Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner

(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN KESEJAHTERAAN


PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL BEING) PADA KARYAWAN
CLEANER (STUDI PADA KARYAWAN CLEANER YANG MENERIMA
GAJI TIDAK SESUAI STANDAR UMP DI PT. SINERGI INTEGRA
SERVICES, JAKARTA)

Winda Tanujaya
Fakultas Psikologi, Universitas Esa Unggul
Jln Arjuna utara, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
thanujaya_04@yahoo.com

Abstrak
Setiap karyawan yang bekerja pada suatu organisasi mempunyai harapan mendapatkan gaji yang
sesuai dengan standar UMP. Pada kenyataannya, terdapat karyawan yang menerima gaji tidak sesuai
dengan standar UMP memiliki tingkat turnover yang rendah, merasa senang, bersyukur dan
menerima diri apa adanya. Perasaan-perasaan yang muncul dari evaluasi pengalaman bekerja dan
hidup menjadi indikasi yang berkaitan antara kepuasan kerja dan kesejahteraan psikologis. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan kesejahteraan
psikologis di PT. SINERGI Integra Services. Penelitian ini adalah penelitian dengan jenis penelitian
korelasional, yaitu untuk mengungkapkan hubungan timbal balik antar variabel yang diteliti. Teknik
analisa yang dalam penelitian ini adalah teknik korelasi koefisien kontingensi dengan uji statistik
menggunakan chi-square. Sampel penelitian ini adalah karyawan cleaner PT. SINERGI Integra
Services yang menerima gaji tidak sesuai standar UMP. Teknik sampling yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh. Pengumpulan data menggunakan alat ukur kuesioner kepuasan kerja
mengacu pada teori Locke, sedangkan kesejahteraan psikologis mengacu pada teori Ryff.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi chi-square diperoleh korelasi positif 0,577 dengan
sig (p) 0,000. Dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan positif agak
rendah yang signifikan antara kepuasan kerja dengan kesejahteraan psikologis. Artinya, semakin
karyawan merasakan kepuasan kerja, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan psikologis.

Kata kunci: kepuasan kerja, kesejahteraan psikologis, gaji.

Pendahuluan (Faiz, 2007). Perusahaan outsourcing yang


Perkembangan ekonomi global dan digunakan dalam penelitian ini adalah PT.
kemajuan teknologi yang cepat menimbulkan SINERGI Integra Services. Perusahaan ini dibangun
persaingan usaha yang ketat hampir di semua jenis sejak tahun 2007, berdasarkan prinsip “SINERGI”
usaha. Lingkungan yang sangat kompetitif ini yang berarti “hubungan yang menguntungkan bagi
menuntut dunia usaha untuk melakukan suatu pihak yang saling bekerja sama”. Misi PT.
perubahan struktural dalam mengelola usaha yaitu SINERGI Integra Services adalah memberikan
memperkecil rentang kendali manajemen sehingga pelayanan kebersihan menyeluruh yang sudah diatur
lebih efektif, efesien, dan produktif. Adapun, cara dalam kontrak kerja.
untuk memperkecil rentang kendali manajemen PT. SINERGI Integra Services bekerja
yaitu dengan berfokus pada kompetensi inti sesuai kontrak dan program kerja yang telah
perusahaan dan mengalihdayakan aktivitas disepakati bersama dengan klien. Kontrak dan
penciptaan produk dan jasa yang tidak terkait program kerja pada dasarnya mengenai kesepakatan
dengan kompetensi inti perusahaan kepada pihak jam kerja, gaji, durasi waktu pekerjaan, jumlah
lain, yang lebih dikenal dengan istilah outsourcing. karyawan, dan sebagainya. Mengenai kesepakatan
Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai gaji, ada beberapa klien yang tidak mengikuti
pemindahan atau pendelegasian beberapa proses standar upah minimum propinsi (UMP) berdasarkan
bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Standar UMP
badan penyedia jasa tersebut melakukan proses untuk tahun 2012 ditetapkan pada tanggal 28
administrasi dan manajemen berdasarkan definisi November 2011 dengan ketentuan pasal 1, “Upah
serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak minimum provinsi Tahun 2012 di DKI Jakarta
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 67
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

sebesar Rp 1.529.150,- per bulan” (Mansuraziz, Meskipun area tersebut tidak menerapkan
2011). Pemberian gaji kepada karyawan cleaner standar gaji berdasarkan UMP sesuai dengan
berdasarkan pada kontrak dengan klien dan jumlah keputusan gubenur DKI Jakarta, beberapa karyawan
kehadiran. PT. SINERGI Integra Services tidak tetap memilih bertahan untuk bekerja di area
melakukan pemotongan atas biaya lainnya terhadap tersebut. Karyawan cleaner yang bekerja dengan
gaji yang diterima oleh karyawan cleaner. gaji di bawah standar UMP tetap merasa senang dan
Adanya perubahan yang signifikan terhadap bertahan pada pekerjaannya. Dengan menerima gaji
UMP dari tahun 2012 sebesar Rp 1.529.150,- ke dalam skala lebih rendah dibandingkan keputusan
tahun 2013 sebesar Rp 2.200.000,-, menjadi naik ± gubernur DKI Jakarta yang telah ditetapkan,
43%. Sedangkan manajemen perusahaan telah karyawan cleaner tetap merasa puas terhadap
memperkirakan kenaikan UMP per tahun sekitar pekerjaan. Mereka dapat menerima kondisi yang
10%. Hal ini menyebabkan pada tahun 2013 dihadapinya secara positif, masih bisa bersyukur
perpanjangan kontrak dengan klien menjadi dan memiliki keinginan untuk terus berkembang.
terhambat. Pihak klien masih memperhitungkan Sebaliknya, ada beberapa karyawan cleaner yang
segala biaya yang timbul jika kontrak berdasarkan merasa tidak puas atas pekerjaan dan gaji. Perasaan
UMP 2013. tidak puas tersebut diungkapkan dengan cara sering
Keterlambatan perpanjangan kontrak absen, mengabaikan peraturan perusahaan, dan
memberikan dampak terhadap karyawan cleaner. memutuskan untuk pindah kerja. Karyawan cleaner
Hal tersebut berdampak pada keterlambatan yang tidak puas terhadap pekerjaannya, akan
kenaikan gaji karyawan cleaner. Di beberapa cenderung merasa bosan, tidak tertarik untuk
proyek yang seharusnya karyawan menerima bekerja secara optimal, dan merasa kecewa terhadap
kenaikan gaji pada Januari 2013, tetapi hingga kondisi yang dihadapinya.
Maret 2013 belum mendapatkannya. Dengan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
ketidakpastian terhadap kenaikan gaji, banyak Ariati, 2010 terhadap dosen di Fakultas Psikologi
karyawan cleaner yang mengeluh kepada pengawas Universitas Diponegoro mendapatkan hasil
bahwa akan keluar kerja jika tidak ada kepastian penelitian yang menyatakan bahwa hubungan
kenaikan gaji. Menanggapi masalah tersebut, pihak kesejahteraan psikologis dengan kepuasan kerja
manajemen PT. SINERGI Integra Services berusaha tidak memiliki korelasi yang signifikan. Sedangkan
memberikan penjelasan kepada karyawan cleaner menurut Judge dan Locke (dalam Russell, 2008)
bahwa bila perpanjangan kontrak telah dilaksanakan menemukan hubungan saling mempengaruhi antara
dengan pihak klien maka akan ada sistem “rapelan”. kepuasan kerja dengan kesejahteraan psikologis
Jika karyawan cleaner menerima gaji masih pada perawat.
berdasarkan kontrak sebelumnya, selisih jumlah gaji Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
berdasarkan kontrak baru akan tetap dibayarkan. yang berbeda, maka fenomena yang terjadi di PT.
Disisi lain manajemen HRD PT. SINERGI SINERGI Integra Services sebagai suatu perusahaan
Integra Services juga telah menerapkan batasan yang bergerak di bidang outsourcing dengan
tingkat turnover ≥ 10% per tahun termasuk dalam karyawan cleaner yang menerima gaji di bawah
kategori tinggi. Berikut ini laporan data bagian standar UMP sangat menarik untuk diteliti apakah
HRD di PT. SINERGI Integra Services selama terdapat hubungan kepuasan kerja dengan
tahun 2013 mengenai tingkat turnover dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan cleaner
kesepakatan gaji tidak sesuai standar UMP, yaitu: yang menerima gaji tidak sesuai standar UMP di
PT. SINERGI Integra Services.

