BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan modernisasi saat ini, terjadi banyak perubahan
perubahan baik dalam segi ekonomi, politik maupun sosial budaya. Perubahan
yang cepat memberikan konsekuensi bagi individu untuk dapat menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungan yang semakin lama semakin meningkat.
Tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mengakibatkan
perubahan nilai-nilai sosial budaya yang berpengaruh pada konsep diri dan
perilaku seseorang (Mayasari, 2008).
Konsep diri adalah pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang diri
sendiri atau persepsi terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial
dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi terhadap
orang lain (Sobur, 2009). Semenjak konsep diri terbentuk, seseorang akan
berperilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut. Apabila perilaku seseorang
tidak konsisten dengan konsep dirinya, maka akan muncul perasaan tidak
nyaman dalam dirinya. Sehingga pandangan seseorang terhadap dirinya akan
menentukan tindakan yang diperbuat (Arini, 2006).
Konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi, dan terus akan
berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Pada awalnya
terbentuk pengertian samar-samar, yang merupakan pengalaman berulangulang, yang berkaitan dengan kenyamanan atau ketidak nyamanan fisik,
sehingga pada akhirnya akan membentuk konsep dasar sebagai bibit dari
konsep diri. Jika anak diperlakukan dengan kehangatan dan cinta, konsep dasar
yang muncul mungkin berupa perasaan positif terhadap diri sendiri, sebaliknya
jika anak mengalami penolakan, yang tertanam adalah bibit penolakan diri
yang akan datang. Pada tahun 2013 dari 3348 panti asuhan hanya 1270 yang
terbina oleh puskesmas wilayah kerjanya.(Riskesdas, 2013). Hal ini
mengindikasikan belum terbinanya anak-anak yang tinggal di panti asuhan
secara optimal.
pengalaman terhadap diri dimana diri sendiri sebagai objek persepsi maupun
pengalaman-pengalaman sebagai hasil belajar dan penilaian terhadap
lingkungan, termasuk penilaian orang lain terhadap dirinya. Dengan tahap itu
indivindu anak akan mencapai gambaran diri (self image ) yang utuh, suatu
pemahaman terhadap diri dalam keseluruhan dalam aspek yang mungkin bagi
aktualisasi dirinya.
Menurut penelitian Nurfiah Abdullah pola tentang hubungan pola asuh
orang tua dengan konsep diri anak usia sekolah, populasi dalam penelitian ini
adalah siswa SD Aisiyiyah Dnoyo Usia 10-12 tahun, sebanyak 50 siswa, yang
tersebar padda 3 kelas yakni kelas 4 berjumlah 17 siswa, kelas 5 sebanyak 20
siswa dan kelas 6 sebanyak 13 siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukan
nilai r=0,689 dan sig. ( 2- tailed) =0,000 dengan demikian korelasi antara pola
asuh orang tua dengan konsep diri anak usia sekolah kuat. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua yang positif dapat
menghasilkan konsep diri yang positif pula. Bagaimana dengan anak usia
sekolah yang tinggal di panti asuhan.
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1989), panti asuhan
adalah
suatu
lembaga
usaha
kesejahteraan
sosial
yang
mempunyai
sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita
bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang
pembangunan nasional.
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan peneliti Pada tanggal 1-5
Maret 2015 berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari ketua panti
asuhan, anak yang tinggal di panti ditatangkan dari dina sosial dan ada juga
yang di datangkan dari wakil wali anak tersebut. Dari 90 dengan rentang umur
termuda 4 tahun dan yang tertua 22 tahun, terkategori ada 40 anak yang berusia
antara 6-12 tahun, usia 6 tahun ada 3 anak, 10 tahun ada 11 anak dan 12 tahun
ada 18 anak dan 10 anak terkategori usia sekolah, empat diantaranya
terkategori mempunyai konsep diri rendah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Gambaran Konsep Diri Pada Anak Usia 6 12 tahun di Panti
Asuhan SUBUL USSALAM Palembang Tahun 2015 .
