Anda di halaman 1dari 8

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol. 2 No.

1 Januari-Juni 2019: 57-64


Website: http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani
ISSN 2622-4909 (online) ISSN 2613-9006 (print)

TRADISI KANGKILO PADA MASYARAKAT BUTON DI DESA BALO BONE


KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH

Salmiati
Mahasiswa Jurusan Tradisi Lisan FIB UHO
La Ode Ali Basri
Staf Pengajar Tradisi Lisan FIB UHO
Samsul
Staf Pengajar Tradisi Lisan FIB UHO

ABSTRAK
Tradisi kangkilo adalah tradisi pengislaman/sunatan masyarakat Buton. Tradisi kangkilo sebagai budaya masa lalu
tetap dijunjung oleh masyarakat penganutnya karena mempunyai fungsi dan makna tertentu dalam kehidupan
seseorang. Ada tiga masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yakni unsur-unsur kelisanan, makna kelisanan
serta fungsi dari tradisi kangkilo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui pra-lapangan, pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Informan ditentukan dengan
teknik purposive sampling serta menggunakan teknik analisis data oleh Miles dan Humbermen yaitu reduksi data,
model data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan, serta keabsahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
tradisi kangkilo terdapat unsur-unsur kelisanan yaitu: (1) prosesi kangkilo, (2) doa yang digunakan dalam tradisi
kangkilo, dan (3) material yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi kangkilo yaitu pisau, abu, kain putih, pitaha,
pelepah pisang, lilin, telur, dan beras. Makna unsur-unsur kelisanan yang terdapat pada tradisi kangkilo terbagi atas
tiga yaitu: (1) makna material yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi kangkilo yaitu makna pisau, makna abu
dapur, makna kain putih, pitaha, makna pelepah pisang, makna lilin, makna telur, makna beras; (2) makna doa yang
digunakan pada saat pelaksanaan tradisi kangkilo yaitu makna doa yang digunakan pada saat mandi bagi anak
perempuan, doa yang digunakan pada saat mandi bagi anak laki-laki, doa yang dibacakan pada saat mengoleskan
bedak, doa yang digunakan ketika menyentuh jenis kelamin dengan pisau, doa yang digunakan ketika menjepitkan
pelepah pisang pada jenis kelamin anak laki-laki, doa yang digunakan ketika buang air kecil, makna pembacaan doa
(haroa); dan (3) makna pada prosesi tradisi kangkilo. Fungsi tradisi kangkilo yaitu: (1) fungsi kesucian, (2) fungsi
kesabaran, dan (3) fungsi sosial.

Kata Kunci:
Unsur Kelisanan, Makna Kelisanan, Tradisi Kangkilo

PENDAHULUAN Daur hidup merupakan upacara yang


Tradisi berisikan banyak hal yang diselenggarakan pada peristiwa-peristiwa
berkaitan dengan bagaimana cara pandang penting sepanjang riwayat hidup seseorang
masyarakat terhadap dunianya. Tradisi sejak orang tersebut lahir, dewasa, menikah,
memuat banyak aspek kehidupan hingga meninggal dunia. Salah satu upacara
masyarakat pendukungnya antara lain aspek daur hidup yang diselenggarakan pada
sosial dan aspek budaya. Aspek sosial lebih peristiwa penting sepanjang riwayat hidup
kepada pelaku atau masyarakat adalah upacara penyambutan bayi yang baru
pendukungnya, bagaimana mereka terlibat lahir (kasabha) pada masyarakat Buton.
dalam tradisi. Tujuan yang akan dicapai Upacara kasabha adalah upacara yang
ataupun bagaimana proses pelaksanaannya. dilakukan untuk menyambut bayi yang baru
Sedangkan jika dilihat dari aspek budaya, lahir, yang secara harfiah tradisi ini
maka yang berkaitan bagaimana substansi mengisyaratkan pesan atau doa kepada anak
dari diri itu sendiri, kaidah-kaidah serta agar tumbuh sehat (tidak kurus dan sakit-
makna dan simbol yang ada dalam tradisi sakitan). Kasabha seolah sudah menjadi
tersebut, (Duija, 2005: 113). sistem kepercayaan bagi masyarakat Buton
khususnya masyarakat Talaga Raya pada