Teori Kepuasan Kerja


Siegel dan Lane, 1982 (Munandar, 2008)
menerima batasan yang diberikan oleh Locke, yaitu
bahwa kepuasan kerja adalah: “The appraisal of
one’s job as attaining or allowing the attainment of
one’s important job values, providing these values
Berdasarkan tabel data di atas, area yang are congruent with or help fulfill one’s basic
memiliki persentase tingkat turnover yang rendah needs”. Secara singkat, karyawan yang puas dengan
dengan kesepakatan pemberian gaji tidak sesuai pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya.
standar UMP tahun 2013 adalah area Mall City Menurut Tiffin (Anoraga, 2009), kepuasan
Lofts. kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan
terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerja
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 68
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

sama antara pimpinan dan sesama karyawan.


Menurut Blum (Anoraga, 2009), kepuasan kerja 2. Gaji Penghasilan
merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari Menurut hasil penelitian yang dilakukan
beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor oleh Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi
pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial dari jumlah absolut dari gaji yang diterima, derajat
individu di luar kerja. Sedangkan menurut Howell sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan
& Dipboye, 1986 (Munandar, 2008), memandang karyawan, dan bagaimana gaji diberikan. Jumlah
kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari gaji yang diperoleh dapat secara nyata mewakili
derajat rasa suka atau tidak sukanya karyawan kebebasan untuk melakukan apa yang ingin
terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. dilakukan. Jika gaji dipersepsikan sebagai adil
Dapat disimpulkan dari pendapat beberapa didasarkan tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat
ahli di atas bahwa kepuasan kerja merupakan sikap keterampilan individu, dan standar gaji yang
karyawan terhadap penyesuaian diri dari berbagai berlaku untuk kelompok tertentu, maka akan ada
aspek pekerjaan. Dalam penelitian ini, kepuasan kepuasan kerja.
kerja adalah perasaan suka atau tidak suka yang
yang muncul dari selisih antara harapan dengan 3. Penyeliaan
kenyataan pada karyawan cleaner dalam Locke memberikan kerangka kerja teoritis
pekerjaannya masing-masing, baik secara untuk memahami kepuasan karyawan dengan
keseluruhan maupun terhadap berbagai aspek dalam penyeliaan. Ia menemukenali 2 jenis dari hubungan
pekerjaannya. atasan-bawahan, yaitu hubungan fungsional dan
Peneliti menggunakan teori keseluruhan. Hubungan fungsional mencerminkan
pertentangan/ketidaksesuaian (discrepancy theory) sejauh mana penyelia membantu karyawan, untuk
yang dikemukakan oleh Locke. Teori pertentangan memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi
menekankan pada selisih antara kondisi yang karyawan. Hubungan keseluruhan didasarkan pada
diinginkan dengan kondisi aktual. ketertarikan antarpribadi yang mencerminkan sikap
Teori pertentangan dari Locke menyatakan dasar dan nilai-nilai yang serupa.
bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap
beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan 4. Rekan Kerja
penimbangan dua nilai, yaitu (1) pertentangan yang Hubungan yang ada antarkaryawan adalah
dipersepsikan antara apa yang diinginkan individu hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak
dengan apa yang diterima, dan (2) apa pentingnya fungsional. Di dalam kelompok kerja dimana
pekerjaan yang diinginkan bagi individu (Wijono, karyawan harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan
2012) kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-
Menurut Locke (Munandar, 2008), seorang kebutuhan tingkat tinggi mereka (kebutuhan harga
karyawan akan merasa puas atau tidak puas diri, kebutuhan aktualisasi diri) dapat dipenuhi, dan
merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
bagaimana mempersepsikan adanya kesesuaian atau
pertentangan antara keinginan dan kenyataan. 5. Kondisi Kerja
Teori ini mengukur kerja individu dengan Bekerja dalam ruangan yang sempit, panas,
menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya yang cahaya lampunya menyilaukan mata, kondisi
dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kerja yang tidak mengenakkan (uncomfortable)
kepuasannya melebihi dari apa yang diinginkan, akan menimbulkan keengganan untuk bekerja.
maka individu akan lebih puas lagi, sehingga Perusahaan perlu menyediakan kondisi kerja yang
terdapat discrepancy yang positif. Kepuasan kerja memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi. Dalam
individu tergantung pada selisih antara sesuatu yang kondisi kerja seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik
dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai. dapat dipenuhi dan memuaskan karyawan.
Berikut dimensi-dimensi kepuasan kerja Menurut Mullin, 1993 (Wijono, 2012)
(Munandar, 2008) yang digunakan dalam penelitian menjelaskan tentang beberapa aspek yang termasuk
ini adalah: dalam faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja,
1. Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan yaitu:
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari a. Perbedaan Individu
pekerjaan yang menentukan kepuasan kerja adalah Setiap perbedaan individu mempunyai
keragaman keterampilan, jati diri tugas (task tahap kepuasan kerja menurut tingkat yang
identity), tugas yang penting (task significance), ditetapkan oleh individu sendiri. Hal ini
otonomi, pemberian balikan.
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 69
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