B. Rumusan Masalah
Pada kenyataannya banyak anak-anak di Panti Asuhan melalui
informasi dari berbagai sumber bahwa mereka kurang mengetahui konsep
dirinya dalam arti mengenal diri baik itu kekurangan dan kelebihan. Selain itu
dalam kegiatan sehari-hari seseorang secara tiba-tiba merasa tidak yakin atau
sering disebut tidak percaya diri tentu ada faktor yang tidak disengaja maupun
disengaja, misalnya kemampuan/potensi seseorang yang mulai berkembang,
akan luntur secara tiba-tiba, jika tahu bahwa banyak orang disekitarnya
kemampuannnya lebih dari dirinya.
Setelah melihat latar belakang dan alasan yang telah diuraikan, rumusan
masalah yang diajukan adalah Belum Diketahuinya gambaran Konsep Diri
Pada Anak Usia
pada
pengelola panti asuhan tentang keadaan konsep diri pada anak sehingga
dapat memahami konsep diri anak dan memngembangkan pola asuh pada
anak.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalaman tentang gambaran konsep diri pada anak.
Penelitian
ini
sebagai
sarana
untuk
mengaplikasikan
ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Definisi
Acuan dari teori pisikologis menjelaskan bahwa konsep diri adalah
pandangan dan sikap indivindu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait
dengan dimensi fisik karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan
diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan indivindual, tetapi juga
kelemahan bahkan kegagalan dirinya. Konsep diri adalah inti kepribadian
individu (Kanisius, 2008).
Untuk memperoleh pengertian mengenai konsep diri secara jelas,
maka berikut ini dikemukakan beberapa pengertian konsep diri. Konsep
diri adalah pandangan seseorang terhadap diri sendiri (Arini, 2006).
Konsep diri adalah ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu tersebut dalam
berhubungan dengan orang lain (Salbiah, 2008). Menurut Rakhmat (2001)
konsep diri adalah gambaran dan penilaian tentang diri sendiri.
Konsep diri adalah kesadaran atau pengertian tentang diri sendiri
sehingga mampu mengeluarkan kemampuan sendiri dan persepsi
mengenai diri (Tuhumena, 2006). Konsep diri adalah pandangan pribadi
yang dimiliki seseorang tentang diri sendiri atau persepsi terhadap aspek
diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis yang
didasarkan pada pengalaman dan interaksi terhadap orang lain
10
11
12
13
Respon Adaptif
Aktualisasi konsep diri
Respon maladaptif
Harga diri rendah
Keracunan Identitas
14
lakunya sendiri.
e) Daya fisik, yaitu bagaimana individu memandang kesehatan tubuh,
f)
g)
h)
i)
15
16
17
18
19
20
dasar
pengetahuan
yang
dianggap
penting
untuk
21
ketrampilan yang bersifat teknologi dan sosial. Tahap ini sangat dipegang
faktor instrinsik (motivasi, kemampuan, tanggung jawab untuk memiliki,
interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya) dan faktor ekstrinsik
(penghargaan yang didapat, stimulus dan keterlibatan orang lain).
c. Temperamen
Sifat temperamen yang dialami sebelumnya merupakan faktor
terpenting dalam perilaku pada masa ini. Pada usia ini temperamen sering
muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar untuk
mengendalikannya, yang perlu diperhatikan orang tua adalah menjadi figur
dalam sehari.
d. Perkembangan kognitif
Menurut Peaget usia ini berada dalam tahap operasional konkret
yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol.
Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat
dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi dan
pengalaman yang dijumpai.
e. Perkembangan moral
Pada
masa
akhir
kanak-kanak
perkembangan
moralnya
22
h. Perkembangan sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok yang
ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan
meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
kelompok.
i. Perkembangan seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dan temantemannya, mengembangkan minat-minat sesuai dengan dirinya.
j. Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan
dengan orang tua, saudara dan sanak keluarga lainnya. Saat ini anak-anak
membentuk konsep diri yang ideal.
2. Masalah Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Suprajitno (2004) masalahmasalah yang sering terjadi
pada anak usia ini meliputi bahaya fisik dan psikologi antara lain:
23
a. Bahaya fisik
1. Penyakit
Penyakit infeksi pada usia ini jarang sekali terjadi, penyakit yang sering
ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri anak.
2. Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar tapi
akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi sehingga anak kesulitan
mengikuti kegiatan bermain, sehingga kehilangan kesempatan untuk
mencapai ketrampilan yang penting untuk keberhasilan sosial.
3. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan ketrampilan tertentu.
4. Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan
teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar
untuk rendah diri.
5. Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada masa apapun.
Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang
menarik, sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri pada anak.
b. Bahaya Psikologi
1. Bahaya dalam berbicara
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan bahasa,
cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak menjadi
sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
2. Bahaya emosi
24
25
dengan dunia yang khas, masa ini ditandai dengan perubahan dalam
kemampuan
dan
perilaku.
Pertumbuhan
dan
perkembangan
anak
26
27
Panti asuhan yaitu suatu lembaga untuk mengasuh anak, menjaga dan
memberikan bimbingan dari pimpinan kapada anak dengan tujuan agar
mereka menjadi manusia yang cakap dan berguna serta bertanggungjawab
atas dirinya dan terhadap masyarakat dikemudian hari. Panti asuhan sebagai
pengganti orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anak (Sandrianny
2002).
2. Tujuan Panti Asuhan
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia
(1989) ialah memberikan pelayanan berdasarkan profesi pekerja sosial
kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka
kearah perkembangan pribadi yang wajar serta kemampuan ketrampilan
kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak
dan penuh tanggungjawab baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
3. Sasaran Garapan Panti Asuhan
Sasaran garapan panti asuhan meliputi :
a. Anak yatim, piatu, yatim-piatu, terlantar usia 0-21 tahun
b. Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab anak yang orang
tuanya melalaikan kewajiban, sehingga kebutuhan anak tidak dapat
terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial, antara
lain keluarga retak sehingga ada relasi sosial yang Harmonis.
c. Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat
terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun
sosial dengan wajar antara lain salah satu orang tua dan atau keduanya
sakit kronis, terpidana dan meninggal sehingga anak tidak ada yang
merawat.
D. Penelitian Terkait
28
Out put
Konsep diri
Input
a.
Tinggal di Panti
Asuhan
-Tingkat
dan
E. Kerangka
Teori
perkembangan
dan kematangan
-Keluarga dan budaya
-Faktor eksternal dan
internal
-Pengalaman
-Penyakit
-Stressor
b.
c.
Proses
Gangguan Konsep
diri
a.
b.
c.
d.
e.
Gambaran diri
Ideal diri
Harga diri
Peran diri
Identitas diri
Sumber :
(Mubarak, 2007)
Sumber :
(Sumaryo, 2009 dan
Melita , 2014)
d.
e.
Tinggkat
gambaran diri
Tinggkat Ideal
diri
Tingkat Harga
Diri
Tingkat peran diri
Tingkat identitas
diri
Sumber :
(Sumaryo, 2009 dan
Melita , 2014)
29
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori beberapa faktor yang di anggap
30
Bagan 1.2
Kerangka Konsep Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Konsep Diri :
Gambaran diri
Ideal diri
Harga diri
Peran
Identitas
31
Definisi Operasional
Gambaran
diri
Cara
ukur
Angket
Alat ukur
Hasil Ukur
Kuesione
r
1. Positif,
Apabila
skor
31,6
2. Negatiif,
Skor <
31,6
Skala
Ukur
Ordinal
(Sumber:
stuart
and
sundeen,
1991)
Ideal diri
Angket
31,5
2. Tidak
Realistis
apabila
Skor
<
31,5
(Sumber:
stuart and
32
Harga diri
Peran diri
Identitas
diri
Angket
Angket
Angket
Kuesione
r
Kuesione
r
sundeen,
1991)
1. Tinggi,
Ordinal
apabila
skor
32,25
2. Rendah
apabila
Skor <
32,25
(Sumber:
stuart and
sundeen,
1991)
1. Berpera Ordinal
napabila
skor
32,2
2. Tidak
Berpera
n apabila
Skor <
32,2
(Sumber:
stuart and
sundeen,
1991)
Kuesione 1. Kuat
, Ordinal
r
apabila,
skor
29,75
2. Rendah
apabila
Skor
<
29,75
(Sumber:
stuart and
sundeen,
1991)
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
34
Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil yang akan diteliti (Notoatmodjo,
2002). Sampel dalam penelitian ini yaitu semua anak dipanti asuhan
subulussalam. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif (Sugiyono, 2007). Teknik sampling yang
akan digunakan adalah Total Sampling.
peneliti harus
35
36
skala dengan menggunakan skala Likert. Yaitu tiap item pertanyaan terdiri
mempunyai 4 opsi jawaban.
