Anda di halaman 1dari 6

III.

LANDASAN TEORI

A. KECEMASAN

1. Definisi Kecemasan

Menurut Freud (dalam Feist & feist, 2010) menjelaskan bahwa


kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang
diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya
mengancam dan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena
memberi sinyal bahwa ada bahaya di depan mata.

Menurut Stuart dan Sudeen (dalam donsu, 2017) kecemasan


mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan
yang tidak menentu dan tidak berdaya.

Menurut Nevid, Rathus & Greene (2018) Kecemasan (anxiety) adalah


kondisi umum dari ketakutan atau perasaan tidak nyaman. Kecemasan
bermanfaat bagi kita karena kecemasan membuat kita rutin melakukan
pemeriksaan medis atau memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian. Oleh
karena itu kecemasan adalah respons normal terhadap ancaman, tetapi
kecemasan menjadi abnormal ketika cemas melebihi proporsi dari ancaman yang
sebenarnya atau kecemasan muncul tanpa sebab yakni, bila bukan merupakan
respons terhadap perubahan lingkungan.

Jadi kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman ataupun tidak


menyenangkan pada seseorang ketika dihadapkan pada suatu kondisi konflik
atau bahaya yang mengancam berhubungan dengan perasaan tidak menentu yang
diikuti oleh sensasi fisik tertentu dan respons tertentu untuk menengani
kecemasannya, seperti memotivasi diri dan berfungsi untuk mengantisipasi
keadaan yang akan datang. Kecemasan akan di katakan tidak wajar ketika
melebihi proporsi dan muncul tanpa sebab.
2. Jenis-Jenis Kecemasan

Freud (dalam Feist & Feist, 2010) menyebutkan, terdapat tiga jenis
kecemasan, yaitu :

1. Kecemasan neurosis (neurotic anxiety) Kecemasan neurosis adalah rasa


cemas akibat bahaya yang tidak diketahui.

2. Kecemasan moral (moral anxiety) berakar dari konflik antara ego dan
superego. Mereka mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara
kebutuhan realitis dan perintah superego.kecemasan ini juga muncul
karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini
benar secara moral. Misalnya tidak mampu mengurusi orang tua ketika
lanjut usia.

3. Kecemasan realistis (realistic anxiety) terkait erat dengan rasa takut.


Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan
dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri/situasi
yang mencakup bahaya yang objektif dan nyata. Misalnya kita merasa
takut pada saat kendaraan kita iba tiba tergelincir dan tak bisa di kontrol di
jalan bebas akibat hambatan lapisan es.

3. Aspek-Aspek Kecemasan

Deffen, Bacher dan Hajaleus (dalam Gufhron & Risnawita, 2017)


menyebutkan, terdapat sumber penyebab kecemasan, meliputi hal-hal dibawah
ini:

1. Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri,


seperti perasaan negatif bahwa ia lebih jelek dibandingkan dengan teman
temannya.

2. Emosionalitas (Emotionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf


otonomi,seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, tegang, badan
bergetar saat mengerjakan sesuatu.

3. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated


interference) merupakan kecenderungan yang di alami seseorang yang
selalu terkena pemikiran yang rasional terhadap tugas.

4. Komponen-Komponen Kecemasan

Sobur (2016) menyebutkan ada tiga komponen kecemasan :

1. Komponen Emosional, orang tersebut mempunyai ketakutan yang amat


sangat dan secara sadar.

2. Komponen Kognitif, ketakutan meluas dan sering berpengaruh terhadap


kemampuan berpikir jernih, memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan
lingkungan.

3. Komponen psikologis, tanggapan tubuh terhadap rasa takut berupa


pengerasan diri untuk bertindak, baik tindakan itu dikehendaki maupun
tidak. Pergerakan tersebut merupakan hasil kerja dari sistem saraf otonom
yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh.

