap sebagai suatu nilai budaya

yang dapat membawa keselamatan diantara sekian banyak unsur budaya yang ada pada

masyarakat. Upacara tolak bala (Songkabala) sampai saat ini masih tetap dilaksanakan oleh

masyarakat di Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Sebagaimana latar belakang masalah sebelumnya, maka fokus penelitian ini bertumpu

pada pandangan masyarakat terhadap tradisi Songkabala di Dusun Bori-bori Desa Belabori

Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian khusus

terhadap penelitian ini, yaitu proses tradisi Songkabala dan persepsi masyarakat setempat

terkait dengan tradisi Songkabala tersebut.

6
Rismawati, Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural), Jurnal Rihlah, 2 (1), (2014), h. 5-6.
4

2. Deskripsi Fokus

Adapun deskripsi fokus pada penelitian ini, antara lain:

a. “Tradisi”, Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni kebiasaan-

kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi

mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturanaturan yang saling berkaitan,

dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup

segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial.7

Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat istiadat dan kepercayaan yang

secara turun temurun dapat dipelihara.8

b. “Ritual”, Ritual merupakan teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi

suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama, karena ritual

merupakan agama dalam tindakan.9 Ritual bisa pribadi atau berkelompok, serta membentuk

disposisi pribadi dari pelaku ritual sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Sebagai

kata sifat, ritual adalah dari segala yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara

keagamaan, seperti upacara kelahiran, kematian, pernikahan dan juga ritual sehari-hari

untuk menunjukan diri kepada kesakralan suatu menuntut diperlakukan secara khusus.10

c. “Songkabala”, Kata Songkabala dalam bahasa makassar dipahami oleh masyarakat

Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa yang mengandung makna dalam bahasa Indonesia

tolak bala atau dapat juga diartikan meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7
Arriyono dan Siregar, Aminuddi, Kamus Antropologi (Jakarta: Akademik Pressindo, 1985), h. 4.
8
Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 459.
9
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 167.
10
Bustanul Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 95.
5

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi Songkabala di Dusun Bori-bori Desa Belabori

Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap tradisi Songkabala di Dusun Bori-bori Desa

Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa?

D. Kajian Pustaka

1. Jurnal dari Ari Ashari Hamdan, Bustan dan Asmunandar, dengan judul “Perubahan

Nilai dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Songkabala pada Masyarakat di Kelurahan

Tamallaeng, Kabupaten Gowa, 2000-2016”, Tradisi Songkabala merupakan suatu

tradsisi dimana dilakukan pada masa lampau yang dilakukan secara turun temurun dari

satu generasi ke generasi lain dengan tujuan untuk menolak segala bala baik berupa

bencana alam maupun yang bersifat mistis. Perlu juga diketahui bahwa pada awal

datangnya tradisi songkabala masyarakat yang ada di suku Makassar tepatnya di

kecamatan Bontonompo kelurahan Tamallaeng masih menganut paham yang bersifat

tradisional dimana pada saat itu masyarakat masih mempercayai benda-benda atau

tempat-tempat yang menurutnya keramat sebagai tempat perlindungan atau sebagai

tempat untuk meminta pertolongan yang diyakini sebagai tempat tinggal leluhur

mereka atau nenek moyang mereka yang sewaktu-waktu akan ada untuk melindungi

mereka.11

2. Jurnal dari Suci Ayu Anggraeni dan Sitti Hermina, dengan judul “Tradisi Antama Balla

pada Suku Bugis Makassar di Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”, Tradisi

Antama Balla adalah tradisi yang masih sering dilakukan oleh sebagian masyarakat

suku Bugis Makassar pada Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, yang sudah

11
Ari Ashari Hamdan, Perubahan Nilai dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Songkabala pada
Masyarakat di Kelurahan Tamallaeng, Kabupaten Gowa, 2000-2016, Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan
dan Pendidikan Sejarah, 19 (2), (2021), h. 48.
6

menjadi tradisi nenek moyang pada masa lampau hingga sekarang, yang masih

dilakukan secara turun-temurun. Seseorang yang sudah membuat rumah baru akan

tetapi belum melaksanakan tradisi tersebut dapat dikatakan bahwa si pemilik rumah

belum sah memiliki rumah tersebut, karena harus melakukan beberapa prosesi dalam

memasuki rumah baru.12

3. Skripsi dari Suci Uswatun Hasanah, dengan judul “Persepsi Masyarakat terhadap

Upacara Tolak Bala di Dusun Bolo Kecamatan Manggarabombang Kabupaten

Takalar”, Tradisi Upacara Tolak Bala dalam bahasa Makassar dipahami oleh

masyarakat kecamatan Kabupaten Takalar yang mengandung makna dalam bahasa

Indonesia Tolak Bala atau dapat juga diartikan meminta keselamatan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Di masyarakat Bugis-Makassar sendiri, dikenal upacara Tolak Bala

bernama Songkabala. Secara etimologi, Songkabala berarti menolak bala atau bencana.

