Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah Negara yang memiliki berbagai macam, suku, agama, ras,
dan budaya. Indonesia memiliki keanekaragaman yang membentuk suku dan budaya-
budaya yang sangat beragam. Setiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan yang
perlu dilestarikan dan dikembangkan. Bukan hanya kebudayaan saja, namun setiap
daerah pasti memiliki ciri khas budaya, tradisi agama, kehidupan sosial, dan bahkan
kesenian-keseniannya. Undang-Undang No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan, bahwa keberagaman Kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan
identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan Kebudayaan Nasional
Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia.
Kebudayaan merupakan kesenian, dalam arti luasnya kebudayaan yaitu
seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada
nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu
proses belajar (Koentjaraningrat, 2015).
P.J. Zoetmulder (dalam Koentjaraningrat, 2015) Kebudayaan berasal dari
kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau
“akal”. Demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan
budi dan akal”. Ada pendirian lain mengenai asal kata dari “kebudayaan” itu,
ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budidaya, artinya
daya dari budi, kekuatan dari akal.
Kebudaayan tidak akan berkembang dan terpelihara apabila tidak ada
masyarakat yang ikut andil di dalamnya, karena masyarakat merupakan support
system dalam terwujudnya dan terpeliharanya sebuah kebudayaan. Masyarakat
sendiri ialah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,
saling “berinteraksi” (Koentjaraningrat, 2015). Adapun unsur terbentuknya
masyarakat sangatlah banyak diantaranya yakni, kategori sosial, golongan sosial,
komunitas, kelompok, dan perkumpulan.

1
Menurut J.J Hoenigman (dalam Saebani 2012) sebagai berikut: ada tiga
“gejala kebudayaaan”, yaitu: pertama,ideas (gagasan) adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide – ide, gagasaan, nilai – nilai, norma- norma, peraturan,
kedua, activities(tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpoladari manusia dalam masyarakat itu, ketiga, artifacts (karya) adalah wujud
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktifitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda – benda yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan.
Semua unsur kebudayaan dapat dipandang dari sudut ketiga wujud masing –
masing tadi. Kebudayaan terdapat tujuh unsur, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian
hidup, sistem religi, kesenian.
Merujuk pada unsur-unsur masyarakat yang sudah disebutkan di atas,
timbullah nilai-nilai yang muncul di masyarakat, entah nilai itu bersumber langsung
dari Tuhan, nilai yang bersumber dari individu, dan nilai yang bersumber dari
masyarakat itu sendiri. Nilai masyarakat terdiri dari beberapa macam nilai yakni,
nilai etika, nilai estetika, nilai religius, gotong royong, dan nilai sosial.
Beralih pada nilai kehidupan, nilai kehidupan adalah nilai-nilai yang sangat
mempengaruhi tindakan seseorang, yang berdasarkan dengan norma yang ada di
kehidupan masyarakat tersebut. Nilai kehidupan ada beberapa macam, contohnya
seperti nilai religius, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, nilai
gotong royong, dan nilai edukasi. Nilai kehidupan disini berfokus pada nilai
religious sendiri ialah nilai yang berasal dari keyakinan ketuhanan pada diri
seseorang (Sjarkawi, 2008). Ada beberapa unsur dalam nilai religius yakni yang
pertama hubungan manusia dengan Tuhan, kedua hubungan manusia dengan
manusia lain, serta yang ketiga hubungan manusia dengan lingkungan.
Dimana pun tempatnya, nilai kehidupan masyarakat akan tetap seperti itu,
contohnya seperti di Kabupaten Probolinggo. Kabupaten Probolinggo ialah
Kabupaten yang letaknya berada di jalur pantura provinsi Jawa timur, berkedekatan
dengan Selat Madura. Probolinggo adalah tempat bertemunya beragam budaya,

2
karena terdapat bermacam suku yang mendiami Kabupaten Probolinggo. Masing-
masing dari suku tersebut membawa kebudayaan khasnya, sehingga setiap daerah
yang ditinggali memiliki budaya yang harus dijaga, dan tentunya memiliki bentuk
dan khas yang melatar belakanginya.
Masyarakat Probolinggo, merupakan masyarakat yang majemuk, penduduk
Probolinggo terdiri dari bebagai macam suku seperti, Madura, Jawa, Tengger.
Sebagai wilayah yang di huni berbagai macam suku, tak bisa dipungkiri bahwa
Probolinggo memiliki budaya, adat istiadat, seni, dan tradisi yang sangat beragam.
Semua suku yang tinggal di Probolinggo sangat peduli terhadap budaya
tradisionalnya, salah satunya adalah “Petik Laut”.
Petik Laut di Probolinggo sendiri dilaksanakan di berbagai tempat, yakni di
pesisir pantai wilayah Kabupaten Probolinggo. Namun disini lebih fokus pada Petik
Laut Desa Jabung Sisir Probolinggo, Tak jarang masyarakat Probolinggo khususnya
masyarakat daerah pesisir pantai yang mayoritas suku Madura melakukan “Petik
Laut”. Petik laut ialah Slametan laut untuk memohon kepada Tuhan agar para
nelayan di limpahkan hasil lautnya, dan diberikan keselamatan pada saat melaut.
Sebagian besar budaya dan ritual petik laut ini, dilaksanakan oleh nelayan,
untuk mengucap syukur atas rejeki yang di datangkan dari laut. Ritual dan
budaya ini tergolong unik, sebab masyarakat juga sering menyebutnya sebagai
sedekah terhadap laut. Ritual petik laut ini setiap tahunnya selalu di adakan untuk
melestarikan warisan budaya leluhur yang digelar mulai tahun 1901 hingga saat ini,
bertepatan dengan pasang air laut pada tanggal 15 Muharam (news.detik.com,
diakses 24 Januari 2020). Petik laut ini menggabungkan ajaran Islam dengan
Tradisi Madura. Penyelenggaraan Petik Laut ini berlangsung selama tiga hari,
dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari larung sesaji, khataman (Al-Qur’an),
hingga pertunjukan ludruk Madura.
Ada beberapa kesamaan dan perbedaan dalam penelitian yang relevan terkait
hal religius seperti sama-sama membahas tentang nilai religius yang bertujuan untuk
memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus melestarikan budaya
yang ada di daerah masing-masing, membahas tentang budaya slametan untuk