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64 57
Tradisi Kangkilo pada Masyarakat Buton Di Desa Balo Salmiati, La Ode Ali Basri, Samsul
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah

umumnya. Mereka meyakini jika tradisi ini kemunduran. Hal ini terlihat bahwa tradisi
tidak dijalankan maka akan terjadi hal-hal kangkilo dianggap sebagai suatu keharusan
yang tidak diinginkan pada sang anak di pada anak laki-laki dan anak perempuan,
kemudian hari, (Suharni, 2017: 2). akan tetapi pada masyarakat Balo Bone saat
Suku Buton merupakan salah satu suku ini tidak lagi memahami makna dan fungsi
yang terletak di jazirah Sulawesi bagian dari pesan tradisi tersebut secara
Tenggara. Sama halnya dengan suku lain, komprehensif. Kemunduran ini merupakan
suku Buton juga memiliki tradisi dan ritus akibat dari perubahan sikap dan cara
peralihan salah satunya adalah pembersihan pandang sosial masyarakat yang modernitas,
yang bahasa Buton disebut kangkilo. sebagaimana yang dipertegas oleh Giddens
Kangkilo adalah proses pembersihan diri (2003: 37) bahwa globalisasi membawa
atau peristiwa melukai alat kelamin, baik prinsip budaya modernitas sehingga
pada anak laki-laki maupun perempuan. memunculkan berbagai permasalahan sosial
Kangkilo dalam masyarakat Buton adalah dalam perubahan manusia.
tradisi sekaligus wujud melaksanakan Karena itu, pewarisan tradisi kangkilo
kewajiban sebagai umat Islam. Tradisi merupakan sebuah langkah yang harus
kangkilo adalah budaya masa lalu yang tetap dilakukan dengan alasan masyarakat Buton
dijunjung oleh masyarakat penganutnya. Hal di Desa Balo Bone Kecamatan Mawasangka
ini diyakini mempunyai makna-makna dan Kabupaten Buton Tengah tidak lagi
fungsi tertentu dalam kehidupan seseorang, memahami secara utuh fungsi serta makna
misalkan seorang anak dinyatakan syah dari tradisi kangkilo dan bahkan sebagian
melaksanakan kewajibannya sebagai masyarakat tidak melakukannya lagi
seorang Islam apabila sudah di-kangkilo, khususnya masyarakat Desa Balo Bone yang
misalnya seperti mengaji, salat, dan tinggal di luar wilayah Buton. Dari
memanggil tokoh-tokoh adat. Fenomena ini, maka penulis mencoba
Salah satu tujuan mendasar seorang mengkaji secara mendalam tentang makna
anak di-kangkilo adalah sebagai peletakan dan fungsi yang terkandung dalam tradisi
dasar proses pendewasaan. Salah satu kangkilo menurut adat Buton yang
contoh fakta ketika anak sudah di-kangkilo dituangkan dalam sebuah judul “Tradisi
adalah ia tidak boleh lagi memperlihatkan Kangkilo Pada Masyarakat Buton di Desa
auratnya secara bebas, dan buang air kecil Balo Bone Kecamatan Mawasangka
pun harus dicuci atau dibersihkan dengan Kabupaten Buton Tengah.”
air. Hal ini menunjukkan bahwa kangkilo
bermakna mengubah pola hidup dari tahap
kekanak-kanakan ke tahap pendewasaan.
Demikian juga jika dihubungkan dengan
ajaran agama, bahwa mengaji atau salat
diwajibkan untuk bersih dari hadas besar
dan hadas kecil misalnya kotoran di sekitar
alat kelamin adalah salah satu hadas kecil.
Hanya saja perkembangan zaman,
fungsi serta makna yang terkandung pada
tradisi tersebut mulai mengalami

58 Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64
Tradisi Kangkilo pada Masyarakat Buton Di Desa Balo Salmiati, La Ode Ali Basri, Samsul
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah

Metode HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Balo Unsur-unsur Kelisanan yang Terdapat
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten pada Tradisi Kangkilo
Buton Tengah. Informan dalam penelitian Dalam tradisi kangkilo terdapat
adalah dukun kangkilo, lebe, tokoh adat, beberapa Unsur kelisanan yakni: Prosesi
tokoh agama, dan masyarakat yang kangkilo, doa dan material tradisi kangkilo
ditentukan secara purposive sampling. yaitu sebagai berikut.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah (1) wawancara a. Prosesi Tradisi Kangkilo
mendalam yakni melakukan tatap muka Prosesi kangkilo terbagi beberapa tahap
dengan informan untuk mendapatkan yaitu; (1) dimandikan, sebelum anak di-
informasi tentang objek penelitian yaitu kangkilo baik pada anak perempuan maupun
tradisi kangkilo terutama proses laki-laki terlebih dahulu dimandikan
pelaksanaan, unsur-unsur kelisanan dalam menjelang magrib. Anak yang dimandikan
tradisi kangkilo, makna yang terdapat dalam menghadap ke arah Timur dan menghadap
kelisanan tradisi kangkilo dan fungsi tradisi ke arah Barat. Menghadap ke arah timur
kangkilo, (2) observasi partisipan yaitu bermakna memohon rezeki dan panjang
peneliti terlibat langsung di tengah-tengah umur, sedangkan menghadap ke arah Barat
berlangsungnya pertunjukan/pelaksanaan bermakna untuk menolak balaa
tradisi kangkilo, (3) dokumentasi yaitu (malapetaka). (2) Dimasukkan dalam kamar
melakukan perekaman, video dan foto-foto kosong (ombo), setelah selesai magrib
pada masyarakat Buton di Desa Balo Bone menjelang isya anak perempuan maupun
yang sedang melaksanakan tradisi kangkilo, laki-laki yang akan di-kangkilo dimasukkan
foto dan video dapat menggambarkan setiap dalam kamar kosong yaitu berupa ruangan
kegiatan selama penelitian. Teknik Analisis kecil yang tertutup selama empat hari empat
data dilakukan secara deskriptif kualitatif malam. Di sinilah anak diuji kesabarannya
mengacu pada konsep Miles dan dengan maksud bahwa hidup di dunia itu
Humbermen (Emzir, 2010:129-133) yaitu penuh dengan hambatan dan rintangan yang
Proses analisis data dimulai sejak dilakukan harus dijalani dengan ikhlas dan sabar, dan
pengamatan, dilanjutkan dengan wawancara anak hanya berbusana sarung dan celana. (3)
mendalam, dan dokumentasi. Langkah Dilukai alat kelaminnya. Inti dari
berikutnya adalah mereduksi data yang pelaksanaan tradisi kangkilo adalah melukai
meliputi berbagai kegiatan, seperti alat kelamin dengan pisau yaitu melukai
penyeleksian data, pemfokusan data, dan sedikit kulit bagian kepala penis anak laki-
gambaran dokumentasi untuk kondisi yang laki dan sedikit melukai kemaluan
memiliki makna subjektif. Kemudian, perempuan khususnya bagian pinggir yang
kegiatan penyajian data dan dilakukan gembung (kabumbu). Proses melukai di sini
dengan menyusun teks naratif dan alur sebab tidak sampai mengeluarkan darah tetapi
akibat. Terakhir, kegiatan penarikan hanya disyarati dengan menggoreskan ujung
simpulan dengan membuat intisari hasil pisau pada bagian ujung kelamin baik pada
penelitian. anak laki-laki maupun perempuan sampai
anak tersebut merasakan pedis (nopea)
fungsinya sebagai syarat bahwa anak

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64 59
Tradisi Kangkilo pada Masyarakat Buton Di Desa Balo Salmiati, La Ode Ali Basri, Samsul
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah

tersebut telah sah di-kangkilo oleh tubuh serta jauhkanlah dia dari segala
masyarakat Buton. (4) Proses mengganti mara bahaya yang ada di muka bumi,
pakaian dan pembacaan doa (haroa). Setelah dengan menyebut nama Allah
di-kangkilo (disunat) peserta kangkilo berkahilah
kemudian mengganti pakaian dengan busana
muslim dan sarung adat yang telah 2) Doa yang digunakan pada saat mandi
disediakan oleh masing-masing orang tua bagi anak laki-laki
anak yang di-kangkilo. Selanjutnya anak Doa yang digunakan pada saat mandi
yang di-kangkilo dipersilahkan duduk di atas bagi anak laki-laki sebagaimana yang
kursi yang dituntun oleh lebe (imam). diungkapkan oleh dukun kangkilo La Patola
Setelah peserta kangkilo duduk, lebe adalah:
mengambil beras yang ada dalam isi pitaha
peserta kangkilo dan selanjutnya Bismillahirrahmanirrahim, oemoaini
menaburkannya lagi beras tersebut pada oendomadi aendigundiwula-wa,
anak, kemudian mengambil kaki anak yang firubuakumodaino koeapo awanea
di-kangkilo tersebut dan meletakannya ke dunia aherati, metano odukatano
atas tanah yang telah disediakan oleh imam. modaino dunufeng-katanau
Inilah yang menandakan bahwa anak .(Wawancara, 14/2/2018)
tersebut telah melaksanakan kangkilo yang
diakui oleh masyarakat Buton. Terjemahan:

