Anda di halaman 1dari 50

1

BAB III
SISTEM NILAI BUDAYA

Pada bab sebelumnya kamu telah belajar mengenai “Institusi-Institusi Sosial dalam Masyarakat
Indonesia”. Pada pertemuan ini, kamu akan mempelajari tentang “Sistem Nilai Budaya”.

Gambar 3.1 Berbagai kebudayaan yang dimiliki oleh suku bangsa di Indonesia.
Nilai-nilai budaya akan selalu mengingatkan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia

Tahukah kamu tentang nilai-nilai budaya? Nilai-nilai budaya sangat diperlukan untuk membangun masyarakat
multietnik Indonesia yang rukun, aman, dan damai. Hal ini dikarenakan nilai-nilai budaya dapat membentuk kepribadian
masyarakat pengikutnya. Setiap daerah di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya (kultural) yang berbeda-beda, namun
hakikatnya sama. Dengan terus menjaga dan memelihara nilai-nilai budaya bangsa kita, niscaya dapat menangkis dampak
negatif dari luar, sehingga kita dapat tumbuh menjadi manusia Indonesia yang religius dan berbudi luhur. Karena nilai-nilai
budaya mengandung berbagai ajaran yang luhur untuk selalu mengingat jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Selain itu, kita
juga harus menghargai, menerima, dan menghormati budaya bangsa asing yang masuk ke negarea kita dan menyaringnya
sesuai dengan kepribadia bangsa Indonesia. Dengan melakukannya, maka menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
terbuka dengan perubahan, namun juga tetap berkepribadian.

2
Kata Kunci

1. Nilai budaya
2. Masyarakat multietnik
3. Pewarisan

Kompetensi Awal

1. Apa yang kamu ketahui tentang nilai budaya?


2. Apa saya wujud nilai budaya di masyarakat?
3. Mengapa nilai budaya diperlukan untuk membangun masyarakat multietnik Indonesia yang
harmonis?

A. Konsep Nilai-Nilai Budaya


Tahukah kamu yang dimaksud nilai-nilai budaya? Nilai-nilai budaya biasanya diajarkan melalui
kehidupan sehari-hari. Agar kamu mendapat gambaran tentang nilai-nilai budaya, coba bacalah artikel
berikut!.
20 Kepala Suku Papua Belajar Subak ke Bali
Sebanyak 20 orang kepada suku dan kepala distrik di Jayapura, Papua belajar mengenai cara
lembaga sosial budaya di Bali menyangkut organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) dan
desa adat dengan harapan dapat dikembangkan menjadi kekuatan ekonomi.

Gambar 3.2 Beberapa orang suku Papua dalam


Sebuah acara.

“Mereka berada di Bali selama sepuluh harisejak 20 Februari hingga 1 Maret 2016,” kata Kepala
Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof. Dr. Wayan Windia di Dempasar, Minggu. Ia
mengatakan, studi banding di Bali bagi kepala suku dan kepala distrik di Jayapura, Papua itu sangat
penting artinya untuk menjadikan kekuatan ekonomi harus didasarkan pada basis adat dan budaya
masyarakat setempat.
Mereka selama di Bali antara lain diajak mengunjungi Subak Pulagan di Tampaksiring, Kabupaten
Gianyar yang merupakan salah satu Subak yang menjadi warisan budaya dunia (WBD) di Pulau Dewata.
Prof.Windia bersama Pekaseh Subak Pulagan, Gianyar Sang Nyoman Astika menerima kunjungan ke 20
kepala suku dan kepala distrik Jayapura ke Subak Pulagan tersebut hari Sabtu. Kepala rombongan Ia
menjelaskan bahwa, nilai-nilai Tri Hita Karana yang diimplemantasikan oleh subak di Bali, khususnya di
Subak Pulagan serta kekuatan adat dan budaya yang mengikat persatuan dan kebersamaan anggota
subak. Windia menyarankan agar di Papua dapat digali dan menemukan simbol-simbol yang mampu
mempersatuakan dan memperkuat lembaga adat setempat yang masih eksis.
Di Bali, subak adalah lembaga yang demokratis dan memiliki alat pemersatu yakni adanya
kepentingan bersama terhadap sumber air, dan juga karena adanya pura subak. Kedua hal itulah yang
membuat soliditas subak hingga sekarang. Namun dibalik itu ada permasalahan yang menyangkut subak
antara lain tergencet oleh pajak bumi dan bangunan (PBB) yang membuat petani putus asa, patok
agraria badan pertanahan nasional (BPN) yang mengganggu aliran air irigasi ke hilir.

3
Demikian pula PDAM yang banyak menyedot air irigasi petani dan masyarakat yang membuang
sampah sembarangan ke sungai. Ia mengharapkan ke depannya agar petani yang terhimpun dalam
wadah subak di Bali didik untuk melakukan aktivitas ekonomi, dan pendampingan untuk meningkatkan
nilai tambah produksi petani.
Bagaimana pendapatmu mengenai artikel di atas? Artikel tersebut membahas tentang 20 kepala
suku Papua belajar budaya Bali, khususnya dalam hal lembaga sosial budaya yang menyangkut
organisasi pengairan tradisional di bidang pertanian (subak) dan desa adat. Subak menjadi salah satu
alat pemersatu bagi masyarakat Bali. Mereka disatukan oleh kepentingan bersama terhadap sumber air,
dan juga karena adanya pura subak. Sehingga makna subak bagi masyarakat Bali sangat penting, karena
bukan hanya sebagai sistem irigasi semata namun juga sebagai simbol persatuan dan solidaritas
bersama. Lewat Subak masyarakat Bali saling bekerja sama, bergotong royong, dan bahu membahu
dalam mendapatkan sumber air yang sukup bagi pertaniannya. Bahkan subak telah menjadi tradisi yang
diturunkan secara turun temurun di Bali.
Tahukah kamu bahwa tradisi subak mengandung nilai-nilai budaya seperti gorong-royong dan
solidaritas? Nilai-nilai budaya tersebut sudah lama dimiliki oleh bangsa Indonesia. Coba kerjakan dahulu
kegiatan berikut ini sebelum kamu mempelajari materi mengenai konsep nilai-nilai budaya.

Kegiatan 3.1
Judul Kegiatan : Menelaah Konsep Nilai-Nilai Budaya
Jenis Kegiatan : Kerja Kelompo
Tujuan Kegiatan : 1) Peserta didik dapat menjelaskan konsep nilai-nilai budaya dengan tepat
2) Peserta didik dapat membuat kesimpulan konsep nilai-nilai budaya dengan
tepat
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Buatlah kelompok dengan teman sekelasmu. Setiap kelompok berjumlah 3-4 orang!
2. Kunjungilah perpustakaan sekolahmu pada jam pelajaran Antropologi!
3. Bacalah beberapa buku yang mengulas tentang pengertian atau definisi nilai-nilai budaya menurut
para ahli!
4. Setelah membaca buku-buku tersebut, adalah yang belum kamu pahami? Apabila ada, bertanyalah
kepada gurumu berkaitan dengan hal-hal yang belum kamu pahami tentang pengertian nilai-nilai
budaya!
5. Kamu juga dapat mencari informasi seputur nilai-nilai budaya dari guntingan artikel media massa
lainnya!
6. Berdasarkan berbagai informasi yang telah kalian baca, coba buatlah kesimpulan mengenai nilai-nilai
budaya menurut pendapat kalian sendiri!
7. Setelah selesai, presentasikan hasil kesimpulan kalian di depan kelas!

Info
Antropologi
Orang Bawean
Suku Bawean tinggal di pulau Bawean, sebuah pulau kecil dengan luas hanya 200
km2 dan terletak 120 km di sebelah utara Surabaya, yaitu tepatnya di tengah-tengah
laut Jawa. Bawean disebut juga sebagai “Pulau Perempuan” karena mayoritas
penduduknya adalah perempuan. Kaum lelakinya cenderung mencari pekerjaan di
pulau-pulau lain.
Orang Bawean belum dianggap dewasa sebelum dia menginjakkan kaki di tanah
negeri lain, sehingga “merantau” merupakan salah satu ciri kebudayaan yang menonjol
pada suku Bawean. Hal ini juga memengaruhi setiap aspek kehidupan mereka sebagai
kelompok masyarakat yang unik. Karena di satu sisi letaknya sangat terpencil dan
terpisah dari banyak kehidupan modern di Indonesia, tetapi di sisi lainnya sangat
terbuka terhadap dunia melalui anggota-anggota keluarga yang “merantau” dan
kembali ke pulau itu.

4
1. Definisi Nilai Budaya
Sebelum membahas tentang nilai budaya secara lebih mendalam, ada baiknya kita mengenal
tentang definisi nilai terlebih dahulu.
a. Definisi Nilai
Ada beberapa definisi nilai menurut pendapat para ahli, di antaranya sebagai berikut.
1. Lonner dan Malpass (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2012:47) mengatakan bahwa nilai
melibatkan keyakinan umum tentang cara bertingkah laku yang dinginkan dan yang tidak
dinginkan, dan tujuan atau keadaan akhir yang dinginkan atau yang tidak didinginkan.
2. Kluckhon (dalam Marzali, 2007:105) mengatakan bahwa sebuah nilai merupakan sebuah
konsepsi, eksplisit, atau implisit, yangkhas milik seorang individu atau suatu kelompok,
tentang yang seharusnya diinginkan yang mempengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-
bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan.
3. Pepper (dalam Sulaeman, 2012:50) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang
baik dan yang buruk.

Berdasarkan urutan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang
menyangkut keyakinan umum dari sebuah konsepsi, eksplisit, atau implisit, yang khas milik
seorang individu atau suatu kelompok, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk.

b. Definisi Nilai Budaya


Nilai budaya erat hubungannya dengan kebudayaan. Kebudayaan menurut Ruth Benedict
merupakan pola-pola pemikiran serta tindakan tertentu yang terungkap dalam aktivitas. Menurut
para ahli, tiap kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu himpunan gagasan
2. Wujud kebudayaan sebagai jumlah perilaku yang berpola
3. Wujud kebudayaan sebagai sekumpulan benda dan artefak
Nilai-nilai budaya adalah nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkungan organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat
dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi
atau sedang terjadi.
Nilai-nilai budaya akan terlihat pada simbol-simbol, slogan, moto, visi, misi, atau sesuatu
yang nampak sebagai acuan pokok atau moto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang
terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu sebagai berikut.
1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut.
3. Kepercayaan yang tertanam (believe) system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan
dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
Nilai budya dapat dikatakan merupakan salah satu bagian dalam filsafat nusantara. Nilai
budaya nusantara mencakup misalnya dalam patokan yang digunakan orang Bawean di pulau
Bawean, orang Ternate di Maluku, orang Fakfak di Papua Barat, dan semua suku bangsa di
Indonesia untuk menentukan apakah suatu (gagasan, perilaku, tindakan, aktivitas sosial, dan
sebagainya) baik-buruk, bermanfaat, atau tidak bagi kehidupan mereka (Subiyantoro, 2013:99).

2. Sistem Nilai Budaya


Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem gagasan. Dalam kaitan itu, sistem nilai budaya
adalah sejumlah pandangan mengenai soal-soal yang paling berharga dan bernilai dalam hidup. Oleh
karena itu, disesbut sistem nilai. Sebagai inti dari suatu sistem kebudayaan, sistem nilai budaya menjiwai
semua pedoman yang mengatur tingkah laku warga pendudkung kebudayaan yang bersangkutan.
Pedoman tingkah laku tersebut adalah adat-istiadat, aturan sopan santunnya, pandangan hidup, dan
ideologi pribadi (Daeng, 2012:45-46).

5
Sebagai bagian dari adat-istiadat dan wujud ideal dari kebudayaan, sistem nilai budaya seolah-
olah berada di luar dan dia atas diri para individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan.
Para individu tersebut sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam
masyarakatnya, sehingga konsepsi-konsepsi itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah
sebabnya nilai-nilai budaya lain dalam waktu singkat.
Terdapat banyak nilai kehidupan yang ditanamkan pada tiap kebudayaan di dunia. Nilai-nilai
budaya dari kesekian banyak kebudayaan di dunia pasti berbeda-beda, namun pada dasarnya memiliki
orientasi-orientasi yang hampir sejalan dengan yang lainnya. Karena jika dilihat dari lima masalah dasar
dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.
Lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia (kerangka
Kluckhohn dapat dibagi menjadi berikut.
a. Hakikat Hidup Manusia
Orientasi nilai budaya dalam hakekat hidup terdiri dari nilai-nilai seperti:
1. Hidup itu buruk
2. Hidup itu baik
3. Hidup bisa buruk dan baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikthiar agar hidup bisa
menjadi baik
4. Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan

b. Hakikat Karya Manusia


Orientasi nilai budaya dalam hakikat Karya terdiri dari nilai-nilai seperti:
1. Karya itu untuk menafkahi hidup
2. Karya itu untuk kehormatan
c. Persepsi Manusia tentang Waktu
Orientasi nilai budaya dalam persepsi manusia tentang waktu terdapat pada hal-hal
seperti berikut.
1. Berorientasi Hanya Kepada Masa Kini
Apa yang dilakukan hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus karena
seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja semaksimal
mungkin untuk hari-harinya.
2. Orientasi Masa Lalu
Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri
mengenai apa yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.
3. Orientasi Masa depan
Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan lainnya, pikirannya
terbentang jauh ke depan dan mempunyai pemikiran yang lebih matang mengenai
langkah-langkah yang harus dilakukan.
d. Pandangan Terhadap Alam
Orientasi nilai budaya dalam pandangan manusia terhadap alam dapat dilihat lewat
beberapa hal seperti:
1. Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
2. Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam
3. Manusia berusaha menguasai alam

6
Gambar 3.3 Orientasi nilai budaya
dalam pandangan manusia terhadap
alam, salah satunya adalah manusia
berusaha menjaga keselarasan dengan
alam.
e. Hubungan Manusia dengan Manusia
Orientasi nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain dilandasi oleh
beberapa hal yaitu seperti:
1. Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya, berjiwa
gotong royong
2. Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai
otoriter untuk memerintah dan memimpin
3. Individualisme, menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri
Sebenarnya F.Kluckhohn dan Stodtbeck masih mempunyai satu persoalan pokok
kehidupan manusia yang menjadi masalah keenam, yaitu pandangan manusia tentang ruang
dan kedudukan mereka dalam ruang tersebut. Secara garis besar masalah-masalah yang
membahas mengenai lima masalah pokok dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya
dapat kamu lihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Kerangka Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah Pokok
Orientasi Nilai Budaya
Dalam Hidup
Hakikat dan sifat Hidup adalah buruk Hidup adalah baik Hidup adalah
manusia buruk, tetapi
harus diperbaiki
Hakikat karya Kerja adalah untuk Kerja adalah untuk Kerja adalah
hidup mencari kedudukan untuk menambah
mutu karya
Hakikat manusia Masa lalu Masa kini Masa depan
dalam ruang
Hakikat hubungan Tunduk kepada alam Mencari keselarasan Menguasai alam
manusia dengan alam hidup dengan alam
Hakikat hubungan Memandang kepada Mementingkan rasa Mementingkan
manusia dengan tokoh-tokoh atasan ketergantungan pada rasa tidak
manusia sesama bergantung pada
sesama
Suatu sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view bagi
manusia yang menganutnya. Namun istilah “pandangan hidup” sebaiknya dipisahkan dari
konsep sistem nilai budaya pandangan hidup itu biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai
yang dianut oleh para individu dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian,
apabilai “sistem nilai” itu merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian warga
masyarakat, maka “pandangan hidup” itu merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh
golongan-golongan atau individu-individu khusus dalam masyarakat. Sehingga dapat dikatakan
hanya ada pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada pandangan hidup
seluruh masyarakat (Koentjaraningrat, 2009:56).