2. Cara pengukuran
Cara pengukuran konsep diri dilakukan dengan cara penelitian lapangan
yaitu datang langsung untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Penelitian
lapangan dilakukan dengan menyebar skala konsep diri.
E. Tehnik pengolahan dan Analisis Data
1 Pengolahan Data
Menurut Setiadi (2007), proses pengolahan data melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Editing:
Pada penelitian ini, peneliti memeriksa kuesioner yang telah diisi
oleh responden yang mencakup kelengkapan pengisian yang telah
dilakukan oleh responden.
b. Coding:
Pada penelitian ini, peneliti mengklasifikasikan jawaban-jawaban
dari kuesioner responden ke dalam kategori yang sudah ditentukan, dan
memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban pada
lembar kuesioner dan check list.
37
c. Sorting:
Peneliti mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis permasalahan
yang sudah dirumuskan.
d. Entry Data:
Pada penelitian ini, jawaban-jawaban dari reponden telah dimasukan
dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data melalui pengolahan
komputer.
e. Cleaning,
Pada penelitian ini, peneliti talah memeriksaan kembali apakah
terdapat data yang missing kemudian dilakukan pembersihan data.
f. Mengeluarkan informasi :
Pada penelitian ini data telah
G. Analisis Data
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan evaulation reseacrh secara univariat. Dalam hal ini memberikan
Gamabaran konsep diri anak usia 6-12 tahun yang tinggal di panti asuhan
Subulussalam Palembang
38
Analisis
ini
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendiskripsikan
39
Privacy
Selama pengumpulan data, peneliti telah memastikan bahwa penelitian
yang dilakukan tidak menginvasi melebihi batas yang diperlukan dan menjaga
kerahasiaan responden selama penelitian dengan cara menuliskan inisial nama
pada lembar kuisioner.
4 Protection from discomfort
Peneliti telah meyakinkan responden bahwa data yang telah diberikan
tidak dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan, serta menciptakan
lingkungan yang nyaman bagi rsponden pada saat melakukan penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Profil Pondok Pesantren Subulussalam
Tabel 1.2
Nama lengkap
Alamat
Subulussalam
: jl. KH. Balkhi Banten II Rt 02, Rw
01 No. 56 Kel. 16 Ulu Kec. SU II Kota
40
Palembang
: KH. Asad Balkhi
: HJ. Sanimah
: H. Zulkifli Sitompul,SH No.75
: 16 april 1992
: 07/BJSSOS/TAHUN 2013
: 06.963.491.7-306.000
: 80 anak
: 11 orang
: 4 orang
: 20 orang
: 5 orang
: 24 orang
: 12 orang
: 76 orang/
: 4 orang
: 4 buah
: 7 buah
: 4 buah
: 2 buah
: 6 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 gedung
: 1 gedung
: 1 gedung
: 1 buah
1. Putsal
2. Volly
3. Basket
4. Badminton
5. Tenis meja
INTRUMEN VERIFIKASI ANAK PANTI ASUHAN SUBULUSSALAM
Nama Ketua Yayasan
Nama Pengurus
Nama Notaris
Akte Pendirian
No.STT Dinsos Kota
NPWP Yayasan
Juumlah anak
Putra SD
Putri SD
Putra SMP
Putri SMP
Putra SMA
Putri SMA
Jumlah anak yang sekolah
Jumlah anak yang tidak sekolah
Jumlah kamar tidur Putra
Jumlah kamar tidur Putri
Jumlah kamar tidur Guru
Jumlah kamar tidur Tamu
Jumlah kamar Mandi/WC
Kantor Panti
Ruang makan anak
Ruang tempat belajar/sholat
Ruang Aulah
Mesin tik
Komputer
Perpustakaan
SD/MI
SMP
SMA
Ruang kantor Guru
Lapangan olah raga
TAHUN 2015
Tabel 1.3
1
NAMA LKSA
PA.Subulussalam
Alamat LKSA
41
II kota Palembang
3
Jenis Pelayanan
Status kepemilikan
Milik organisasi/yayasan
Hj. Sanimah
No Telepon
0711511059/081377951920/085382688166
No.rekenng
0294331741
Nomor NPWP
