Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Agama pada Prodi Studi Agama-Agama
pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
ARAHMAN
NIM: 30500118012
Segala puji bagi Allah yang Maha Bijaksana yang memberikan hikmah
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tiada kata yang patut peneliti ucapkan selain
puji syukur Kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat-Nya sehingga peneliti
Akhirnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dari awal hingga
akhir terdapat kekuarangan dan kesalahan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
Gowa-Samata, 2022
Penyusun
Arahman
NIM: 3050011801
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap suku bangsa memiliki budaya, adat (tradisi) atau kebiasaan yang berbeda-beda.
Hal ini juga berlaku pada negera Indonesia. Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai
pulau yang dihuni oleh berbagai macam bangsa. Maka demikian, situasi dan kondisi
lingkungan tempat dimana mereka tinggal mempunyai peran yang baik untuk melahirkan ide-
ide dalam proses penciptaan suatu kebudayaan dan tradisi. Adapun istilah kebudayaan atau
culture pada dasarnya berasal dari kata kerja bahasa Latin, colere yang berarti bercocok tanam
Indonesia memiliki arti tersendiri, yaitu pemeliharaan ternak, hasil bumi, dan upacara-upara
Masyarakat dibangun oleh adat, norma-norma ataupun kebiasaan berupa tradisi yang
telah membudaya, sebagai hasil dari proses berfikir yang kreatif dan produktif secara bersama-
sama membentuk sistem hidup yang berkesinambungan. Tradisi artinya sesuatu kebiasaan
seperti adat, kepercayaan, kebiasaan ajaran dan sebagainya yang turun-temurun dari nenek
moyang terdahulu yang tetap dilestarikan sebagai cerminan hidup masyarakat yang memiliki
kebudayaan.2
1
Sugeng Pujileksono, Petualangan Antropologi: Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi (Malang: UMM
Press, 2006), h. 14.
2
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani), h. 564.
1
2
manusia yang hidup dalam lingkup masyarakat mampu membuktikan kemampuannya tersebut
dalam mengekpos budayanya. Dalam masyarakat ada hukum adat yang mengatur adat atau
kebiasaan yang dilakukan masyarakat yang merupakan hukum yang tidak tertulis yang hidup
dan berkembang sejak duhulu serta sudah berakar dalam masyarakat. Hukum adat lebih sebagai
pedoman untuk menegakkan dan menjamin terpeliharanya etika kesopanan, tata tertib, moral
Bila dicermati secara seksama, maka nampaknya upacara-upacara tradisi yang masih
di pertahankan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia ini. Adalah benar-benar merupakan
penduduk yang relatif kecil, bermata pencarian pokok di bidang pertanian, penuh dengan
sebaliknya, lebih pluralisme, individual, dan berorientasi pada nilai-nilai moderenisme. Dan
dalam perbedaan keduanya juga tentu akan melahirkan perilaku keagamaan yang berbeda
Suatu masyarakat terbentuk tidak terlepas dari unsur-unsur sosial budaya yang ada
didalamnya misalnya keberadaan individu-individu atau suatu kebudayaan. kondisi inilah yang
menjadi pijakan bagi masyarakat untuk membangun peradaban hidupnya dimana didalamnya
3
A. Suriyaman Mustari, Hukum Adat Dulu, Kini dan akan Datang (Makassar: Pelita Pustaka, 2009), h.
12.
4
Azril Yahya dan Wahkhid Sugiarto, Agama Dalam Dimensi Social Dan Budaya Local (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998), h. 96.
5
Syalibi Al-Haqiri dan Aziz Al-Bone, Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan, 2003), h. 85.
3
setiap individu yang tergabung menciptakan dan menyusun suatu sistem budaya dan tata nilai
tersendiri.