7
Tugas Rumah
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jawaban yang tepat!
1. Apa yang kamu ketehaui tentang konsep nilai? Jelaskan!
2. Mengapa nilai budaya erat hubungannya dengan kebudayaan?
3. Sebutkan lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya
manusia (kerangka Kluckhohn) secara singkat!
4. Apakah satu persoalan pokok kehidupan manusia yang menjadi masalah keenam
menurut F.Kluckhohn dan Stodtbeck?
5. Mengapa istilah “pandangan hidup” sebaiknya dipisahkan dari konsep sistem nilai
budaya?
6. Apa yang dapat kamu simpulkan dari penjabaran materi di subbab 1?
7. Jangan lupa, mintalah tanda tangan orangtuamu setelah kamu selesai mengerjakan
tugas ini
Paraf Orangtua Paraf Guru

(....................................) (....................................)

B. Wujud Nilai-Nilai Budaya


Nilai budaya terkadang tidak langsung dapat kita lihat secara kasat mata, namun tercermin
lewat simbol, tanda dan lain-lain.bahkan tersirat dan membaur dengan tradisi dan budaya
masyarakat setempat, misalnya kesenian, permainan tradisional, dan lain-lain. Karena lewat
tradisi atau budaya, masyarakat bisa menerima nilai-nilai tersebut tanpa harus merasa dihakimi
atau didekte. Selain itu media tradisi atau budaya, bukan hanya mengajarkan tentang nilai namun
juga menjadi hiburan bagi masyarakat setempat.

Permainan Anak ‘Dolanan’ di Bali Mengandung Unsur Pendidikan

Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Dr. I Gusti Ayu Srinatih menilai permainan
‘dolanan’ yakni bernyanyi sambil menari untuk bersenang-senang bagi anak-anak di Bali,
mengandung pendidikan disiplin.”mereka secara tidak langsung diajarkan tentang disiplin,
etika, dan estetika, karena dolanan seperti ‘mebarong-barongan’ yakni belajar memainkan
barong mengandung nilai luhur budaya bangsa,” kata Dr. I Gusti Ayu Srinatih, dosen Fakultas
Seni Pertunjukan ISI Dempasar.

Gambar 3.4 Tari Barong salah satu tarian yang


terkenal dari Bali.

Srinatih mengatakan, lewat permainan itu, anak-anak secara tidak langsung


mendapatkan penanaman nilai budaya yang positif terhadap perkembangan jiwa anak,
sehingga mereka akan memiliki karakter kepribadian yang kuat.
Demikian pula dari segi religius, mengandung makna yang mengacu pada nilai-nilai yang
berkaitan dengan ketaatan beragama, karena kegiatan ritual merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. Srinatih menjelaskan, permainan anak-anak itu juga mengandung makna
kebersamaan yang tercermin lewat kompleksitas pertunjukan yang dihasilkan berkat dukungan
penari, penabuh, dan semua pihak yang mendukungnya. Hasil tindakan kolektif itu melahirkan
makna kebersamaan. Unsur tontonan sangat ditekankan dalam garapan baru’dolanan
mebarong-barongan’ sehingga mampu memberikan hiburan segar kepada penonton.

8
Permainan tradisional apa sajakah yang masih dimainkan oleh anak-anak di daerahmu?
Nilai-nilai apa sajakah yang dapat kamu temukan dalam permainan tersebut? Kadang kita sering
meremehkan permainan tradisional yang tidak sekeren permainan modern, yang dengan mudah
dapat kita temukan dalam peralatan cangggih seperti handphone. Namun jangan salah,
permainan tradisional ternyata juga memiliki keunggulan dalam hal penanaman dan
pembelajaran nilai-nilai budaya. Dalam permainan tradisional, kita kenalkan secara tidak
langsung terhadap nilai-nilai budaya dan budi pekerti seperti sikap disiplin, jujur, religius, dan
kerja sama.

Kegiatan 3.2
Judul Kegiatan : Menganalisis Jenis-Jenis Nilai Budaya
Jenis Kegiatan : Kerja Kelompok
Tujuan Kegiatan : 1) Peserta didik dapat mengelompokkan jenis-jenis nilai budaya dengan tepat
2) Peserta didik dapat menyajikan hasil analisis jenis-jenis nilai budaya dengan
jelas
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Cari dan bacalah artikel yang membahas tentang jenis-jenis nilai budaya Indonesia di
perpustakaan sekolahmu!
2. Apabila ada hal yang tidak kamu pahami berkaitan dengan nilai-nilai budaya, bertanyalah kepada
gurumu supaya lebih jelas.
3. Kamu juga dapat mencoba mencari informasi mengenai jenis-jenis nilai budaya dari berbagai
sumber, misalnya dari buku-buku atau media online!
4. Analisis nilai-nilai budaya yang kamu temukan dalam ratikel tersebut!
a. Berdasarkan pola hubungannya, termasuk ke dalam nilai budaya manakah nilai budaya
tersebut? Berikan alasanmu!
b. Berdasarkan sifat, ciri, dan tingkat keberadaannya, termasuk ke dalam nilai manakah nilai
budaya tersebut? Berikan alasanmu!
c. Bagaimanakah pendapatmu mengenai nilai bdaya yang kamu temukan dalam artikel
tersebu?
5. Setelah selesai, kemukakan hasil analisismu di depan kelas dan bandingkan hasilnya dengan
temanmu yang lain!

kegiatan 3.2 di atas melatihmu untuk menganalisa tentang jenis-jenis nilai budaya dengan baik.
Selain itu, kegiatan 3.2 tersebut juga dapat melatihmu untuk berpikir logis. Lalu apa saja jenis-jenis nilai
budaya itu? Simaklah penjelasan materi berikut ini.

1. Jenis Nilai-Nilai Budaya


Koentjaraningrat (1984:3) mengemukakan bahwa suatu sistem nilai-nilai budaya terdiri atas
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal
yang harus mereka anggap sangat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya
biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelaguan manusia. Sistem tata kelakuan manusia
yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan nilai budaya tersebut.
Koentjaraningrat (1984:4) mengungkapkan bahwa nilai budaya dapat dikelompokkan ke dalam
lima pola hubungan, yakni
a. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan
b. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam
c. Nilai budaya dalam hubungan manusia dan masyarakat
d. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain atau sesama,
e. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Selain nilai-nilai yang diungkapkan di atas, dalam masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai nilai
yang dianut demi kebaikan bersama anggota masyarakat. Jenis-jenis nilai tersebut dapat dibagi
berdasarkan dari sifat, ciri, dan tingkat keberadaanya.

9
Gambar 3.5 Salah satu budaya
menurut Koentjaraningrat adalah
nilai budaya dalam hubungan
manusia dengan alam

a. Berdasarkan Sifatnya
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tujuh jenis nilai dilihat dari sifatnya, yaitu nilai :
1. Nilai Kepribadian
Nilai kepribadian merupakan nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang, seperti
emosi, ide, gagasan, dan sebagainya
2. Nilai Biologis
Nilai biologis merupakan nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan unsur biologis
manusia. Misalnya dengan melakukan olahraga teratur atau mengatur pola makan untuk
menjaga kesehatan

Gambar 3.6 Olahraga teratur untuk


menjaga kesehatan.
3. Nilai kebendaan
Nilai kebendaan merupakan niali yang diukur dari kedayagunaan usaha manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai ini disebut juga dengan nilai
yang bersifat ekonomis.
4. Nilai Pengetahuan
Nilai pengetahuan merupakan nilai yang mengutamakan dan mencari kebenaran sesuai
dengan konsep keilmuannya.
5. Nilai Kepatuhan Hukum
Nilai ini merupakan nilai yang berhubungan dengan undang-undang atau peraturan negara.
Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap warga negara agar mengetahui hak dan
kewajibannya masing-masing.

Gambar 3.7 Seorang warga sedang


membayar pajak hal ini berhubungan
dengan nilai kepatuhan hukum.

10
6. Nilai Agama
Nilai ini merupakan nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan yang dianut
oleh anggota masyarakat. Nilai ini bersumber dari masing-masing ajaran agama yang
menjelaskan dan menjabarkan mengenai sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan larangan
bagi umat manusia seusai dengan ajaran agama yang dianutnya.
7. Nilai Keindahan
Nilai ini merupakan nilai yang berhubungan dengan kebutuhan akan setetika sebagai salah
satu aspek dari kebudayaan.

b. Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, nilai dapat dibagi menjadi nilai yang tercernakan dan nilai dominan.
1. Nilai yang tercernakan atau mendarah daging (internalized value)
Nilai ini merupakan nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata lain nilai
yang dapat mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang. Contohnya, seorang ibu
yang dengan berani menolong anaknya yang terperangkap api di rumahnya, meskipun
harus mempertahankan nyawanya sendiri.
2. Nilai dominan
Nilai ini merupakan nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lainnya. Ada
beberapa ukuran yang digunakan suatu nilai menjadi dominan atau tidak, yaitu sebagai
berikut.
a. Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut
b. Lamanya nilai dirasakan oleh anggota kelompok yang menganut nilai itu
c. Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai tersebut
d. Tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai itu

c. Berdasarkan Tingkat Keberadaannya


Berdasarkan tingkat keberadaannya, nilai dapat dibagi menjadi nilai yang berdiri sendiri dan
nilai yang tidak berdiri sendiri.
1. Nilai yang berdiri sendiri
Nilai ini merupakan suatu nilai yang diperoleh semenjak manusia atau benda itu ada, dan
memiliki sifat khusus yang akhirnya muncul karena memiliki nilai tersebut. Contohnya
pemandangan alam yang indah, manusia yang cantik atau tampan, dan lain-lain.
2. Nilai yang tidak berdiri sendiri
Nilai ini merupakan nilai yang diperoleh suatu benda atau manusia karena bantuan dari
pihak lain. Contohnya seorang peserta didik yang pandai karena bimbingan dan arahan dari
pada gurunya, seorang wanita yang cantik karena bantuan penata rias, dan lain-lain.
Dengan kata lain, nilai ini sangat bergantung pada subjeknya.

Info
Antropologi
Raja Ampat

Gambar 3.8 Keindahan alam Raja Ampat yang indah


merupakan contoh nilai yang berdiri sendiri.

Raja Ampat atau “Empat Raja” merupakan sebuah nama yang berasal dari mitos lokal.
Nama ini diberikan untuk empat pulau utama yang terletak di kawasan Propinsi Papua Barat.
Pulau ini dimaksud adalah Waigeo, Salawati, Batanta, dan Misool yang merupakan penghasilan
lukisan batu kuno. Pecinta wisata bawah laut dari seluruh dunia datang ke Raja Ampat untuk
menikmati pemandangan bawah laut terbaik di dunia yang mengangumkan. Launya yang jernih
dengan ribuan ikan di terumbu karang dapat dengan mudah dinikmati dari atas kapal.

11
Ciri-ciri nilai sosial menurut Idianto M di antaranya sebagai berikut.
1. Tercipta dari proses interaksi antarmanusia, bukan perilaku yang dibawa sejak lahir.
2. Ditransformasikan melalui proses belajar.
3. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan sosial.
4. Berbeda-beda tiap kelompok manusia.
5. Masing-masing nilai mempunyai efek yang berbeda-beda bagi tindakan manusia.
6. Dapat memengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat.
7. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
8. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
9. Cenderung berkaitan satusam lain.

Gambar 3.9 contoh nilai yang tidak


berdiri sendiri yaitu seorang peserta
didik yang pandai karena bimbingan
dan arahan dari para gurunya.

Tugas Rumah
1. Buatlah kelompok dengan 3-4 orang teman sekelasmu!
2. Bacalah artikel berikut ini dengan saksama!

Hukum Adat Kami tidak Diakali


Pos ronda dengan kentongan yang masih ada di Kaluppini menunjukkan masih adanya
kebersamaan. Jika ada bala an (bahaya/bencana), misal, ada kebakaran, ada pencuri, ada
kecelakaan, yang membutuhkan bantuan orang banyak, kentongan itu dibunyikan dengan
rentetan pukulan. Kini, kentongan di pos ronda itu lebih sering dipakai untuk mengumpulkan
warga jika ada kegiatan gotong royong atau undangan pertemuan (sipulung). Namun untuk
undangan pertemuan, kini tak melulu mengandalkan kentongan.
Beberapa pertemuan menggunakan SMS sebagai pemberitahuan karena sudah banyak
warga Kaluppini yang memiliki telepon genggam.
Masyarakat Kaluppini beragama Islam. Praktik keislamannya dekat praktik keilaman NU.
Masjid sudah ada di setiap dusun yang ada di lima desa yang menjadi wilayah masyarakat adat
Kaluppini. “ Meski Islmannya kuat, masyarakat adat Kaluppini masih kuat juga menjalankan adat, “
jelas Bupati Enrekang Muslimin Bando. Muslimin menyebut, 95 persen masyarakat Kabupaten
Enrekangadalah Muslim (80 persennya adalah Muhammadiyah). Data ini berkebalikan dengan
kata kabupaten tetangga. Tana Toraja, yang 95 persen warga non Muslim. Keadaan ini, menurut
Muslimin membuat Enrekang memiliki toleransi yang sangat tinggi, termasuk toleransi terhadap
adat. Tarik-menarik antara adat dan agama tidak mencolok, kendati banyak juga yang sudah tidak
menjalankan adat di rumah tangga.
Kaluppini menjadi contoh yang tepat untuk komunikasi adat yang masih menjalankan adat
dengan kuat, tapi sekaligus menjalankan ajaran Islam. Nilai-nilai adat mereka mengandung nilai-
nilai Islam. Upacara kematian yang disebut rombusolo (di Tana Toraja disebut rambusolo),
misalnya, dimulai dari malam ketiga, ketujuh, malam kelipatan tujuh. Ritualnya adalah kenduri
dengan bacaan doa-doa Islam. Dalam setiap acara adat selalu ada makan bersama, dengan
makanan yang dimasak bersama-sama pula. Kebersamaan benar-benar menjadi ruh masyarakat
Kaluppini. Ukuran baik bagi mereka tidaklah dilihat dari materi. “ Adat kami mengajarkan, kalau
berdoa, doa kami untuk seluruh masyarakat di dunia, bukan hanya untuk kami. Kami di sini tetap
miskin tidak apa, asal dunia sejahtera,”kata Suhardin menambahkan.

12
3. Setelah membaca artikel di atas, diskusikan dan analisislah beberapa hal berikut ini bersama
dengan kelompokmu!
a. Apa sajakah nilai-nilai budaya masih dipegang teguh oleh masyarakat Kappulini?
b. Apa yang menjadi alasan masyarakat Kappulini masih mempertahankan nilai-nilai budaya
tersebut?
c. Termasuk ke dalam jenis nilai-nilai budaya yang manakah nilai-nilai yang berkembang
dalam masyarakat Kappulini?
d. Setujuhkah kamu dengan cara hidup masyarakat Kappulini yang masih mengedepankan
adat dalam berbagai aspek kehidupannya? Uraikan pendapatmu!
4. Tulislah hasil analisis kelompokkmu, dan kumpulkan hasilnya kepada guru untuk dinilai!
5. Mintalah tanda tangan orangtuamu setelah selesai mengerjakan tugas ini.

Parah Orangtua Paraf Guru

.............................................. ..............................................