3
mensyukuri dan mengungkapkan rasa terima kasih, membahas tentang nilai-nilai
yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat, terutama dalam
aspek nilai religius. Serta perbedaanya juga beragam yakni lebih fokus meneliti
bagaimana makna kebudayaan dan nilai religius yang sedang berlangsung, meneliti
tentang slametan yang di hasilkan oleh hasil laut.
Keunikan dari budaya petik laut ini sangat beragam, contohnya seperti,
menggabungkan beberapa budaya yang ada di Probolinggo, karena budaya petik
laut sendiri berasal dari suku Madura .Petik laut ini menggabungkan ajaran
Islam dengan Tradisi Madura. Yang menjadi ciri khas dari petik laut di Desa
Jabung sisir ini adalah kegiatan gotong royong bersih – bersih desa dan berbagai
macam kegiatan, mulai dari larung sesaji, khataman (Al-Qur’an) ,pengajian hingga
Pertunjukan kesenian ludruk atau tayub serta pementasan dari anak – anak dan
pemuda – pemudi desa Jabung sisir dalam bidang seni. Selain keunikan tersebut,
ada doa tersendiri saat ritual petik laut, yakni doa pengkorat. Doa ini dilantunkan
oleh nelayan-nelayan desa setempat, dipimpin oleh ketua adat setempat.
Berdasarkan keunikan dari tradisi dan budaya Petik Laut, maka peneliti
mengambil judul “Keistimewaan Tradisi Petik Laut di Desa Jabung Sisir Dusun
Bandaran Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas adapun rumusan
masalah penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan budaya petik laut Desa Jabung sisir Kecamatan
Paiton Kabupaten Probolinggo?
2. Bagaimana keistimewaan tradisi petik laut di Desa Jabung sisir
Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pelaksanaan Desa Jabung sisir Kecamatan Paiton
Kabupaten Probolinggo.

4
2. Untuk menganalisis Keistimewaan budaya petik laut Desa Jabung sisir
Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai landasan
untuk penelitian selanjutnya, serta peneliti mempunyai pengetahuan dan
wawasan mengenai makna budaya petik laut.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai landasan masyarakat untuk
dapat semakin memelihara dan melestarikan kebudayaan asli
Indonesia, khususnya Petik Laut Desa Jabung sisir Kecamatan Paiton
Kabupaten Probolinggo.
1.4.3 Bagi Sekolah
Dapat menjadi literasi kebudayaan untuk meningkatkan wawasan
kebudayaan daerah yang ada di Kabupaten Probolinggo Khususnya
Desa Jabung sisir.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Upacara Petik Laut


2.1.1 Makna Upacara Petik Laut
Kepercayaan masyarakat Jawa tentang roh dan kekuatan ghaib telah
dimulai sejak zaman pra sejarah.Nenek moyang orang Jawa beranggapan bahwa
semua benda yang berada disekitarnya adalah “bernyawa”, dan semua yang
bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan ghaib. Anggapan seperti ini
menyebabkan orang Jawa mengakui dengan adanya roh paling berkuasa
melebihi kekuatan diri manusia.
Adi Suripto (2006) dalam bukunya yang berjudul “Nilai-Nilai Hindu
Dalam Budaya Jawa”yang menjelaskan tentang upacara “tradisi”. Disadari
atau tidak sejak dalam kandungan sampai mati orang Jawa umumnya
melaksanakan tradisi Hindu dengan berbagai Upacara. Agama tidak hanya
menyangkut soal “ajaran”, tetapi menyangkut juga soal “urusan”. Urusan yang
dimaksud disini adalah: kelahiran, perkawinan, kematian dan lain-lain, yang
menjadi kewajiban agama Hindu. Umat beragama sadar bahwa ketika
berhadapan dengan urusan agama mereka membutuhkan peranan
sesepuh,tokoh masyarakat dan pemerintah. Buku ini dijadikan referensi untuk
menunjang dalam penulisan karya ilmiah ini karena, dalam buku tersebut
terdapat pembahasan tentang serpihan-serpihan budaya Jawa yang masih
tertinggal. Sehingga sangat menarik jika dijadikan referensi untuk meneliti
tentang makna dalam Tradisi Petik Laut.

Yang di maksud dengan Petik Laut dapat di jelaskan menurut arti


harfiah sebagai berikut “petik” berarti ambil pungut atau peroleh.“Petik Laut”
berarti memetik, mengambil, memungut atau memperoleh hasil laut berupa
ikan yang mampu menghidupi nelayan.Jadi Petik Laut adalah sebuah upacara
adat atau ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon

6
berkah rezeki dan keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan.Biasanya
upacara adat ini dilakukan di pulau Jawa.
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang khas, hal ini disebabkan
kondisi sosial masyarakat antar satu dengan yang lainnya berbeda.
Kebudayaan sebagai cara berfikir dan cara merasa menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan kelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial
dalam ruang dan waktu.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat beragam bagi manusia
dalam kehidupan masyarakat.Manusia memperlakukan kepuasan material dan
spiritual, kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagian besar terpenuhi oleh
kebudayaan berfungsi bersumber kepada masyarakat itu sendiri.Di samping
itu kebudayaan berfungsi untuk menghadapi kesulitan dan kekuatan alam dan
lingkungan sekitar.Hal ini dikarenakan kondisi sosial budaya masyarakat
antara yang satu dengan yang lainnya berbeda. Kebudayaan sebagai cara
berfikir dan cara menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok
manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu.
Hasil pemikiran, ciptaan dan karya manusia merupakan yang
berkembang pada masyarakat.Pemikiran dan perbuatan yang dilakukan oleh
manusia secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi.Sejalan
dengan adanya penyebaran agama, tradisi yang ada pada masyarakat
dipengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang.Hal ini terjadi pada
masyarakat Jawa yang jika memulai satu pekerjaan senantiasa diawali dengan
membaca do’a dan mengingat Tuhan Yang Maha Esa, serta meyakini adanya
hal-hal yang bersifat ghaib.
Di Indonesia memang sangat beragam suku bangsa dan bahasanya
banyak sekali tradisi atau upacara adat, hal itu menjadikan banyak sekali
tradisi atau upacara adat yang telah menjadi suatu hal yang mutlak
dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat, bahwasanya sejak dulu telah ada
upacara adat yang di namakan “Petik Laut”, telah bisa diketahui dari
namanya, bahwasanya bahwa tradisi ini memiliki hubungan yang sangat erat

7
dengan kelautan atau nelayan. Mengingat di daerah Pantura merupakan
daerah pesisir yang pendudukanya didominasi oleh para nelayan.Masyarakat
menunjukkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan
karunianya.
Upacara tradisional pada hakikatnya dilakukan untuk menghormati
memuja, mensyukuri dan meminta keselamatan pada leluhurnya dan
Tuhannya.Pemujaan dan penghormatan kepada leluhur bermula dari rasa
takut, segan dan hormat kepada leluhurnya.Perasaan ini timbul karena
masyarakat mempercayai adanya suatu yang luar biasa yang berada diluar
kekuasaan dan kemampuan manusia yang tidak tampak oleh mata.
Penyelenggaraan upacara adat dan segala aktivitas yang menyertainya
ini dapat dianggap sebagai penghormatan terhadap roh leluhur dan rasa
syukur terhadap tuhan, disamping itu juga sebagai rasa syukur terhadap
Tuhan, sarana sosialisasi dan pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah ada
dan berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.Masyarakat khususnya
orang Jawa mempunyai kepercayaan bahwa suatu peristiwa alam berkaitan
dengan alam semesta, lingkungan sosial dan spiritual manusia.
Upacara yang dilakukan oleh masyarakat, merupakan upacara religi
yang di laksanakan oleh semua masyarakat, yang didasarkan pada adat
keebiasaan atau

suatu kepercayaan yang menandai kesakralan dan kenikmatan peristiwa


tersebut.
Upacara pada dasarnya merupakan bentuk perilaku masyarakat yang
menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya.Masyarakat menjelaskan
tentang masa lalunya melalui upacara.Melalui upacara, kita dapat melacak
tentang asal usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda kejadian alam, dan
lain-lain.
Menurut kamus, kata upacara memiliki tiga arti pertama, tanda-tanda
kebesaran, kedua, peralatan (menurut adat istiadat) rangkaian tindakan atau
perbuatan yang terikat pada aturan tertentu menurut adat atau agama. Ketiga,

8
perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan
peristiwa penting.Dalam bahasa Inggris, upacara dapat di padankan dengan
ceremony, yang berarti ritual for formal occasion. Istilah ritual ini berasal dari
kata ritus yang secara kamus diartikan sebagai tata cara dalam upacara
keagamaan. Istilah ini bahkan seringkali digunakan sebagai sinonim bagi kata
upacara. Ritual adalah segala hal yang berhubungan dan disangkut pautkan
dengan upacara keagamaan.Adanya ritual merupakan salah satu dari budaya

masyarakat yang penuh dengan simbol-simbol.


Tradisi atau adat adalah bagian dari kebudayaan yang masih eksis
dilakukan. Tradisi menurut kamus bahasa Indonesia merupakan suatu
kebiasaan yang dilakukan dari dulu sampai sekarang. Setiap individu atau
kelompok mempunyai tradisi yang berbeda.Hal ini didasarkan pada karakter
masing-masing individu atau kelompok yang berbeda pula.Tradisi ada kalanya
terbentuk oleh lingkungan dimana dia berada dan tradisi yang sudah ada sejak
dahulu kala, kemudian diteruskan karena hal tersebut merupakan peninggalan
nenek moyang mereka.
Ritual di bedakan menjadi empat bentuk yaitu:
1. Ritual magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang
bekerja dengan daya-daya mistis.
2. Tindakan religious, kultus para leluhur juga bekerja dengan cara ini.

3. Ritual konstitutif yang menggunakan atau mengubah hubungan


sosial dengan merujuk pada pengertian-pngertian mistis, dengan
cara ini ritual-ritual kehidupan mejadi sangat khas.
4. Ritual faktitutif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan,
atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain
meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok. Ritual ini
berbeda dengan ritual konstitutif, karena tujuannya lebih dari
sekedar pengungkapan atau prubahan hubungan sosial, tidak saja
mewujudkan kurban untuk para leluhur dan pelaksanaan magi,

9
namun juga pelaksanaan tindakan yang diwajibkan oleh para
anggota Jemaah dalam konteks peranan sekuler mereka.
Agama Islam mngajarkan agar para pemeluknya melakukan ajaran-
ajaran ritualistik tertentu.Yang dimaksud dengan kegiatan ritualistik disini
adalah meliputi berbagai bentuk ibadah sebagaimana yang tersimpul dalam
Rukun Islam, yakni Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, Haji.