66.963.491.7.306.000
10
11
07/BJS/SOS/TAHUN 2013
12
AD/ART/STRUKTUR
ORGANISASI
Ada
13
Jumlah Pengurus
3 orang
14
Jumlah Pengasuh
6 orang
15
80 orang
80 orang
80 orang
17
Ada
18
Gedung SMP/SMA
Ada
19
Gedung PONPES
Ada
20
Lapangan olahraga
Ada
21
Penginapan guru
Ada
22
Perpustakaan sekolah
Ada
23
Tempat aula
Ada
16
42
43
a. Gambaran diri
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran diri
Siswa Di Pondok Pesantren Subulussalam
Palembang Tahun 2015
Gambaran diri
Frekuensi
Presentase (%)
Positif
20
50
Negatif
20
50
Jumlah
40
100
44
Frekuensi
Presentase (%)
Realistis
19
47
Tidak Realistis
21
53
Jumlah
40
100
Frekuensi
Presentase (%)
Kuat
22
55
Rendah
18
45
Jumlah
40
100
sebanyak 18
45
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan peran diri
Siswa Di Pondok Pesantren Subulussalam
Palembang Tahun 2015
Peran diri
Frekuensi
Presentase (%)
Berperan
22
55
Tidak berperan
18
45
Jumlah
40
100
Identitas diri
Frekuensi
Presentase (%)
Kuat
17
42
Rendah
23
58
Jumlah
40
100
46
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan Hasil penelitian diatas dapat diketahuai bahwa dari 40
responden yang memiliki.
1 Gambaran diri
Gambaran diri positif sebanyak 20 responden (50%) sedangkan
responden yang memiliki gambaran diri positif sebanyak 20 responden
(50%).
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran
dan bentuk tubuh, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu (Keliat, 1992).
Menurut Hadiwibowo (2003), gambaran diri berhubungan erat dengan
kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang
penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistis terhadap diri,
47
menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman dan mampu
meningkatkan keinginan untuk berhasil didalam kehidupan. Namun
gambaran diri yang tidak benar akan membuat individu kehilangan jati
dirinya serta menghambat kemampuan yang dimilikinya.
2. Ideal diri
Ideal diri Realistis sebanyak 19 responden (47%) sedangkan responden
yang memiliki Ideal diri tidak realistis sebanyak 21 responden (53%).
Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar perilaku yang
dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Diri ideal berawal dalam
tahun prasekolah dan berkembang sepanjang hidup. Diri ideal dipengaruhi
oleh norma masyarakat dan harapan serta tuntutan dari orang tua dan orang
terdekat (Potter dan Perry, 2005).
Hasil penelitian Hidayat pada mahasiswa profesi angkatan X FKIK
Unsoed, sebagai mahasiswa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas
perkuliahan dengan baik. Pada penelitian ini hasil uji statistik Chi-Square
identitas diri tidak mempengaruhi kesiapan bekerja pada mahasiswa
angkatan X FKIK Unsoed menjelang akhir masa profesi ners.
3. Harga diri
Harga diri Kuat sebanyak 22 responden (55%) sedangkan responden
yang memiliki harga diri Rendah sebanyak 18 responden (45%).
48
Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 1992) menjelaskan bahwa harga diri
adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan
akan menghasilkan harga diri yang rendah/tinggi. Bila individu selalu
sukses maka cenderung harga diri tinggi, sebaliknya bila ia sering gagal
maka ia akan cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain. Aspek utamanya adalah dicintai dan menerima
penghargaan dari orang lain. Menyayangi dan menghargai orang lain akan
mampu mengangkat harga dirinya. Begitu pula sebaliknya, dengan tidak
adanya kasih sayang dan penghargaan maka akan terbentuk harga diri yang
rendah Santrock (2002).
Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan
menghargai dirinya sendiri apa adanya. Dalam harga diri tercakup evaluasi
dan penghargaan terhadap diri sendiri dan menghasilkan sikap positif atau
negatif terhadap dirinya sendiri. Sikap positif terhadap diri sendiri adalah
sikap terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan potensi diri, serta
menerima kekurangan yang ada, sedangkan yang dimaksud dengan sikap
negatif adalah sikap tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri dan tidak
menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu yang selalu
kurang (Santrock, 1998).
4. Peran diri
Peran diri Berperan sebanyak 22 responden (55%) sedangkan
responden yang Tidak berperan sebanyak 18 responden (45%).
49
50
dan sanak saudara lainnya merupakan dunia sosial bagi anak-anak, maka
bagaimana perasaan mereka kepada anak- anak dan bagaimana perlakuan
mereka /merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu
inti pola kepribadian. Individu memberi respon terhadap dirinya sendiri dan
mengembangkan sikap diri yang konsisten dengan apa-apa yang
diekspresikan oleh orang lain di dalam dunianya. Hasilnya individu tersebut
memahami dirinya sendiri mempunyai sifat-sifat dan nilai-nilai yang oleh
orang lain mempertalikan dengan dirinya (Burns,1993).
Konsep diri tentunya ada yang positif dan ada juga negatif. Berkaitan
dengan pola asuh orang tua, juga memiliki pola asuh yang positif dan
negatif. Paling tidak ada ciri-ciri konsep diri positif misalanya : Mempunyai
penerimaan diri yang baik, Mengenal dirinya sendiri dengan baik, Dapat
memahami dan menerima fakta-fakta yang nyata tentang dirinya, Mampu
menghargai dirinya sendiri, Mampu menerima dan memberikan pujian
secara wajar, Mau memperbaiki diri kearah yang lebih baik. Dan Mampu
menempatkan diri di dalam lingkungan.
51
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Distribusi frekuensi gambaran diri positif sebanyak 20 responden (50%)
sedangkan responden yang memiliki gambaran diri positif sebanyak 20
responden (50%).
2. Distribusi frekuensi Ideal diri realistis sebanyak 19 responden (47%)
sedangkan responden yang memiliki Ideal diri tidak realistis sebanyak 21
responden (53%).
3. Distribusi frekuensi Harga diri tinggi sebanyak 22 responden (55%)
sedangkan responden yang memiliki harga diri rendah sebanyak 18
responden (45%).
4. Distribusi frekuensi Peran diri peran sebanyak 22 responden (55%)
sedangkan responden yang memiliki gambaran diri tidak berperan
sebanyak 18 responden (45%)
5. Distribusi frekuensi identitas diri kuat sebanyak 17 responden (42%)
sedangkan responden yang memiliki identitas diri rendah sebanyak 23
responden (58%).
B. Saran
52
1.
sosial
sehingga
individu
yang
bersangkutan
dapat
DAFTAR PUSTAKA
53
learning;
Some
ideas
from
the
54
Haryanto.
(2010).
Pengertian
Konsep
Diri.
Diakses
dari
http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/pada Tanggal 10 juni
2015 jam 22:13.
Hendrianti Agustianti. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hiemstra. (1994). Self-Directed Learning. In T. Husen & T. N. Postlewaite (Eds),
The International Encyclopedia of Education (second edition) Oxford:
Porgomon Press. Diakses dari
Holsten, Hermann. (1984). Murid Belajar Mandiri. Penerjemah: Soeparmo.
Bandung: CV Remadja Karya.
Hutagalung, Inge. ( 2007). Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju
Pribadi Positif. Jakarta: PT IndeksEffendy, Ferry dan Makhfudli. /2009/
Keperawatan
Kesehatan
Komunitas-Teori
dan
Praktek
dalam
Malita. /2014/. Skripsi Hubungan konsep diri dengan tingkat kecemasan pada
orang tua anak tuna rungu di SLB B karya Ibu Palembang Tahun
2014.Palembang: Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Palembang.
Mulyati. (2005). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Offset.
Pasaribu dan Simandjuntak. (1980). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
55
Schiller, Pam dan Bryant, Tamera. (1998). The Values Book for Children (16 Nilai
Modal Dasar Bagi Anak). Penerjemah: Susi Sensusi. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perhitungan
Manual SPSS. Jakarta: Kencana.
Slameto. (2010) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain. (1997). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Syamsu Yusuf. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan
SLTA). Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
56