2. Contoh Nilai-Nilai Budaya Indonesia


Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai negara multikultural yang memiliki kekayaan seni dan
budaya. Namun, bukan hanya itu saja. Indonesia juga terkenal sebagai negara yang ramah. Keramahan
merupakan salah satu nilai budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, agar tidak hilang di tengah era
globalisasi sekarang ini. Nilai-nilai budaya tersebut juga terkandung pada tradisi dan budaya Indonesia,
termasuk di dalamnya kearifan lokal.
Seperti kita tahu Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang mendiami pulau-pulau di
nusantara. Indonesia yang multietnik memiliki berbagai macam nilai-nilai budaya yang terkandung
dalam ajaran atau tradisi yang dimiliki oleh masing-masing suku bangsa. Nilai-nilai tersebut sebenarnya
memiliki tujuan yang sama, yaitu mengajarkan kepada masyarakat untuk memiliki sikap yang terpuji dan
luhur. Berikut beberapa contoh nilai-nilai budaya di Indonesia.

a. Iban (Kalimantan Barat)


Suku Iban dikenal juga dengan suku Dayak Laut yang mendiami wilayah Kalimantan Barat
memiliki nilai-nilai budaya, antara lain sebagai berikut.
1. Sosial
Untuk kehidupan sosial, satu keluarga biasanya tinggal dalam satu rumah yang
disebut bilek. Dalam satu bilek terdapat satu kesatuan produksi dalam berladang,
melakukan upacara lingkaran hidup dan lain-lain. Dalam satu bilek terdapat pula sejumlah
hak dan kewajiban yang harus ditaati dan berlaku untuk semua warga bilek.
2. Seni
Dalam hal kesenian, orang Iban terkenal dengan hasil kerajinannya yang kreatif.
Misalnya seperti unsur busana yang terdiri atas tutup kepala, kalung pria dan wanita
(manikasa), gelang tangan wanita (balukun), ikat pinggang wanita (sumpai rangkai), baju
untuk wanita (baju burik), kain untuk wanita (kain kabo manik), semua itu termotif dengan
manik-manik yang penuh warna.
3. Ekonomi
Dalam kehidupannya, orang Iban bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini terlihat
dari upacara yang dilakukan sehabis panen, untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil
panennya.
4. Religi
Kepercayaan asli yang dianut oleh orang Iban adalah meyakini adanya makhluk gaib
penghuni alam semesta. Hal ini tampak dari berbagai upacara yang diadakan dan juga dari
penyerahan saji-sajian ke tempat-tempat keramat, serta pemeliharaan terhadap benda-
benda sakti, misalnya seperti kayu besar, batu, dan sebagainya. Walaupun saat ini orang

13
Iban mayoritas menganut agama Kristen, namun kepercayaan asli masih tetap berkembang
di masyarakat.

Info Antropologi

Gawai Dayak
Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur, salah satunya adalah dengan
menggelar serangkaian upacara adat. Gawai Dayak adalah satu-satunya upacara adat rutin
yang digelar oleh suku Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat, dan telah berlangsung sejak
puluhan tahun. Gawai Dayak tradisional biasanya dilaksanakan selama tiga bulan oleh suku
Dayak di Kalimantan, khususnya Dayak Iban dan Dayak darat sebagai wujud syukur atas hasil
panen. Inti pelaksanaan upacara ini adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada
Jubata (Tuhan) atas hasil panen yang melimpah, sekaligus memohon agar panen berikutnya
diberi kelimpahan.

Gambar 3.10 Orang Iban terkenal


dengan kerajinannya yang kreatif
contohnya dalam hal busana.

Tahukah Kamu
Tahukah kamu mengapa suku Iban disebut sebagai suku Dayak Laut?
Sebenarnya sebutan suku Dayak Laut bagi suku Iban merupakan sebutan yang salah, dari
para penjajah (explorer). Hal ini karena pada waktu dahulu, banyak suku asli Iban yang menjadi
bajak laut dan bekerja sama dengan suku Melayu. Namun apabila dilihat dari nama, Iban berasal
dari bahasa Kayan yang berarti”pendatang”.

b. Gorontalo (Sulawesi Utara)


Suku Gorontalo yang mendiami wilayah Sulawesi Utara memiliki nilai-nilai bbudaya, antara
lain sebagai berikut.
1. Sosial
Masyarakat Gorontalo sangat mementingkan nilai-nilai harmonis, tolong-menolong,
kerukunan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Nilai-nilai tersebut terbukti dalam
ungkapan “Delo tutumulo lambi” yang mempunyai arti “kehidupan pisang yang selalu
memberi manfaat kepada manusia.” Yang maksudnya, kehidupan rumpun pisang
seharusnya memberi arti kebersamaan yang harus ditiru oleh manusia. Ungkapan itu juga
dapat bermakna saling tolong menolong antarmanusia.
2. Seni
Kesenian yang terkenal suku Gorontalo adalah dalam hal kerajinan yaitu kerajinan
sulaman “kerawang” dan anyaman “upiya karanji” atau kopiah keranjang yang terbuat dari
bahan rotan. Kopiah keranjang ini belakangan makin populer di Indonesia. Kerajianan lain
juga banyak dibuat adalah kursi rotan, kursi batang kelapa, anyaman tikar, dan sebagainya.
3. Religi
Mayoritas orang Gorontalo memeluk agama Islam. Nilai keyakinan dan kebenaran
tersebut tampak pada kepercayaan mereka terhadap adanya setan, yaitu terdapat dalam
upacara mpoahuta atau mapoalati, yang artinya memberi makan kepada setan penjaga
tanah. Upacara tersebut mempunyai makna atau tujuan untuk memperoleh berkah dalam
berladang atau bertani.

14
Gambar 3.11 Festival Walima
yang dilaksanakan oleh masyarakat
Gorontalo untuk memperingati Maulid
Nabi Besar Muhammad SAW.

c. Mentawai (Sumatera Barat)


Suku Mentawai yang mendiami wilayah Sumatera Barat memiliki nilai-nilai budaya yaitu
antara lain sebagai berikut.
1. Pengetahuan
Orang Mentawai dikenal memiliki keahlian tersendiri dalam segi ilmu pengetahuan,
yaitu ilmu meramal masa depan.
2. Sosial
Struktur sosial masyarakat Mentawai bersifat patrilineal. Struktur sosial trasional
adalah kebersamaan, mereka tinggal di rumah besar yang disebut Uma. Struktur sosial itu
juga bersifat egalitarian, yaitu setiap anggota dewasa Uma mempunyai hak yang sama,
kecuali bagi dukun (sikerei) yang mempunyai hak lebih tinggi karena dapat menyembuhkan
penyakit dan memimpin upacara keagamaan.
3. Seni
Kesenian yang dimiliki oleh orang Mentawai terbilang unik, yaitu berupa seni merajah
tubuh atau tato. Rajah ini mengandung simbol jati diri, status sosial atau profesi, simbol
keseimbangan alam dan sebagai keindahan. Selain itu, terdapat pula kesenian
meruncingkan gigi dan juga membuat ukiran-ukiran bermotif hewan di dinding rumah.
4. Religi
Mayoritas suku Mentawai beragama katolik. Suku Mentawai mempunyai aturan adat
yang selalu mereka jalankan yakni Arat Sabulunga. Arat berarti adat, sementara
Sabulungan bermakna daun. Arat sabulungan berarti mengatur kehidupan suku Mentawai
untuk menghormati dan menjaga daun. Berdasarkan ajaran leluhur Mentawai, daun
diyakini sebagai tempat bersemayamnya dewa hutan, dewa gunung, dewa laut, serta dewa
air. Suku Mentawai juga meyakini daun menjadi penghubung antara Sang Pencipta dengan
manusia. Begitu kuatnya kepercayaan suku Mentawai terhadap kekuatan daun. Salah satu
upacara kepercayaan yang dikenal dengan nama Pangureikan, yaitu upacara permohonan
berkah untuk menjauhkan penyakit dan bencana alam.

Gambar 3.12 Sikerei (dukun) sedang


melakukan ritual pengobatan
tradisional di suku Mentawai.

15
Adakah upacara kepercayaan sejenis Pangureikan, yang juga dilakukan oleh
masyarakat di daerahmu?
1. Apa nama upacara tersebut dan kapan waktu pelaksanaannya?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
..............
2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam melaksanakan upacara tersebut?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
..............
3. Mengandung nilai-nilai apa sajakah dalam upacara tersebut?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
..............

d. Ternate (Maluku)
Suku Ternate yang mendiami wilayah Maluku memiliki nilai-nilai budaya, antara lain
sebagai berikut.
1. Pengetahuan
Suku Ternate banyak memanfaatkan dan mengubah bentuk-bentuk bebatuan untuk
membantu dan memudahkan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya alat
pemotong, nisan, dan masih banyak yang lainnya.
2. Sosial
Sebelum masuknya agama Islam, masyarakat Ternate memakai struktur
kepemimpinan Kolano. Setelah Islam masuk ke Ternate, masyarakat memakai struktur
kepemimpinan Kolano menjadi Kesultanan. Dalam struktur Kolano, ikatan genealogis dan
teritorial berperan sebagai faktor pemersatu. Sedangkan dalam kesultanan, Islamlah yang
menjadi faktor pemersatu.

Gambar 3.13 Festival Legu Gam


adalah pesta rakyat yang digelar
Kesultanan Ternate untuk meme
riahkan ulang tahun sultan Ternate

e. Asmat (Papua)
Suku Asmat yang mendiami wilayah Papua memiliki nilai-nilai budaya, antara lain sebagai
berikut.
1. Sosial
Suku Asmat memiliki satu kepala suku dan kepala adat yang sangat dihormati. Segala
tugas kepala suku harus sesuai dengan kesepakatan masyarakat sehingga hubungan antara
kepala suku dengan masyarakat cukup harmonis. Jika kepala suku meninggal dunia,

16
kepemimpinan diserahkan pada marga keluarga lain yang dihormati oleh warga.
Kepemimpinan juga dapat diserahkan kepada orang yang berhasil mendapatkan
kemenangan dalam perang. Selain itu, suku Asmat memiliki rumah adat yang bernama Jew
(rumah bujang), di mana memiliki posisi yang istimewa dalam struktur suku Asmat.

Di rumah bujang ini, dibicarakan segala urusan yang menyangkut kehidupan warga,
mulai dari perencanaan perang, hingga keputusan menyangkut desa mereka.

Gambar 3.14 Rumah Bujang (Jew) berfungsi sebagai


Balai bagi suku Asmat

2. Seni
Salah satu kekhasan budaya Asmat dapat dilihat dari berbagai karya seni patung dan
ukir-ukirannya. Kesenian yang ada di Asmat tidak dapat dilepaskan dari sistem kepercayaan
terhadap roh-roh leluhur yang sudah meninggal. Beberapa motif ukiran yang biasa ditemui,
misalnya hewan-hewan, tumbuh-tumbuh, manusia, dan motif kurvilinier berupa huruf atau
garis. Ukiran itu dituangkan atau diungkapkan ke benda-benda dan warnai dengan warna
putih, hitam, dan merah. Ukiran-ukiran tersebut mempunyai simbol yang mengandung
harapan dan nilai-nilai untuk hidup bekerja keras, berani menghadapi hidup yang keras
serta harapan akan datangnya berkah dari leluhur.

Gambar 3.15 Suku asmat terkenal


Dengan seni patung dan ukir-ukirannya

3. Religi
Suku asmat mempercayai kekuatan gaib, sehingga apabila ada orang yang meninggal,
mayatnya tidak dikuburkan. Hal ini dimaksudkan agar roh orang yang meninggal masih
tetap berada di dalam kampung, dan biasanya juga diwujudkan dalam bentuk patung mbis.
Orang Asmat juga percaya bahwa mereka berasal dari Sang Pencipta (fumeriptits). Namun
karena perkembangan zaman, orang Asmat sekarang banyak yang memeluk agama Katolik.

Gambar 3.16 Mumi kepala suku


Wi Motok Mabel, salah satu cara
Pemakaman di suku Asmat.

17
f. Flores-Manggarai (NTT)
Suku Flores-Manggarai yang mendiami wilayah Nusa Tetanggara Timur memiliki nilai-nilai
budaya antara lain sebagai berikut.
1. Pengetahuan
Sistem dan pola hidup masyarakat Manggarai yang agraris mengharuskan mereka
memiliki pengetahuan yang cukup tentang flora, tentang tanaman atau tumbuh-tumbuhan
yang bermanfaat bagi kehidupannya. Begitupun pengetahuan tentang fauna dimiliki secara
turun temurun karena orang Manggarai pada dasarnya senang beternak dan berburu.
Mereka juga memiliki berbagai macam pengetahuan, misalnya pembuatan minuman
tradisional yang terbuat dari air enau dengan kulit damar, mengenal cara pembuatan obat-
obatan dari daun-daunan, seperti untuk mengobati sakit perut, digunakan londek jembu
yaitu pucuk daun jambu, untuk pengobatan disentri, digunakan kayu sita, dan lain-lain.
Sedangkan untuk alat-alat pertanian, masyarakat Manggarai sudah mengenal perkakas dari
bambu, kayu, atau tanah liat untuk mengolah tanah pertanian.

Gambar 3.17 Masyarakat Manggarai


menggunakan londek jembu (pucuk
daun jambu) untuk mengobati sakit
perut.

2. Sosial
Di setiap halaman rumah tradisional masyarakat Manggarai biasanya terdapat altar
batu. Altar batu ini disebut dengan Compang. Compang yang berbentuk bulat mengandung
makna kekerabatan, sehingga dalam upacara adat Manggarai sering diungkapkan kalimat:
Muku ca pu’u toe woleng curup (kesatuan kata), Ipung ca tiwu neka woleng wintuk
(kesatuan tindakan), Teu ca ambong neka woleng lako (kesatuan langkah). Wujud nyata
dari prinsip ini nampak dalam kegiatan leles, kokor tago, dan lain-lain.
Semua kegiatan tersebut menekankan pada nilai persaudaraan, kebersamaan, dan
kekeluargaan.
3. Seni
Dari berbagai jenis kesenian yang ada di Manggarai, terdapat dua jenis kesenian yang
sudah dikenal luas, yakni seni pertunjukkan caci dan seni rupa (kriya), songke. Caci
merupakan puncak kebudayaan Manggarai yang unik dan sarat makna, seperti seni gerak
(lomes), nilai etika (sopan santun), nilai estetika, muatan nilai persatuan, ekspresi suka cita,
nilai sportivitas, serta penanaman percaya diri.
4. Religi
Secara umum, sistem religi asli orang Manggarai adalah monoteis implisit, dengan
dasar religinya menyembah Tuhan Maha Pencipta dan Maha Kuasa (mori jadi dedek-Ema
pu’un kuasa), meski masih terdapat cara-cara dan tempat persembahan. Misalnya compang
(mesbah), yang didirikan di tengah kampung karena menurut kepercayaan Manggarai, di
sana berdiamlah Sang Naga Beo (kekuatan pelindung) yang menjaga ketenteraman warga
kampung setiap saat.

18
Info
Antropologi
Pertunjukan Caci

Gambar 3.18 Pertunjukan Caci di Manggarai

Para penari caci semuanya adalah laki-laki tetapi tidak semua lelaki dapat unjuk
kebolehan dan keterampilan di arena caci. Terdapat sejumlah persyaratan yang harus
dipenuhi, salah satunya adalah harus bertubuh atletis. Syarat lainnya penari harus
pandai pula menyerang lawan dan atau bertahan dari serangan lawan, luwes dalam
melakukan gerak tari, serta dapat menyanyikan lagu daerah. Hal-hal tersebut yang
akan mereka lakukan selama pertunjukkan yang diiringi musik gendang, gong dan
nyanyian.

Apa yang kamu ketahui Compang Ruteng? Deskripsikan secara singkat!