b. Doa yang Digunakan dalam Tradisi Dengan menyebut nama Allah yang
Kangkilo maha pengasih Lagi maha penyayang,
Adapun niat atau doa yang digunakan jadikanlah air mandi ini bersih ketika
saat melakukan tradisi kangkilo yaitu menyentuh tubuhnya, dan hilangkanlah
sebagai berikut. segala kotoran dan najis dari badannya,
dan jauhkanlah dia dari dunia
1) Doa yang digunakan pada saat mandi akhiratmu, serta jadikanlah segala apa
bagi anak perempuan yang dipakai selalu baik, dan yang
Adapun doa yang digunakan pada saat rusak akan menjadi baik.
mandi bagi anak perempuan sebagaimana
yang diungkapkan oleh Wa Rusia bahwa 3) Doa yang akan digunakan pada saat
niatnya adalah sebagai berikut: mengoleskan bedak
Doa yang digunakan pada saat
Allahuwarahmatullah sirina moakale, mengoleskan bedak sebagaimana yang
mali’ikunginsi asitanda asibungi, faralu diungkapkan oleh Wa Rusia bahwa doanya
minnaullahi taala. (Wawancara, adalah:
22/2/2018)
Auliya, Rasulullah, nabi, Muhammadi,
Terjemahan: syafii, syahadat yitufatima akhiri faralu
yamusifata nabi lillahi taala.
Allah yang menguasai segala isinya, (Wawancara, 22/2/2018)
kami minta kepada-Mu bersihkanlah

60 Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64
Tradisi Kangkilo pada Masyarakat Buton Di Desa Balo Salmiati, La Ode Ali Basri, Samsul
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah

Terjemahan: sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita


beri makna. Adapun kandungan makna
Meminta kepada Allah agar orang yang dalam unsur-unsur kelisanan yang terdapat
dioleskan bedak dan orang yang dalam tradisi kangkilo adalah sebagai
ucapkan doa selalu dalam lindungan berikut:
Allah, perlindungan kepada Nabi
Muhammad, dan Nabi Fatima. a. Makna Material yang Digunakan
dalam Pelaksanaan Tradisi Kangkilo
Material yang Digunakan dalam Adapun makna yang terdapat pada
Pelaksanaan Tradisi Kangkilo material tradisi kangkilo yaitu; (1) kain putih
Kebudayaan masyarakat yang memiliki (kae kapute) mengandung makna sebagai
ritual pasti memiliki berbagai macam penutup anak yang akan di-kangkilo, (2)
material yang merupakan salah satu syarat pisau disimbolkan sebagai alat yang
dilakukannya suatu tradisi, material digunakan untuk melukai jenis kelamin baik
sangatlah utama dalam melakukan suatu pada anak laki-laki maupun perempuan, (3)
tradisi karena memiliki makna atau arti pitaha sebuah piring dalam (balobu) yang di
dalam suatu tradisi, dan arti ataupun makna dalamnya berisikan beras, telur dan lilin,
tersebut hanya masyarakat pemiliknya yang pitaha disimbolkan sebagai pelengkap
mengetahuinya. Seperti halnya yang tradisi kangkilo karena tanpa pitaha maka
dikatakan oleh Ferdinan de Saussure (Hoed, tradisi kangkilo tidak akan terlaksana
2011: 3) bahwa apa yang ada dalam dengan sempurna, (4) pelepah pisang
kehidupan kita dilihat sebagai “bentuk” mengandung makna sebagai alat pembersih
yang mempunyai “makna” tertentu. luka bagi anak laki-laki, (5) abu dapur
Hubungan antara bentuk dan makna tidak mengandung makna sebagai obat yang dapat
bersifat pribadi tetapi sosial, yakni didasari menyembuhkan luka atau mengeringkan
oleh “kesepakatan”. Seperti halnya dalam luka akibat sayatan pisau, (6) telur ayam di
tradisi kangkilo pada masyarakat Buton di simbolkan untuk mengeluarkan penyakit
Desa Balo Bone, dimana tradisi ini yang ada dalam tubuh, (7) lilin di simbolkan
merupakan tradisi yang menggunakan sebagai penentu rezeki anak, (8) beras
berbagai material yang telah disepakati. disimbolkan sebagai kesejahteraan hidup.
Adapun, material yang digunakan untuk
tradisi kangkilo seperti pisau (piso), abu, b. Makna Doa yang Digunakan pada
kain putih (kae kapute), pitaha, pelepah Saat Pelaksanaan Tradisi Kangkilo
pisang (boba kalei), lilin, telur, dan beras. Adapun makna doa yang digunakan
pada saat pelaksanaan tradisi kangkilo yaitu;
Makna Unsur-Unsur Kelisanan yang (1) saat mandi bagi anak perempuan yaitu
Terdapat pada Tradisi Kangkilo meminta kepada Allah agar anak yang
Analisis makna dalam tradisi kangkilo dimandikan dapat bersih dari hadas kecil
merujuk pada teori Ferdinand de Saussure maupun hadas besar, (2) saat mandi bagi
(Hoed, 2011: 3) mengatakan bahwa teori anak laki-laki yaitu memohon kepada Allah
semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda agar dapat dijauhkan dari segala kotoran dan
dalam kehidupan manusia. Artinya, semua najis dari tubuhnya, (3) makna doa yang
yang hadir dalam kehidupan kita dilihat akan dibacakan pada saat mengoleskan