menyebabkan ada perbedaan tingkat kepuasan kerja bermakna, bertujuan sehingga berfungsi secara
bagi setiap perbedaan individu. optimal dan memiliki penilaian yang positif atas
kehidupannya.
b. Usia Dalam perkembangannya menurut Ryff
Herzberg et al., 1957 (Wijono, 2012) (Lakoy, 2009), kesejahteraan psikologis dapat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dilihat dari faktor penentu sebagai berikut, yaitu:
signifikan di antara usia dan kepuasan kerja. 1. Otonomi (Autonomy)
Kepuasan kerja bertambah sesuai dengan Kemampuan individu untuk menjadi unik
bertambahnya usia. dan berbeda, mandiri sekalipun berbeda dengan hal
lazim. Dapat membuat keputusan sendiri dan
c. Jenis Kelamin mandiri, mampu menghindari tekanan sosial dan
Hasil penelitian Zaleznik dkk., 1958 dapat bertindak dengan cara-cara tertentu. Dapat
(Wijono, 2012) menemukan bahwa perempuan mengatur perilaku dari dalam serta mengevaluasi
lebih puas dibandingkan dengan laki-laki. Dengan diri dengan standar pribadi.
menunjukkan bahwa perempuan berada pada tahap
sosial, mendapat gaji yang sama dengan laki-laki. 2. Penguasaan Lingkungan (Envirolmental
Growth)
d. Pendidikan Kemampuan individu untuk memilih atau
Banyak hasil penelitian yang dilakukan membentuk lingkungan yang sesuai dengan kondisi
saling bertolak belakang mengenai faktor tersebut dirinya. Memiliki rasa penguasaan dan kompetensi
terhadap kepuasan kerja. Dapat disimpulkan faktor dalam mengatur lingkungan, mengkontrol aturan-
tersebut dapat memberi pengaruh terhadap kepuasan aturan kompleks dalam aktivitas-aktivitas eksternal,
kerja, walaupun ada penelitian yang menyatakan dapat memanfaatkan dengan efektif kesempatan-
tidak ada hubungan. kesempatan yang ada di sekeliling, mampu memilih
atau menciptakan hal-hal yang sesuai dengan
Teori Kesejahteraan Psikologis kebutuhan dan nilai pribadi.
Menurut Ryff, 1989 (Misero, 2010),
kesejahteraan psikologis (psychological well-being) 3. Pertumbuhan Diri
adalah sebuah konsep yang berusaha memaparkan Memiliki rasa untuk pengembangan diri
tentang positive psychological functioning. Konsep yang berkesinambungan, melihat diri sebagai
well-being pada dasarnya banyak dikembangkan. pribadi yang bertumbuh dan berkembang, terbuka
Carol Ryff, 1989 (Misero, 2010) pada pengalaman-pengalaman baru, menyadari
mengoperasionalkan psychological well-being ke potensi-potensi pribadi, melihat perkembangan diri
dalam enam dimensi utama, yaitu otonomi dan perilaku diri dari waktu ke waktu, berubah
(autonomy), penguasaan lingkungan (envirolmental dengan cara-cara yang merefleksikan pengetahuan
mastery), pertumbuhan diri (personal growth), dan keefektifan.
hubungan positif dengan orang lain (positive
relation with others), tujuan hidup (purpose in life), 4. Hubungan Positif dengan Orang Lain
dan penerimaan diri (self acceptance). Memiliki hubungan yang hangat, saling
Menurut Ryff, 1989 (Lakoy, 2009), untuk memuaskan dan mempercayai dengan sesama.
dapat dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis Memiliki kemampuan untuk berempati, merasakan,
yang baik adalah bukan sekadar bebas dari indikator dan berhubungan akrab. Menunjukkan afeksi dan
kesehatan mental negatif, seperti terbebas dari mampu untuk terlibat dalam hubungan pertemanan
kecemasan, tercapainya kebahagian, dan yang mendalam dan beridentifikasi dengan orang
sebagainya. Tetapi hal lain yang penting untuk lain.
diperhatikan adalah kepemilikan akan penerimaan
diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, 5. Tujuan Hidup
kemampuan menguasai lingkungan, kepemilikan Memiliki tujuan spesifik dalam hidup dan
akan tujuan dan arti hidup dan kemampuan untuk kontrol atas diri pribadi, merasakan makna dari
memiliki rasa pertumbuhan dan pengembangan diri kehidupan masa lalu dan sekarang, memegang
secara berkelanjutan. keyakinan-keyakinan yang mengarahkan pada
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tujuan hidup, memiliki tujuan dan sudut pandang
menyimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis dalam hidup.
(psychological well-being) adalah kondisi individu
yang sejahtera dengan mengisi kehidupannya secara
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 70
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

6. Penerimaan Diri cleaner yang menerima gaji tidak sesuai standar


Sikap positif terhadap diri sendiri dengan UMP, bekerja ≥ 6 bulan.
mengetahui dan menerima aspek-aspek dari diri,
termasuk kualitas yang baik maupun yang buruk, Pengukuran
serta pandangan positif tentang kehidupan di masa Dalam penelitian ini variabel yang
lampau. digunakan adalah kepuasan kerja dan kesejahteraan
Menurut Ryff dan Singer, 1996 (Mathilda, psikologis. Alat ukur dalam penelitian ini
2011) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh mengunakan model Skala Likert. Pada skala
terhadap kesejahteraan psikologis, di antaranya kepuasan kerja terdapat 2 pilihan jawaban dalam
adalah: setiap pernyataan, yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai
a. Usia (TS). Sedangkan pada skala kesejahteraan
Ryff dan Singer, 1996 (Mathilda, 2011) psikologis terdapat 4 pilihan jawaban dalam setiap
menemukan bahwa beberapa dimensi PWB seperti pertanyaan, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S),
penguasaan lingkungan dan otonomi diri cenderung tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, Item pernyataan yang terdapat dalam alat ukur
khususnya saat beranjak dari masa dewasa muda kepuasan kerja sebanyak 54 item dan alat ukur
menuju masa dewasa menengah. Dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis sebanyak 56 item yang
lain seperti pengembangan pribadi dan tujuan hidup terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable.
cenderung menurun seiring dengan bertambahnya Hasil uji coba lapangan dihitung
usia, khususnya dari masa dewasa menengah menggunakan rumus statistika Pearson Product
menuju masa usia lanjut. Moment. Untuk mengetahui validitas digunakan r
b. Jenis Kelamin hitung. Jika nilai r hitung ≤0,3 dikatakan tidak valid
Menurut Ryff dan Singer, 1996 (Mathilda, dan >0,3 dikatakan valid (Aritonang, 2012). Setelah
2011) dalam penelitiannya perbedaan jenis kelamin dilakukan tryout pada alat kepuasan kerja diketahui
mempengaruhi dimensi-dimensi kesejahteraan terdapat 15 item yang tidak valid dari 54 item,
psikologis. Ditemukan bahwa para wanita dari sehingga item yang valid sebanyak 39 item.
segala usia cenderung memiliki skor tinggi pada Sedangkan alat kesejahteraan psiklogis diketahui
dimensi hubungan positif dengan orang lain dan terdapat 10 item yang tidak valid dari 56 item,
pengembangan pribadi bila dibandingkan dengan sehingga item yang valid sebanyak 46 item.
pria. Hasil analisis uji reliabilitas dengan Alpha
c. Status Sosial Ekonomi Cronbach pada alat ukur kepuasan kerja
Dari penelitian diketahui bahwa memperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,897 dan
kesejahteraan psikologis yang tinggi (terutama pada alat ukur kesejahteraan psikologis sebesar 0,913.
dimensi tujuan hidup dan pengembangan pribadi) Koefisien reliabilitas dengan hasil mendekati 1
dijumpai pada individu yang memiliki tingkat dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi
pendidikan yang tinggi. Kesejahteraan psikologis (Sugiyono, 2009). Hal ini berarti bahwa kedua skala
yang tinggi juga dijumpai pada individu yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah cukup
mempunyai status pekerjaan yang tinggi. reliabel.