2.1.2 Pengaruh Agama Islam Dalam Tradisi Petik Laut


Agama adalah suatu sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat
tradisional. Agama adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai
suatu maksud dengan menyadarkan diri pada kemauan dan kekuasaan mahluk
halus seperti roh-roh, dewa-dewa, dan sebagainya yang menempati alam
(Koentjaraningrat, 1997: 53-54). Dahulu memang tradisi “Petik Laut” ini

berupa larung sesaji yang dihanyutkan, karena masyarakat terdahulu masih


percaya dengan kekuatan animisme dan dinamisme yang merupakan bagian
dari tradisi lokal yang dianggap dekat dengan dengan kesyirikan, kemudian
munculah berbagai pengaruh agama.

Islam dalam ritual, dan akhirnya tradisi petik laut saat ini telah
menghilangkan larung sesaji atau menghanyutkan sesajian ditengah laut.
Menggunakan kapal berukuran kecil yang didalamnya terdapat berbagai
macam buah-buahan, tumpeng dan kepala sapi, namun hal tersebut dianggap
syirik oleh agama islam, baik para ulama maupun masyarakat. Sehingga
sekarang tradisi ini dikaitkan kental dengan budaya islam, sehingga larung
sesaji digantikan dengan kegiatan yang lebih memperlihatkan budaya
keislaman didalamnya. Adanya larung sesaji ditengah laut digantikan dengan
tumpengan atau tasyakuran dan hiburan seperti pagelaran musik campursari,
pertunjukkan wayang, dan lain-lain. Dan cara tersebut diselenggarakan
semalam suntuk. Selain acara-acara yang disebutkan diatas, tradisi petik laut
juga dimeriahkan dengan arak-arakan perahu nelayan ditengah laut.Dan warga

10
sangat antusias dengan tradisi yang diadakan setahun sekali ini, ratusan
penduduk sekitar memadati sekitar tempat acara digelar.
Upacara adat ini diselenggarakan setahun sekali atau pada saat
berakhirnya musim angin kencang atau yang disebut oleh masyarakat sekitar
dengan sebutan musim baratan.Dimana saat musim baratan tersebut
berlangsung jarang sekali atau bahkan tidak ada nelayan yang bekerja dilaut,
dikarenakan pada musim ini terjadi angin yang sangat kencang, sehingga
nelayan tidak berani melaut. Pada saat musim baratan berlangsung ikan-ikan
yang ada dilaut berkembang biak dengan baik karena tidak ada nelayan yang
menjaring ikan dilaut, sehingga ikan selama masa itu telah berkembang biak
dan setelah musim baratan berakhir digelarlah upacara “Petik Laut” yang
berarti memulai memetik hasil laut yang sangat melimpah.
Dengan diadakannya upacara petik laut sekelompok masyarakat yang
hidupnya mengandalkan hasil laut bersuka cita, karena telah beberapa waktu
masyarakat nelayan telah berhenti melaut untuk sementara waktu, dan dengan
digelarnya upacara tersebut menandakan bahwa laut yang telah mejadi sumber
kehidupannya akankembalimemberikan limpahan rizki yang tentunya datang
dari Allah SWT. Upacara adat ini juga meiliki tujuan yang sebenarnya tidak
begitu diprioritaskan tujuan itu adalah dengan maksud adanya kerukunan dan
hubungan sosial yang baik antar masyarkat nelayan.

2.2 Tata Cara Tradisi Petik Laut


Berikut merupakan tata cara atau tahapan dalam pelaksanaan petik laut di Desa
Jabung Sisir Kecamatan Paiton secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Penentuan waktu pelaksanaa, hal ini biasanya dilakukan musyawarah


antara kepala desa, perangkat desa serta sesepuh desa

2. Sebulan sebelum pelaksanaan mulai dilakukan kegiatan – kegiatan


mulai dari pembentukan panitia serta persiapan – persiapan lainnya

3. Pelaksanaan jadwal kegiatan selama tiga hari sesuai yang telah disusun

11
dan di tentukan oleh panitia

4. Pada saat jadwal kegiatan petik laut dimulai sekitar pukul sembilan pagi

5. Untuk penutupan acara dilakukan acara makan bersama

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi Peneliti dalam memperoleh data mengenai Keistimewaan Tradisi Petik
Laut Desa Jabung Sisir Dusun Bandaran Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo
dilakukan penelitian di desa jabung sisir,kec.paiton Penelitian ini dilaksanakan mulai
dari tahap persiapan dan penjajakan. Adapun waktu penelitian yakni dimulai bulan
November hingga Desember. Pemilihan lokasi penelitian menggunakan metodologi
penelitian secara sengaja (purposive).

3.2 Jenis dan sumber data

Menurut Muhammad Teguh (2005), data primer merupakan jenis data yang
diperoleh dan digali dari sumber utamanya (sumber asli) baik berupa data kualitatif
maupun data kuantitatif, sedangkan data sekunder adalah jenis data yang diperoleh
dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya
baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini, bersumber dari wawancara langsung dan
wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuisioner) dengan pihak konsultan. Adapun kuisioner yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi data seperti karakteristik, peran kelompok, produktivitas usaha,
dan produktivitas. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah
profil Desa jabung sisir, arsip dan dokumen lain yang didapat dari konsultan dan
ketua kelompok, serta buku-buku yang relevan dengan topik yang diteliti, studi
literatur yang berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian dan
artikel yang berasal dari media cetak dan internet.