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64 61
Tradisi Kangkilo pada Masyarakat Buton Di Desa Balo Salmiati, La Ode Ali Basri, Samsul
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah

bedak yaitu agar orang yang mengucapkan penuh dengan hambatan dan rintangan yang
doa atau orang yang dioleskan bedak selalu harus dihadapi. Pada saat di-ombo anak juga
dalam lindungan Allah SWT, (4) makna doa dinasihati tentang rahasia kehidupan bahwa
ketika menyentuh jenis kelamin anak buang air kecil harus dibersihkan, dan selalu
dengan pisau yaitu meminta kepada Allah menutup aurat. Dan, (3) makna dilukai alat
agar dapat dibersihkan kemaluannya dari kelaminnya diyakini sebagai tanda
segala kotoran, (5) makna doa ketika pembersihan diri bagi seorang anak yaitu
menjepitkan pelepah pisang pada jenis untuk mengikuti perintah Tuhan yang
kelamin anak laki-laki yaitu memohon diserukan kepada Nabi Ibrahim kemudian
kepada Allah SWT agar anak yang diwariskan kepada Nabi Muhammad dan
dijepitkan pelepah pisang selalu diberikan umatnya. Setelah pembersihan anak juga
kesehatan dan keberkahan, (6) makna doa bisa dapat membedakan mana yang baik dan
yang dibacakan ketika buang air kecil yaitu mana yang jelek.
meminta kepada Allah agar anak yang
melaksanakan kangkilo dapat dibersihkan Fungsi Tradisi Kangkilo
kemaluannya, (7) pembacaan doa dilakukan Analisis fungsi dalam tradisi kangkilo
saat anak telah melaksanakan kangkilo, yang menggunakan teori fungsionalisme
memiliki makna yaitu untuk meminta struktural Radcliffe-Brown (Endraswara,
keselamatan agar anak yang telah di- 2003: 109) model penelitian yang banyak
kangkilo dapat diberikan keselamatan dunia memperhatikan keterkaitan antar unsur
dan akhirat. budaya dalam memenuhi fungsinya. Dengan
demikian, setiap unsur kebudayaan yang
c. Makna pada Prosesi Tradisi Kangkilo telah lama berkembang dalam suatu
Adapun makna pada prosesi tradisi masyarakat pasti memiliki fungsi sesuai
kangkilo yaitu (1) makna dimandikan, dengan kondisi masyarakat pendukungnya.
sebelum upacara kangkilo dimulai seorang Demikian pula dengan tradisi kangkilo pada
anak terlebih dahulu dimandikan dengan masyarakat Buton di Desa Balo Bone, dapat
menghadap ke arah Timur dan Barat. kita lihat bahwa ada beberapa fungsi dari
Menghadap ke timur pada saat memandikan pelaksanaan tradisi kangkilo pada
anak dapat dimaknai bahwa ia berharap masyarakat Buton antara lain sebagai
sepenuh hati agar keselamatan, keimanan, berikut. (1) Fungsi kesucian, dalam
ilmu yang berkah, rezeki yang berkah, dan pelaksanaan tradisi kangkilo memiliki fungsi
perkara yang berkah akan didatangkan oleh yang diyakini dan dipercayai oleh
Allah dari timur bersama sinar matahari dan masyarakat Buton di Desa Balo Bone bahwa
akan bercampur dengan air yang didoakan fungsi dari pelaksanaan tradisi kangkilo
tersebut sehingga peserta kangkilo adalah sebagai proses penyucian atau
mendapatkan keberkahan ketika disirami pembersihan diri, karena tradisi kangkilo
dengan air tersebut. Menghadap ke arah dalam adat istiadat masyarakat Buton
Barat dapat dimaknai bahwa dapat seorang anak yang beranjak remaja atau
dijauhkan dari malapetaka (balaa). (2) memasuki usia 7-12 tahun diwajibkan untuk
Makna dimasukkan dalam kamar kosong di-kangkilo. Kangkilo di sini dimaksudkan
(di-ombo) adalah untuk mengajarkan kepada untuk pembersihan/penyucian diri dalam
anak bahwa sesungguhnya hidup di dunia itu menghadapi tugas dan kewajiban terhadap

62 Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64
Tradisi Kangkilo pada Masyarakat Buton Di Desa Balo Salmiati, La Ode Ali Basri, Samsul
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah

Allah SWT. (2) Fungsi kesabaran yang ada mempunyai nilai sakral dalam kehidupan
pada tradisi kangkilo terdapat pada saat seseorang. Oleh karena itu, pelestarian suatu
memasuki khalwat (menyendiri) untuk tradisi/budaya harus dilakukan agar tradisi
dipingit (ombo) selama 4 hari 4 malam. Di kangkilo tidak hilang ditelan oleh
sinilah anak diuji kesabarannya dengan perkembangan zaman yang semakin maju
maksud bahwa hidup di dunia itu penuh karena tradisi kangkilo merupakan warisan
dengan hambatan dan rintangan yang harus budaya yang harus tetap di jaga
dijalani dengan ikhlas dan sabar. (3) Fungsi kelestariannya adapun salah satu pelestarian
sosial pada masyarakat Buton, dimana budaya yang dapat dilakukan adalah melalui
dengan adanya tradisi ini masyarakat hadir keluarga karena keluarga merupakan awal di
dan berkumpul yang dapat meningkatkan mana seseorang mendapatkan pengetahuan.
hubungan silaturahmi antara sesama Seperti yang dikatakan oleh Basri
masyarakat. Tradisi kangkilo merupakan (2017) bahwa keluarga merupakan unit
salah satu tempat pemersatu antara anggota sosial terkecil dalam masyarakat, dan unit
keluarga yang tempatnya di daerah lain. sosial ini memiliki fungsi yang sangat
Bentuk persatuan yang diciptakan dalam strategis dalam mewariskan dan melindungi
tradisi ini adalah makan bersama, kerja nilai-nilai budaya lokal suatu masyarakat.
bersama dan duduk bersama (melantai) ini Dalam keluargalah awal mula seseorang
merupakan salah satu bentuk persatuan mendapatkan pengetahuan tersebut.
mereka dalam prosesi tradisi kangkilo. Hal Pengetahuan yang awal mula diperoleh
tersebut senada dengan yang dikatakan oleh dalam keluarga ini pulalah yang banyak
Soebadio (Esten, 1992: 14) mengatakan memberi warna kehidupan seseorang dalam
bahwa tradisi adalah kebiasaan turun- praktik sosial yang lebih luas.
temurun sekelompok masyarakat Berkenaan dengan hal tersebut, maka
berdasarkan nilai budaya masyarakat yang apa bila pengetahuan tentang apa dan
bersangkutan. Tradisi memperlihatkan bagaimana suatu kebudayaan asli itu
bagaimana anggota masyarakat bertingkah disosialisasikan sejak dini kepada generasi
laku, baik dalam kehidupan yang bersifat baru melalui sistem prokreasi dalam rumah
gaib atau keagamaan. tangga atau keluarga, maka tentunya budaya
Adapun keunikan dalam tradisi kangkilo asli berikut nilai yang terkandung di
di Desa Balo Bone yang tidak ditemukan di dalamnya akan menyatu dengan individu-
daerah lain adalah ketika akan dijepitkan individu pada setiap generasi. Dengan
pelepah pisang pada alat kelamin anak laki- demikian, budaya lokal tersebut akan tetap
laki yang berfungsi sebagai pembersih luka, hidup dan terlindungi tanpa digerus oleh
dan telur ayam yang digulingkan dari dahi kemajuan zaman.
sampai tangan yang disebut dengan
(kalolei). Telur yang digulingkan di sini KESIMPULAN
bertujuan untuk mengeluarkan penyakit atau Berdasarkan hasil dan pembahasan
membersihkan penyakit dari tubuh anak penelitian di atas dapat ditarik beberapa
yang di-kangkilo. simpulan yaitu sebagai berikut:
Tradisi kangkilo ini hidup dan 1. Dalam tradisi kangkilo terdapat
berkembang sehingga menjadi bagian dari beberapa Unsur-unsur kelisanan yaitu:
kehidupan masyarakat Buton yang prosesi kangkilo, doa, dan material

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64 63
Tradisi Kangkilo pada Masyarakat Buton Di Desa Balo Salmiati, La Ode Ali Basri, Samsul
Bone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah

tradisi kangkilo. (1) Prosesi kangkilo Daftar Pustaka


terbagi dalam empat tahapan yaitu Basri, Ali, Ode, La. (2017).
dimandikan (kakadiu), dimasukkan Ketidakbertahanan Budaya Lokal
dalam kamar kosong (ombo), dilukai Masyarakat Muna. Kendari: Universitas
alat kelaminnya (kafebelai), mengganti Halu Oleo.
pakaian dan pembacaan doa (haroa), (2) Duija, Nengah I. (2005) Tradisi Lisan,
doa yang digunakan dalam tradisi Naskah, dan Sejarah. Jurnal Jakarta:
kangkilo yaitu doa yang digunakan pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
saat mandi bagi anak perempuan, doa Universitas Indonesia (FIB-UI).
yang digunakan pada saat mandi bagi Emzir. (2016). Metodologi Penelitian
anak laki-laki, doa yang digunakan pada Kualitatif Analisis Data. Jakarta:
saat mengoleskan bedak, (3) material Rajawali Pres.
yang digunakan dalam pelaksanaan Endraswara, Suwardi. (2003a). Metodologi
tradisi kangkilo yaitu pisau (piso), abu Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:
dapur, kain putih (kae kapute), pitaha, Gadjah Mada University Press.
pelepah pisang (boba kalei), lilin, telur, Esten, Mursal. (1992). Tradisi Dan
dan beras. Modernitas Dalam Sandiwara. Jakarta:
2. Makna unsur-unsur kelisanan yang Perpustakaan Nasional.
terdapat pada tradisi kangkilo terbagi Giddens, A. (2003). Masyarakat Post
atas tiga yaitu: (1) makna material yang Tradisional. Yogyakarta: IRCISOD
digunakan dalam pelaksanaan tradisi Komplek Polri Gowok.
kangkilo yaitu kain putih, pisau, pitaha, Hoed, B.H. (2011b). Semiotik dan Dinamika
pelepah pisang, abu dapur, telur ayam, Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas
lilin, dan beras, (2) makna doa yang Bambu.
digunakan pada saat pelaksanaan tradisi Suharni. (2017). Ritual Kasabha Pada
kangkilo, dan (3) makna prosesi tradisi Masyarakat Buton Di Kecamatan
kangkilo. Talaga Raya Kabupaten Buton Tengah.
3. Fungsi tradisi kangkilo terbagi atas tiga Skripsi Kendari: Universitas Halu Oleo.
yaitu (1) fungsi kesucian, pelaksanaan
kangkilo memiliki fungsi yang diyakini
dan dipercayai oleh masyarakat Buton
di Desa Balo Bone bahwa fungsi
pelaksanaan kangkilo adalah sebagai
proses penyucian/pembersihan diri, (2)
fungsi kesabaran yang ada pada tradisi
kangkilo terdapat pada saat memasuki
kamar kosong untuk dipingit (di-ombo)
selama 4 hari 4 malam, (3) fungsi
sosial, dimana dengan adanya tradisi ini
masyarakat hadir dan berkumpul yang
dapat meningkatkan hubungan
silaturahmi antara sesama masyarakat.

64 Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya Vol.2, No. 1 Januari-Juni 2019: 57-64

Anda mungkin juga menyukai