Tradisi tolak bala (Songkabala) merupakan suatu tradisi masyarakat yang lahir dari
aktivitas masyarakat yang beberapa abad yang lalu eksis mewarnai kebudayaan manusia, yang
sejak itu masih hidup secara nomaden dari goa satu ke goa yang lain atau dikenal dengan zaman
Paleolitikum. Tradisi ini sudah hadir sebagai kepercayaan dan dilestarikan sampai sekarang
penting bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, karena dianggap sebagai suatu nilai budaya
yang dapat membawa keselamatan diantara sekian banyak unsur budaya yang ada pada
masyarakat. Upacara tolak bala (Songkabala) sampai saat ini masih tetap dilaksanakan oleh
1. Fokus Penelitian
Sebagaimana latar belakang masalah sebelumnya, maka fokus penelitian ini bertumpu
pada pandangan masyarakat terhadap tradisi Songkabala di Dusun Bori-bori Desa Belabori
Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian khusus
terhadap penelitian ini, yaitu proses tradisi Songkabala dan persepsi masyarakat setempat
6
Rismawati, Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural), Jurnal Rihlah, 2 (1), (2014), h. 5-6.
4
2. Deskripsi Fokus
a. “Tradisi”, Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni kebiasaan-
kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi
mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturanaturan yang saling berkaitan,
dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup
segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial.7
Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat istiadat dan kepercayaan yang
b. “Ritual”, Ritual merupakan teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi
suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama, karena ritual
merupakan agama dalam tindakan.9 Ritual bisa pribadi atau berkelompok, serta membentuk
disposisi pribadi dari pelaku ritual sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Sebagai
kata sifat, ritual adalah dari segala yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara
keagamaan, seperti upacara kelahiran, kematian, pernikahan dan juga ritual sehari-hari
untuk menunjukan diri kepada kesakralan suatu menuntut diperlakukan secara khusus.10
Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa yang mengandung makna dalam bahasa Indonesia
tolak bala atau dapat juga diartikan meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7
Arriyono dan Siregar, Aminuddi, Kamus Antropologi (Jakarta: Akademik Pressindo, 1985), h. 4.
8
Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 459.
9
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 167.
10
Bustanul Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 95.
5
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
1. Jurnal dari Ari Ashari Hamdan, Bustan dan Asmunandar, dengan judul “Perubahan
Nilai dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Songkabala pada Masyarakat di Kelurahan
tradsisi dimana dilakukan pada masa lampau yang dilakukan secara turun temurun dari
satu generasi ke generasi lain dengan tujuan untuk menolak segala bala baik berupa
bencana alam maupun yang bersifat mistis. Perlu juga diketahui bahwa pada awal
tradisional dimana pada saat itu masyarakat masih mempercayai benda-benda atau
tempat untuk meminta pertolongan yang diyakini sebagai tempat tinggal leluhur
mereka atau nenek moyang mereka yang sewaktu-waktu akan ada untuk melindungi
mereka.11
2. Jurnal dari Suci Ayu Anggraeni dan Sitti Hermina, dengan judul “Tradisi Antama Balla
Antama Balla adalah tradisi yang masih sering dilakukan oleh sebagian masyarakat
suku Bugis Makassar pada Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, yang sudah
11
Ari Ashari Hamdan, Perubahan Nilai dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Songkabala pada
Masyarakat di Kelurahan Tamallaeng, Kabupaten Gowa, 2000-2016, Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan
dan Pendidikan Sejarah, 19 (2), (2021), h. 48.
6
menjadi tradisi nenek moyang pada masa lampau hingga sekarang, yang masih
dilakukan secara turun-temurun. Seseorang yang sudah membuat rumah baru akan
tetapi belum melaksanakan tradisi tersebut dapat dikatakan bahwa si pemilik rumah
belum sah memiliki rumah tersebut, karena harus melakukan beberapa prosesi dalam
3. Skripsi dari Suci Uswatun Hasanah, dengan judul “Persepsi Masyarakat terhadap
Takalar”, Tradisi Upacara Tolak Bala dalam bahasa Makassar dipahami oleh
Indonesia Tolak Bala atau dapat juga diartikan meminta keselamatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Di masyarakat Bugis-Makassar sendiri, dikenal upacara Tolak Bala
bernama Songkabala. Secara etimologi, Songkabala berarti menolak bala atau bencana.
Upacara tersebut erat kaitannya dengan ritual dari kepercayaan monoteistik kuno yang
1. Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
12
Suci Ayu Anggraeni dan Sitti Hermina, Tradisi Antama Balla pada Suku Bugis Makassar di
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya, 1 (2), (2018), h. 82.
13
Suci Uswatun Hasanah, Persepsi Masyarakat terhadap Upacara Tolak Bala di Dusun Bolo Kecamatan
Manggarabombang Kabupaten Takalar, Skripsi, (Makassar: UNISMUH, 2021), h. 2.