13
3.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu pelaksanan akan dilakukan yaitu pada tanggal 01 November 15
Desember 2023

3.4 Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:


1. Wawancara Mendalam
Wawanacara mendalam (depth interview) adalah teknik mengumpulkan
data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan
agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.Wawancara dilakukan
dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Selanjutnya
dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai hanya sekali)
dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui atau pahami dan yang
akan diwawancara beberapa kali).
2. Kuisioner
Kuisisoner yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
kepada masyarakat yang tergabung dalam kelompok yang menjadi
responden.
3. Studi Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007) menjelaskan bahwa dokumen
adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumentasi dalam penelitian
ini diperlukan terutama untuk memperkaya landasan-landasan teoritis
dan mempertajam analisis penelitian. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
dengan cara studi pustaka melalui, catatan kuliah, buku-buku mengenai
ilmu Agribisnis, buku-buku referensi, jurnal dan internet.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Budaya Petik Laut Desa Jabung sisir Kecamatan Paiton
Kabupaten Probolinggo
Pelaksanaan petik laut dilakukan dalam 3 hari 4 malam. Sebelum acara inti, pada
malam harinya dilaksanakan pengajian. Pengajian ini di hadiri oleh masayarakat
setempat dan para nelayan. Keesokan harinya adalah acara inti atau pelepasan
Jittek ke tengah laut. Hari terakhir merupakan acara hiburan. Sebagai sebuah
acara adat, pasti setiap prosesinya mempunyai makna tersendiri, diantaranya :
a. Pengajian
Sebelum acara inti, masyarakat Desa Jabung sisir mengadakan
pengajian di balai desa. Pengajian ini dihadiri oleh kepala desa dan beberapa
aparat kepolisian, TNI dan beberapa masyarakat sekitar. Acara pengajian ini
bersifat umum, siapa saja dipersilahkan untuk hadir. Jittek atau sesajen yang
sudah siap di letakkan di tengah balai desa. Pengajian dimulai dengan
sambutan kepala desa dan diteruskan dengan pembacaan surat Yasin dan
Tahlil. Lalu ditutup dengan pembacaan doa. Pengajian ini dilakukan di balai
desa karena kepala desa Jabung Sisir ingin agar tidak ada perbedaan antara
masyarakat pesisir yang notabene ada di wilayah utara dengan masyarakat
Blok selatan. Jika dilihat dari sudut keseluruhan acara, pengajian ini hanya
sebagai bentuk seremonial pembukaan acara petik laut. Seremonial yang
dimaksud adalah sebagai bentuk pengungkapan bahwasanya tahap awal
pelaksanaan petik laut telah dilaksanakan.
Tujuan dilaksanakannya pengajian ini adalah agar acara inti petik laut
hari keesokannya berjalan lancar tanpa hambatan. Masyarakat juga berharap
keberkahan dari Jittek yang sudah melalui proses pengajian ini. Hal seperti
ini menjadi lumrah dalam kalangan masyarakat Jawa. Islam yang
berkembang di masyarakat Jawa sangat kental dengan tradisi dan

15
budayanya. Tradisi dan budaya jawa berpengaruh dalam keyakinan dan
praktek-praktek keagamaan. Acara pengajian ini juga dilakukan sekaligus dengan
haflatul imtihan madin atau madrasah diniah yang berada di bawah naungan Desa

Gambar 4.1 Tempat pelaksanaan pengajian


Sumber : Youtube
b. Pelepasan Jittek ke Tengah Laut
Setelah pengajian, Jittek dibawa ke tempat acara
pelepasannya. Jittek merupakan sesajen yang berbentuk perahu
kecil. Ukuran jittek sekitar 3 meter dan lebarnya 1 meter. Jittek
terbuat dari gabus yang di lapisi dengan semen dan di rangkai
serupa perahu. Pembuatan jittek memakan waktu 15 hari
dikerjakan oleh 4 orang. Untuk biayanya ditaksir mencapai 8 juta
lebih. Di dalam Jittek terdapat sesajen yang sudah di siapkan
berupa kepala sapi, pakaian, buah-buahan, sayur-sayuran,
peralatan dapur, ayam dan bebek. Untuk ayam dan bebek
sebelum dilarungkan ketengah laut terlebih dahulu di sembelih.
Ada juga nasi tumpeng dan kendi.
Setelah jittek sampai di tempat acara pesisir pantai Jabung
sisir, Jittek pun siap dilarungkan ke tengah laut. Pelepasan jittek
ditandai dengan pemotongan pita oleh kepala desa Jabung Sisir.
Jittek digotong ramai-ramai oleh masyarakat. Semua kapal dan

16
perahu yang sudah dihias, ke tengah laut terlebih dahulu sambil
menunggu kapal yang mendapat kesempatan mengiringi jittek ke
tengah laut. Dalam pemilihan pengiring jittek ini, panitia
melakukan kocokan agar tidak ada kecemburuan antar pemilik
kapal. Jitek lalu dibawa ke tengah laut dengan ditarik oleh kapal
yang terpilih dalam kocokan tadi. Tujuan dari pelarungan Jittek
adalah untuk persembahan atau balas budi para nelayan atas hasil
laut selama ini.