Upacara tersebut erat kaitannya dengan ritual dari kepercayaan monoteistik kuno yang

dipeluk masyarakat Bugis-Makassar kuno, di mana Dewata Seuwae bertindak sebagai

pencipta dan pemelihara seisi alam semesta.13

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini ialah:

a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi Songkabala di Dusun Bori-bori Desa

Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

12
Suci Ayu Anggraeni dan Sitti Hermina, Tradisi Antama Balla pada Suku Bugis Makassar di
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya, 1 (2), (2018), h. 82.
13
Suci Uswatun Hasanah, Persepsi Masyarakat terhadap Upacara Tolak Bala di Dusun Bolo Kecamatan
Manggarabombang Kabupaten Takalar, Skripsi, (Makassar: UNISMUH, 2021), h. 2.
7

b. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap tradisi Songkabala di Dusun Bori-bori

Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

2. Manfaat Penelitian

Peneliti membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua aspek manfaat, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

dan memberikan pemahaman tentang proses dan persepsi masyarakat terkait dengan

pelaksanaan tradisi Songkabala di Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe

Kabupaten Gowa. Penelitian ini juga diharapkan menjadi pengembangan ilmu pengetahuan

terkait disiplin ilmu di prodi Studi Agama Agama.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat umum

tentang proses dan persepsi masyarakat terkait dengan pelaksanaan tradisi Songkabala di

Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Hal tersebut

dilakukan agar dapat memberikan pemahaman terkait dengan cara kita menghargai suatu

kepercayaan ataupun keyakinan dan perspektif dalam suatu hal serta memberikan pelajaran

yang berharga bahwa perbedaan dalam suatu kebudayaan ataupun tradisi seharusnya tidak

menjadi sumber utama suatu konflik dan permusuhan, melainkan dari perbedaan tersebutlah

lahir suatu ikatan dan hubungan yang erat antar sesama masyarakat.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tradisi dan Ritual

1. Tradisi

Tradisi ialah kebiasaan yang turun-temurun dalam sebuah masyarakat. Ia merupakan

kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Sifatnya luas sekali meliputi segala kompleks

kehidupan, sehingga sukar disisihkan dengan pemerincian yang tetap dan pasti. Karena tradisi

itu bukan obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup

pula.

Sebagai kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif, tradisi merupakan mekanisme yang

bisa membantu memperlancar pertumbuhan pribadi anggota masyarakat. Sangat penting pula

kedudukan tradisi sebagai pembimbing pergaulan bersama didalam masyarakat. Fitrah hidup

itu bertumbuh dan berkembang. Tradisi yang tidak mampu berkembang adalah tradisi yang

menyalahi fitrah hidup.14

2. Ritual

Ritual dan tradisi identik dengan adat istiadat. Hanya saja dalam pemahaman

masyarakat Islam sedikit tidak ada perbedaan. adat istiadat biasanya dipakai sebagai tindakan

atau tingkah laku yang berdasarkan pada nilai-nilai agama, sedangkan ritual dan tradisi adalah

tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sekelompok

masyarakat.

14
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi (Jakarta: Gramedia, 1984), h. 3.
8
9

Kepercayaan kepada kesakralan sesuatu menuntut ia diperlakukan secara khusus. Ada

tata cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan. Ada upacara keagamaan dalam

berhadapan dengan yang sakral. Upacara dan perlakuan khusus ini tidak dapat dipahami secara

ekonomi dan rasional. Upacara, persembahan, sesajen, ibadat keagamaan ini biasa tidak

dipahami alasan ekonomis, rasional dan pragmatisnya. Ia dilakukan oleh umat beragama dan

masyarakat primitive dari dahulu sampai sekarang dan akan datang.15

Penggunaan adat atau ritual sebagai sumber hukum Islam selaras dengan ketentuan

yang menurut Ahmad Azhar Basyir meliputi:

a. Dapat diterima dengan kemantapan oleh masyarakat berdasarkan pada pertimbangan akal

sehat dan sejalan dengan tuntutan watak pembaruan manusia.

b. Menjadi kemantapan umum dalam masyarakat dan dijalankan secara terus-menerus.

c. Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

d. Benar-benar telah ada pada saat hukum-hukum ijtihadiyah di bentuk.

e. Dirasakan oleh masyarakat karena mempunyai ketentuan yang mengikat, mengharuskan

ditaati dan mempunyai akibat hukum.16

B. Tradisi Songkabala

Songkabala adalah tradisi yang dilakukan untuk menolak bala, bencana, maupun

malapetaka yang akan menimpa masyarakat. Songkabala dilakukan pada waktu-waktu tertentu

dan biasanya dilaksanakan oleh masyarakat pada saat akan terjadi sebuah bencana seperti

banjir, gempa bumi, gerhana bulan, angina rebut, menyebarnya wabah penyakit dan lain

15
Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 95-
96.
16
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Adat Bagi Umat Islam (Yogyakarta, Fakultas UII, 1993), h. 30.
10

sebagainya. Songkabala dilakukan bukan hanya pada saat akan terjadi bencana tetapi juga pada

bulan-bulan selain waktu-waktu tersebut.

Tradisi merupakan suatu tindakan yang di dasarkan pada spiritual yang di dalamnya

terdapat agama dan perasaaan sehingga tradisi selalu di miliki tiap-tiap daerah. Dengan adanya

tradisi seseorang dapat melestraikan dan mengenang warisan dari leluhur sehingga generasi

berikutnya dapat meneruskan tradisi yang sudah ada tersebut. Selain itu, dalam tradisi juga

terdapat ritual-ritual tertentu dan didampingi sesaji sehingga bukan orang biasa yang dapat

menjalankan ritual tersebut.

Songkabala adalah tradisi yang dilakukan untuk menolak segala bala, bencana, ataupun

malapetaka yang akan menimpa masyarakat.17 Songkabala dilakukan pada waktu-waktu

tertentu dan biasanya dilaksanakan oleh masyarakat pada saat akan terjadi sebuah bencana

seperti banjir, gempa bumi, gerhana bulan, angin rebut, menyebarnya wabah penyakit dan lain

sebagainya. Songkabala dilakukan bukan hanya pada saat akan terjadi bencana tetapi juga pada

bulan-bulan selain waktu-waktu tersebut. Menurut seorang tokoh agama bernama H. Abd. Latif

DG. Gassing mengatakan Songkabala juga dilakukan pada bulan-bulan Islam yang telah

disepakati masyarakat secara bersama- sama untuk dilakukan seperti pada bulan Muharram,

bulan Sya’ban, dan bulan Rajab.18

Dari segi individu, perlakuan itu mungkin tidak merupakan ritual, tetapi perlakuan

mengawal, mengelak maupun menyisih. Bala tadi tidak saja bencana yang didatangkan oleh

17
Rismawati, Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural), Jurnal Rihlah, (Wawancara oleh H. Abdul Latif Dg. Gassing, Tokoh Agama), (25 Juli 2014), h. 116.
18
Rismawati, Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural), Jurnal Rihlah, (Wawancara oleh Dg. Ngasseng, Tupanrita), (26 Juli 2014), h. 116.
11

sesuatu tenaga asing atau luar seperti hantu atau jembalang, tetapi oleh nasib atau untung diri

sendiri.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah peneltian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang

berusaha untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala

menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.19

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe

Kabupaten Gowa.

Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di Dusun Bori-bori Desa Belabori

Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa, karena narasumber untuk penelitian ini lebih mudah

untuk ditemui dan waktu untuk kegiatan wawancara akan lebih menjadi lebih efisien lagi.

Kemudian untuk berdialog kepada narasumber dapat lebih mudah dipahami oleh peneliti.

19
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 309.
12
13

B. Pendekatan Penelitian

1. Pendekatan Fenomenologis

Pendekatan fenomenologis yaitu merupakan upaya untuk memahami keseluruhan dari

fenomena semurni mungkin tanpa ada yang mencampurinya. Langkah yang dilakukan yaitu

menganalisis segala intisari yang berhubungan dengan fenomena tersebut. Sedangkan yang

tidak penting dan di luar fenomenal kita harus menyaringnya atau menahannya. Sehingga pada

akhirnya sampai pada idea yang menjelaskan secara real tentang hakikat tersebut.20 Apoche

dalam usaha untuk menyingkirkan segala sesuatu untuk menyingkirkan segala sesuatu untuk

mencapai penyelidikan fenomena memiliki tiga macam reduksi (penyaringan) yaitu; reduksi

fenomenologis, reduksi eiditis, dan reduksi transendental.

2. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan Sosiologis adalah suatu pendekatan yang mempelajari hidup bersama

dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya.21

Dalam penelitian ini peneliti berbaur dan berinteraksi oleh masyarakat yang ada di Dusun Bori-

bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa dalam pandangan mereka tentang

tradisi ritual Songkabala.

20
Mukhlis Latif, Fenomenologi Max Sceller Tentang Manusia: Disorot Menurut Islam, (Cet. I ;
Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 25.
21
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet. V; Jakarta: UI
Press, 1986), h. 5.
14

C. Sumber Data

1. Data primer (primary data), yaitu data empirik yang diperoleh langsung dari objek

penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.22 Dalam hal ini informan ditentukan

secara purposive sampling, artinya pemilihan sampel atau informan gejala dengan

kriteria tertentu. Informan dipilih berdasarkan keyakinan bahwa yang dipilih

mengetahui masalah yang akan diteliti dan menjadi informan yaitu; Tokoh Agama dan

Tokoh Masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa informasi yang disebut dapat

memberikan informasi terkait masalah yang diteliti.

2. Data sekunder (secondary data), yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara (dihasilkan dari pihak lain) atau digunkan oleh

lembaga-lembaga yang bukan merupakan pengelolahnya, tetapi dapat dimanfaatkan

dalam suatu penelitian tertentu.23

D. Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan data dengan pertimbangan

tertentu.24 Pertimbangan tersebut didasarkan atas kriteria tertentu yang dianggap berkaitan erat

dengan tujuan penelitian. Sehingga peneliti memilih informan yang diperkirakan mengetahui

pengetahuan yang luas mengenai masalah yang akan dikaji serta mampu memberikan

informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data. Dalam penentuan informan

ini melibatkan, diantaranya:

22
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali pers, 2010), h.
29-30.
23
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, h. 173.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013), h.
218.
15

1. Informan 1, Imam dusun atau Imam Desa, selaku sosok yang dituakan di Desa tersebut.

2. Informan 2, Tokoh-tokoh masyarakat.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti terjung langsung kelapangan

untuk mendapatkan data yang sebenarnya dari informan. Adapun tehnik pengumpula data

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang sudah

diteliti.25 Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara melibatkan peneliti secara langsung

didalam setiap kegiatan-kegiatan yang dijadikan sebagai metode sekunder atau pelengkap saja,

yaitu untuk melengkapi sekaligus untuk memperkuat serta menguji kebenaran data yang telah

diperoleh dari hasil interview atau wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

suatu pengamatan tentang pandangan masyarakat terkait tradisi ritual Songkabala.

2. Wawancara

Wawancara (interview), merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui

komunikasi, yakni proses tanya jawab antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber

data (narasumber).26 Dalam penelitian ini informan di sebut dalam konteks penelitian ini, jenis

interview yang penulis gunakan adalah snowball, dengan cara penulis menentukan sampel satu

atau dua orang yaitu Imam Dusun atau Desa dan Tokoh Masyarakat, tetapi karena kedua orang

ini belum lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang

25
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia, 1990), h. 173.
26
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Ed. I; Jakarta: Granit, 2004), h. 72.
16

dipandang lebih tahu tentang tradisi ritual Songkabala di Dusun Bori-bori Desa Belabori

Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa, dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua

orang sebelumnya. Begitupann seterusnya, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini

semakin banyak.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode mencari data mengenai hal-hal atau fariabel berupa foto

penelitian, catatan harian dan buku. Dokumen yang berbentuk tulisan misalanya catatan harian,

sejarah kehidupan (life historis), cerita biografi, peraturan kebijakan. Dokumen berbentuk

gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan kamera, dan alat tulis untuk membantu mengumpulkan data-data dan penulis

akan mengambil gambar secara langsung dari tempat penelitian untuk dijadikan sebagai bukti

penelitian.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah penelitian menjelaskan tentang alat pengumpulan data

yang disesuaikan dengan jenis penelitian yang dilakukan dengan merujuk pada metologi

penelitian yaitu:

a. Alat tulis menulis, buku, pulpen/pensil sebagai alat untuk mencatat informasi yang di dapat

pada saat observasi.

b. Alat perekam suara sebagai alat untuk merekan narasumber saat di lapangan dan kamera

sebagai alat untuk mengambil gambar di lokasi penelitian.


17

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu dengan

cara menggambarkan secara jelas dan mendalam. Dalam menganalisah data yang tersediah

penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu data yang diperoleh ditempat penelitian langsung dirinci secara

sistematis setiap selesai mengumpulkan data, lalu laporan-laporan tersebut

direduksikan dengan memilah hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.

2. Penyajian data, yaitu penyajian kesimpulan informasi yang memberikan kemungkinan

adanya kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dari data-data yang diperoleh.


18

RENCANA KOMPOSISI BAB

Demi memudahkan penyusunan penelitian ini, maka pembahasannya dibagi ke dalam

beberapa bab dengan perincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi bagian formal dari skripsi ini, didalamnya terdiri dari

latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan

manfaat penelitian, metode dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini berisi tentang tinjauan teoritis, yang merupakan bagian yang

akan digunakan peneliti untuk menjelaskan persoalan penelitian. Bagian ini

terdiri dari pengenalan awal terkait dengan tradisi ritual Songkabala.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang penjelasan terkait dengan metodologi

penelitian. Bagian ini terdiri dari jenis penilitian, pendekatan penelitian,

sumber data, metode pengumpulan data dan teknik pengolahan dan analisis

data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian. Bagian ini akan terdiri dari

hasil penelitian dan pembahasan yang terkait dengan proses pelaksanaan

tradisi Songkabala dan persepsi masyarakat terhadap tradisi Songkabala di

Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.


19

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, yang dimana bab ini akan

berisikan kesimpulan peneliti dari semua hasil dan pembahasan pada

penelitian skripsi ini. Pada bab ini juga akan memberikan saran-saran

terhadap masalah yang menjadi perhatian bagi masyarakat terkait dengan

tradisi ritual Songkabala dan yang selanjutnya bab ini akan diakhiri dengan

penutup.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanul. Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Al-Haqiri, Syalibi & Al-Bone, Aziz. Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan.
Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2003.
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Arriyono, Siregar, & Aminuddi. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademik Pressindo, 1985.
Ashari Hamdan, A. Perubahan Nilai dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Songkabala pada
Masyarakat di Kelurahan Tamallaeng, Kabupaten Gowa, 2000-2016. Attoriolog Jurnal
Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah. 19 (2), (2021).
Ayu Anggraeni, S. & Hermina, Sitti. Tradisi Antama Balla pada Suku Bugis Makassar di
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan
Budaya. 1 (2), (2018).
Azhar Basyir, A. Hukum Adat Bagi Umat Islam. Yogyakarta, Fakultas UII, 1993.
Dhavamony, Mariasusai. Fenomologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.Gramedia, 1990.
Latif, Mukhlis. Fenomenologi Max Sceller Tentang Manusia: Disorot Menurut Islam. Cet. I,
Makassar: Alauddin University Press, 2014.
Nasution, Harun. Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Cet. V, Jakarta:
UI Press, 1986.
Pujileksono, Sugeng. Petualangan Antropologi: Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi. Malang:
UMM Press, 2006.
Rendra. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia, 1984.
Rismawati. Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian
Sosio-Kultural). Jurnal Rihlah. 2 (1), (2014).
------- . Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural). Jurnal Rihlah. Wawancara oleh H. Abdul Latif Dg. Gassing, Tokoh Agama.
(25 Juli 2014).
------- . Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural). Jurnal Rihlah. Wawancara oleh Dg. Ngasseng, Tupanrita. (26 Juli 2014).
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali pers,
2010.
Soekanto. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta,
2013.

20
21

Suriyaman Mustari, A. Hukum Adat Dulu, Kini dan akan Datang. Makassar: Pelita Pustaka,
2009.
Uswatun Hasanah, S. Persepsi Masyarakat terhadap Upacara Tolak Bala di Dusun Bolo
Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi. Makassar: UNISMUH,
2021.
Yahya, Azril & Sugiarto, Wahkhid. Agama Dalam Dimensi Social Dan Budaya Local. Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998.

Anda mungkin juga menyukai