7
2. Manfaat Penelitian
Peneliti membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua aspek manfaat, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan memberikan pemahaman tentang proses dan persepsi masyarakat terkait dengan
Kabupaten Gowa. Penelitian ini juga diharapkan menjadi pengembangan ilmu pengetahuan
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat umum
tentang proses dan persepsi masyarakat terkait dengan pelaksanaan tradisi Songkabala di
Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Hal tersebut
dilakukan agar dapat memberikan pemahaman terkait dengan cara kita menghargai suatu
kepercayaan ataupun keyakinan dan perspektif dalam suatu hal serta memberikan pelajaran
yang berharga bahwa perbedaan dalam suatu kebudayaan ataupun tradisi seharusnya tidak
menjadi sumber utama suatu konflik dan permusuhan, melainkan dari perbedaan tersebutlah
lahir suatu ikatan dan hubungan yang erat antar sesama masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Tradisi
kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Sifatnya luas sekali meliputi segala kompleks
kehidupan, sehingga sukar disisihkan dengan pemerincian yang tetap dan pasti. Karena tradisi
itu bukan obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup
pula.
Sebagai kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif, tradisi merupakan mekanisme yang
bisa membantu memperlancar pertumbuhan pribadi anggota masyarakat. Sangat penting pula
kedudukan tradisi sebagai pembimbing pergaulan bersama didalam masyarakat. Fitrah hidup
itu bertumbuh dan berkembang. Tradisi yang tidak mampu berkembang adalah tradisi yang
2. Ritual
Ritual dan tradisi identik dengan adat istiadat. Hanya saja dalam pemahaman
masyarakat Islam sedikit tidak ada perbedaan. adat istiadat biasanya dipakai sebagai tindakan
atau tingkah laku yang berdasarkan pada nilai-nilai agama, sedangkan ritual dan tradisi adalah
tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sekelompok
masyarakat.
14
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi (Jakarta: Gramedia, 1984), h. 3.
8
9
tata cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan. Ada upacara keagamaan dalam
berhadapan dengan yang sakral. Upacara dan perlakuan khusus ini tidak dapat dipahami secara
ekonomi dan rasional. Upacara, persembahan, sesajen, ibadat keagamaan ini biasa tidak
dipahami alasan ekonomis, rasional dan pragmatisnya. Ia dilakukan oleh umat beragama dan
Penggunaan adat atau ritual sebagai sumber hukum Islam selaras dengan ketentuan
a. Dapat diterima dengan kemantapan oleh masyarakat berdasarkan pada pertimbangan akal
B. Tradisi Songkabala
Songkabala adalah tradisi yang dilakukan untuk menolak bala, bencana, maupun
malapetaka yang akan menimpa masyarakat. Songkabala dilakukan pada waktu-waktu tertentu
dan biasanya dilaksanakan oleh masyarakat pada saat akan terjadi sebuah bencana seperti
banjir, gempa bumi, gerhana bulan, angina rebut, menyebarnya wabah penyakit dan lain
15
Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 95-
96.
16
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Adat Bagi Umat Islam (Yogyakarta, Fakultas UII, 1993), h. 30.
10
sebagainya. Songkabala dilakukan bukan hanya pada saat akan terjadi bencana tetapi juga pada
Tradisi merupakan suatu tindakan yang di dasarkan pada spiritual yang di dalamnya
terdapat agama dan perasaaan sehingga tradisi selalu di miliki tiap-tiap daerah. Dengan adanya
tradisi seseorang dapat melestraikan dan mengenang warisan dari leluhur sehingga generasi
berikutnya dapat meneruskan tradisi yang sudah ada tersebut. Selain itu, dalam tradisi juga
terdapat ritual-ritual tertentu dan didampingi sesaji sehingga bukan orang biasa yang dapat
Songkabala adalah tradisi yang dilakukan untuk menolak segala bala, bencana, ataupun
tertentu dan biasanya dilaksanakan oleh masyarakat pada saat akan terjadi sebuah bencana
seperti banjir, gempa bumi, gerhana bulan, angin rebut, menyebarnya wabah penyakit dan lain
sebagainya. Songkabala dilakukan bukan hanya pada saat akan terjadi bencana tetapi juga pada
bulan-bulan selain waktu-waktu tersebut. Menurut seorang tokoh agama bernama H. Abd. Latif
DG. Gassing mengatakan Songkabala juga dilakukan pada bulan-bulan Islam yang telah
disepakati masyarakat secara bersama- sama untuk dilakukan seperti pada bulan Muharram,
Dari segi individu, perlakuan itu mungkin tidak merupakan ritual, tetapi perlakuan
mengawal, mengelak maupun menyisih. Bala tadi tidak saja bencana yang didatangkan oleh
17
Rismawati, Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural), Jurnal Rihlah, (Wawancara oleh H. Abdul Latif Dg. Gassing, Tokoh Agama), (25 Juli 2014), h. 116.