............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

g. Bali
Bali juga memiliki nilai-nilai budaya, antara lain sebagai berikut.
1. Sosial
Terdapat lapisan sosial di Bali yang sering disebut kasta, yang meliputi:
a. Brahmana
b. Ksatria
c. Weysya
d. Sudra
Untuk kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih disebut juga kuren.
Mereka dalam satu kesatuan ekonomi atau makan dalam satu dapur. Masyarakat Bali juga
mengenal klan yang disebut tanggal dadia.
2. Seni
Masyarakat Bali selalu menunjukkan ritual dan keindahan ke dalam bentuk seni. Seni
murni berunsur sakral dan subunsur kesenian itu adalah seni rupa (patung, lukisan), seni
suara (gamelan tua, gamelan madia, dan gamelan baru), seni tari (tari wali, tari bebali, dan
tari balih-balihan), seni sastra (pewayangan), dan seni drama (gong).
3. Ekonomi
Sebagian besar orang Bali melakukan kegiatan bertani untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kegiatan bercocok tanam, dan berkebun biasanya menghasilkan kelapa, kopi,
cengkih, kapuk, jambu mete, dan tembakau. Selain itu, terdapat juga mata pencaharian

19
yang lain seperti industri rumah tangga, nelayan, dan perdagangan. Masyarakat Bali sangat
makmur bila dilihat dari perkembangan pesat pariwisata di Bali.

Gambar 3.19 Seorang petani di Bali


sedang melakukan 15 ritual subak
sebagian besar orang Bali bermata
pencaharian sebagai petani

4. Religi
Orang Bali umumnya memeluk agama Hindu yang berpangkal pada kitab suci Wedha.
Ada tempat pemujaan terhadap Hyang Widhi termasuk penjelmaannya yang disebut pura.
Banyak sekali macam upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh orang Bali. Secara
keseluruhan dapat dibagi lima macam upacara:
a. Panca Yadnya yaitu Manusia Yadnya
b. Putra Yadnya yaitu dewa Yadnya
c. Resi Yadnya
d. Buta Yadnya
Orang Bali percaya pada macam-macam dewa dan ruh yang dihormati dalam
berbagai upacara bersaji.

Gambar 3.20 Pura ulun Danu


Salah satu pura yang terkenal
Di Bali.

h. Tengger (Jawa Tengah)


Suku Tengger yang mendiami wilayah di Jawa Timur memiliki nilai-nilai budaya,
antara lain.
1. Sosial
Rata-rata orang Tengger tidak mau menjual tanah kepada orang lain. Hal ini
merupakan suatu gejala rasa tidak senang apabila lingkungannya didiami oleh orang lain,
dan mereka sudah sangat sejahtera dalam kebersamaan.
2. Ekonomi
Masyarakat Tengger bergantung pada hasil pertaniannya dan mereka termasuk ke
dalam orang-orang pekerja keras.

20
3. Religi
Mayoritas orang Tengger memeluk agama Hindu Mahayana, tetapi ada juga yang
memeluk agama Islam, Kristen Protestan, dan lain-lain. Berdasarkan ajaran agamanya,
setiap tahun mereka harus mengadakan upacara Kasodo. Upacara Kasodo adalah upacara
pengiriman kurban kepada leluhur yang ada di kawah Gunung Bromo. Hal ini bertujuan agar
mereka selalu diberi keberkahan, kesejahtraan hidup, dan supaya tidak terjadi bencana.
Selain itu, dikenal juga upacara Karo, di mana masyarakat mengadakan selamatan, saling
mengunjungi, dan saling memaafkan, seperti halnya tradisi yang dilakukan pada hari raya
Idulfitri dalam ajaran agama Islam.

Gambar 3.21 Upacara Kasodo


oleh masyarakat Tengger.

Unjuk Kerja
1. Amatilah keadaan sosial-budaya masyarakat di daerah tempat tinggalmu!
2. Bersama dengan kelompokmu, diskusikanlah mengenai hal-hal berikut ini!
a. Nilai-nilai budaya apa sajakah yang masih dilestarikan dan dipertahankan di daerahmu
sampai sekarang?
b. Apa yang menjadi alasan masyarakat masih mempertahankan nilai-nilai budaya tersebut?
c. Termasuk ke dalam jenis nilai-nilai budaya yang manakah nilai-nilai yang berkembang
dalam masyarakat di daerahmu?
d. Bagaimana pendapatmu mengenai nilai-nilai budaya tersebut? Apakah masih relevan
diterapkan di zaman sekarang?
e. Dalam bentuk apa saja nilai-nilai budaya tersebut disisipkan?
3. Buatlah laporan singkat mengenai fungsi nilai-nilai budaya tersebut bagi kehidupan masyarakat di
sekitarmu, dengan sistematika laporan mencakup pendahuluan, inti dan penutup!
4. Tulislah laporanmu dengan menggunakan program Microsoft Word, huruf Times New Roman
dengan spasi 1,5 di atas kertas A4!
5. Gurumu akan menilaimu berdasarkan aspek: keterampilanmu membuat laporan dan
keterampilanmu menyajikan laporan.

C. Perkembangan Nilai-Nilai Budaya


Nilai-nilai budaya merupakan warisan budaya bangsa yang mengandung ajaran moral dan budi
pekerti dalam bertingkah laku. Seseorang yang tidak menganut nilai-nilai tersebut ataupun
menyalahinya akan dianggap sebagai seseorang yang tidak baik. Selain itu banyak faktor yang
memengaruhi nilai budaya tersebut. Lalu faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi perkembangan
nilai-nilai budaya? Coba pahamilah artikel yang disajikan berikut terlebih dahulu agar kamu
mengetahuinya!

21
Secercah Harapan Suku Baduy Saat Tradisi Seba
Ratusan masyarakat Baduy, Banten kembali menggelar tradisi tahunan, Seba. Tahun ini, tradisi
mengunjungi pimpinan adat atau daerah itu dilakukan pada awal Mei. Bagi masyarakat Baduy Dalam,
mereka harus berjalan kaki. Sementara Baduy Luar, menggunakan kendaraan roda empat. Tentu
masyarakat Baduy Luar tiba lebih dulu tiba di Pendopo. Kabupaten Lebak pada Jumat 2 April kemarin,
sekitar pukul 19.45 WIB.
Masyarakat Baduy akhirnya diperkenankan memasuki pendopo. Mereka disambut langsung
Bupati Lebak Iti Jayabaya. Dialog pun digelar. Masyarakat Baduy yang terbiasa hidup sederhana,
menyampaikan harapan yang sederhana pula. Mereka hanya berharap kepada pemimpinnya itu
memberikan bantuan pembangunan fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Gayng bersambut. Iti Jayabaya
berjanji akan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan masyarakat di Kabupaten Lebak, terutama
suku Baduy.

Gambar 3.22 Masyarakat suku Baduy berikat


kepala biru saat melakukan tradisi Seba.

Di mata Iti Jayabaya, Seba merupakan tradisi masyarakat Baduy yang menunjukkan kebersamaan
dan persatuan. Oleh karena itu, budaya ini harus dilestarikan agar tidak punah. “Seba Baduy merupakan
bentuk kebersamaan dan kebersatuan dengan masyarakat Baduy. Ini juga menunjukkan kesatuan
dengan pembangunan masyarakat Baduy,” kata Iti Jayabaya di ruangannya, sesaat sebelum menerima
suku Baduy. Bupati yang baru dilantik pada Desember 2013 lalu itu mengatakan, banyak pelajaran yang
dapat diambil dari kehidupan masyarakat Baduy. Misalnya, tentang nilai kejujuran. “Kita harus belajar
kepada mereka soal kejujuran, “ujarnya. Seba Baduy tahun ini, masyarakat Baduy memberikan hasil
buminya kepada Iti Jayabaya sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah. Sekaligus
berguna untuk mempererat tali silaturahmi masyarakat Baduy dengan pemerintah.

Artikel di atas menceritakan tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi suku Baduy,
khususnya tradisi Seba. Tradisi seba merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh suku Baduy
yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun. Nilai-nilai budaya yang dapat ditemukan dalam tradisi
Seba di antaranya niilai kesabaran, nilai pengorbanan, nilai kebersamaan, nilai gotong royong dan
lain-lain. Hal ini terlihat dari ritual berjalan kaki yang harus dilakukan oleh masyarakat Baduy ketika
melaksanakan tradisi Seba. Apakah di daerahmu masih ada tradisi atau budaya yang dilestarikan? Nilai-
nilai budaya apa saja yang dapat kamu temukan dari tradisi tersebut? Apakah nilai-nilai tersebut masih
sesuai untuk diterapkan di zaman sekarang?

Kegiatan 3.3
Judul Kegiatan : Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Jenis Kegiatan : Kerja Kelompok
Tujuan Kegiatan : 1) Peserta didik dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan nilai budaya dengan tepat.
2) Peserta didik dapat membuat rangkuman faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan nilai budaya dengan tepat.
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Buatlah kelompok yang beranggota 3-4 teman sekelasmu!

22
2. Bersama kelompokmu, kunjungilah perpustakaan sekolah dengan tenang!
3. Bacalah buku yang membahas faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan nilai budaya
dengan teliti.

4. Dalam rangka mengembangkan kreativitasmu dalam memahami materi tersebut, bertanyalah


kepada gurumu!
5. Tulislah informasi yang telah kamu peroleh dari hasil studi pustaka dan tanya jawab tersebut!
6. Berdasarkan informasi yang telah kamu peroleh, buatlah rangkuman mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi perkembangan nilai budaya!
7. Tulislah hasil rangkumanmu dengan rapi di buku tugas!
8. Presentasikan hasil rangkuman kelompokmu di depan kelas!
Apa saja yang memengaruhi perkembangan nilai budaya di masyarakat? Apakah pendapatmu
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan nilai budaya dalam kegiatan di atas sudah
tepat? Coba simaklah materi berikut ini untuk mengetahui jawabanmu!
1. Faktor yang Memengaruhi Nilai Budaya
Ada beberapa hal yang memengaruhi nilai budaya di masyarakat. Faktor-faktor yang
memengaruhi perubahan perkembangan nilai budaya di masyarakat sebagai berikut.
a. Jarak Komunikasi antara Kelompok Etnis
Masih terdapat jarak komunikasi antara kelompok etnis, hal yang sering menimbulkan
konflik budaya seseorang yang bergerak dari satu kelompok etnis ke kelompok etnis yang lain.
Misalnya migrasi ke kelompok etnis yang berbeda, mungkin menimbulkan pergeseran sistem nilai
budaya yang sudah ada di daerah kelompok etnis penduduk asli, seperti menganggap rendah
status etnis pendatang (negatif), tetapi mungkin juga etnis pendatang menjadi penggerak
pembangunan di daerah kelompok etnis penduduk asli (positif).
b. Pelaksanaan Pembanguan
Pelaksanaan pembangunan yang terus menerus akan dapat mengubah sistem nilai ke arah
yang positif dan negatif. Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke perbaikan antara lain sebagai
berikut.
1. Pola hidup tradisional dan bertaraf lokal yang berbau mistis, berubah menjadi pola hidup
modern bertaraf nasional-internasional yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pola hidup sederhana yang hanya bergantung pada alam lingkungan, meningkat menjadi
pola hidup modern yang mampu menguasai alam lingkungan dengan dukungan prasarana
dan sarana, serta teknologi.

Gambar 3.23 Pola hidup sederhana berubah menjadi


pola hidup modern.

3. Pola hidup makmur yang hanya kecukupan sandang, pangan, dan perumahan meningkat
menjadi pola hidup makmur dan juga sehat, teratur, bersih, dan senang serta aman sesuai
dengan standar menurut ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Kemampuan kerja yang hanya berbasis kekuatan fisik dan pengalaman, meningkat menjadi
kemampuan kerja berbasis keahlian dan keterampilan yang didukung teknologi.

Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke negatif sebagai berikut


1. Penggusuran hak miliki seseorang untuk kepentingan pembangunan tanpa prosesdur
hukum yang pasti dan tanpa ganti kerugian yang layak, bahkan tanpa ganti kerugian
sama sekali.

23
2. Mengurangi atau meniadakan arti kemanusiaan seseorang memandang manusia
sebagai objek sasaran yang selalu dikenai penertiban, serta hak asasinya tidak
dihargai.

3. Tindakan wewenang-wewenang dan tidak ada kepastian hukum dalam hubungan


antara penguas/ pejabat/majikan dengan rakyat bawahan/buruh.

Gambara 3.24 Proses penggusuran hak milik seseorang


tanpa prosedur hukum yang pasti, merupakan pergeseran
sistem nilai ke arah negatif.

c. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat menimbulkan konflik dengan tata nilai
budaya yang sudah ada, perubahan kondisi kehidupan manusia, sehingga manusia bingung sendiri
terhadap kemajuan yang telah diciptakan. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi
yang selain memiliki segi positif, juga memiliki segi negatif. Sebagai dampak negatif teknologi,
manusia menjadi resah. Keresahan manusia muncul akibat adanya benturan nilai teknologi
modern dengan nilai-nilai tradisional (konvensional). IPTEK berpihak pada suatu kerangka budaya.
Kontak budaya yang ada dengan budaya asing menimbulkan perubahan orientasi budaya yang
mengakibatkan perubahan sistem nilai budaya.

Gambar 3.25 Kemajuan IPTEK dapat menimbulkan


konflik.

2. Fungsi Nilai-Nilai Budaya


Nilai-nilai budaya ternyata memiliki fungsi-fungsi tertentu di dalam masyarakat. Nilai-nilai menjadi
bagian penting dalam kehidupan manusia. Lalu apa saja fungsi nilai-nilai tersebut?
Menurut Adisubroto (dalam Dayakisni & Yuniardi 2012:48-49) mengemukakan bahwa nilai
mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai berikut.

a. Nilai Berfungsi sebagai Standar


Standar yang menunjukkan tingkah laku dari berbagai cara, yaitu:
1. Membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah politik.
2. Memengaruhi individu dalam memilih ideologi politik atau agama.
3. Menunjukkan gambaran-gambaran diri (self) terhadap orang lain.
4. Menilai atau menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri atau orang lain.
5. Merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses perbandingan untuk menentukan
individu bermoral atau kompeten.
6. Nilai digunakan untuk memengaruhi orang lain atau mengubahnya, dan
7. Nilai sebagai standar dalam proses rasionalisasi, yang dapat terjadi pada setiap tindakan
yang kurang dapat diterima oleh pribadi atau masyarakat dan meningkatkan slf-esteem.

24
Gambar 3.26 Nilai menunjukkan gambaran-gambaran
diri (self) terhadap orang lain.

b. Nilai berfungsi sebagai Rencana Umum (General Plan) dalam Penyelesaian


Konflik dan Pengambilan Keputusan
Nilai dapat digunakan sebagai peredam dan penyelesaian dalam konflik-konflik tertentu,
misal konflik antaretnis atau antaragama. Diharapkan dengan berpegang tegus pada nilai-nilai
yang telah disepakati bersama maka masyarakat yang terlibat konflik akan diingatkan kembali
bahwa mereka masih bersaudara sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Sehingga dapat
mengambil keputusan dengan bijak.
c. Nilai Berfungsi Motivasional
Nilai berfungsi motovasional, maksudnya nilai memiliki komponen motivasional yang kuat
seperti halnya komponen kognitif, efektif, dan behavioral.
d. Nilai berfungsi Penyesuaian
Isi nilai tertentu diarahkan secara langsung kepada cara bertingkah laku serta tujuan akhir
yang berorientasi pada penyesuaian. Nilai berorientasi penyesuaian, sebenarnya merupakan nilai
semu, karena nilai tersebut diperlukan oleh indivisu sebagai cara untuk penyesuaian diri dari
tekanan kelompok. Di dalam proses penyesuaiannya, pertama-tama individu mengubah nilai
secara kognitif ke dalam nilai yang dapat dipertahankan secara sosial maupun personal, dan nilai
yang demikian akan mudah dalam penyesuaian diri dengan nilai yang berbeda.
e. Nilai Berfungsi sebagai Ego Defensif
Di dalam prosesnya nilai mewakili konsep-konsep yang telah tersedia, sehingga dapat
mengurangi ketegangan dengan lancar dan mudah
f. Nilai Berfungsi sebagai Pengetahuan
Nilai sebagai model tingkah laku atau cara bertindak secara eksplisit maupun implisit
melibatkan fungsi aktualisasi diri. Fungsi pengetahuan berrati pencarian arti kebutuhan untuk
mengerti, kecenderungan terhadap kesatuan persepsi, dan keyakinan yang lebih baik untuk
melengkapi kejelasan dan konsepsi.

