KETAKUTAN
(FOBIA)
Oleh:
DIYANK SHABIRA
NPM : 51417794
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2018
KETAKUTAN
(FOBIA)
Oleh:
DIYANK SHABIRA
NPM : 51417794
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2018
2
KATA PENGANTAR
menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang berjudul “Fobia”.
ilmiah.
kekurangan dan sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan yang
positif baik kritik maupun saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
kebaikan ke depan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
........................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
........................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
........................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
.......................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
.......................................................................................................
2
1.3 Tujuan
.......................................................................................................
2
1.3.1 Tujuan Umum
............................................................................................................
2
1.3.2 Tujuan Khusus
............................................................................................................
2
1.4 Ruang Lingkup
...................................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
..........................................................................................................
4
2.1 Definisi Fobia
...................................................................................................................
4
2.2 Faktor Penyebab Fobia
...................................................................................................................
4
2.3 Jenis-jenis Fobia
...................................................................................................................
6
4
2.4 Gejala Fobia
...................................................................................................................
8
2.5 Dampak Fobia
...................................................................................................................
9
2.6 Diagnosis dan Pengobatan Fobia
...................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Ketakutan menjadi sesuatu yang tersimpan dalam diri manusia yang dapat
mendorong menjadi penentu tindakan atau sebaliknya menjadi bahaya yang
melemahkan manusia. Fobia mengganggu kehidupan orang yang mengidapnya
dan bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti,
sehingga sering dijadikan bahan cemohoan dan bulan-bulanan orang di sekitarnya.
Dalam kasus fobia, rasa takut dipicu oleh stimulus yang tidak benar-benar
menakutkan atau mengancam keselamatan dirinya, sedangkan jika stimulus
tersebut memang benar-benar berbahaya atau mengancam maka ini tidak
termasuk fobia melainkan suatu rasa takut yang wajar.
1.3 Tujuan
7
1.4 Ruang lingkup
Di dunia ini banyak hal-hal yang menyebabkan kegelisahan dalam diri
manusia baik yang di lakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja. Penulisan
makalah ini hanya dibatasi pada konsep tentang fobia.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
2. Memiliki kepribadian yang terlalu sensitif, temperamen tinggi, selalu
berpikiran negatif, dan sangat pemalu.
3. Faktor keturunan.
10
disertai keyakinan bahwa dunia ini berbahaya dan diluar kontrol dan tidak
mampu mengatasi bila ada hal buruk yang menimpa.
3. Kerentanan psikologis spesifik (specific psychology vulnerability), dimana
manusia belajar dari pengalaman awal, misalnya dari apa yang diajarkan oleh
orang tua, bahwa situasi atau objek tertentu berbahaya (meskipun sebenarnya
tidak). Contohnya apabila ayah takut anjing, maka anak juga akan takut pada
anjing karena beranggapan bahwa anjing adalah sesuatu yang berbahaya.
1. Fobia Spesifik
Phobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap
objek atau situasi spesifik, seperti:
a. Acrophobia: takut terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 (dua) meter
sudah cukup menakutkan bagi penderita fobia.
b. Claustrophobia: takut terhadap tempat tertutup/terkunci sehingga orang
dengan fobia jenis ini sering berada di taman atau di lapangan olahraga
bersama teman-temannya.
c. Fobia binatang: takut terhadap binatang tertentu seperti tikus, ular, atau
binatang-binatang menjijikkan. Seseorang bisa saja mempunyai ketakutan
terhadap hewan-hewan, namun bila ketakutan itu mengganggu kehidupan
sehari-hari atau menyebabkan distress emosional yang signifikan di dalam
diri (bahkan ketika hanya membayangkan hewan itu) maka orang tersebut
mengalami fobia.
11
d. Fobia benda-benda tertentu: seperti jarum suntik (bukan sakit ditusuk jarum
sunti), pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.
2. Fobia Sosial
Fobia sosial adalah ketakutan yang intens terhadap situasi sosial atau ramai
sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya atau menghadapinya tapi
dengan distress emosi yang amat berkecamuk. Penderita fobia sosial mengalami
ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta, pertemuan-
pertemuan sosial, bahkan presentasi untuk ujian. Fobia sosial yang mendasar
adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain, dalam arti
mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mereka merasa seakan-akan ribuan
pasang mata sedang memperhatikan dengan teliti setiap gerak yang mereka
lakukan. Contoh fobia jenis ini adalah:
a. Demam panggung yang berlebihan
b. Kecemasan yang berlebihan saat berbicara di forum, bahkan di hadapan
orang-orang terdekat sekalipun.
c. Kecemasan meminta sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan
karena takut pelayan atau teman menertawai makanan yang mereka pesan.
d. Ketakutan bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak
berkembang dalam hal sosial.