Metode Penelitian Analisis Data


Rancangan penelitian ini menggunakan Untuk kepuasan kerja, kategori subjek
metode penelitian kuantitatif non-eksperimental terbagi menjadi 2 yaitu, puas dan tidak puas.
dengan teknik statistik korelasional. Penelitian Dengan norma sebagai berikut:
kuantitatif lebih fokus pada perilaku yang mudah
diukur secara kuantitatif. Kemudian penarikan
kesimpulan berdasarkan analisis statistik. Sehingga
dalam penelitian ini dapat diketahui hubungan antar
variabel yang diteliti, yaitu variabel kepuasan kerja
dan kesejahteraan psikologis.
Sedangkan untuk kesejahteraan psikologis,
Responden terbagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang,
Responden dalam penelitian ini adalah 52 dan rendah. Dengan norma sebagai berikut:
karyawan cleaner pada area Mall City Lofts.
Berikut adalah karakteristik responden: karyawan

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 71


Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

Teknik analisis data untuk mengetahui


hubungan antara kepuasan kerja dengan
kesejahteraan psikologis adalah menggunakan Dari data tabel di atas, mayoritas karyawan
teknik korelasi koefisien kontingensi dengan uji cleaner memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
signifikasi chi-square . yang sedang sebanyak 30 karyawan. Sedangkan
Kemudian untuk mengetahui dimensi karyawan cleaner yang memiliki tingkat
manakah dari kepuasan kerja yang mempunyai kesejahteraan psikologis yang tinggi sebanyak 11
kontribusi terhadap kesejahteraan psikologis adalah karyawan dan karyawan cleaner yang memiliki
menggunakan teknik regresi ganda. Selain itu, tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah
untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja dan sebanyak 11 karyawan. Dapat diartikan bahwa
kesejahteraan psikologis berdasarkan data jumlah karyawan yang memiliki tingkat
penunjang seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, kesejahteraan psikologis tinggi sebanding dengan
status pernikahan maka peneliti menggunakan yang rendah.
crosstabulation.

Hasil dan Pembahasan


Berikut ini adalah hasil penelitian pada
karyawan cleaner di PT. SINERGI Integra
Services: Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan
bahwa kepuasan kerja berhubungan secara positif
dengan kesejahteraan psikologis sebesar 0,577.
Dengan demikian, terdapat hubungan positif yang
agak rendah antara kepuasan kerja dengan
kesejahteraan psikologis pada karyawan cleaner di
PT. SINERGI Integra Services. Korelasi positif
artinya semakin karyawan cleaner merasakan
Dari hasil uji normalitas, dapat diketahui kepuasan kerja, maka semakin tinggi kesejahteraan
bahwa nilai sig (p) kepuasan kerja dari psikologis. Sebaliknya, semakin karyawan cleaner
Kolmogorov-Smirnov adalah 0,040, sedangkan nilai merasakan ketidakpuasan kerja, maka semakin
sig (p) kesejahteraan psikologis adalah 0,000. Dapat rendah kesejahteraan psikologis.
disimpulkan bahwa distribusi data kepuasan kerja
dan kesejahteraan psikologis tidak normal.

Berdasarkan tabel regresi di atas hasil


koefisien determinasi R Square sebesar 0,132 dapat
diartikan bahwa sebesar 13,2% dari variasi yang
terjadi pada kesejahteraan psikologis disebabkan
Berdasarkan data yang telah diolah, oleh pengaruh dimensi-dimensi kepuasan kerja
terdapat 10 orang yang dikategorikan tidak puas secara bersama-sama. Sedangkan sisanya sebesar
dengan persentase 19,2% dan 42 orang yang 86,8% disebabkan oleh pengaruh variabel-variabel
dikategorikan puas dengan persentase 80,8%. lain yang tidak diteliti.

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 72


Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

Dari perhitungan statistik pada tabel di atas,


diketahui bahwa dari 52 karyawan cleaner PT.
SINERGI Integra Services yang menempuh
pendidikan SMP terdapat 20 karyawan (83%)
merasakan kepuasan kerja dan 4 karyawan (17%)
merasakan ketidakpuasan kerja. Pendidikan SMA
terdapat 14 karyawan (74%) merasakan kepuasan
kerja dan 5 karyawan (26%) merasakan
Berdasarkan tabel koefisien regresi ganda ketidakpuasan kerja. Pendidikan SMK terdapat 7
diperoleh hasil bahwa gaji memberikan kontribusi karyawan (88%) merasakan kepuasan kerja dan 1
yang paling besar terhadap kesejahteraan karyawan (13%) merasakan ketidakpuasan kerja.
psikologis. Sementara itu yang menempuh pendidikan STM
terdapat 1 karyawan (100%) merasakan kepuasan
kerja.

Dari perhitungan statistik pada tabel di atas,


diketahui bahwa dari 52 karyawan cleaner PT.
SINERGI Integra Services yang berjenis kelamin Dari perhitungan statistik pada tabel di atas,
laki-laki terdapat 34 karyawan (85%) merasakan diketahui bahwa dari 22 karyawan cleaner PT.
kepuasan kerja dan 6 karyawan (15%) merasakan SINERGI Integra Services yang berjenis kelamin
ketidakpuasan kerja. Sementara itu yang berjenis laki-laki terdapat 11 karyawan (73%) memiliki
kelamin perempuan terdapat 8 karyawan (67%) tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi dan 4
merasakan kepuasan kerja dan 4 karyawan (33%) karyawan (27%) memiliki tingkat kesejahteraan
merasakan ketidakpuasan kerja. psikologis yang rendah. Sementara itu yang berjenis
kelamin perempuan terdapat 7 karyawan (100%)
memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang
rendah.