18
Rismawati, Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural), Jurnal Rihlah, (Wawancara oleh Dg. Ngasseng, Tupanrita), (26 Juli 2014), h. 116.
11
sesuatu tenaga asing atau luar seperti hantu atau jembalang, tetapi oleh nasib atau untung diri
sendiri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah peneltian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang
berusaha untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dusun Bori-bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe
Kabupaten Gowa.
Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa, karena narasumber untuk penelitian ini lebih mudah
untuk ditemui dan waktu untuk kegiatan wawancara akan lebih menjadi lebih efisien lagi.
Kemudian untuk berdialog kepada narasumber dapat lebih mudah dipahami oleh peneliti.
19
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 309.
12
13
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Fenomenologis
fenomena semurni mungkin tanpa ada yang mencampurinya. Langkah yang dilakukan yaitu
menganalisis segala intisari yang berhubungan dengan fenomena tersebut. Sedangkan yang
tidak penting dan di luar fenomenal kita harus menyaringnya atau menahannya. Sehingga pada
akhirnya sampai pada idea yang menjelaskan secara real tentang hakikat tersebut.20 Apoche
dalam usaha untuk menyingkirkan segala sesuatu untuk menyingkirkan segala sesuatu untuk
mencapai penyelidikan fenomena memiliki tiga macam reduksi (penyaringan) yaitu; reduksi
2. Pendekatan Sosiologis
dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya.21
Dalam penelitian ini peneliti berbaur dan berinteraksi oleh masyarakat yang ada di Dusun Bori-
bori Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa dalam pandangan mereka tentang
20
Mukhlis Latif, Fenomenologi Max Sceller Tentang Manusia: Disorot Menurut Islam, (Cet. I ;
Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 25.
21
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet. V; Jakarta: UI
Press, 1986), h. 5.
14
C. Sumber Data
1. Data primer (primary data), yaitu data empirik yang diperoleh langsung dari objek
penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.22 Dalam hal ini informan ditentukan
secara purposive sampling, artinya pemilihan sampel atau informan gejala dengan
mengetahui masalah yang akan diteliti dan menjadi informan yaitu; Tokoh Agama dan
2. Data sekunder (secondary data), yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (dihasilkan dari pihak lain) atau digunkan oleh
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan data dengan pertimbangan
tertentu.24 Pertimbangan tersebut didasarkan atas kriteria tertentu yang dianggap berkaitan erat
dengan tujuan penelitian. Sehingga peneliti memilih informan yang diperkirakan mengetahui
pengetahuan yang luas mengenai masalah yang akan dikaji serta mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data. Dalam penentuan informan
22
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali pers, 2010), h.
29-30.
23
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, h. 173.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013), h.
218.
15
1. Informan 1, Imam dusun atau Imam Desa, selaku sosok yang dituakan di Desa tersebut.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti terjung langsung kelapangan
untuk mendapatkan data yang sebenarnya dari informan. Adapun tehnik pengumpula data
1. Observasi
diteliti.25 Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara melibatkan peneliti secara langsung
didalam setiap kegiatan-kegiatan yang dijadikan sebagai metode sekunder atau pelengkap saja,
yaitu untuk melengkapi sekaligus untuk memperkuat serta menguji kebenaran data yang telah
diperoleh dari hasil interview atau wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
2. Wawancara
komunikasi, yakni proses tanya jawab antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber
data (narasumber).26 Dalam penelitian ini informan di sebut dalam konteks penelitian ini, jenis
interview yang penulis gunakan adalah snowball, dengan cara penulis menentukan sampel satu
atau dua orang yaitu Imam Dusun atau Desa dan Tokoh Masyarakat, tetapi karena kedua orang
ini belum lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
25
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia, 1990), h. 173.