Gambar 4.2 Jitek yang akan diarak sebelum dilepas ke laut


c. Hiburan Ludruk Sebagai Acara Penutupan Tradisi Petik Laut
Acaran hiburan dalam sebuah tradisi biasanya bertujuan untuk
menghibur pengunjung yang datang. Begitu juga dengan
tradisi petik laut di pesisir pantai Jabung sisir. Bukan hanya
tradisi petik laut yang mempertontonkan acara hiburan, banyak
tradisi yang menampilkan acara hiburan dan salah satunya adalah
kerapan sapi “pesta rakyat Madura”. Menurut Kuntowidjoyo,
tradisi kerapan sapi khas Madura ini sebagai suatu kombinasi
dari perayaan rakyat, hiburan, pertunjukan kesehatan ternak,
dan pacuan sapi. Aspek yang paling diharapkan dalam

17
pertunjukan kerapan sapi maupun hiburan dalam sebuah tradisi
adalah menarik minat pengunjung baik itu wisatawan lokal
maupun mancanegara. Ada dua hiburan yang ditampilkan pada
acara Petik Laut, ludruk dan pentas seni. Ludruk adalah salah
satu kesenian tradisional yang berbentuk drama. Ludruk adalah
salah satu kebudayaan asli yang ada di daerah Jawa Timur.
Pertunjukan ludruk ini diawali dengan adanya tari Ngrema,
kemudian dilanjutkan dengan kidungan, dan yang terakhir adalah
drama yang membawakan sebuah lakon cerita. Selain sebagai
hiburan, ludruk juga mempunyai fungsi lain di masyarakat.
Misalnya, ludruk sebagai suatu sistem proyeksi, ludruk sebagai
suatu pengesahan, ludruk sebagai alat pendidikan, ludruk sebagai
media perjuangan, ludruk sebagai media pembangunan, ludruk
sebagai alat kritik sosial, ludruk sebagai pelepas lelah, ludruk
sebagai pendobrak norma, dan ludruk sebagai media sponsor.
Ludruk dalam acara petik laut adalah ludruk yang bersifat komedi
dan semata untuk hiburan saja. Di acara petik laut pesisir pantai
Jabung Sisir, ludruk tampil dua malam. Biaya penyewaan ludruk
dalam 2 hari mencapai 40 juta.Didatangkan langsung dari
Madura. Ludruk biasanya dimulai dari jam 21.00 sampai sekitar
subuh. Untuk Pentas seni dilaksanakan pada hari terakhir.

4.2 Keistimewaan Tradisi Petik Laut di Desa Jabung sisir


Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo
Perbedaan dalam sebuah tradisi merupakan proses dari
perbedaan antar daerah. Perbedaan tradisi disebabkan oleh
banyaknya perbedaan antara tradisi yang satu dengan yang
lainnya. Benturan ini biasanya terjadi karena kultur atau tradisi
yang ada pada masyarakat. Perbedaan tradisi terjadi ketika orang
memberikan perhatian khusus pada bagian tradisi tertentu dan

18
mengabaikan bagian yang lain. Selain itu, terdapat juga faktor-
faktor yang melatarbelakangi perubahan tersebut. Begitu juga
perubahan yang terjadi pada tradisi petik laut di pesisir pantai
Jabung, diantaranya :
a. Faktor pertama adalah perkembangan zaman yang begitu
pesat. Teknologi yang semakin canggih membuat sarana
pemberitahuan semakin gampang dan cepat. Globalisasi yang
terjadi telah menimbulkan percepatan dan kemudahan dalam
memperoleh akses berkomunikasi dan mendapatkan informasi
apapun. Maka tidak bisa dielakkan lagi perkembangan budaya
yang semakin cepat. Pada awal diadakan acara petik laut tahun
2000, pemberitahuan ke masyarakat hanya melalui mulut ke
mulut. Mereka yang datang ke acara petik laut hanya
masyarakat sekitar pesisir, adapun masyarakat yang lain desa
atau kecamatan itu sedikit jumlahnya. Sedangkan pada tahun
2022, dengan adanya sosial media pemberitahuan lebih
meluas. Akses dalam memberi kabar berita acara petik laut
semakin gampang melalui media sosial facebook,instagram
whatsapp dll yang berakibat pada meningkatnya pengunjung
acara petik laut yang awalnya hanya masyarakat sekitar pesisir
pantai menjadi masyarakat dari berbagai daerah, bahkan diluar
kecamatan tau acara dilaksanakannya petik laut.
b. Faktor kedua adalah memberikan hiburan yang cukup lama
terhadap masyarakat pesisir dan pengunjung. Hiburan yang
dimaksud merupakan ludruk. Ludruk sebagai sarana hiburan
rakyat memunculkan sosok laki-laki yang berdandan,
bersikap, dan berbicara seperti perempuan untuk tujuan
memunculkan kesan komedi. Jika merujuk pada awal
terlaksananya acara petik laut, pertunjukan ludruk hanya
dilaksanakan satu hari yaitu setelah acara pelarungan sesaji

19
atau jittek ke tengah laut. Ludruk sendiri merupakan acara
hiburan utama dan banyak di gemari oleh masyarakat pesisir.
Biasanya setelah acara pelarungan sesaji atau jittek,
masyarakat sangat antusias menunggu acara ludruk di mulai.
Meskipun ada hiburan lain selain ludruk yaitu pentas seni,
tetapi pertunjukan ludruk lah yang paling di gemari oleh
masyarakat karena dengan sistem acaranya yang lebih ke
genre komedi atau lawakan. Dengan alasan itulah panitia
menambah jadwal pertunjukan ludruk menjadi dua hari untuk
memberikan hiburan yang lebih lama ke masyarakat. Ini juga
sangat berkaitan dengan pariwisata budaya yang mana dengan
adanya perubahan jadwal pertunjukan ludruk dapat menarik
wisatawan lokal untuk menyaksikan acara ludruk lebih lama.
Perubahan ini juga memberikan keuntungan terhadap para
penjual karena dengan durasi acara petik laut yang lebih lama
memberikan peluang semakin lama juga kepada para penjual
untuk menjajakan jualannya ke pengunjung yang hadir.
c. Faktor ketiga adalah memperbaiki struktur organisasi
kepanitiaan acara tradisi petik laut. Dalam struktur organisasi
yang baik, harus mempunyai rasa tanggung jawab dan
kewajiban yang tinggi. Jika dua hal tersebut tidak berjalan
maka akan menimbulkan struktur organisasi yang rumit.
Terbentuknya Pariwisata Budaya