Ayo berpendapat

1. Bagaimanakah apabila nilai-nilai budaya dalam suatu masyarakat sudah tidak


dianggap dan tidak dipedulikan oleh masyarakat penganutnya? Apa yang akan terjadi
dalam masyarakat tersebut? Berikan pendapatmu mengenai hal tersebut!
2. Ungkapkan pendapatmu dengan percaya diri di depan teman-temanmu!

D. Pengaruh Nilai-Nilai Budaya


Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya globalisasi serta perkembangan IPTEK
membuat nilai-nilai budaya yang kita miliki semakin tergerus dan ditinggalkan. Padahal dalam
nilai-nilai budaya tersebut terkandung berbagai ajaran luhur yang dapat dijadikan pegangan hidup
sehari-hari. Lalu upaya apa saja yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
tersebut? Coba cermatilah kutipan artikel berikut ini agar kamu mendapat gambarannya!

25
Peneliti: Nilai Budaya Jawa Perlu Dimasukkan Kurikulum
Nilai-nilai budaya Jawa perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan untuk
pembentukan karakter siswa, kata peneliti Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kusno
Effendi. “Penanaman nilai budaya Jawa pada anak sangat penting, karena menjadi indikator
keberhasilan pembentukan karakter, “katanya saat memaparkan hasil penelitiannya di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), kamis. Selain itu, kata dia, nilai budaya juga
dapat menjadi sarana untuk mengisi pendidikan agama anak. Sebaliknya, ajaran-ajaran
agama Islam juga dapat ditanamkan orangtua melalui nilai budaya Jawa sehingga dapat
berkesinambungan.

Gambar 3.27 Wayang kulit merupakan salah satu


seni pertunjukan Jawa yang mengandung nilai-nilai
budaya Jawa yang luhur.

Menurut dia generasi muda Jawa saat ini mengalami kemunduran dalam “unggah-
unggah basa”. Hal tersebut dapat mengindikasikan generasi muda tidak dapat mewariskan
budaya tersebut. Ia mengatakan bahasa Jawa mempunyai keunikan terutama memiliki
tingkatan-tingkatan atau “unggah-unggah basa” bagi pemakai dan penggunaannya dengan
memperhatikan umur, jawaban, pangkat, dan keturunan.
Bagaimana menurutmu apabila nilai-nilai budayamasyarakat dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan seperti yang diuraikan di atas? Nilai-nilai budaya apa sajakah yang masih dilestarikan
di daerahmu? Nilai-nilai budaya memang banyak memberikan ajaran yang baik dan positif dalam
kehidupan. Misalnya seperti niali-nilai budaya Jawa yang kita baca dalam artikel di atas. Secara
tidak langsung, perkembangan zaman dan arus globalisasi telah sedikit demi sedikit menggerus
nilai-nilai budaya yang kita miliki, yang berdampak pada menurunnya sikap santun dan
menghormati dari generasi muda kepada generasi yang lebih tua. Lebih-lebih dengan adanya
sosial media yang menghilangkan semua batasan umur tersebut. Pengenalan kembali kepada
nilai-nilai budaya Jawa lewat kurikulum pendidikan, diharapkan mampu mencetak generasi muda
menjadi pribadi yang berbudi luhur dan religius.
Sebelum masuk ke dalam uraian materi mengenai dampak globalisasi terhadap nilai
budaya, coba kerjakan kegiatan yang berhubungan dengan materi berikut ini.
Kegiatan 3.4
Judul Kegiatan : Menganalisis Pengaruh Nilai Budaya (Budaya) terhadap Generasi Muda
Indonesia
Jenis Kegiatan : Kerja Kelompok
Tujuan Kegiatan : 1) Peserta didik dapat menjelaskan pengaruh nilai budaya terhadap generasi
muda Indonesia dengan tepat
2) Peserta didik dapat menyajikan hasil diskusi pengaruh nilai budaya terhadap
generasi muda Indonesia dengan baik.
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Buatlah kelompok dengan teman sekelasmu berjumlah 5-6 orang tanpa membedakanstatus
sosial.
2. Bacalah artikel berikut ini dengan cermat!

26
Media Sosial Picu Kenakalan Remaja
Munculnya situs-situs pertemanan (social media) yang kian digandrungi jutaan penduduk
dunia ternyata juga mampu memicu pergeseran nilai-nilai sosial dalam masyarakat, khususnya di
kalangan generasi remaja. Baru-baru ini sebuah studi menemukan bahwa situs-situs petermanan
seperti facebook, twitter, myspace lebih mungkin membuat peran remaja mengonsumsi minuman
beralkohol dan merokok. Kok, bisa?
Remaja memandang bahwa yang keren adalah yang baik. Maka ketika mereka melihat
koleksi foto teman-teman mereka sedang merokok atau mengonsumsi minuman keras yang
diunggah di facebook, twitter, dan lainnya, mereka akan cenderung mengganggapnya sebagai
suatu yang kerena dan wajib dicoba. Seperti dilansir laman Dailymail oleh duniafitnes.com, Dr,
Thomas Valente profesor kedokteran preventif di University of SouthemCalifornia mengatakan,
“Penelitian kami menunjukkan bahwa remaja dapat terpengaruh merokok dan minuman alkohol
oleh foto teman dunia maya.” Pada dasarnya, berapa banyak teman yang dimiliki dalam situs-situs
tersebut tidak memengaruhi perilaku untuk merokok atau mengosumsi minuman beralkohol.
Namun, ketika foto-foto tersebut diunggah, keinginan untuk mencoba sesuatu yang ‘keren’
tersebut akan muncul.
Di sinilah orangtua wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada anak-anak mereka.
Terutama bagi anak-anak yang menginjak usia remaja. Dengan langkah ini, diharapkan anak-anak
tetap dapat memiliki kehidupan sosialnya dan terhindar dari pengaruh negatif pergaulannya.

Gambar 3.28 Remaja dan media sosial

3. Dalam rangka menumbuhkan kreativitasmu mengenai pengaruh nilai budaya terhadap generasi
muda, ajukan beberapa pertanyaan kepada gurumu mengenai hal tersebut!
4. Kamu juga dapat mencari informasi mengenai mempertahankan nilai budaya dari berbagai
referensi yang relevan
5. Berdasarkan informasi yang telah kamu peroleh, diskusikanlah mengenai hal-hal berikut ini.
a. Masalah apa sajakah yang ditimbulkan dari pengaruh media sosial bagi remaja?
b. Nilai budaya apa sajakah yang tepat untuk mengatasi masalah yang diungkapkan dalam
artikel di atas?
c. Bagaimanakah cara yang efektif untuk mengenal nilai-nilai budaya yang positif kepada
kaum remaja agar tidak terjebak dampak negatif globalisasi?
d. Apa yang akan kamu lakukan bila ada di antara teman-temanmu juga melakukan hal-hal
yang negatif seperti kenakalan remaja yang dijabarkan dalam artikel di atas?
e. Hal apa sajakah yang dapat kamu simpulkan dari artikel di atas berhubungan dengan
pengaruh nilai budaya terhadap generasi muda Indonesia?
6. Tulislah hasil diskusi kelompokmu dengan rapi!
7. Presentasikanlah hasil diskusi kelompokmu di depan kelas dan bandingkan dengan kelompok lain!
Bersama teman kelompokmu, kamu telah berhasil menyelesaikan kegiatan 3.4 dengan baik.
Kegiatan tersebut dapat melatih rasa gotong royong, peduli, dan tanggung jawab. Lalu bagaimana
nasib nilai-nilai budaya kita di era globalisasi ini ? apakah nilai-nilai budaya kita akan tergerus lalu
menghilang, ataukah dapat bertahan dan beriringan dengan zaman yang semakin maju? Dalam
rangkah menambah wawasanmu mengenai dampak globalisasi terhadap nilai budaya, cermatilah
penjelasan berikut ini.

27
1. Pengaruh Nilai-Nilai Budaya terhadap Masyarakat Multietnik Indonesia
Indonesia merupakan negara yang ditempati berbagai macam etnis yang berbeda-beda,
yang tersebar dari sabang sampai Merauke. Semboyan negara “Bhineka Tunggal Ika”
menunjukkan betapa banyaknya etnis yang tersebar di bumi nusantara ini. Bhineka Tunggal Ika
yang berarti berbeda-beda tetapi satu jua bukan sekedar semboyan, tetapi simbol
keanekaragaman etnis di Indonesia.

Gambar 3.29 Lambang negara Garuda


Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika
Yang menunjukkan keberagaman etnis di
Indonesia.

Di wilayah suatu negara yang terdiri dari berbagai macam etnis seperti Indonesia, konflik
antar etnis merupakan hal yang tak dapat dihindari. Sejarah bangsa telah menujukkan berbagai
konflik etnis yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia konsep integrasi multikultural dapat
digunakan untuk membuat Indonesia yang multietnis dapat bersatu tanpa konflik etnis. Di sini
setiap etnis yang ada dituntut untuk melakukan pembelajaran terhadap budaya lain tanpa
meninggalkan budayanya sendiri, sehingga mereka tetap memiliki ciri khas masing-masing.
Sehingga semua elemen masyarakat bekerja sama dalam kesetaraan hak dan kewajiban secara
politis, ekonomi, sosial dan budaya.
Selain itu, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan melestarikan nilai budaya
yang disepakati bersama. Nilai-nilai tersebut akan menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia
untuk membangun masyarakat multietnik yang harmonis dan juga membentuk manusia Indonesia
yang religius dan berbudi luhur.

Info
Antropologi
Nilai Karakter Bangsa
Departemen Pendidikan Nasional merumuskan 18 nilai dalam pendidikan karakter
bangsa yakni:
1. Religius 8. Kreatif 15. Gemar membaca
2. Jujur 9. Mandiri 16. Peduli lingkungan
3. Toleransi 10. Demokratis 17. Peduli sosial
4. Disiplin 11. Rasa ingin tahu 18. Tanggungjawab
5. Kerja keras 12. Semangat kebangsaan
6. Cinta tanah air 13. Bersahabat/komunikatif
7. Menghargai prestasi 14. Cinta damai
Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki nilai-nilai tradisional yang bersifat positif
seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat (1994) yang dapat dikembangkan menjadi nilai
budaya bersama. Beberapa sifat positif bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai tradisional,
di antaranya sebagai berikut.

28
a. Tahan Penderitaan
Sifat mental (dari semua suku bangsa) yang mempunyai aspek positif adalah adanya
nilai budaya yang berupa sifat tahan penderitaan. Nilai budaya ini rupanya bersumber
kepada beberapa nilai dan konsep lain, misalnya konsep yang beranggapan bahwa hidup itu
sudah dari awal mula harus kita terima sebagai suatu hal yang pada hakikatnya penuh
penderitaan, dan bukan sebagai suatu karunia yang penuh kenikmatan. Sifat ini melahirkan
keuletan untuk sangguap hidup menderita dan pantang menyerah untuk mengikuti proses
gerak hidup masyarakat.
b. Berikhtiar (Berusaha)
Adanya sifat mental yang mewajibkan kita untuk tetap berikhtiar walaupun hidup itu
pada hakikatnya harus dialami. Dengan kata lain, kita wajib berusaha dalam hidup kita.
Sebenarnya konsep ikhtiar ini, terkandung dalam ajaran-ajaran pujangga-pujangga kita
zaman dahulu, dan masih tercakup dalam berbagai peribahasa kita. Apabila konsep ini
digali dan diajarkan kembali kepada generasi penerus bangsa kita, hal ini akan dapat
membantu untuk mengembangkan sifat-sifat mental, seperti: kemauan untuk berusaha
atas kemampuan sendiri, rasa tanggungjawab sendiri, dan nilai yang berorientasi
terhadap achievement dalam karya.

Gambar 3.30 Beberapa peserta


didik sedang belajar di perpustakaan
sekolah, belajar merupakan salah satu
usaha dalam mencapai cita-cita.

c. Toleransi
Adanya sifat mental untuk bersikap toleran terhadap pendirian-pendirian lain.
Tentunya selama pendirian lain itu tidak mengganggu sendi-sendi kehidupan kita, maka
pendirian lain itu kita biarkan hidup dan kita usahakan untuk tidak memerangi atau
membasminya. Nilai seperti ini tentu sangat penting untuk disebarkan lebih luas di antara
generasi penerus bangsa, agar kelak mereka bahagia apabila harus hidup dalam suatu
masyarakat majemuk seperti masyarakat bangsa Indonesia yang beragam ini.

Gambar 3.31 Sikap toleransi beragama.

d. Gotong Royong
Suatu sifat positif dalam mentalitas kita (dari semua suku bangsa) adalah konsep
yang merupakan salah satu unsur dalam nilai gotong royong. Unsur itu sebenarnya
merupakan suatu tema berpikir bahwa manusia itu tidak sendiri di dunia ini, tetapi

29
dikelilingi oleh sistem sosial dari komunitas dan masyarakat sekitarnya, dimana ia merasa
dirinya hanya sebagai suatu unsur yang ikut terbawa dalam proses peredarannya.

Cara berpikir seperti itu, tentu membawa rasa aman yang sangat dalam dan mantap
kepada kita. Hal ini karena dalam pikiran kita tetap ada bayangan bahwa dalam keadaan
malapetaka maupun bencana, selalu akan ada yang membantu kita tak perlu takut untuk
hidup terisolasi bahkan sebatang kara.

Gambar 3.32 Kegiatan gotong royong warga


Dalam membersihkan lingkungan.

Nilai budaya dan masyarakat multietnik Indonesia saling berhubungan satu sama lain.
Karena secara tidak langsung nilai budaya menjadi semacam pandangan hidup bagi masyarakat
multietnik Indonesia. Sehingga apabila terjadi perubahan sikap mental, pola pikir, dan pola
tingkah laku anggota masyarakat dalam berbagai aspek kehidupam. Aspek kehidupan manusia
dapat dibedakan menjadi dua yaitu manusiawi dan tidak manusiawi. Aspek kehidupan manusiawi
diungkapkan sesuai dengan sistem nilai budaya sebagai pandangan hidup, melalui sikap saling
menyayangi, melindungi, menghargai, dan lainnya dirasakan sebagai keindahan hidup.
Sebaliknya aspek kehidupan tidak manusiawi diungkapkan melalui sikap dan perbuatan yang
merugikan, menggelisahkan dan menjadikan manusia menderita.

Diskusi
1. Perhatikanlah keadaan warga di daerah tempat tinggalmu!
2. Bersama dengan kelompokmu, diskusikanlah mengenai hal-hal berikut ini!
a. Kegiatan apa sajakahyang sering dilakukan oleh warga atau penduduk di
tempat tinggalmu secara bersama-sama?
b. Apa manfaat atau pengaruh kegiatan tersebut bagi masyarakat di daerah
tempat tinggalmu?
c. Mengandung nilai-nilai budaya apa sajakah kegiatan tersebut?
3. Buatlah kesimpulan mengenai ikatan hal tersebut dengan kerukunan warga di daearh
tempat tinggalmu tersebut!

2. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai Budaya Indonesia


Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat dunia yang tidak mengenal batas
wilayah dan menghubungkan antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di negara
lain di seluruh dunia. Globalisasi berangkat dari suatu gagasan untuk menyatukan tatanan
antarbangsa yang diharapkan menjadi sebuah kesepakatan bersama dan menjadi pedoman
bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Sebagai proses yang berkesinambungan, globalisasi mampu mengurangi kendala dimensi
ruang dan waktu sehingga interaksi dan komunikasi antarbangsa dapat dilakukan dengan cepat
dan tepat sasaran. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi merambah
semua faktor kehidupan dan memberi pengaruh yang signifikan pada tatanan masyarakat dunia
(pertanian) menjadi masyarakat industri modern. Perubahan ini berpengaruh pula terhadap
terjadinya perubahan pada model hubungan kerja, sistem pemilikan tanah, dan juga hubungan
kekeluargaan dalam masyarakat.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga mengalami dampak dari
pesatnya pengaruh globalisasi. Sebagaimana yang terjadi di negara lain, globalisasi memberi
pengaruh yang positif dan negatif terhadap tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh
globalisasi terhadap budaya nasional meliputi berbagai sektor kehidupan seperti budaya dalam

30
bidang politik, ekonomi, ideologi, sosial dan lain-lain secara cepat maupun lambat
memengaruhi prinsip dan identitas kebudayaan nasional Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, eksistensi budaya dan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sampai saat ini belum optimal dalam upaya membangun karakter warga negara.
Bahkan setiap saat kita saksikan berbagai macam tindakan masyarakat yang berakibat pada
kehancuran bangsa yakni menurunnya perilaku sopan santun, menurunnya perilaku kejujuran,
menurunnya rasa kebersamaan, dan menurunnya rasa gotong royong di antaranggota
masyarakat.

Gambar 3.33 Globalisasi cepat maupun


lambat mempengaruhi prinsip dan identitas
kebudayaan nasional Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, Lickona (dalam Yunus, 2013:65) menyatakan terdapat 10
tanda perilaku manusia yang menunjukan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu:
a. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja
b. Ketidakjujuran yang membudaya
c. Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orangtua, guru, dan figur pemimpin
d. Pengaruh per grup terhadap tindakan kekerasan
e. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian
f. Penggunaan bahasa yang memburuk
g. Penurunan etos kerja
h. Menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara
i. Meningkatnya perilaku merusak diri
j. Semakin kaburnya pedoman moral

Pembangunan karakter bangsa melalui budaya lokal sangatlah dibutuhkan. Pembangunan


karakter bangsa dapat ditempuh dengan cara mentransformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai
salah satu sarana untuk membangunan karakter bangsa. Pentingnya transformasi nilai-nilai
budaya lokal sebagai salah satu sarana untuk membangun karakter bangsa adalah sebagai
berikut.
a. Secara Filosofis
Secara folosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi
dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat
yang akan eksis.
b. Secara Ideologis
Secara ideologis, pembanguan karakter merupakan upaya mengejewantahkan
ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif,
pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan negara.
c. Secara Historis
Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti
proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman
penjajah, paupun pada zaman kemerdekaan.
d. Secara Sosiokultural
Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari
suatu bangsa yang multikultural.

31
Tahukah Kamu
Tahukah kamu yang dimaksud dengan budaya lokal?
Pengertian budaya lokal merupakan budaya asli yang dimiliki oleh sebuah
masyarakat tertentu dan menjadi ciri khas dari budaya masyarakat lokal. Dengan
melihal budaya lokal, akan didepati sejumlah karakteristik yang menjadi identitas pada
suatu masyarakat. Budaya lokal di Indonesia memang sangat banyak variannya, dan
bila diamati satu persatu didapati bahwa satu suku mempunyai budaya yang khas dan
berbeda dengan suku lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan budaya
lokalnya dan banyak manfaat yang diperoleh dari kekayaan budaya di tanah air.
Upaya pembangunan karakter bangsa harus memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia. Jika tidak, akan berakibat pada ketidakpastian jati diri bangsa. Hal ini akan
mengakibatkan:
a. disorientasi dan belum dihayati nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa
b. keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujutkan nilai-nilai esensi Pancasila
c. bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
d. memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dan bernegara
e. ancaman disintegrasi bangsa
f. melemahnya kemandirian bangsa (Yunus, 2013:66)

Ayo Berpendapat
1. Globalisasi tidak selalu membawa dampak buruk. Menurutmu adalah dampak globalisasi
yang berpengaruh baik terhadap nilai-nilai budaya Indonesia? Berukan pendapatmu
mengenai hal tersebut!
2. Ungkapkan pendapatmu dengan percaya diri di depan teman-temanmu!

E. Pewarisan Nilai-Nilai Budaya


Setelah mengetahui tentang pengaruh nilai budaya terhadap masyarakat multietnik Indonesia,
kini saatnya kamu mengetahui tentang pewarisan nilai-nilai budya. Bagaimanakah proses pewarisan
nilai-nilai budaya tersebut dalam masyarakat? Coba kamu baca terlebih dahulu artikel berikut untuk
memberikanmu gambaran mengenai materi yang akan kamu pelajari.

Multikulturalisme Lontong Cap Go Meh

Gambar 3.34 Lontong Cap Go Meh

Hampir setiap orang tidak hanya kalangan Tionghoa, pasti pernah mencicipi lezatnya lontong Cap
Go Meh. Makanan ini cukup mudah ditemui terutama di kedai-kedai makanan yang menyajikan menu
Tionghoa peranakan. Saat perayaan Cap Go Meh tiba makanan ini menjadi sajian spesial yang harus ada.
Cap Go Meh dirayakan pada hari ke-15 setelah perayaan tahun baru Imlek, saat bulan purnama bundar
sempurna. Cap Go Meh menjadi puncak dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek. Aktivitas berkumpul
dan makan bersama keluarga menjadi intisari dari berbagai perayaan budaya Tionghoa, termasuk saat

32
Cap Go Meh khusus di Indonesia, perayaan Cap Go Meh dirayakan dengan menyantap makanan khas
lontong Cap Go Meh yang tidak ada di negara lain.

Di negara asalnya, Cap Go Meh dirayakan dengan menyantap yuan hiao atau tang yuan alias
wedang ronde. Jika dilihat dari bentuk fisiknya tentu lontong Cap Go Meh dengan wedang ronde
merupakan dua jenis makanan yang berbeda sama sekali. Wedang ronde sekedar kudapan penutup,
bukan makanan utama. Meski demikian, ternyata secara simbolis kedua makanan ini memiliki makna
yang sama. Lontong memiliki tekstur yang kenyal dan lengket. Demikian halnya dengan bola-bola ronde
yang dibuat dari tepung ketan. Bola-bola ronde juga memiliki tekstur yang sama. Keduanya dimaknai
sebagai proses menghadirkan kembali kebersamaan dan kekeluargaan yang dapat memperkuat ikatan
tali silaturahmi.
Hadirnya lontong atau di beberapa daerah ya baru. Sajian menggunakan ketupat tidak bisa lepas
dari pengaruh lokal. Terjadi negosiasi budaya Tionghoa dengan budaya setempat yang kemudian
membentuk budaya baru. Sajian lontong Cap Go Meh kemudian menjadi bagian dari identitas budaya.
Tionghoa di Indonesia, terutama di Jawa. Tradisi ini persis dengan bakda kupat pada sepekan setelah
Idul Fitri. Bagi masyarakat Muslim di Indonesia, tradisi makan ketupat sayur saat Idul Fitri sudah
berlangsung sejak lama.
Artinya lontong Cap Go Meh merupakan wujud adaptasi masyarakat Tionghoa terhadap masakan
lokal Indonesia. Adaptasi ini pada akhirnya menciptakan sebuah akulturasi budaya. Tionghoa telah lama
hidup berdampingan dengan masyarakat lokal dan berinteraksi dengan budaya setempat. Hal ini
memperlihatkan bahwa akulturasi merupakan proses yang alami dan wajar. Diperlukan kesediaan untuk
menerima dan menghargai proses perubahan kebudayaan beserta hasilnya. Kesadaran
multikulturalisme memiliki dimensi etis, artinya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat diajak untuk
saling menghormati dan menghargai perbedaan. Gagasan multikulturalisme diharapkan dapat
mengakomodasi kesetaraan dalam perbedaan untuk meredam konflik dalam masyarakat yang
heterogen.

Bagaimana pendapatmu mengenai artikel di atas? Artikel tersebut membahas tentang tradisi
Cap Go Meh di Indonesia. Meski tradisi Cap Go Meh juga dirayakan oleh etnis Tionghoa di seluruh
dunia, namun perayaannya di Indonesia sedikit berbeda. Hal ini karena telah terjadi akulturasi dengan
budaya Indonesia maka menjadikan tradisi Cap Go Meh bernuansa Indonesia. Sebut saja dari kuliner
yang dihidangkan yang semula adalah wedang ronde berubah menjadi lontong Cap Go Meh. Namun
bukan berarti esensi atau intisari dari tradisi Cap Go Meh tersebut luntur, karena ternyata secara
simbolis kedua makanan ini memiliki makna yang sama, yaitu kebersamaan dan kekeluargaan.
Hal tersebut membuktikan bahwa nilai-nilai budaya seperti kebersamaan dan kekeluargaan
ternyata dapat diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, lewat tradisi unik seperti
lontong Cap Go Meh. Lalu bagaimanakah dengan pewarisan nilai-nilai budaya yang lain? Adakah cara-
cara lain yang dapat digunakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya tersebut kepada generasi penerus?
Coba kerjakan kegiatan berikut untuk menemukan jawabannya.

Kegiatan 3.5
Judul Kegiatan : Menganalisis cara-cara Pewarisan Nilai-Nilai Budaya
Jenis Kegiatan : Kerja Kelompok
Tujuan Kegiatan : 1) Peserta didik dapat menguraikan cara-cara pewarisan nilai-nilai budaya
(kultural) dengan tepat.
2) Peserta didik dapat menceritakan kembali hasil diskusi tentang cara-cara
pewarisan nilai-nilai (kultural) dengan jelas.
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Bentuklah kelompok dengan teman sekelasmu yang terdiri dari 5-6 orang!
2. Adakah tradisi seperti perayaan Cap Go Meh atau perayaan untuk menyambut hari istimewa atau
hari Besar keagamaan di tempatmu? Amatilah hal tersebut di lingkungan tempat tinggalmu!
3. Lakukan wawancara singkat dengan beberapa tokoh masyarakat setempat yang memahami
mengenai hal tersebut Misalnya seperti kolom berikut.

33
No Pertanyaan Jawaban
1. Apa nama tradisi atau perayaan tersebut? ....
2. Sejak kapan tradisi tersebut dilaksanakan? ....
3. Kapankah tradisi tersebut dilaksanakan? ....
4. Apa makna dari dilaksanakannya tradisi tersebut? ....
5. Simbol-simbol apa sajakah yang dapat kamu
....
temukan dari tradisi tersebut?
6. Bagaimanakah pendapat masyarakat mengenai
tradisi tersebut? Apakah pro atau kontra? Berikan ....
alasanmu!
.... .... ....
4. Berdasarkan informasi yang telah kamu dapatkan, diskusikanlah mengenai hal-hal berikut
bersama dengan kelompokmu!
a. Sudahkah masyarakat di daerah tempat tinggalmu melakukan pewarisan budaya?
b. Lewat media apakah mereka mewariskan nilai-nilai budaya tersebut?
c. Apa yang adapat kamu simpulkan dari hasil wawancaramu?
5. Presentasikan hasil analisismu di depan guru dan teman sekelasmu!
Secara berkelompok kamu telah berhasil mengerjakan Kegiatan 3.5 dengan baik. Bahkan kegiatan
tersebut dapat menumbuhkan rasa kepedulianmu terhadap tradisi atau budaya setempat. Lalu melalui
proses apa sajakah nilai-nilai budaya tersebut dapat diwariskan kepada generasi penerus, sehingga
mereka tidak lupa dengan nilai-nilai budaya bangsanya sendiri? Simaklah uraian materinya berikut ini.

1. Pengertian Pewarisan Nilai-Nilai Budaya


Pewarisan nilai-nilai budaya erat kaitannya dengan pewarisan kebudayaan. Hal ini dikarenakan
dalam suatu kebudayaan pasti terkandung nilai-nilai budaya lokal yang dianut oleh masyarakat
setempat. Di dalam masyarakat unsur kebudayaan diwariskan secara turun-tumurun yang
membutuhkan waktu dalam proses pewarisannya. Dalam antropologi, pewarisan nilai-nilai budaya
diidentikkan dengan proses belajar. Hal ini karena manusia akan belajar menerima unsur-unsur budaya
yang lama dan menyeleksi unsur kebudayaan yang tepat bagi kehidupannya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pewarisan budaya adalah proses belajar kebudayaan yang berlangsung sepanjang kehidupan
manusia.

Gambara 3.35 Beberapa anak-anak sedang latihan


menari. Di dalam masyarakat unsur kebudayaan
diwariskan secara turun-temurun.

Pewarisan budaya juga dapat diartikan sebagai proses mewariskan budaya unsur-unsur budaya
dari satu geberasi ke generasi manusia atau masyarakat berikutnya melalui proses pembudayaan
(proses belajar budaya). Proses pewarisan budaya dapat dilakukan melalui proses internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi. Pewarisan budaya sangat penting bagi manusia karena dengan budaya
manusia dapat menunjukkan jati dirinya sebagai suatu makhluk yang berbudaya selain itu budaya juga
menjadi ciri khas bagi manusia itu sendiri.

34
2. Proses Pewarisan Nilai-Nilai Budaya
Sebagian besar para ahli antropologi sepakat bahwa kebudayaanlah yang telah membentuk
makhluk manusia, dan bukan alam sekitarnya. Keberhasilan mereka menundukkan alam sekitarnya
adalah bukti keberhasilan mereka mencapai suatu tingkat kebudayaan yang lebih tinggi.
Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan, dan makhluk manusia
merupakan pendukung kebudayaan. Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang
dimilikinya akan diwariskan untuk keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk
manusia tidak hanya terjadi secara vertikal atau kepada anak cucu mereka, melainkan dapat pula
dilakukan secara horizontal atau manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya.
Bahkan menurut C. Kluckhohn (dalam Poerwanto, 2010:88-89), kebudayaan merupakan proses
belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis. Oleh karenanya kebudayaan merupakan pola
tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Terdapat tiga
proses belajar kebudayaan termasuk nilai-nilai didalamnya yang penting, yaitu dalam kaitannya dengan
manusia sebagai mahkluk hidup, dan sebagai bagian dalam suatu sistem sosial. Proses tersebut di
antaranya sebagai berikut.
a. Proses Internalisasi
Dalam bukunya Ilmu Sosial Dasar (Ahmadi, 2009:115) berpendapat bahwa
internalisasi adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai
instusionalisasi saja, tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam
jiwa anggota-anggota masyarakat. Norma-norma tersebut terkadang dapat dibedakan
menjadi berikut.
1. Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma kepercayaan yang
bertujuan agar manusia beriman dan norma kesusilaan yang bertujuan agar manusia
berhati nurani yang bersih.
2. Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup kaidah kesopanan dan
kaidah hukum serta mempunyai tujuan agar manusia bertingkah laku yang baik
dalam pergaulan hidup dan bertujuan untuk mencapai kedamaian.
Proses internalisasi sangat memengaruhi kepribadian seseorang terutama dalam
penanaman nilai-nilai luhur seperti budi pekerti, sopan santun, kejujuran, tanggung
jawab, dan lain-lain. Hal ini karena manusia mempunyai bakat yang telah terkandung
dalam gennya untuk mengembangkan berbagai perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi dalam
kepribadian individunya, tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isis
kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada disekitar
alam dan lingkungan sosial maupun budayanya. Melalui internalisasi, seseorang dapat
mengembangkan, memperbaiki dan menyaring budaya yang sesuai dengan kepribadiannya.

Gambar 3.37 Proses Internalisasi sangat


mempengaruhi kepribadian seseorang terutama
dalam penanaman nilai-nilai luhur, misalnya
sopan santun.