Fobia jenis ini menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya,
seperti kualitas untuk mencapai sasaran pendidikan, maju dalam karir, atau
bertahan dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang lain secara
langsung. Sekali fobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang
hidup.
3. Agrofobia
Agrofobia secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang
sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Berbeda
dengan fobia sosial, agorafobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan orang-
orang di tempat yang sepi. Agrofobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-
tempat atau situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka untuk meminta
bantuan ketika ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang lain.
12
Seseorang dengan agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang
penuh sesak, bersempit-sempitan di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat
mereka sulit meminta pertolongan (http://www.kaskus.co.id.2011. diakses tanggal
15 April 2018).
13
a. Disorientasi atau bingung.
b. Pusing dan sakit kepala.
c. Mual.
d. Dada terasa sesak dan nyeri.
e. Sesak napas.
f. Detak jantung meningkat.
g. Tubuh gemetar dan berkeringat.
h. Telinga berdenging.
i. Sensasi ingin selalu buang air kecil.
j. Mulut terasa kering.
k. Menangis terus-menerus dan takut ditinggal sendirian (terutama pada anak-
anak).
14
Hal ini mengakibatkan pengidap Heliofobia atau Heliophobes akan sebisa
mungkin menghindari sinar matahari. Akibatnya mereka akan mengalami
kekurangan vitamin D, yang sebagian besar di dapat dari sinar matahari. Vitamin
D sendiri dalam tubuh kita, berguna untuk mengatur kalsium dalam tulang dan
menjaga tulang tetap sehat. Kekurangan Vitamin D, selain tak baik bagi tulang
juga akan meningkatkan risiko Rakhitis, Kanker atau penyakit lain yang bahkan
bisa mengakibatkan kematian.
2. Ambulofobia
Ambulofobia adalah rasa takut untuk berdiri atau berjalan. Penderita fobia
ini pastilah tidak dapat menjalani hidupnya secara normal. Untuk berdiri dan
berjalan saja mereka takut, bagaimana mau bepergian keluar dan walaupun bisa
memakai kursi roda tapi itu juga tidak efisien. Penderita fobia ini tidak akan bisa
menghindari dari rasa takutnya setiap hari. Gejala Ambulofobia ini antara lain:
berkeringat, pusing, mual, rentang nafas pendek, gemetar, hingga panik. Penyebab
fobia ini bisa karena pengalaman cidera pada kaki, radang sendi, atau masalah
medis lainnya yang menyebabkan penderitanya merasa sakit saat berjalan.
3. Somnifobia
Somnifobia dapat mengakibatkan pengidapnya mengalami ketakutan akan
kehilangan kontrol atas tubuh saat mereka tertidur. Kondisi ini juga menimbulkan
terjadinya mimpi buruk yang terus berulang. Akibatnya pengidap Somnifobia,
menjadi takut untuk tertidur dan sebisa mungkin berusaha tetap terjaga. Hal inilah
yang secara perlahan, dapat membunuh pengidap Somnifobia. Seperti diketahui,
saat tidur tubuh manusia memulai proses pemulihan diri dengan memproduksi
berbagai hornon imunitas yang berfungsi untuk meregenerasi segala jaringan
tubuh yang mengalami kerusakan. Tanpa tidur yang cukup, tubuh manusia tak
akan dapat memulihkan kerusakan yang ada dalam tubuhnya.
Seorang pengidap Somnifobia bahkan bisa tidak memejamkan mata sama
sekali selama beberapa hari lamanya. Hal ini secara perlahan akan menimbulkan
masalah kesehatan serius diantaranya tekanan darah tinggi, sakit jantung dan
stroke yang akhirnya akan berujung pada kematian.
15
2.6 Diagnosis dan Pengobatan Fobia
Mage (1996) dalam Psikologi Abnormal (2006) menyebutkan bahwa tanpa
diketahui orang lain sebagian besar orang mengalami penderitaan karena fobia
yang meraka alami dan tidak mencari pertolongan. Pada kenyataanya, banyak
orang yang didiagnosis mengidap fobia oleh seorang ahli klinis tidak merasa
dirinya mempunyai masalah yang perlu perhatian khusus (elib.unicom.ac.id.
Diakses tanggal 15 April 2018).
Fobia biasanya dapat mudah terdiagnosis oleh dokter dari gejala-gejala
yang mengarah pada kondisi tersebut, dengan diperkuat oleh riwayat penyakit
(termasuk kejiwaan), riwayat penggunaan obat, dan riwayat kehidupan sosial
pasien. Penanganan terhadap fobia dapat dilakukan melalui terapi psikologi, salah
satunya yang efektif adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini membantu pasien
mengubah cara pandang dan cara bersikap terhadap suatu masalah.