Dari perhitungan statistik pada tabel di atas,


mayoritas karyawan cleaner PT. SINERGI Integra
Services merasakan kepuasan kerja. Diketahui
bahwa dari 52 karyawan cleaner PT. SINERGI
Integra Services yang berusia remaja akhir terdapat Dari perhitungan statistik pada tabel di atas,
7 karyawan (78%) merasakan kepuasan kerja dan 2 diketahui bahwa dari 22 karyawan cleaner PT.
karyawan (22%) merasakan ketidakpuasan kerja. SINERGI Integra Services yang berusia remaja
Dewasa awal terdapat 34 karyawan (81%) akhir terdapat 2 karyawan (50%) memiliki tingkat
merasakan kepuasan kerja dan 8 karyawan (19%) kesejahteraan psikologis yang tinggi dan 2
merasakan ketidakpuasan kerja. Sementara itu yang karyawan (50%) memiliki tingkat kesejahteraan
berusia dewasa madya terdapat 1 karyawan (100%) psikologis yang rendah. Dewasa awal terdapat 8
merasakan kepuasan kerja. karyawan (47%) memiliki tingkat kesejahteraan
psikologis yang tinggi dan 9 karyawan (53%)
memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang
rendah. Sementara itu yang berusia dewasa madya
terdapat 1 karyawan (100%) memiliki tingkat
kesejahteraan psikologis yang tinggi.

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 73


Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

yang seringkali tidak memadai atau kurang disukai.


Kondisi kerja yang baik akan mendorong karyawan
cleaner senang bekerja dan melakukan pekerjaan
yang lebih baik.
Karyawan cleaner di PT. SINERGI Integra
Services yang memiliki ketidakpuasan kerja
sebanyak 10 karyawan. Ketidakpuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan cleaner terlihat dari
Dari perhitungan statistik pada tabel di atas, pernyataan bahwa karyawan cleaner menyatakan
diketahui bahwa dari 22 karyawan cleaner PT. bahwa dengan bekerja berharap mendapatkan
SINERGI Integra Services yang menempuh keterampilan baru (item no. 24), namun
pendidikan SMP terdapat 6 karyawan (50%) kenyataannya tugas yang dijalankan hanya
memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang membersihkan ruangan saja (item no. 8). Artinya
tinggi dan 6 karyawan (50%) memiliki tingkat mereka berharap mendapatkan keterampilan yang
kesejahteraan psikologis yang rendah. Pendidikan baru dengan bekerja sebagai cleaning services,
SMA terdapat 3 karyawan (43%) memiliki tingkat tetapi mereka tidak mendapatkan keterampilan baru
kesejahteraan psikologis yang tinggi dan 4 karena tugas yang dilakukan tidak beragam.
karyawan (57%) memiliki tingkat kesejahteraan Pernyataan karyawan cleaner yang menyatakan
psikologis yang rendah. Pendidikan SMK terdapat 2 bahwa dengan bekerja berharap bisa menabung dari
karyawan (67%) memiliki tingkat kesejahteraan gaji yang diperoleh (item no. 27), namun
psikologis yang tinggi dan 1 karyawan (33%) kenyataannya karyawan cleaner harus berhutang
memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang untuk memenuhi kebutuhan hidup (item no. 39).
rendah. Sementara itu yang menempuh pendidikan Karyawan cleaner juga berharap mendapat gaji
STM tidak ada karyawan yang masuk dalam berdasarkan UMP (item no. 33), namun
kategori tingkat kesejahteraan psikologis yang kenyataannya gaji yang diperoleh tidak memenuhi
tinggi maupun rendah. standar UMP. Artinya mereka mempunyai harapan
Hasil dalam pengolahan data kategorisasi terhadap gaji yang diterimanya berdasarkan standar
kepuasan kerja, menunjukkan bahwa mayoritas UMP agar dapat mencukupi kebutuhan hidup,
karyawan cleaner merasakan kepuasan kerja namun kenyataannya gaji yang diterima tidak
meskipun menerima gaji tidak sesuai standar UMP. memenuhi standar UMP dan mereka harus
Hubungan yang baik dan suasana kebersamaan berhutang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
dalam bekerja yang membuat karyawan cleaner Dapat disimpulkan, bahwa karyawan
tetap bertahan pada pekerjaannya dan merasakan cleaner PT. SINERGI Integra Services
kepuasan kerja. Hal ini terlihat dari pernyataan mengeluhkan pekerjaan yang dilakukan tidak
bahwa keinginan karyawan cleaner untuk mendapat beragam/monoton dan mengharapkan mendapat gaji
pengarahan dari leader terpenuhi dengan pernyataan yang mencukupi kebutuhan hidup. Gaji adalah salah
bahwa sebelum bekerja leader memberikan satu unsur penting dalam meningkatkan kepuasan
pengarahan (item no. 6). Artinya karyawan cleaner kerja, sebab gaji merupakan alat untuk memenuhi
mengharapkan mendapat dukungan dari leader, kebutuhan karyawan (Hariandja, 2007). Untuk
sesuai dengan kenyataannya yaitu leader selalu menunjukkan adanya peningkatan dari yang kurang
mengarahkan tugas apa saja yang harus dilakukan baik menjadi baik, hal tersebut membutuhkan biaya
dan bagaimana cara mengatasi masalah di area sehingga tujuan bekerja untuk menghasilkan
sebelum mulai bekerja. Hal tersebut mendukung uang/gaji.
pernyataan bahwa karyawan cleaner merasakan Menurut Locke (Munandar, 2008),
hubungan dengan leader terjalin harmonis (item no. kepuasan kerja yang dialami para karyawan
31). Dan karyawan cleaner merasakan bahwa bergantung pada ada atau tidak adanya kesenjangan
tempat bekerjanya membuat nyaman (item no. 26). antara harapan dengan kenyataan yang dirasakan
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja terhadap pekerjaan. Sedangkan hasil pengolahan
yang dirasakan oleh karyawan cleaner tidak hanya data kategorisasi kesejahteraan psikologis,
bersumber dari gaji. Hal tersebut sesuai dengan menunjukkan bahwa karyawan cleaner PT.
pernyataan Robbin (Hariandja, 2007) bahwa SINERGI Integra Services memiliki jumlah yang
pekerjaan tidak hanya sekadar melakukan sama pada tingkat kesejahteraan psikologis tinggi
pekerjaan, tetapi terkait juga dengan aspek lain maupun rendah. Berdasarkan data yang ada,
seperti interaksi dengan rekan kerja atau atasan, menunjukkan bahwa sebanyak 11 karyawan cleaner
mengikuti aturan-aturan, dan kondisi kerja tertentu termasuk dalam tingkat kesejahteraan psikologis
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 74
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