5. Gejala-Gejala Kecemasan

Nevid, Rathus & Greene (2018) menyebutkan gambaran mengenai


gangguan kecemasan dan simtom kecemasan yang mencakup hal sebagai
berikut:

1. Ciri fisik, meliputi kegelisahan,kecemasan, gemetar, sesak di bagian perut


atau dada, berkeringat hebat, telapak tangan berkeringat, napas tersengal-
sengal, jantung berdegup kencang, jari atau anggota tubuh terasa dingin dan
mual adalah beberapa dari banyak simtom-simtom fisik lainnya
2. Ciri prilaku, meliputi prilaku menghindar,prilaku bergantung dan prilaku
gelisah

3. Ciri kognitif yang meliputi kekhawatiran, merasa takut atau cemas akan
masa depan, terlalu memikirkan atau waspada dengan sensasi yang muncul
di tubuh, takut kehilangan kendali, memikirkan pikiran yang mengganggu
secara terus menerus, memiliki pikiran yang membingungkan, sulit
berkonsentrasi atau memokuskan pikirannya dan berpikir bahwa segala
sesuatunya menjadi tidak terkendali.

6. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Ghofur dan Risnawita (2017) menyebutkan faktor faktor yang


mempengaruhi kecemasan sebagai berikut :

1. Pengalaman negatif pada masa lalu. Pengalaman ini merupakan hal yang
tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang
lagi pada masa mendatang apabila individu tersebut menghadapi situasi atau
kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan.

2. Pikiran yang tidak rasional. Kecemasan terjadi bukan karena suatu kejadian
melainkan kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian, itulah yang
menyebabkan kecemasan.

3. Kegagalan katastropi. Adanya asumsi dari diri individu bahwa akan terjadi
sesuatu yang buruk pada dirinya. ndividu mengalami kecemasan dan
perasaan-perasaan ketidakmampuan serta tidak sanggup mengatasi
permasalahnnya.

4. Kesempurnaan. Individu mengharapkan dirinya berprilaku sempurna dan


tidak ada cacat, ukuran kesempurnaan dijadikan target dan sumber inspirasi
bagi individu tersebut.
5. Persetujuan. Persetujuan adanya keyakinan yang salah didasarkan pada ide
bahwa terdapat hal virtual yang tidak hanya diinginkan, tetapi juga untuk
mencapai persetujuan dari sesama teman.

6. Generalisasi yang tidak tepat. Keadaan ini juga memberi istilah generalisasi
yang berlebihan. Hal ini terjadi pada orang yang mempunyai sedikit
pengalama.

7. Dinamika kecemasan

Individu yang mengalami kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal,


diantaranya karena adanya pengalaman negatif prilaku yang telah dilakukan,
seperti kekhawatiran akan adanya kegagalan karena frustasi dalam situasi
tertentu dan ketidakpastian melakukan sesuatu (Ghofur & Risnawita,2017).

Dinamika kecemasan ditinjau dari teori psikoanalis dapat disebabkan


oleh adanya tekanan buruk prilaku masa lalu serta adanya gangguan mental.
Ditinjau dari teori kognitif, kecemasan terjadi karena adanya evaluasi diri yang
negatif. Perasaan negatif tentang kemampuan yang dimilikinya dan orientasi diri
yang negatif. Berdasarkan teori humanistik, maka kecemasan merupaakan
kekhawatiran tentang masa depan, yaitu khawatir pada apa yang akan dilakukan
(Ghofur & Risnawita,2017).

Jadi,dapat diketahui bahwa kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal


diantaranya kekhawatiran dan kegagalan, frustrasi pada hasil tindakan yang lalu,
evaluasi diri yang negatif, perasaan diri yang negatif tentang kemampuan diri
yang dimiliki dan orientasi diri yang negatif (Ghofur & Risnawita,2017).
DAFTAR PUSTAKA

Donsu, J.D.T. (2017). Psikologi keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Feist , G.J., & Feist, J. (2010). Teori kepribadian (7th ed). Jakarta: Salemba
Humanika.

Ghufron, M.N., & Risnawita, R. (2017). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta : Ar-Ruzz


Media.

Greene, B., Nevid, J.S., & Rathus, S.A. (2018). Psikologi Abnormal (9th ed). Jakarta :
Erlangga.

Sobur, A. (2016). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai