(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)
Winda Tanujaya
Fakultas Psikologi, Universitas Esa Unggul
Jln Arjuna utara, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
thanujaya_04@yahoo.com
Abstrak
Setiap karyawan yang bekerja pada suatu organisasi mempunyai harapan mendapatkan gaji yang
sesuai dengan standar UMP. Pada kenyataannya, terdapat karyawan yang menerima gaji tidak sesuai
dengan standar UMP memiliki tingkat turnover yang rendah, merasa senang, bersyukur dan
menerima diri apa adanya. Perasaan-perasaan yang muncul dari evaluasi pengalaman bekerja dan
hidup menjadi indikasi yang berkaitan antara kepuasan kerja dan kesejahteraan psikologis. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan kesejahteraan
psikologis di PT. SINERGI Integra Services. Penelitian ini adalah penelitian dengan jenis penelitian
korelasional, yaitu untuk mengungkapkan hubungan timbal balik antar variabel yang diteliti. Teknik
analisa yang dalam penelitian ini adalah teknik korelasi koefisien kontingensi dengan uji statistik
menggunakan chi-square. Sampel penelitian ini adalah karyawan cleaner PT. SINERGI Integra
Services yang menerima gaji tidak sesuai standar UMP. Teknik sampling yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh. Pengumpulan data menggunakan alat ukur kuesioner kepuasan kerja
mengacu pada teori Locke, sedangkan kesejahteraan psikologis mengacu pada teori Ryff.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi chi-square diperoleh korelasi positif 0,577 dengan
sig (p) 0,000. Dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan positif agak
rendah yang signifikan antara kepuasan kerja dengan kesejahteraan psikologis. Artinya, semakin
karyawan merasakan kepuasan kerja, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan psikologis.
sebesar Rp 1.529.150,- per bulan” (Mansuraziz, Meskipun area tersebut tidak menerapkan
2011). Pemberian gaji kepada karyawan cleaner standar gaji berdasarkan UMP sesuai dengan
berdasarkan pada kontrak dengan klien dan jumlah keputusan gubenur DKI Jakarta, beberapa karyawan
kehadiran. PT. SINERGI Integra Services tidak tetap memilih bertahan untuk bekerja di area
melakukan pemotongan atas biaya lainnya terhadap tersebut. Karyawan cleaner yang bekerja dengan
gaji yang diterima oleh karyawan cleaner. gaji di bawah standar UMP tetap merasa senang dan
Adanya perubahan yang signifikan terhadap bertahan pada pekerjaannya. Dengan menerima gaji
UMP dari tahun 2012 sebesar Rp 1.529.150,- ke dalam skala lebih rendah dibandingkan keputusan
tahun 2013 sebesar Rp 2.200.000,-, menjadi naik ± gubernur DKI Jakarta yang telah ditetapkan,
43%. Sedangkan manajemen perusahaan telah karyawan cleaner tetap merasa puas terhadap
memperkirakan kenaikan UMP per tahun sekitar pekerjaan. Mereka dapat menerima kondisi yang
10%. Hal ini menyebabkan pada tahun 2013 dihadapinya secara positif, masih bisa bersyukur
perpanjangan kontrak dengan klien menjadi dan memiliki keinginan untuk terus berkembang.
terhambat. Pihak klien masih memperhitungkan Sebaliknya, ada beberapa karyawan cleaner yang
segala biaya yang timbul jika kontrak berdasarkan merasa tidak puas atas pekerjaan dan gaji. Perasaan
UMP 2013. tidak puas tersebut diungkapkan dengan cara sering
Keterlambatan perpanjangan kontrak absen, mengabaikan peraturan perusahaan, dan
memberikan dampak terhadap karyawan cleaner. memutuskan untuk pindah kerja. Karyawan cleaner
Hal tersebut berdampak pada keterlambatan yang tidak puas terhadap pekerjaannya, akan
kenaikan gaji karyawan cleaner. Di beberapa cenderung merasa bosan, tidak tertarik untuk
proyek yang seharusnya karyawan menerima bekerja secara optimal, dan merasa kecewa terhadap
kenaikan gaji pada Januari 2013, tetapi hingga kondisi yang dihadapinya.
Maret 2013 belum mendapatkannya. Dengan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
ketidakpastian terhadap kenaikan gaji, banyak Ariati, 2010 terhadap dosen di Fakultas Psikologi
karyawan cleaner yang mengeluh kepada pengawas Universitas Diponegoro mendapatkan hasil
bahwa akan keluar kerja jika tidak ada kepastian penelitian yang menyatakan bahwa hubungan
kenaikan gaji. Menanggapi masalah tersebut, pihak kesejahteraan psikologis dengan kepuasan kerja
manajemen PT. SINERGI Integra Services berusaha tidak memiliki korelasi yang signifikan. Sedangkan
memberikan penjelasan kepada karyawan cleaner menurut Judge dan Locke (dalam Russell, 2008)
bahwa bila perpanjangan kontrak telah dilaksanakan menemukan hubungan saling mempengaruhi antara
dengan pihak klien maka akan ada sistem “rapelan”. kepuasan kerja dengan kesejahteraan psikologis
Jika karyawan cleaner menerima gaji masih pada perawat.
berdasarkan kontrak sebelumnya, selisih jumlah gaji Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
berdasarkan kontrak baru akan tetap dibayarkan. yang berbeda, maka fenomena yang terjadi di PT.
Disisi lain manajemen HRD PT. SINERGI SINERGI Integra Services sebagai suatu perusahaan
Integra Services juga telah menerapkan batasan yang bergerak di bidang outsourcing dengan
tingkat turnover ≥ 10% per tahun termasuk dalam karyawan cleaner yang menerima gaji di bawah
kategori tinggi. Berikut ini laporan data bagian standar UMP sangat menarik untuk diteliti apakah
HRD di PT. SINERGI Integra Services selama terdapat hubungan kepuasan kerja dengan
tahun 2013 mengenai tingkat turnover dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan cleaner
kesepakatan gaji tidak sesuai standar UMP, yaitu: yang menerima gaji tidak sesuai standar UMP di
PT. SINERGI Integra Services.
menyebabkan ada perbedaan tingkat kepuasan kerja bermakna, bertujuan sehingga berfungsi secara
bagi setiap perbedaan individu. optimal dan memiliki penilaian yang positif atas
kehidupannya.
b. Usia Dalam perkembangannya menurut Ryff
Herzberg et al., 1957 (Wijono, 2012) (Lakoy, 2009), kesejahteraan psikologis dapat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dilihat dari faktor penentu sebagai berikut, yaitu:
signifikan di antara usia dan kepuasan kerja. 1. Otonomi (Autonomy)
Kepuasan kerja bertambah sesuai dengan Kemampuan individu untuk menjadi unik
bertambahnya usia. dan berbeda, mandiri sekalipun berbeda dengan hal
lazim. Dapat membuat keputusan sendiri dan
c. Jenis Kelamin mandiri, mampu menghindari tekanan sosial dan
Hasil penelitian Zaleznik dkk., 1958 dapat bertindak dengan cara-cara tertentu. Dapat
(Wijono, 2012) menemukan bahwa perempuan mengatur perilaku dari dalam serta mengevaluasi
lebih puas dibandingkan dengan laki-laki. Dengan diri dengan standar pribadi.
menunjukkan bahwa perempuan berada pada tahap
sosial, mendapat gaji yang sama dengan laki-laki. 2. Penguasaan Lingkungan (Envirolmental
Growth)
d. Pendidikan Kemampuan individu untuk memilih atau
Banyak hasil penelitian yang dilakukan membentuk lingkungan yang sesuai dengan kondisi
saling bertolak belakang mengenai faktor tersebut dirinya. Memiliki rasa penguasaan dan kompetensi
terhadap kepuasan kerja. Dapat disimpulkan faktor dalam mengatur lingkungan, mengkontrol aturan-
tersebut dapat memberi pengaruh terhadap kepuasan aturan kompleks dalam aktivitas-aktivitas eksternal,
kerja, walaupun ada penelitian yang menyatakan dapat memanfaatkan dengan efektif kesempatan-
tidak ada hubungan. kesempatan yang ada di sekeliling, mampu memilih
atau menciptakan hal-hal yang sesuai dengan
Teori Kesejahteraan Psikologis kebutuhan dan nilai pribadi.
Menurut Ryff, 1989 (Misero, 2010),
kesejahteraan psikologis (psychological well-being) 3. Pertumbuhan Diri
adalah sebuah konsep yang berusaha memaparkan Memiliki rasa untuk pengembangan diri
tentang positive psychological functioning. Konsep yang berkesinambungan, melihat diri sebagai
well-being pada dasarnya banyak dikembangkan. pribadi yang bertumbuh dan berkembang, terbuka
Carol Ryff, 1989 (Misero, 2010) pada pengalaman-pengalaman baru, menyadari
mengoperasionalkan psychological well-being ke potensi-potensi pribadi, melihat perkembangan diri
dalam enam dimensi utama, yaitu otonomi dan perilaku diri dari waktu ke waktu, berubah
(autonomy), penguasaan lingkungan (envirolmental dengan cara-cara yang merefleksikan pengetahuan
mastery), pertumbuhan diri (personal growth), dan keefektifan.
hubungan positif dengan orang lain (positive
relation with others), tujuan hidup (purpose in life), 4. Hubungan Positif dengan Orang Lain
dan penerimaan diri (self acceptance). Memiliki hubungan yang hangat, saling
Menurut Ryff, 1989 (Lakoy, 2009), untuk memuaskan dan mempercayai dengan sesama.
dapat dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis Memiliki kemampuan untuk berempati, merasakan,
yang baik adalah bukan sekadar bebas dari indikator dan berhubungan akrab. Menunjukkan afeksi dan
kesehatan mental negatif, seperti terbebas dari mampu untuk terlibat dalam hubungan pertemanan
kecemasan, tercapainya kebahagian, dan yang mendalam dan beridentifikasi dengan orang
sebagainya. Tetapi hal lain yang penting untuk lain.
diperhatikan adalah kepemilikan akan penerimaan
diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, 5. Tujuan Hidup
kemampuan menguasai lingkungan, kepemilikan Memiliki tujuan spesifik dalam hidup dan
akan tujuan dan arti hidup dan kemampuan untuk kontrol atas diri pribadi, merasakan makna dari
memiliki rasa pertumbuhan dan pengembangan diri kehidupan masa lalu dan sekarang, memegang
secara berkelanjutan. keyakinan-keyakinan yang mengarahkan pada
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tujuan hidup, memiliki tujuan dan sudut pandang
menyimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis dalam hidup.
(psychological well-being) adalah kondisi individu
yang sejahtera dengan mengisi kehidupannya secara
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 70
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)
yang tinggi. Kesejahteraan psikologis karyawan merasakan kepuasan kerja. Dapat disimpulkan
cleaner yang tinggi dapat terlihat dari pernyataan bahwa karyawan cleaner yang memiliki kepuasan
yang menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan kerja, cenderung mampu merasakan kenyamanan
berarti bagi hidup saya (item no. 20) dan “saya bekerja dan tanggung jawab kerja terhadap tugas
bersyukur bisa bekerja hingga hari ini” (item no. rutin yang dilakukan serta perasaan bahagia dalam
35), “saya bahagia dengan keadaan saya sekarang” menjalankan pekerjaan.
(item no. 18), merasa bangga bekerja sebagai CSO Intepretasi pengalaman yang positif dalam
(item no. 44). bekerja menimbulkan perasaan bahagia dan
Dapat disimpulkan bahwa karyawan bersyukur pada diri karyawan cleaner. Kepuasan
cleaner menjalani hidupnya dengan penuh syukur kerja dalam diri karyawan cleaner merupakan
dan tanpa merasa terbebani. Memiliki arah tujuan sebagai pondasi optimalisasi fungsi kesejahteraan
hidup membuat karyawan cleaner menjadi lebih psikologis. Kesejahteraan psikologis pada intinya
dapat mengatur bagaimana menjalani hidupnya. Hal merujuk pada perasaan-perasaan individu mengenai
ini sesuai dengan pernyataan Shaver & Freedman aktifitas hidup yang dijalaninya setiap hari (Lakoy,
(Hurlock, 1994) bahwa kebahagiaan banyak 2009). Hal ini didukung oleh pernyataan M. Noor
bergantung pada sikap menerima dan menikmati Rochman Hadjam & Arif Nasiruddin, 2003 bahwa
apa yang dimiliki diri sendiri, serta kerja merupakan kegiatan yang paling banyak
mempertahankan keseimbangan antara harapan dan memakan waktu bagi individu yang telah dewasa,
prestasi. sehingga kepuasan terhadap pekerjaannya akan
Meskipun ada karyawan cleaner yang berada sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan
dalam tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi, psikologisnya secara umum. Hal ini sejalan dengan
tetapi hasil pengolahan data juga menunjukkan hasil penelitian Tenggara, Zamralita, dan Suyasa,
bahwa sebanyak 11 karyawan cleaner memiliki 2008 (Annisa & Zulkarnain, 2013) yang
tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara
Kesejahteraan psikologis yang rendah terlihat dari kepuasan kerja dengan kesejahteraan psikologis
pernyataan dalam kuesioner yang menyatakan karyawan.
bahwa “saya senang diatur oleh leader dalam Kesejahteraan psikologis karyawan cleaner
bekerja (item no. 23) dan “dimarahi leader dipengaruhi oleh evaluasi pengalaman hidup selama
membuat saya tertekan” (item no. 6). Dapat bekerja menjadi CSO. Realita kondisi kerja yang
disimpulkan, bahwa karyawan cleaner yang baik atau tidak, dianggap sebagai suatu konsepsi
memiliki tingkat kesejahteraan psikologis rendah pengalaman psikologis dalam diri seorang karyawan
cenderung tidak mampu untuk beradaptasi dengan (Nopiando, 2012). Dalam penelitian ini, dimensi
lingkungan kerja dan tidak mampu bertahan dari gaji dari kepuasan kerja memberikan kontribusi
tekanan sosial. Karyawan cleaner yang tidak yang paling besar terhadap kesejahteraan
mampu menghadapi tekanan sosial cenderung tidak psikologis. Menurut Hasibuan, 2002 (Bagus, 2009)
mandiri dalam menjalani hidup. Dan bergantung gaji adalah salah satu hal yang penting bagi setiap
pada orang lain, baik dalam mengambil keputusan karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan,
maupun mengemukakan pendapat. Dengan tidak karena dengan gaji yang diperoleh seseorang dapat
menguasai lingkungan membuat ruang gerak memenuhi kebutuhan hidupnya dalam jangka
karyawan cleaner menjadi terbatas (Mathilda, pendek maupun jangka panjang. Menurut Maslow
2011). (Alwisol, 2009) pada masa dewasa, kebutuhan rasa
Dengan demikian, karyawan cleaner yang aman terwujud dari kebutuhan pekerjaan dan gaji
cenderung berada pada kondisi merasakan kepuasan yang layak. Sehingga, gaji mempunyai kontribusi
kerja, mereka akan merasakan emosi dan yang penting dalam kepuasan kerja dan
pengalaman yang positif terhadap pekerjaannya. kesejahteraan psikologis, pemberian gaji yang layak
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Locke dapat meningkatkan semangat kerja dan kualitas
(Munandar, 2008) bahwa kepuasan kerja hidup karyawan cleaner secara pribadi.
merupakan perasaan atau sikap karyawan yang Penelitian ini juga memperoleh hasil yang
muncul dari selisih antara harapan dengan unik bahwa intrinsik pekerjaan dan gaji memiliki
kenyataan yang dirasakan terhadap pekerjaan. korelasi positif terhadap kesejahteraan psikologis.
Dengan kata lain, kondisi emosi serta pengalaman Oleh karena itu, bertambahnya keterampilan
positif yang dirasakan seperti dapat menjalin karyawan cleaner maka meningkatkan aspek
hubungan yang harmonis dengan leader maupun pertumbuhan diri dari kesejahteraan psikologis.
rekan kerja, perasaan senang dalam menyelesaikan Sehingga karyawan cleaner mampu untuk
pekerjaan mencerminkan bahwa karyawan cleaner mengembangkan dirinya ke arah yang positif.
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 75
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)
Semakin meningkatnya gaji yang diterima oleh tidak ada perbedaan yang konsisten antara laki-laki
karyawan cleaner, akan meningkatkan dan perempuan dalam bekerja.
kesejahteraan psikologis karyawan cleaner.
Sedangkan penyeliaan, rekan kerja, dan 2. Usia
kondisi kerja memiliki korelasi negatif terhadap Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan
kesejahteraan psikologis. Artinya semakin banyak antara kepuasan kerja dengan data penunjang usia
penyelia, rekan kerja, dan kondisi kerja, maka melalui uji chi-square, dimana diperoleh hasil nilai
kesejahteraan psikologis karyawan cleaner menjadi signifikansi (Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0,865
rendah. Robin, 2001 (Siahaan, 2011) (0,865 > 0,05). Sehingga dapat diambil kesimpulan
mengemukakan bahwa kepuasan kerja dapat bahwa tidak terdapat hubungan antara kepuasan
ditingkatkan bila pengawasan bersifat ramah dan kerja dengan data penunjang usia karyawan cleaner
memahami, menawarkan pujian untuk karyawan PT. SINERGI Integra Services. Hal ini tidak sejalan
yang memiliki kinerja baik, mendengarkan dengan yang dikemukakan oleh Robin, 2003
pendapat karyawan, dan menunjukkan minat pribadi (Siahaan, 2011) bahwa kepuasan kerja akan
pada karyawan. cenderung terus-menerus meningkat pada karyawan
Mengenai rekan kerja yang semakin banyak yang bertambahnya umur.
menjadikan tingkat kesejahteraan psikologis
karyawan cleaner menjadi rendah. Sesuai dengan 3. Pendidikan
Mobley, 1986 (Siahaan, 2011) menyatakan bahwa Karyawan PT. SINERGI Integra Services
akibat positif dan negatif yang timbul dari rekan dengan pendidikan SMP lebih banyak merasakan
kerja dalam suatu lingkungan kerja cukup kepuasan kerja, pendidikan SMA cenderung lebih
mendukung dan memiliki hubungan baik akan banyak merasakan kepuasan kerja. Sementara itu
mengurangi keinginan karyawan untuk keluar dari karyawan cleaner dengan pendidikan SMK dan
kerja. Namun jika hubungan dengan rekan kerja STM juga cenderung merasakan kepuasan kerja.
buruk atau tidak mendukung keinginan untuk keluar Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan
dari pekerjaan tinggi. antara kepuasan kerja dengan data penunjang
Robin, 2003 (Siahaan, 2011) menyatakan pendidikan melalui uji chi-square, dimana diperoleh
bahwa karyawan lebih menyukai kondisi yang hasil nilai signifikansi (Asymp. Sig (2-sided)
nyaman dan tidak berbahaya. Oleh karena itu, sebesar 0,756 (0,756 > 0,05). Sehingga dapat
dengan bertambahnya luas area yang dikerjakan diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan
membuat karyawan cleaner mudah lelah dan antara kepuasan kerja dengan data penunjang
merasa tertekan dalam bekerja. pendidikan karyawan cleaner PT. SINERGI Integra
Selanjutnya peneliti akan membahas Services. Berbeda dengan pernyataan Robert
gambaran kepuasan kerja dan kesejahteraan (Siahaan, 2011) yang mengemukakan bahwa
psikologis berdasarkan data penunjang meliputi semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan maka
jenis kelamin, usia, pendidikan. Data penunjang akan mempengaruhi pola pikir yang nantinya akan
yang dibahas berkaitan secara langsung dengan berdampak pada tingkat kepuasan kerja.