yang tinggi. Kesejahteraan psikologis karyawan merasakan kepuasan kerja. Dapat disimpulkan
cleaner yang tinggi dapat terlihat dari pernyataan bahwa karyawan cleaner yang memiliki kepuasan
yang menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan kerja, cenderung mampu merasakan kenyamanan
berarti bagi hidup saya (item no. 20) dan “saya bekerja dan tanggung jawab kerja terhadap tugas
bersyukur bisa bekerja hingga hari ini” (item no. rutin yang dilakukan serta perasaan bahagia dalam
35), “saya bahagia dengan keadaan saya sekarang” menjalankan pekerjaan.
(item no. 18), merasa bangga bekerja sebagai CSO Intepretasi pengalaman yang positif dalam
(item no. 44). bekerja menimbulkan perasaan bahagia dan
Dapat disimpulkan bahwa karyawan bersyukur pada diri karyawan cleaner. Kepuasan
cleaner menjalani hidupnya dengan penuh syukur kerja dalam diri karyawan cleaner merupakan
dan tanpa merasa terbebani. Memiliki arah tujuan sebagai pondasi optimalisasi fungsi kesejahteraan
hidup membuat karyawan cleaner menjadi lebih psikologis. Kesejahteraan psikologis pada intinya
dapat mengatur bagaimana menjalani hidupnya. Hal merujuk pada perasaan-perasaan individu mengenai
ini sesuai dengan pernyataan Shaver & Freedman aktifitas hidup yang dijalaninya setiap hari (Lakoy,
(Hurlock, 1994) bahwa kebahagiaan banyak 2009). Hal ini didukung oleh pernyataan M. Noor
bergantung pada sikap menerima dan menikmati Rochman Hadjam & Arif Nasiruddin, 2003 bahwa
apa yang dimiliki diri sendiri, serta kerja merupakan kegiatan yang paling banyak
mempertahankan keseimbangan antara harapan dan memakan waktu bagi individu yang telah dewasa,
prestasi. sehingga kepuasan terhadap pekerjaannya akan
Meskipun ada karyawan cleaner yang berada sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan
dalam tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi, psikologisnya secara umum. Hal ini sejalan dengan
tetapi hasil pengolahan data juga menunjukkan hasil penelitian Tenggara, Zamralita, dan Suyasa,
bahwa sebanyak 11 karyawan cleaner memiliki 2008 (Annisa & Zulkarnain, 2013) yang
tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara
Kesejahteraan psikologis yang rendah terlihat dari kepuasan kerja dengan kesejahteraan psikologis
pernyataan dalam kuesioner yang menyatakan karyawan.
bahwa “saya senang diatur oleh leader dalam Kesejahteraan psikologis karyawan cleaner
bekerja (item no. 23) dan “dimarahi leader dipengaruhi oleh evaluasi pengalaman hidup selama
membuat saya tertekan” (item no. 6). Dapat bekerja menjadi CSO. Realita kondisi kerja yang
disimpulkan, bahwa karyawan cleaner yang baik atau tidak, dianggap sebagai suatu konsepsi
memiliki tingkat kesejahteraan psikologis rendah pengalaman psikologis dalam diri seorang karyawan
cenderung tidak mampu untuk beradaptasi dengan (Nopiando, 2012). Dalam penelitian ini, dimensi
lingkungan kerja dan tidak mampu bertahan dari gaji dari kepuasan kerja memberikan kontribusi
tekanan sosial. Karyawan cleaner yang tidak yang paling besar terhadap kesejahteraan
mampu menghadapi tekanan sosial cenderung tidak psikologis. Menurut Hasibuan, 2002 (Bagus, 2009)
mandiri dalam menjalani hidup. Dan bergantung gaji adalah salah satu hal yang penting bagi setiap
pada orang lain, baik dalam mengambil keputusan karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan,
maupun mengemukakan pendapat. Dengan tidak karena dengan gaji yang diperoleh seseorang dapat
menguasai lingkungan membuat ruang gerak memenuhi kebutuhan hidupnya dalam jangka
karyawan cleaner menjadi terbatas (Mathilda, pendek maupun jangka panjang. Menurut Maslow
2011). (Alwisol, 2009) pada masa dewasa, kebutuhan rasa
Dengan demikian, karyawan cleaner yang aman terwujud dari kebutuhan pekerjaan dan gaji
cenderung berada pada kondisi merasakan kepuasan yang layak. Sehingga, gaji mempunyai kontribusi
kerja, mereka akan merasakan emosi dan yang penting dalam kepuasan kerja dan
pengalaman yang positif terhadap pekerjaannya. kesejahteraan psikologis, pemberian gaji yang layak
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Locke dapat meningkatkan semangat kerja dan kualitas
(Munandar, 2008) bahwa kepuasan kerja hidup karyawan cleaner secara pribadi.
merupakan perasaan atau sikap karyawan yang Penelitian ini juga memperoleh hasil yang
muncul dari selisih antara harapan dengan unik bahwa intrinsik pekerjaan dan gaji memiliki
kenyataan yang dirasakan terhadap pekerjaan. korelasi positif terhadap kesejahteraan psikologis.
Dengan kata lain, kondisi emosi serta pengalaman Oleh karena itu, bertambahnya keterampilan
positif yang dirasakan seperti dapat menjalin karyawan cleaner maka meningkatkan aspek
hubungan yang harmonis dengan leader maupun pertumbuhan diri dari kesejahteraan psikologis.
rekan kerja, perasaan senang dalam menyelesaikan Sehingga karyawan cleaner mampu untuk
pekerjaan mencerminkan bahwa karyawan cleaner mengembangkan dirinya ke arah yang positif.
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 75
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

Semakin meningkatnya gaji yang diterima oleh tidak ada perbedaan yang konsisten antara laki-laki
karyawan cleaner, akan meningkatkan dan perempuan dalam bekerja.
kesejahteraan psikologis karyawan cleaner.
Sedangkan penyeliaan, rekan kerja, dan 2. Usia
kondisi kerja memiliki korelasi negatif terhadap Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan
kesejahteraan psikologis. Artinya semakin banyak antara kepuasan kerja dengan data penunjang usia
penyelia, rekan kerja, dan kondisi kerja, maka melalui uji chi-square, dimana diperoleh hasil nilai
kesejahteraan psikologis karyawan cleaner menjadi signifikansi (Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0,865
rendah. Robin, 2001 (Siahaan, 2011) (0,865 > 0,05). Sehingga dapat diambil kesimpulan
mengemukakan bahwa kepuasan kerja dapat bahwa tidak terdapat hubungan antara kepuasan
ditingkatkan bila pengawasan bersifat ramah dan kerja dengan data penunjang usia karyawan cleaner
memahami, menawarkan pujian untuk karyawan PT. SINERGI Integra Services. Hal ini tidak sejalan
yang memiliki kinerja baik, mendengarkan dengan yang dikemukakan oleh Robin, 2003
pendapat karyawan, dan menunjukkan minat pribadi (Siahaan, 2011) bahwa kepuasan kerja akan
pada karyawan. cenderung terus-menerus meningkat pada karyawan
Mengenai rekan kerja yang semakin banyak yang bertambahnya umur.
menjadikan tingkat kesejahteraan psikologis
karyawan cleaner menjadi rendah. Sesuai dengan 3. Pendidikan
Mobley, 1986 (Siahaan, 2011) menyatakan bahwa Karyawan PT. SINERGI Integra Services
akibat positif dan negatif yang timbul dari rekan dengan pendidikan SMP lebih banyak merasakan
kerja dalam suatu lingkungan kerja cukup kepuasan kerja, pendidikan SMA cenderung lebih
mendukung dan memiliki hubungan baik akan banyak merasakan kepuasan kerja. Sementara itu
mengurangi keinginan karyawan untuk keluar dari karyawan cleaner dengan pendidikan SMK dan
kerja. Namun jika hubungan dengan rekan kerja STM juga cenderung merasakan kepuasan kerja.
buruk atau tidak mendukung keinginan untuk keluar Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan
dari pekerjaan tinggi. antara kepuasan kerja dengan data penunjang
Robin, 2003 (Siahaan, 2011) menyatakan pendidikan melalui uji chi-square, dimana diperoleh
bahwa karyawan lebih menyukai kondisi yang hasil nilai signifikansi (Asymp. Sig (2-sided)
nyaman dan tidak berbahaya. Oleh karena itu, sebesar 0,756 (0,756 > 0,05). Sehingga dapat
dengan bertambahnya luas area yang dikerjakan diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan
membuat karyawan cleaner mudah lelah dan antara kepuasan kerja dengan data penunjang
merasa tertekan dalam bekerja. pendidikan karyawan cleaner PT. SINERGI Integra
Selanjutnya peneliti akan membahas Services. Berbeda dengan pernyataan Robert
gambaran kepuasan kerja dan kesejahteraan (Siahaan, 2011) yang mengemukakan bahwa
psikologis berdasarkan data penunjang meliputi semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan maka
jenis kelamin, usia, pendidikan. Data penunjang akan mempengaruhi pola pikir yang nantinya akan
yang dibahas berkaitan secara langsung dengan berdampak pada tingkat kepuasan kerja.
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, Data penunjang yang dibahas berkaitan
yaitu: secara langsung dengan faktor-faktor yang
1. Jenis Kelamin mempengaruhi kesejahteraan psikologis, yaitu:
Berdasarkan data penunjang jenis kelamin 1. Jenis Kelamin
menunjukkan bahwa mayoritas karyawan cleaner Berdasarkan data penunjang jenis kelamin,
PT. SINERGI Integra Services merasakan kepuasan bahwa karyawan cleaner laki-laki mayoritas
kerja. Artinya setiap karyawan merasa tidak ada memiliki kesejahteraan psikologis dengan tingkat
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. yang tinggi. Sedangkan karyawan cleaner
Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan antara perempuan memiliki tingkat kesejahteraan
kepuasan kerja dengan data penunjang jenis psikologis yang rendah.
kelamin melalui uji chi-square, dimana diperoleh Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan
hasil nilai signifikansi (Asymp. Sig (2-sided) antara kesejahteraan psikologis dengan data
sebesar 0,158 (0,158 > 0,05). Sehingga dapat penunjang jenis kelamin melalui uji chi-square,
diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan dimana diperoleh hasil nilai signifikansi (Asymp.
antara kepuasan kerja dengan data penunjang jenis Sig (2-sided) sebesar 0,001 (0,001 < 0,05).
kelamin karyawan cleaner PT. SINERGI Integra Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
Services. Hasil penelitian ini sejalan dengan hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan
pernyataan Robin, 2003 (Siahaan, 2011) bahwa
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 76
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

data penunjang jenis kelamin karyawan cleaner PT. penunjang pendidikan melalui uji chi-square,
SINERGI Integra Services. dimana diperoleh hasil nilai signifikansi (Asymp.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ryff dan Sig (2-sided) sebesar 0,788 (0,788 > 0,05).
Singer (1996) yang menyatakan bahwa perbedaan Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
jenis kelamin mempengaruhi dimensi-dimensi terdapat hubungan antara kesejahteraan psikologis
kesejahteraan psikologis. Perempuan lebih banyak dengan data penunjang pendidikan karyawan
terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif, cleaner PT. SINERGI Integra Services. Berbeda
sedangkan pada laki-laki terkait dengan aspek dengan yang dikemukakan oleh Baxter, 1998
pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. (Nofitri, 2009) bahwa tingkat pendidikan adalah
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
2. Usia hidup subjektif dan penelitian yang dilakukan oleh
Karyawan PT. SINERGI Integra Services Noghani, dkk, 2007 (Nofitri, 2009) menemukan
yang berusia remaja akhir memiliki tingkat adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Karyawan kualtias hidup subjektif namun tidak banyak.
cleaner yang berusia dewasa awal cenderung lebih
banyak memiliki tingkat kesejahteraan psikologis Kesimpulan
yang rendah. Sementara itu karyawan cleaner yang Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian
berusia dewasa madya memiliki tingkat yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
kesejahteraan psikologis yang tinggi. 1. Karyawan cleaner lebih banyak yang tergolong
Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan ke dalam kategori puas bekerja sebanyak 42
antara kesejahteraan psikologis dengan data orang dibandingkan tidak puas bekerja sebanyak
penunjang usia melalui uji chi-square, dimana 10 orang. Artinya karyawan cleaner di PT.
diperoleh hasil nilai signifikansi (Asymp. Sig (2- SINERGI Integra Services mayoritas merasakan
sided) sebesar 0,589 (0,589 > 0,05). Sehingga dapat apa yang menjadi harapannya sesuai dengan
diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan kenyataan yang diterima. Harapan karyawan
antara kesejahteraan psikologis dengan data cleaner dalam bekerja dapat mengembangkan
penunjang usia karyawan cleaner PT. SINERGI keterampilan, dapat terwujud dari ragam tugas
Integra Services. yang dikerjakan. Karyawan cleaner dapat
Hal ini tidak sesuai dengan Ryff dan Singer menjalin hubungan yang harmonis dengan
(1996) menemukan bahwa beberapa dimensi PWB atasan maupun rekan kerja.
seperti penguasaan lingkungan dan otonomi diri 2. Karyawan cleaner di PT. SINERGI Integra
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya Services memiliki tingkat kesejahteraan
usia, khususnya saat beranjak dari masa dewasa psikologis tinggi dan rendah yang sama masing-
awal menuju masa dewasa madya. Dan penelitian masing sebanyak 11 orang. Karyawan cleaner
yang dilakukan oleh Rugerri, dkk, 2001 (Nofitri, yang memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
2009) pada responden berusia tua menemukan tinggi, cenderung memiliki skor yang tinggi
adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas pada dimensi penerimaan diri dan tujuan hidup.
hidup subjektif individu yang disebabkan karena Sedangkan pada karyawan cleaner yang
individu pada masa usia tua sudah melewati masa memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
untuk melakukan perubahan dalam hidupnya rendah, cenderung memiliki skor yang rendah
sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya pada dimensi otonomi dan penguasaan
dengan positif dibanding saat masa mudanya. lingkungan.
3. Terdapat hubungan positif agak rendah yang
3. Pendidikan signifikan antara kepuasan kerja dengan
Karyawan PT. SINERGI Integra Services kesejahteraan psikologis pada karyawan cleaner
dengan pendidikan SMP memiliki tingkat di PT. SINERGI Integra Services. Fakta ini
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Karyawan berarti semakin karyawan cleaner merasakan
cleaner PT. SINERGI Integra Services dengan kepuasan kerja maka kesejahteraan psikologis
pendidikan SMA cenderung lebih banyak memiliki semakin tinggi. Sebaliknya, semakin karyawan
tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. cleaner merasakan ketidakpuasan kerja maka
Sebaliknya karyawan cleaner dengan pendidikan kesejahteraan psikologis semakin rendah.
SMK cenderung memiliki tingkat kesejahteraan 4. Dimensi-dimensi kepuasan kerja memberikan
psikologis yang tinggi. pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis
Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan sebesar 13,2%, sedangkan sebesar 86,8%
antara kesejahteraan psikologis dengan data pengaruh dari variabel lainnya yang tidak
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 77
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

diteliti. Gaji merupakan dimensi yang paling utsourcing-dan-tenaga-kerja.html, diakses


besar memberikan sumbangan efektif terhadap tanggal 14 April 2013.
kesejahteraan psikologis sebesar 0,066%.
Dimensi penyeliaan, rekan kerja, dan kondisi Hariandja, M. T. Manajemen sumber daya manusia.
kerja mempunyai korelasi negatif terhadap PT. Grasindo. Jakarta, 2007
kesejahteraan psikologis karyawan cleaner di
PT. SINERGI Integra Services. Humaira, L. Hubungan antara gaya penyelesaian
konflik dan kepuasan kerja pada perawat.
Daftar Pustaka Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Alwisol. Psikologi kepribadian (Rev. ed.). Malang: Indonesia. 2008
UMM Press. Malang, 2009
Hurlock, E. B. Psikologi perkembangan: Suatu
Andrian, D. Gambaran kepuasan kerja karyawan pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
PT. Nasional Putra. 2012 Erlangga. Jakarta, 1994

Annisa, Zulkarnain. Komitmen terhadap organisasi Kerlinger, F. N. Asas-asas penelitian behavioral (ed.
ditinjau dari kesejahteraan psikologis 3). Gadjah Mada University Press.
pekerja. Jurnal INSAN Vol 15 No. 1. 2013 Yogyakarta, 2006

Anoraga, P. Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta. L.N. Jewell and Marc Siegall.Psikologi
Jakarta, 2009 industri/organisasi modern (ed. 2). Penerbit
Arcan. Jakarta, 1998
Ariati, J. Subjective well being (kesejahteraan
subjektif) dan kepuasan kerja pada staf Lakoy, F. S. Psychological well being perempuan
pengajar (dosen) di lingkungan Fakultas bekerja dengan status menikah dan belum
Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal menikah. Skripsi Fakultas Psikologi Esa
UNDIP Vol. 8 No. 2. 2010 Unggul. 2009

Aritonang, P.M.M. Pengaruh kualitas pelayanan Luthans, F. Organizational behavior. Singapore:


terhadap kepuasan nasabah Bank XXX McGraw-Hill International Edition.
cabang Bandung. Dalam Singapore. 1989
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_
pem_0707448_chapter3.pdf, diakses M. Noor Rochman Hadjam & Arif Nasiruddin.
tanggal 7 Desember 2013. Peranan kesulitan ekonomi, kepuasan kerja
dan religiusitas terhadap kesejahteraan
As'ad, M. Kepemimpinan efektif dalam perusahan, psikologis. Jurnal Psikologi Vol 30 No. 2.
suatu pendekatan psikologik (ed. 2). 2003
Liberty. Yogyakarta, 1991
Mansuraziz. Penetapan UMP 2012. Dalam
Bagus, D. Gaji; Definisi, peranan, fungsi, dan http://mansuraziz37.files.wordpress.com/20
tujuan penggajian. Dalam 11/11/ump-dki-2012-pergub.pdf, diakses
http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/05/gaji- tanggal 9 Desember 2012.
definisi-peranan-fungsi-dan-tujuan.html,
diakses tanggal 6 Agustus 2014. Mathilda, C. Subjective well being pada penduduk
miskin di Kampung Gili Sampeng
C. R. Snyder & Shane J. Lopez. Handbook of Kemanggisan Jakarta Barat. Fakultas
positive psychology. Oxford University Psikologi Universitas Esa Unggul.
Press. New York, 2005
Misero, P. S. Adjustment problems dan
Chris Rowley & Keith Jackson. Manajemen sumber psychological well-being pada siswa
daya manusia. PT Rajagrafindo Persada. akseleran. Fakultas Psikologi Universitas
Jakarta, 2012 Indonesia. 2010

Faiz, P. M. Outsourcing dan tenaga kerja. Dalam Munandar, A. S. Psikologi industri dan organisasi.
http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/05/o Jakarta: UI Press. Jakarta. 2008
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 78
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)

Nofitri, N. Gambaran kualitas hidup penduduk


dewasa pada lima wilayah di Jakarta.
Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. 2009

Nopiando, B.Hubungan antara job insecurity


dengan kesejahteraan psikologis pada
karyawan outsourcing. Journal of Social
and Industrial Psychology Vol. 1 No. 2.
2012

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D.


Human development; Perkembangan
manusia (ed. 10 jilid 2). Jakarta: Salemba
Humanika. 2009

Russell, J. (2008). Promoting subjective well-being


at work. Journal of Career Assesssment Vol
16.

Sari, I. J. (2009). Hubungan antara kepuasan kerja


dan perilaku kewarganegaraan organisasi
(PKO). Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. Siahaan, R. (2011).
Pengaruh karakteristik individu dan
kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasi pada PT.Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan. Dalam
http://repository.usu.ac.id/handle/12345678
9/22290, diakses tanggal 18 Agustus 2014.

Sugiyanto. Statistika psikologi 2. Jakarta. 2010

Sugiyono. Statistika untuk penelitian. Bandung:


Alfabeta. P. Bandung. 2009

Vroom, V. H. Work and motivation. New York:


John Wiley & Sons, Inc. New York. 1964

Wijono, S. Psikologi industri & organisasi. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
2012

Winarsunu, T. Statistik dalam penelitian psikologi


dan pendidikan.Malang: UMM Press.
Malang. 2007

Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 79

Anda mungkin juga menyukai