Sebuah tradisi di masyarakat memiliki arti yang begitu sakral


dan memiliki keunikan tersendiri. Dengan berkembangnya modernisasi,
masyarakat bukan hanya melihat tradisi dari sudut pandang
kesakralannya, tapi keunikan yang di tampilkan tidak luput dari
pengamatan masyarakat. Keunikan dalam sebuah tradisi, memberikan
warna tersendiri untuk dijadikan objek pertunjukan selama acara
dilaksanakan. Dalam tradisi petik laut di pesisir pantai Jabung Sisir

20
banyak keunikan yang di tampilkan ketika acara pelaksanaannya
berlangsung. Keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal
untuk berkunjung. Hal ini juga menjadi awal dari terbentuknya
pariwisata budaya di pesisir pantai Jabung Sisir. Pariwisata budaya
merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada tempat, tradisì,
kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret suatu
bangsa atau suku bangsa dengan masyarakat, yang merefleksikan
keanekaragaman (diversity) dan identitas (karakter) dan masyarakat atau
bangsa bersangkutan. Pariwisata budaya memanfaatkan budaya sebagai
potensi wisata dan budaya yang dapat dibedakan menjadi tiga
wujud.yaitu gagasan, aktivitas dan artefak. Konsepsi dari pariwisata
budaya merupakan interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal
dengan adanya kekuatan daya tarik budaya yang menjadi destinasi.
Tradisi petik laut di Jabung Sisir menjadi sebuah pariwisata budaya
dengan wujud aktivitas. Karena pendapatan utama dari hasil uang
parkiran pengunjung, panitia acara tradisi petik laut dipesisir pantai
Jabung Sisir sangat memperhatikan apa saja yang harus dijadikan objek
pertunjukan selama acara dilaksanakan. Ada beberapa keunikan dalam
acara tradisi petik laut di pesisir pantai Jabung Sisir.
1. Keunikan pertama adalah sesajen atau jittek. Masyarakat
yang berkunjung ke acara tradisi petik laut sangat ingin
mengetahui seperti apa tampilan jittek. Jittek dibentuk
menyerupai perahu yang di atasnya terdapat banyak sesajian
untuk dipersembahkan ke tengah laut. Miniatur perahu ini
menjadi objek sebagai simbol dari acara tradisi petik laut.
Tidak berlebihan jika jittek menjadi salah satu keunikan dan
objek perhatian ketika acara berlangsung, karena biaya
pembuatannya saja mencapai angka 8 juta lebih. Replika
perahu ini bisa dilarungkan ketengah laut dengan bermacam
isi sesajen, mulai dari tumpeng hingga kepala sapi.

21
Gambar 4.3 Kepala sapi yang dihias merupakan isian utama pada jitek
2. Keunikan kedua adalah tampilan kapal. Semua kapal yang
ingin mengiringi jittek ketengah laut harus di dandani
sebagus mungkin. Untuk menyemangatkan para nelayan
dalam menghias kapalnya, panitia melombakan hias kapal.
Juara pertama mendapatkan kambing, juara kedua
mendapatkan magicom, dan juara ketiga mendapatkan kipas
angin. Ini merupakan salah satu bentuk keseriusan panitia
dalam mengembangkan pariwisata budaya yang ada di acara
tradisi petik laut di pesisir pantai Jabung Sisir. Untuk
menghias kapal, para nelayan menyewa pakaian kapal ke
beberapa wilayah yang juga mengadakan acara petik laut.
Harga sewa pakaian kapal berkisar 3 jutaan. Kapal bukan
hanya di hias tapi juga diberikan sound system. Sound
system berfungsi untuk mendengarkan musik di atas kapal.
Setelah di hias, semua kapal berjejer di pinggir pantai
pelabuhan Jabung Sisir. Disinilah yang menjadikan kapal
hias ini sebagai objek bagi wisatawan lokal untuk
berkunjung. Tidak hanya berjejer tapi juga di iringi oleh
alunan musik yang terdengar dari semua sound system di
atas kapal. Biasanya semua kapal selesai di hias sebelum
H-1 acara petik laut di mulai. Hal ini bertujuan agar para

22
pengunjung bisa menikmati pemandangan kapal hias secara
langsung dan jelas.

Gambar 4.4 Kapal – kapal hias yang akan mengiringi pelepasan jitek ketengah laut
3. Keunikan ketiga adalah adanya pasar malam. Pasar malam
adalah tempat pertemuan banyak orang dan pertemuan
banyak budaya. Pasar malam merupakan fenomena yang
mampu menarik dan mengubah tatanan perekonomian
masyarakat, baik pelaku pasar atau warga sekitar serta
konsumen itu sendiri. Target konsumen dari pasar malam
adalah anak kecil. Banyak arena permainan selama acara
petik laut, seperti mandi bola, mancing ikan-ikanan,
seluncuran bola dll. Adanya pasar malam ini memberikan
penjelasan bahwasanya acara petik laut bukan hanya untuk
kalangan orang tua dan dewasa, tapi anak kecilpun bisa
menikmati acara petik laut dengan berkunjung ke area
permainan. Dengan begitu para orang tua yang berkunjung
ke acara petik laut tidak usah khawatir mengalami kejenuhan
terhadap anaknya karena sudah ada pasar malam yang bisa
mengobati rasa jenuh. Pasar malam di acara petik laut tidak
hanya menyajikan permainan anak kecil tapi juga ada
penjual jajanan-jajanan yang bisa memanjakan lidah para

23
pengunjung. Masyarakat yang berkunjung bisa menikmati
berbagai macam makanan dengan harga yang relatif murah
jika dibandingkan dengan harga perkotaan. Para penjual
makanan dan jajanan di acara petik laut bisa menjadi tanda
seberapa meriahnya acara petik laut terlaksana. Semakin
banyak para penjual jajanan dan makanan maka para
pengunjung bisa menilai bahwasanya acara petik laut itu

sangat meriah.
Gambar 4.5 penampakan pasar dadakan di acara petik laut di siang hari
4. Keunikan keempat adalah hiburan ludruk. Ludruk menjadi
salah satu destinasi pertunjukan ketika acara petik laut
dilaksanakan. Ludruk merupakan acara komedi yang sangat
di gemari oleh masyarakat Jawa Timur khsususnya Madura.
Salah satu alasan panitia menambah jadwal petunjukan
ludruk adalah untuk menarik pengunjung wisatawan lokal
dalam menyaksikan pertunjukan ludruk. Untuk menyaksikan
ludruk, pengunjung hanya perlu membayar uang parkiran
sebesar lima ribu. Biasanya para pengunjung yang ingin
menyaksikan ludruk datang sebelum acara dimulai.
Antusiasme masyarakat sangat terlihat ketika acara ludruk di

24
mulai jam 9 malam, tapi masyarakat sudah memadati tempat
yang sudah di sediakan dari jam 7 malam.
5. Keunikan kelima adalah tempat dilaksanakannya acara petik
laut. Pantai merupakan lahan dalam terlaksananya acara petik
laut di pesisir pantai Jabung Sisir. Jika menyebut nama
pantai, maka yang terpikirkan adalah pasir dan pemandangan
laut yang begitu indah. Di pantai dapat melihat hamparan
pasir, bebatuan dan daerah pasang surut yang memberi kesan
keindahan tersendiri. Kawasan pantai banyak dijadikan
sarana untuk melepas lelah, bermain, berlibur, dan banyak
aktivitas lain yang menjadikan pantai sebagai objek wisata
yang terus berkembang. Keseharian dari pantai Jabung
Sisir memang sebagai destinasi wisata bagi masyarakat
sekitar. Ditambah dengan adanya acara tradisi petik laut
maka semakin menambah kemeriahan dari pantai Jabung
Sisir. Selama acara petik laut, pengunjung bisa menikmati
alunan air laut yang berpasir dan pemandangan laut dari
pinggir pantai. Pantai memberikan nuansa tersendiri sebagai
tempat wisata. Deburan angin ombaknya bisa memberikan
inspirasi terhadap pesona alam ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa. Tepian pantai biasanya banyak ditumbuhi pohon,
menjadikan tempat yang indah dalam menikmati pantai.
Keunikan-keunikan yang ada dalam tradisi petik laut
menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Tujuan
utamanya adalah agar masyarakat berkunjung dalam
pelaksanaan tradisi petik laut. Kunjungan orang dari luar
destinasi yang didorong oleh ketertarikan pada objek-objek
atau peninggalan sejarah, seni, ilmu pengetahuan dan gaya
hidup yang dimiliki oleh kelompok, masyarakat, daerah
ataupun lembaga merupakan bentuk dari pariwisata budaya.

25
Dengan berkunjung dalam pelaksanaan tradisi petik laut di
persisir pantai Jabung Sisir, wisatawan yang datang
diharapkan bisa lebih mengenal tradisi atau budaya daerah
yang ada di pesisir pantai Jabung sisir.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah


dipaparkan pada bab-bab di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
Perkembangan yang terjadi pada tradisi Petik Laut menyebabkan
terbentuknya pariwisata budaya dalam acara tradisi Petik Laut disebabkan
oleh banyaknya keunikan yang ditampilkan selama acara dilaksanakan.
Beberapa keunikan tersebut adalah sesajen atau jittek, jittek dibentuk
menyerupai perahu yang diatasnya terdapat banyak sesajian untuk
dipersembahkan ke tengah laut. Miniatur perahu menjadi objek sebagai
simbol dari acara tradisi petik laut. Tampilan kapal, semua kapal yang ingin
mengiringi jittek ke tengah laut harus didandani sebagus mungkin. Untuk
menyemangatkan para nelayan dalam menghias kapalnya, panitia
melombakan hias kapal. Adanya pasar malam, pasar malam di acara Petik
Laut tidak hanya menyajikan permainan anak kecil tapi juga ada penjual
jajanan-jajanan yang bisa memanjakan lidah para pengunjung. Hiburan
Ludruk menjadi salah satu destinasi pertunjukan ketika acara petik laut
dilaksanakan.

5.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini:
o Dalam acara petik laut mendatang selain penampilan pentas seni, dapat
dilakukan pameran hasil karya atau kerajinan masyarakat Jabung sisir
o Rangkaian kegiatan acara dapat melibatkan atau bekerja sama dengan
pendidikan formal yang ada di jabung sisir, sehingga akan menciptakan acara
yang bervariasi dan menanamkan pengetahuan akan budaya terhadap siswa –
siswi mulai dari TK hingga sekolah dasar

27
DAFTAR PUSTAKA

Farisa, Tomi Latu. “Ritual Petik Lauut Dalam Arus Perubahan Sosial Di Desa
Kedungrejo Muncar Banyuwangi Jawa Timur”. Skripsi, 2010

Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka, 1994

Kusnadi, “Diversifikasi Pekerjaan di Kalangan Nelayan” dalam Prisma edisi Juli-


Agustus 1997

https://digilib.uinsuka.ac.id/id/eprint/3405/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Petik_laut

https://paiton.probolinggokab.go.id/masyarakat-nelayan-desa-bhinor-kecamatan-paiton-
menggelar-acara-petik-laut-2017/

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Petik_laut

28

Anda mungkin juga menyukai