26
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Ed. I; Jakarta: Granit, 2004), h. 72.
16
dipandang lebih tahu tentang tradisi ritual Songkabala di Dusun Bori-bori Desa Belabori
Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa, dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua
orang sebelumnya. Begitupann seterusnya, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini
semakin banyak.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode mencari data mengenai hal-hal atau fariabel berupa foto
penelitian, catatan harian dan buku. Dokumen yang berbentuk tulisan misalanya catatan harian,
sejarah kehidupan (life historis), cerita biografi, peraturan kebijakan. Dokumen berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan kamera, dan alat tulis untuk membantu mengumpulkan data-data dan penulis
akan mengambil gambar secara langsung dari tempat penelitian untuk dijadikan sebagai bukti
penelitian.
4. Instrumen Penelitian
yang disesuaikan dengan jenis penelitian yang dilakukan dengan merujuk pada metologi
penelitian yaitu:
a. Alat tulis menulis, buku, pulpen/pensil sebagai alat untuk mencatat informasi yang di dapat
b. Alat perekam suara sebagai alat untuk merekan narasumber saat di lapangan dan kamera
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu dengan
cara menggambarkan secara jelas dan mendalam. Dalam menganalisah data yang tersediah
1. Reduksi data, yaitu data yang diperoleh ditempat penelitian langsung dirinci secara
direduksikan dengan memilah hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi bagian formal dari skripsi ini, didalamnya terdiri dari
Dalam bab ini berisi tentang tinjauan teoritis, yang merupakan bagian yang
sumber data, metode pengumpulan data dan teknik pengolahan dan analisis
data.
Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian. Bagian ini akan terdiri dari
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, yang dimana bab ini akan
penelitian skripsi ini. Pada bab ini juga akan memberikan saran-saran
tradisi ritual Songkabala dan yang selanjutnya bab ini akan diakhiri dengan
penutup.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanul. Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Al-Haqiri, Syalibi & Al-Bone, Aziz. Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan.
Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2003.
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Arriyono, Siregar, & Aminuddi. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademik Pressindo, 1985.
Ashari Hamdan, A. Perubahan Nilai dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Songkabala pada
Masyarakat di Kelurahan Tamallaeng, Kabupaten Gowa, 2000-2016. Attoriolog Jurnal
Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah. 19 (2), (2021).
Ayu Anggraeni, S. & Hermina, Sitti. Tradisi Antama Balla pada Suku Bugis Makassar di
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan
Budaya. 1 (2), (2018).
Azhar Basyir, A. Hukum Adat Bagi Umat Islam. Yogyakarta, Fakultas UII, 1993.
Dhavamony, Mariasusai. Fenomologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.Gramedia, 1990.
Latif, Mukhlis. Fenomenologi Max Sceller Tentang Manusia: Disorot Menurut Islam. Cet. I,
Makassar: Alauddin University Press, 2014.
Nasution, Harun. Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Cet. V, Jakarta:
UI Press, 1986.
Pujileksono, Sugeng. Petualangan Antropologi: Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi. Malang:
UMM Press, 2006.
Rendra. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia, 1984.
Rismawati. Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian
Sosio-Kultural). Jurnal Rihlah. 2 (1), (2014).
------- . Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural). Jurnal Rihlah. Wawancara oleh H. Abdul Latif Dg. Gassing, Tokoh Agama.
(25 Juli 2014).
------- . Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar (Suatu Kajian Sosio-
Kultural). Jurnal Rihlah. Wawancara oleh Dg. Ngasseng, Tupanrita. (26 Juli 2014).
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali pers,
2010.
Soekanto. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta,
2013.
20
21
Suriyaman Mustari, A. Hukum Adat Dulu, Kini dan akan Datang. Makassar: Pelita Pustaka,
2009.
Uswatun Hasanah, S. Persepsi Masyarakat terhadap Upacara Tolak Bala di Dusun Bolo
Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar. Skripsi. Makassar: UNISMUH,
2021.
Yahya, Azril & Sugiarto, Wahkhid. Agama Dalam Dimensi Social Dan Budaya Local. Jakarta:
Departemen Agama RI, 1998.