35
b. Proses Sosialisasi
Selanjudnya setelah mencapai taraf internalisasi tersebut, individu menjadi anggota
masyarakat. Proses mencapai taraf ini dilakukan melalui sosialisasi. Menurut
Koentjaraningrat (2009:186), proses sosialisasi adalah proses belajar kebudayaan dalam
hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses sosialisasi, seorang individu dari masa anak-
anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan berbagai
individu di sekelilingnya yang menduduki berbagai peranan sosial dalam kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya, individu mulai berhubungan dengan individu lain disekitar lingkungan
kehidupannya dan belajar bagaimana untuk bertindak atau berbudaya di dalam
masyarakat.
Di dalam proses sosialisasi, seseorang akan belajar untuk memahami, menghayati
menyesuaikan, dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku
masyarakatnya. Misalnya, sejak kecil anak-anak telah disosialisasikan dengan proses
pewarisan kebudayaan yang bersifat religius, seperti mengajak anak-anak sholat di masjid
bagi yang beragama Islam, mengikuti upacara di Pura bagi yang beragama Hindu, dan lain-
lain. Melalui aktivitas tersebut anak diajarkan untuk mengenal norma agama yang berfungsi
sebagai pedoman atau acuan hidupnya. Proses sosialisasi tersebut lambat laun akan
tertanam dalam diri individu yang berakibat pada pewarisan suatu kebudayaan tertentu
yang berlangsung sepanjang hidup manusia.

Gambar 3.38 Sejak kecil anak-anak telah disosialisasikan


dengan proses pewarisan kebudayaan yang bersifat
religius, seperti mengajak anak-anak sholat di masjid.

Proses sosialisasi berkaitan erat dengan dengan enkulturasi atau proses


pembudayaan. Biasanya proses sosialisasi dan enkulturasi dapat berlangsung secara
bersamaan dalam diri seorang individu sehingga kepribadiannya terbentuk sesuai dengan
kepribadian masyarakatnya. Proses sosialisasi dan enkulturasi berlangsung dari generasi tua
pada generasi muda melalui tahapan tertentu. misalnya, seorang anak mempelajari
kehidupan dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian meluas ke tetangga, teman
sebaya, sekolah, lingkungan kerja, hingga diperoleh suatu status dalam pergaulan hidup.
c. Prosses Enkulturasi
Menurut Koentjaraningrat (2009:189), istilah yang sesuai untuk menyebut proses
enkulturasi adalah pembudayaan atau institutionalization. Proses enkulturasi adalah
proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Secara
tidak langsung seorang individu sudah mulai memperoleh pewarisan kebudayaan dalam
kehidupannya karena menyesuaikan diri dan bersikap sesuai dengan tuntutan norma atau
adat kebudayaannya yang berlaku di masyarakatnya.
Sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai oleh warga masyarakat dalam alam
pikirannya, mulanya di dalam lingkungan keluarganya dan teman-temannya bermain. Pada
awalnya individu belajar meniru berbagai macam tindakan orang-orang disekitarnya
sehingga tindakannya menjadi suatu pola yang teratur dan norma yang mengatur
tindakannya ditetapkan. Selain itu, berbagai norma yang ada dipelajari seorang individu

36
dengan mendengarkan pembicaraan orang lain mengenai berbagai norma tersebut dalam
lingkungan pergaulannya pada saat yang berbeda-beda.

Misalnya, adat kebiasaan orang Indonesia yang menganjurkan apabila ada seseorang
yang sedang bepergian ke suatu tempat yang jauh, sekembalinya ke rumah diharapkan
untuk membawa oleh-oleh dan membagikannya kepada kerabat atau tetangga dekatnya.
Tindakan tersebut mengandung penanaman rasa aman pada diri seseorang, karena ia
mempunyai hubungan baik dengan orang-orang sekitarnya. Nilai solidaritas sosial yang
merupakan motivasi tindakan membagikan oleh-oleh tersebut telah timbul ketika
seseorang masih kecil dan diinternalisasi dalam kepribadiannya.

Info
Antropologi
George Herbert Mead menjelaskan bahwa perkembangan manusia diantaranya
melalui sosialisasi dapat melalui tiga tahap yaitu:
1. Play stage yaitu tahap dimana seorang anak mulai mengambil peranan orang-
orang disekitarnya.
2. Game stage yaitu tahap dimana anak mulai mengetahui peranan yang harus
dijalankan dan peranan yang dijalankan orang lain.
3. Generalized other yaitu tahap dimana seseorang telah mampu mengambil
peranan-peranan yang dijalankan oleh orang lain.

Diskusi
1. Bersama kelompokmu, diskusikan hal-hal berikut ini.
a. Setujukah kamu bahwa proses inkulturasi perlu ditanamkan dalam berbagai
aspek kehidupan? Mengapa?
b. Kegiatan-kegiatan apa sajakah yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk
menanamkan nilai-nilai budaya di sekolah?
2. Kemukakan hasil diskusimu di depan kelas dengan percaya diri!

3. Cara Pewarisan Nilai-Nilai Budaya


Cara pewarisan budaya pada masyarakat tradisional terjadi secara sederhana, yaitu
a. Melalui tatap muka langsung
Pewarisan budaya dilakukan dengan tatap muka langsung, ketika mitos, legenda, dan
dongeng diceritakan, orangtua terhadap muka langsung dengan anak-anaknya.
b. Dari mulut ke mulut
Dari mulut ke mulut yaitu sering dilakukan secara berantai, misalnya seseorang
bercerita kepada temannya, yang kemudian bercerita kepada orang lain, dan seterusnya.
c. Praktik langsung
Praktik langsung misalnya, masyarakat dengan tipe berburu mewariskan
keterampilan berburu dengan cara membawa langsung anaknya untuk turut serta dalam
kegiatan berburu.

Gambar 3.39 Tradisi lamut, tradisi berkisah dari


belajar , merupakan contoh pewarisan budaya
dalam masyarakat tradisional.

37
Cara pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung secara canggih, yaitu melalui
a. Tatap muka langsung
b. Tanpa tatab muka
Kecanggihan cara pewarisan budaya pada masyarakat modern terjadi akibat dari penemuan
teknologi komunikasi dan informasi canggih seperti telepon, handphone, radio, televisi, dan internet
serta alat percetakan yang menyebabkan tersedianya berbagai jenis buku. Pewarisan budaya sudah
dapat dilakukan melalui teknologi komunikasi dan informasi, yang tidak memerlukan tatap muka
langsung. Media elektronik dan media massa memiliki peranan penting dalam proses pewarisan budaya
pada masyarakat modern. Penghantar tidur manusia pada masyarakat modern adalah dengan
mendengarkan radio dan menonton televisi, dan sudah sangat jarang orangtua yang membacakan
dongeng kepada anak-anaknya menjelang tidur.

Gambar 3.40 cara pewarisan nilai budaya pada


masyarakat modern dilakukan melalui informasi
canggih, misal internet.

Selain juga sebagai salah satu cara dalam pewarisan nilai-nilai budaya, ternyata membaca
dongeng memiliki banyak manfaat. Sehingga membaca dongeng perlu dibudayakan kembali bahkan di
era modern sekarang ini. Lalu apa saja manfaat membaca dongeng? Coba bacalah artikel yang
berhubungan dengan dongeng berikut ini untuk menambah pengetahuan dan wawasanmu.

12 Manfaat Dongeng
Dongeng memang identik dengan bayi dan balita. Sejak zaman dulu, anak-anak suka menyukai
dongeng. Ternyata dongeng tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki manfaat bagi bayi dan balita.
Dongeng seperti, misalnya dongeng Si Kancil, Si Jubah Merah, Bawang Merah-Bawang Putih, dan
sebagainya, sejak dulu selalu membawa pesan yang begitu menyentuh, sehingga membentukmu
berperilaku baik. Lebih dari itu, mungkin dulu kamu terpesona suara ibu atau ayahmu saat mereka
mendongeng untukmu malam-malam sebelum tidur.
Ada banyak manfaat yang bisa diambil dari dongeng, antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan keterampilan bicara anak, karena bayi atau balita akan kenal banyak kosa kata.
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak, dengan mengengarkan struktur kalimat.
3. Meningkatkan minat baca.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir.
5. Meningkatkan keterampilan problem solving.
6. Merangsang imajinasi dan kreativitas.
7. Mengembangkan emosi.
8. Memperkenalkan nilai-nilai moral.
9. Memperkenalkan ide-ide baru.
10. Mengalami budaya lain.
11. Relaksasi.
12. Mempererat ikatan emosi dengan orang tua.
Nah, dengan segudang manfaat dongeng, tentunya Anda tidak ragu lagi kan untuk mendongeng?
Apa dongeng favoritmu?

38
4. Sarana Proses Pewarisan Nilai-Nilai Budaya
Pewarisan budaya (transmission of culture) berlangsung sepanjang masa, selama masyarakat
pendukung budaya yang bersangkutan tidak punah. Prosesnya berjalan dari generasi satu ke generasi
berikutnya secara berkesinambungan. Pewarisan budaya dapat melalui berbagai sarana, di antaranya
sebagai berikut.
a. Keluarga
Lingkungan sosial yang pertama yang dikenal individu sejak lahir adalah keluarga. Ayah, ibu,
dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan
dengan individu. Sosialisasi yang dialami individu secara intensif berlangsung dalam keluarga.
Pengenalan nilai, norma, dan kebiasaan untuk pertama kali diterima dari keluarga. Pengaruh
sosialisasi dan enkulturasi yang berasal dari keluarga sangat besar pengaruhnya bagi
pembentukan dan perkembangan kepribadian individu.
Kebiasaan-kebiasaan yang positif dan negatif yang berlangsung lama dan terbuka dalam
lingkungan keluarga dapat tertanam secara kuat pada kepribadian seseorang. Kebiasaan tidur
teratur, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan menyisir rambut, dan kebiasaan berpakaian rapi,
yang dapat terbawa dalam kepribadian seseorang berlangsung dalam keluarga. Selanjutnya,
keadaan keluarga sebagai suatu bentuk lingkungan sosial, termasuk besar kecilnya keluarga dan
keharmonisan keluarga sangat memengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian anak.
Keluarga sangat berperan dalam menanamkan disiplin, nilai, norma, kebiasaan, dan dasar.

Gambar 3.41 Lingkungan sosial


pertama yang dikenal individu
sejak lahir adalah keluarga.

Keluarga berperan sebagai media perubahan budaya yang pertama dan utama, karena
keluarga sebagai sumber pertama kali belajar atau sosialisasi primer. Contohnya ketika seorang
anak yang mendapatkan haknya dalam keluarga maka ia akan belajar dari hal itu untuk bertindak
adil. Atau ketika anak sering melihat orangtuanya mengaji dan beribadah di rumah, maka secara
tidak langsung anak juga akan meniru hal tersebut.

b. Masyarakat
Setelah melalui lingkungan keluarga, seorang individu akan melanjutkan tahapan sosialisasi
melalui lingkungan masyarakat sekitarnya. Tentu saja sosialisasi itu bermula dari lingkungan
masyarakat sekitarnya yang paling kecil, berlanjut sampai kepada lingkungan yang paling besar.
Lingkungan masyarakat yang paling kecil dimulai dari lingkungan teman sepermainan. Seorang
anak akan mengenal bukan hanya teman-teman sepermainannya, tetapi ia pun akan bersosialisasi
untuk mengenal aturan-aturan main. Ia akan memeplajari berbagai sistem permainan serta
belajar dan berlatih untuk menjadi pemain yang disegani teman-temannya. Dalam kesempatan
semacam ini, ia akan mulai mempelajari berbagai sistem nilai dan norma permainan. Norma itu
antara lain adalah mana yang baik untuk menjadi acuan permainan, dan mana pula yang buruk
atau curang sehingga harus dihindari.
Setelah agak dewasa, seorang anak akan mengenal lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Mulai dari lingkungan RT, RW, Kelurahan, sampai dengan lingkungan kotanya. Pada kesempatan

39
ini, seorang anak akan dapat mengenal berbagai sistem nilai dan norma kemasyarakatan yang
lebih luas. Ia akan mengenal berbagai sikap kepribadian yang menjadi karakteristik suku
bangsanya, bahkan karakteristik bangsanya. Terjadi melalui proses sosialisasi, di mana anggota
masyarakat belajar tentang adat, nilai, dan norma yang berlaku.

Salah satu bentuk yang paling penting yaitu lingkungan teman sepermainan. Contohnya
bicara sopan pada orang yang lebih tua, dilarang meludah sembarangan.

Gambar 3.42 Seoarng anak akan


mengenal bukan hanya teman-
teman sepermainannya, namun
juga bersosialisasi mengenal aturan
aturan main.

c. Organisasi-Organisasi Sosial
Organisasi-organisasi sosial yang dapat digunakan sebagai sarana dalam pewarisan nilai-
nilai budaya di antaranya sebagai berikut.
1. Sekolah
Sekolah merupakan sarana sosialisasi yang sangat efektif bagi seorang individu mulai
dari jenjang taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi, tersedia sarana dan prasarana
pendidikan yang dapat difungsikan sebagai media sosialisasi. Melalui sekolah, seorang
individu akan belajar mengenal berbagai pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal
hidupannya kelak. Melalui sekolah, iua juga dapat belajar untuk mengenal berbagai aturan
dan disiplin yang berisi nilai perilaku yang menjadi tuntutan hidupnya. Melalui sekolah pula,
setiap individu akan mengenal kesetiakawanan sosial, saling toleransi antarsesamanya,
serta mencintai bangsa dan negaranya.

Gambar 3.43 Sekolah merupakan


sarana sosialisasi yang paling efektif.

2. Perkumpulan atau Asosiasi


Perkumpulan atau asosiasi terdiri dari sekelompok individu yang terkait satu sama
lain oleh suatu aturan bersama untuk mencapai suatu kepentingan tertentu. karena
kepentingan yang dicapai sangat beraneka ragam maka hal ini juga melahirkan beraneka
ragam perkumpulan. ada yang bergerak di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan,
kesenian, keolahragaan, keagamaan, dan lain sebagainya. melalui perkumpulan-
perkumpulan ini, setiap anggotanya akan saling bersosialisasi. sosialisasi bertujuan agar
kepentingan yang ingin dicapai dapat direalisasikan serta dapat berdaya guna dan berhasil
guna.

40
Gambar 3.44 Koperasi merupakan
contoh perkumpulan atau asosiasi
yang bergerak di bidang ekonomi.

3. Lembaga-lembaga Pemerintah
Lembaga-lembaga Pemerintahan merupakan sasaran sosialisasi bagi setiap individu
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. mulai dari lembaga pemerintahan di tingkat
kelurahan sampai tingkat departemen, setiap individu diharapkan menyelaraskan dirinya
untuk bersosialisasi sebagai warga masyarakat dan warga yang baik.

Gambar 3.45 Kelurahan merupakan


contoh salah satu lembaga pemerintah.

4. Media Massa
Sarana pewarisan budaya yang sangat penting peranannya dalam masyarakat
modern adalah media massa. karena media massa baik yang bersifat media visual maupun
media cetak sangat efektif dan efisien dalam proses pembudayaan unsur-unsur sistem
sosial budaya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai bentuk media massa seperti koran, majalah,
radio, film, televisi, dan media elektronik lainnya yang sudah begitu luas
pemakaiannyadalam kehidupan masyarakat. Media massa selain berfungsi sebagai sarana
hiburan, komunikasi dan informasi. Selain jenis-jenis media seperti disebutkan diatas, kini
dikenal media massa dalam bentuk media komunikasi seperti telepon, internet, dan bahkan
komputer modern. Melalui sarana ini proses komunikasi dapat mendunia sebagai
perwujudan dari arus globalisasi.

Gambar 3.46 Media massa menjadi


salah satu sarana yang penting
peranannya dalam pewarisan budaya
bagi masyarakat modern.