Dalam kasus fobia, ahli terapi akan membantu pasien mengatasi rasa takut
melalui teknik pemaparan atau desentisasi. Dengan teknik pemaparan terhadap
benda atau suasana yang ditakuti, rasa takut diharapkan dapat berkurang secara
bertahap sehingga akhirnya pasien dapat mengendalikan fobia yang dialami.
Contohnya, adalah pada pasien yang mengalami fobia terhadap ular. Awalnya
pasien diminta untuk membaca tulisan tentang ular, lalu diperlihatkan gambar
hewan tersebut, dan tahapan berikutnya dengan mengunjungi kanda ng ular, yang
dilanjutkan dengan memegang reptil tersebut secara langsung.
Di samping teknik tersebut, para ahli juga mengajarkan pasien teknik
pengendalikan diri. Misalnya, melalui teknik relaksasi untuk membantu mengatur
ketenangan dan pernapasan, atau teknik visualisasi untuk membayangkan
keberhasilan mengatasi situasi. Hasil yang lebih efektif akan terlihat saat beberapa
teknik terapi dipadukan dengan ditunjang oleh penerapan gaya hidup sehat,
misalnya beristirahat secara cukup, mengkonsumsi makanan sehat secara teratur,
dan rajin berolah raga.
Menurut Mage (1996), keputusan menjalani terapi sering kali muncul
ketika terjadi perubahan dalam kehidupan seseorang yang membuatnya terpapar
dengan sesuatu yang telah dihindari atau diminimalkan selama bertahun-tahun.
Beberapa jenis terafi yang jalankan adalah:
16
a. Terapi berbicara
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatas berbagai fobia. Jenis terapi
bicara yang bisa digunakan adalah:
- Konseling: Konselor biasanya mendengarkan permasalahan seseorang
seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi tertentu
yang membuatnya cemas. Setelah itu konselor akan memberikan cara
untuk mengatasinya.
- Psikoterapi: Seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara
mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana
cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
- Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu
suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku
seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif
untuk melawan fobia.
b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan
bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini
dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan
objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan- lahan seseorang
akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-
kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.
c. Menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya
dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Obat-obatan ini dipergunakan
untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan dan hanya
diberikan untuk jangka waktu pendek, antara lain:
- Penghambat pelepasan serotonin (SSRIs). Obat ini bekerja dengan cara
memengaruhi salah satu hormon transmiter di dalam otak, yaitu hormon
serotonin, berperan dalam menciptakan dan mengatur suasana hati.
- Penghambat beta (beta blockers). Obat yang biasanya digunakan untuk
mengatasi hipertensi dan gangguan jantung ini diberikan untuk
menghambat reaksi-reaksi yang muncul dari stimulasi adrenalin akibat
17
rasa cemas, seperti suara dan tubuh gemetar, jantung berdebar, atau
tekanan darah meningkat.
- Benzodiazepine. Obat ini diberikan untuk mengatasi kecemasan pada
tingkat yang parah. Biasanya pemberian benzodiazepine akan dikurangi
secara bertahap seiring membaiknya kondisi guna menghindari
ketergantungan.
18
BAB III
KESIMPULAN
1. Fobia adalah rasa takut yang berlebihan terhadap suatu objek atau kejadian
yang membuat penderita merasakan kecemasan/kegelisahan berlebih bahkan
bisa menghambat aktivitas
2. Banyak faktor penyebab dari fobia, namun umumnya adalah karena traumatis
atau pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengelaman yang disertai
rasa malu dan bersalah.
3. Tipe fobia dibedakan atas: fobia spesifik yaitu takut berlebihan terhadap
objek atau situasi tertentu; fobia sosial yaitu ketakutan yang intens terhadap
situasi sosial; dan agrofobia yaitu ketakutan terhadap tempat atau situasi yang
sulit untuk meminta bantuan ketika ada suatu problem.
4. Gejala fobia mudah dikenali dari reaksi yang terlihat seperti: bingung, pusing;
mual; dada sesak dan nyeri; sesak napas; detak jantung meningkat; gemetar
dan berkeringat; telinga berdenging; sensasi buang air kecil, dan lain-lain.
5. Dampak fobia sangat bervariasi mulai dari ringan memiliki dampak yang
berbeda-beda tergantung pada jenis fobia yang dialami. Berikut dampak yang
ditimbulkan darseperti kurang fokus hingga berat seperti bunuh diri dan
kematian.
6. Diagnosis fobia mudah dikenali dan penanganannya dilakukan melalui terapi
psikologi untuk membantu mengubah cara pandang dan sikap terhadap suatu
masalah.
19
DAFTAR PUSTAKA