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, Data penunjang yang dibahas berkaitan
yaitu: secara langsung dengan faktor-faktor yang
1. Jenis Kelamin mempengaruhi kesejahteraan psikologis, yaitu:
Berdasarkan data penunjang jenis kelamin 1. Jenis Kelamin
menunjukkan bahwa mayoritas karyawan cleaner Berdasarkan data penunjang jenis kelamin,
PT. SINERGI Integra Services merasakan kepuasan bahwa karyawan cleaner laki-laki mayoritas
kerja. Artinya setiap karyawan merasa tidak ada memiliki kesejahteraan psikologis dengan tingkat
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. yang tinggi. Sedangkan karyawan cleaner
Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan antara perempuan memiliki tingkat kesejahteraan
kepuasan kerja dengan data penunjang jenis psikologis yang rendah.
kelamin melalui uji chi-square, dimana diperoleh Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan
hasil nilai signifikansi (Asymp. Sig (2-sided) antara kesejahteraan psikologis dengan data
sebesar 0,158 (0,158 > 0,05). Sehingga dapat penunjang jenis kelamin melalui uji chi-square,
diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan dimana diperoleh hasil nilai signifikansi (Asymp.
antara kepuasan kerja dengan data penunjang jenis Sig (2-sided) sebesar 0,001 (0,001 < 0,05).
kelamin karyawan cleaner PT. SINERGI Integra Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
Services. Hasil penelitian ini sejalan dengan hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan
pernyataan Robin, 2003 (Siahaan, 2011) bahwa
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 76
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)
data penunjang jenis kelamin karyawan cleaner PT. penunjang pendidikan melalui uji chi-square,
SINERGI Integra Services. dimana diperoleh hasil nilai signifikansi (Asymp.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ryff dan Sig (2-sided) sebesar 0,788 (0,788 > 0,05).
Singer (1996) yang menyatakan bahwa perbedaan Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
jenis kelamin mempengaruhi dimensi-dimensi terdapat hubungan antara kesejahteraan psikologis
kesejahteraan psikologis. Perempuan lebih banyak dengan data penunjang pendidikan karyawan
terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif, cleaner PT. SINERGI Integra Services. Berbeda
sedangkan pada laki-laki terkait dengan aspek dengan yang dikemukakan oleh Baxter, 1998
pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. (Nofitri, 2009) bahwa tingkat pendidikan adalah
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
2. Usia hidup subjektif dan penelitian yang dilakukan oleh
Karyawan PT. SINERGI Integra Services Noghani, dkk, 2007 (Nofitri, 2009) menemukan
yang berusia remaja akhir memiliki tingkat adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Karyawan kualtias hidup subjektif namun tidak banyak.
cleaner yang berusia dewasa awal cenderung lebih
banyak memiliki tingkat kesejahteraan psikologis Kesimpulan
yang rendah. Sementara itu karyawan cleaner yang Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian
berusia dewasa madya memiliki tingkat yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
kesejahteraan psikologis yang tinggi. 1. Karyawan cleaner lebih banyak yang tergolong
Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan ke dalam kategori puas bekerja sebanyak 42
antara kesejahteraan psikologis dengan data orang dibandingkan tidak puas bekerja sebanyak
penunjang usia melalui uji chi-square, dimana 10 orang. Artinya karyawan cleaner di PT.
diperoleh hasil nilai signifikansi (Asymp. Sig (2- SINERGI Integra Services mayoritas merasakan
sided) sebesar 0,589 (0,589 > 0,05). Sehingga dapat apa yang menjadi harapannya sesuai dengan
diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan kenyataan yang diterima. Harapan karyawan
antara kesejahteraan psikologis dengan data cleaner dalam bekerja dapat mengembangkan
penunjang usia karyawan cleaner PT. SINERGI keterampilan, dapat terwujud dari ragam tugas
Integra Services. yang dikerjakan. Karyawan cleaner dapat
Hal ini tidak sesuai dengan Ryff dan Singer menjalin hubungan yang harmonis dengan
(1996) menemukan bahwa beberapa dimensi PWB atasan maupun rekan kerja.
seperti penguasaan lingkungan dan otonomi diri 2. Karyawan cleaner di PT. SINERGI Integra
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya Services memiliki tingkat kesejahteraan
usia, khususnya saat beranjak dari masa dewasa psikologis tinggi dan rendah yang sama masing-
awal menuju masa dewasa madya. Dan penelitian masing sebanyak 11 orang. Karyawan cleaner
yang dilakukan oleh Rugerri, dkk, 2001 (Nofitri, yang memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
2009) pada responden berusia tua menemukan tinggi, cenderung memiliki skor yang tinggi
adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas pada dimensi penerimaan diri dan tujuan hidup.
hidup subjektif individu yang disebabkan karena Sedangkan pada karyawan cleaner yang
individu pada masa usia tua sudah melewati masa memiliki tingkat kesejahteraan psikologis
untuk melakukan perubahan dalam hidupnya rendah, cenderung memiliki skor yang rendah
sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya pada dimensi otonomi dan penguasaan
dengan positif dibanding saat masa mudanya. lingkungan.
3. Terdapat hubungan positif agak rendah yang
3. Pendidikan signifikan antara kepuasan kerja dengan
Karyawan PT. SINERGI Integra Services kesejahteraan psikologis pada karyawan cleaner
dengan pendidikan SMP memiliki tingkat di PT. SINERGI Integra Services. Fakta ini
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Karyawan berarti semakin karyawan cleaner merasakan
cleaner PT. SINERGI Integra Services dengan kepuasan kerja maka kesejahteraan psikologis
pendidikan SMA cenderung lebih banyak memiliki semakin tinggi. Sebaliknya, semakin karyawan
tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. cleaner merasakan ketidakpuasan kerja maka
Sebaliknya karyawan cleaner dengan pendidikan kesejahteraan psikologis semakin rendah.
SMK cenderung memiliki tingkat kesejahteraan 4. Dimensi-dimensi kepuasan kerja memberikan
psikologis yang tinggi. pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis
Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan sebesar 13,2%, sedangkan sebesar 86,8%
antara kesejahteraan psikologis dengan data pengaruh dari variabel lainnya yang tidak
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 77
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)
Annisa, Zulkarnain. Komitmen terhadap organisasi Kerlinger, F. N. Asas-asas penelitian behavioral (ed.
ditinjau dari kesejahteraan psikologis 3). Gadjah Mada University Press.
pekerja. Jurnal INSAN Vol 15 No. 1. 2013 Yogyakarta, 2006
Anoraga, P. Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta. L.N. Jewell and Marc Siegall.Psikologi
Jakarta, 2009 industri/organisasi modern (ed. 2). Penerbit
Arcan. Jakarta, 1998
Ariati, J. Subjective well being (kesejahteraan
subjektif) dan kepuasan kerja pada staf Lakoy, F. S. Psychological well being perempuan
pengajar (dosen) di lingkungan Fakultas bekerja dengan status menikah dan belum
Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal menikah. Skripsi Fakultas Psikologi Esa
UNDIP Vol. 8 No. 2. 2010 Unggul. 2009
Faiz, P. M. Outsourcing dan tenaga kerja. Dalam Munandar, A. S. Psikologi industri dan organisasi.
http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/05/o Jakarta: UI Press. Jakarta. 2008
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2, Desember 2014 78
Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi Pada Karyawan Cleaner Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services, Jakarta)