41
Ayo Berpendapat
1. Menurut pendapatmu dari berbagai sarana pewarisan nilai-nilai budaya, sarana
manakah yang menurutmu paling berperan penting dalam memengaruhi
kepribadia seseorang? berikan alasanmu mengenai hal tersebut!
2. Kemukakan pendapatmu di depan sekelasmu dan bandingkan dengan pendapat
temanmu yang lain!
Setelah berhasil mengungkapkan pendapatmu dengan percaya diri di depan teman-
temanmu, coba kerjakan Tugas Portofolio berikut agar pemahamanmu mengenai materi di
bab ini semakin lengkap.

Tugas Portofolio
1. Buatlah rangkuman singkat tentang materi “Nilai-Nilai Budaya (Kultural)” di bab
ini yang telah kamu pelajari!
2. Tulislah poin-poin penting dari materi ini di selembar kertas!
3. Bersamaan dengan itu, kumpulkan pula artikel-artikel yang membahas tentang
tradisi atau budaya Indonesia yang mengandung nilai-nilai budaya (kultural)!
4. Pilihlah artikel yang menurutmu layak untuk dipasang di majalah dinding
sekolah!
5. Susunlah artikel-artikel tersebut menjadi bentuk kliping!
6. Beri keterangan singkat mengenai nilai-nilai apakah yang terkandung dalam
artikel tersebut dan sumber artikel tersebut!
7. Kumpulkan rangkuman dan hasil klipingmu kepada bapak atau ibu guru untuk
mendapatkan penilaian!
8. Cantumkan pula nama, kelas, dan nomor urut pada bagian depan kliping yang
telah dijilid!
9. Gurumu akan menilaimu berdasarkan aspek: keterampilanmu menulis
rangkuman dan keterampilanmu membuat kliping.
Pada bab ini, kamu telah belajar mengenai nilai-nilai budaya )kultural). Pewarisan
Nilai-nilai budaya biasanya diselipkan lewat simbol atau lambang tertentu. Setelah
mempelajari mengenai materi tersebut, diharapkan kamu tidak akan melupakan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia sendiri dan bahkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Karena nilai-nilai tersebut sarat akan banyak makna seperti nilai moral, nilai saling
menghormati antarsesama, dan lain-lain. Dengan adanya nilai-nilai budaya yang disepakati
bersama dan bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia, maka akan mempererat
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang multietnik, multikultur, plural dan majemuk.

Fenomena

Kebanggaan Menjadi Pengabdi Keraton Yogyakarta


Sebagian orang mungkin akan bertanya kenapa ada orang yang ingin menjadi abdi dalem di
keraton. Padahal jika dihitung dari sisi penghasilan, tidak ada apa-apanya. Namun hal itu tidak terlintas
sekali pun di pikiran para abdi dalem keraton. Bagi mereka, menjadi abdi dalem bukan pekerjaan,
melainkan pengabdian dan keikhlasan menjaga kebudayaan. Menjadi abdi dalem bagi Joyo Darsono,
salah seorang abdi dalem yang berjaga di Keraton Kilen, merupakan suatu kebanggaan. Dia
mengibaratkan abdi dalem adalah para penjaga kebudayaan. Khususnya keraton Yogyakarta. Joyo
menolak jika pengabdiannya kepada keraton ini disamakan dengan pesuruh atau pelayan. Dia
mengatakan abdi dalem tak ubahnya seperti PNS di negara Indonesia.
Senada dengan Joyo, Yudo Sumadyo juga memiliki kebanggaan menjadi seorang abdi dalem.
Baginya menjadi abdi dalem bukan sekedar pelayanan terhadap Keraton tapi upaya “ nguri-uri”
Kebudayaan. Dia merasa perlu meneruskan perjuangan neneknya yang menjadi abdi dalem karena ingin
menjaga kebudayaan Jawa, khususnya kesenian tradisional. Yudo menilai sudah seharusnya anak-anak
mudah sadar dengan kebudayaan lokal. Menjadi abdi dalem adalah salah satu cara untuk menjaga
warisan kebudayaan tersebut.

42
Gambar 3.47 Abdi Dalem Keraton Yogyakarta

Bagaimana pendapatmu mengenai pekerjaan sebagai abdi keraton yang dibahas dalam artikel di
atas? Apakah kamu juga memiliki keinginan melestarikan budaya dengan menjadi seorang abdi keraton?
Kutipan artikel di atas menceritakan tentang kebanggaan sebagai seorang abdi keraton. abdi
keraton merupakan pekerjaan yang mulia dan penuh pengorbanan. Karena tidak semua orang dapat
melakukannnya, lebih-lebih di zaman globalisasi dan modern sekarang ini. Orang akan cenderung
memilih pekerjaan yang lebih menjanjikan. Masuknya pengaruh Barat tentu memengaruhi pola pikir
masyarakat yang semula hanya bertolak pada keraton menjadi lebih berkembang mengikuti perubahan
zaman. Sehingga membuat masyarakat cenderung meninggalkan nilai-nilai yang dianggap kuno dan
ketinggalan zaman.
Namun abdi keraton membuktikan sebaliknya. Meski zaman sudah beruba dan perkembangan
IPTEK semakin maju, tidak membuat mereka goyah meninggalkan nilai-nilai budaya yang diwariskan
oleh para leluhur. Bagi abdi keraton, bukanlah materi yang mereka cari namun kepuasan batin karena
dapat turut “nguri-uri” budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Sebagai generasi muda, kita patut mencontoh dan meneladani sikap para abdi keraton untuk
terus mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dan tidak terpengaruh oleh arus globalisasi yang
kadang menyesatkan. dengan kembali menilik dan mempelajari nilai-nilai budaya yang kita miliki,
niscaya kita akan menjadi bangsa yang kuat karena tidak melupakan budaya sendiri.
Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia? menurutmu,
selain pekerjaan sebagai abdi keraton, pekerjaan apa sajakah yang secara tidak langsung juga turut
menjaga nilai-nilai budaya bangsa?

Tugas Projek

1. Cermatilah sarana sosialisasi dal;am pewarisan nilai-nilai budaya, berupa sekolah!


2. Lakukan wawancara dengan guru ataupun kepada sekolah mengenai nilai-nilai budaya apa
sajakah yang ditanamkan lewat pendidikan di sekolahmu!
3. Catatlah informasi penting dari hasil wawancara tersebut!
4. Buatlah makalah tentang nilai-nilai budaya apa sajakah yang ditanamkan lewat pendidikan di
sekolahmu dan diterapkan dalam kegiatan apa sajakah nilai-nilai tersebut!
5. Sajikan hasil analisismu dalam bentuk makalah sederhana dengan format penulisan terdiri atas:
a. Pendahuluan (minimal 1 halaman)
b. Isi (minimal 3 halaman) mencakup tentang nilai-nilai budaya (kultural) yang terkandung
dalam pendidikan di sekolahmu
c. Penutup (kesimpulan minimal 1 halaman).
6. Kumpulkan makalahmu di akhir semester ini!
7. Setelah selesai, ungkapkan hasil makalhmu secara singkat di depan teman sekelasmu!
8. Gurumu akan menilaimu berdasarkan aspek: keterampilanmu menulis makalah, keterampilanmu
menyajikan makalah, dan keterampilanmu menceritakan kembali hasil makalahmu.

43
Tabel Projek
Hari -
No Tahapan Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Tahap Pengamatan
2. Tahap Pengumpulan Data
3. Tahap membuat Makalah
4. Tahap Presentasi

Penilaian Diri (Self Assessment)

Nama : ...........................................
Kelas/Semester : ...........................................
Petunjuk :
1. Bacalah baik-baik setiap penyataan dan berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan
keadaan dirimu yang sebenarnya.
2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru

No Pernyataan Ya Tidak
Selama kegiatan kelompok, saya :
1. Mengusulkan ide kepada kelompok
2. Sibuk mengerjakan tugas saya sendiri
3. Tidak berani bertanya karena malu ditertawakan
4. Menertawakan pendapat teman
5. Aktif mengajukan pertanyaan dengan sopan
6. Melaksanakan kesepakatan kelompok, meskipun tidak sesuai dengan
pendapat saya
.... ....
Catatan: Penilaian diri tidak hanya digunakan untuk menilai sikap tetapi juga dapat digunakan
untuk menilai sikap terhadap pengetahuan dan keterampilan serta kesulitan belajarpeserta didik.

Materi Pengayaan

Dalam rangka memenuhi rasa ingin tahumu tentang Sistem Nilai Budaya, kamu dapat
melakukan kegiatan berikut.
1. Membaca buku yang membahas tentang Konsep nilai-Nilai Budaya
2. Membaca buku yang membahas tentang Wujud Nilai-Nilai Budaya
3. Membaca buku yang membahas tentang Perkembangan Nilai-Nilai Budaya
4. Membaca buku yang mengulas tentang Pengaruh Nilai-Nilai Budaya
5. Membaca buku yang mengulas tentang Pewarisan Nilai-Nilai Budaya
6. Membaca website misalnya http://repo.isi-dps.ac.id/1168/1/Nilai_Sosial.pdf, tentang Nilai-Nilai
Budaya
7. Membaca jurnal dan laporan penelitian tentang nilai-nilai budaya
8. Membaca surat kabar, majalah, serta berita online
9. Mengamati langsung berbagai nilai-nilai budaya yang ada di lingkungan sekitar.

44
Refleksi

Pada bab ini aku telah mempelajari tentang Sistem Nilai Budaya. Materi yang telah aku
pahami maupun yang belum aku pahami, akan aku beri tanda centang (√) pada kolom di bawah ini.
Selain itu, aku juga akan bertanya jika ada materi yang belum aku pahami.
Pemahaman
No Pernyataan
Paham Tidak Paham
1. Konsep nilai-Nilai Budaya
2. Wujud Nilai-Nilai Budaya
3. Perkembangan Nilai-Nilai Budaya
4. Pengaruh Nilai-Nilai Budaya
5. Pewarisan Nilai-Nilai Budaya

Rangkuman

1. Nilai adalah sesuatu yang menyangkut keyakinan umum dari sebuah konsepsi, eksplisit, atau
implisit, yang khas milik seorang individu atau suatu kelompok, menyangkut segala sesuatu yang
baik atau yang buruk.
Sedangkan Nilai-nilai budaya adalah nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu
dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
2. Koentjaraningrat (1984:4) mengungkapkan bahwa nilai budaya dapat dikelompokkan ke dalam
lima pola hubungan, yakni:
a. nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan
b. nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam
c. nilai budaya dalam hubungan manusia dan masyarakat
d. nilai budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain atau sesama, dan
e. nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Selain nilai-nilai yang diungkapkan di atas, dalam masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai nilai
yang dianut demi kebaikan bersama anggota masyarakat. Jenis-jenis nilai tersebut dapat dibagi
berdasarkan dari sifat, ciri, dan tingkat keberadaannya.
3. Ada beberapa hal yang memengaruhi nilai budaya di masyarakat. Faktor-faktor yang
memengaruhi perubahan perkembangan nilai budaya di antaranya sebagai berikut.
a. Jarak Komunikasi Antara Kelompok Etnis
b. Pelaksanaan Pembangunan
c. Kemajuan Ilmu Pengetauan dan Teknologi
4. Menurut Koentjaraningrat (1994) beberap sifat positif bangsa Indonesia yang mengandung nilai-
nilai tradisional, di antaranya tahan penderitaan, berikhtiar (berusaha), toleransi, dan gotong
royong.
5. Pewarisan budaya juga dapat diartikan sebagai proses mewariskan budaya (unsur-unsur budaya
dari satu generasi ke generasi manusia atau masyarakat berikutnya melalui proses pembudayaan
(proses belajar budaya). Proses pewarisan budaya dapat dilakukan melalui proses inkulturasi,
sosialisasi dan enkulturasi.

45
Makna Istilah

Globalisasi : Suatu proses tatanan masyarakat dunia yang tidak mengenal batas
wilayah dan menghubungkan antara masyarakat di suatu negara
dengan masyarakat di negara lain di seluruh dunia.

Kultural : Berhubungan dengan kebudayaan, mengenai kebudayaan.

Masyarakat Multietnik : Suatu golongan mausia yang terikat oleh suatu kesadaran dan
identitas akan “Kesatuan kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan
identitas tadi sering kali )tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan
bahasa juga.

Nilai Budaya : Nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-
simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan
lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan
terjadi atau sedang terjadi.

Pewarisan budaya : Proses mewariskan budaya (unsur-unsur budaya dari satu generasi ke
generasi manusia atau masyarakat berikutnya melalui proses
pembudayaan (proses belajar budaya).

Sosialisasi : Proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial.

Uji Kompetensi

A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, dan E
1. Nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik dan yang buruk. Definisi nilai tersebut diungkapkan
oleh tokoh yang bernama....hal120
A. Pepper D. Lonner dan Malpass
B. Perry E. Koentjaraningrat
C. Kohler
2. Nilai budaya menjadikan salah satu pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Nilai budaya
dapat dikatakan merupakan salah satu bagian dalam....
A. antropologi D. adat istiadat
B. kesenian daerah E. filsafat nusantara
C. kearifan lokal
3. Perhatikan wujud kebudayaan berikut ini dengan sungguh-sungguh!
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu himpunan gagasan
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu himpunan rencana
3. Wujud kebudayaan sebagai jumlah perilaku yang tidak berpola
4. Wujud kebudayaan sebagai jumlah perilaku yang berpola
5. Wujud kebudayaan sebagai sekumpulan warisan
6. Wujud kebudayaan sebagai benda dan artefak
Menurut para ahli, tiap kebudayaan memiliki tiga wujud. Wujud kebudayan yang tepat dari uraian
di atas adalah....hal120
A. 1, 2, dan 4 D. 2, 4, dan 5
B. 1, 3, dan 5 E. 3, 4, dan 6
C. 1, 4, dan 6

46
4. Kamu berolahraga teratur dan mengatur pola makan untuk menjaga kesehatanmu. Sikapmu
tersebut berhubungan dengan nilai....hal128
A. pengetahuan D. agama
B. kepatuhan hukum E. keindahan
C. biologi
5. Seorang ibu dengan berani menolong anaknya yang terperangkap api di rumahnya, meskipun
harus mempertaruhkan nyawanya sendiri. Hal yang diungkapkan di atas termasuk ke dalam
nilai....hal129
A. dominan D. tidak berdiri sendiri
B. yang tercernakan E. kepribadian
C. berdiri sendiri
6. Perhatikan nilai-nilai budaya berikut ini dengan cermat!
1. Satu keluarga biasanya tinggal dalam satu rumah bilek
2. Struktur sosial masyarakatnya bersifat patrilineal
3. Nilai-nlai terdapat dalam ungkapan”Delo tutumulo lambi”
4. Kesenian yang terkenal adalah kerajinan tenun dan karawang
5. Mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam
6. Mayoritas masyarakatnya beragama Katolik
Dari uraian di atas, yang termasuk ke dalam nilai budaya dalam masyarakat Gorontalo ditunjukkan
oleh nomor....hal133
A. 1, 2, dan 4 D. 3, 5, dan 6
B. 2, 3, dan 4 E. 4, 5, dan 6
C. 3, 4, dan 5
7. Salah satu upacara kepercayaan masyarakat Mentawai ini berupa upacara permohonan berkah
untuk menjauhkan penyakit dan bencana alam. Upacara yang dimaksud dikenal dengan
nama....hal135
A. Panguraikan D. Mopoahuta atau Mapoalati
B. Caci E. Karo
C. Ngaben
8. Pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi
tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman kemerdekaan. Hal tersebut merupakan
transformasi budaya lokal bila dilihat secara....hal157
A. filosofis D. sosiokultural
B. ideologis E. antropologis
C. historis
9. Perhatikan beberapa pernyataan berikut.
1. Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem gagasan
2. Sistem nilai budaya adalah sejumlah pandangan mengenai soal-soal yang paling berharga dan
bernilai dalam hidup
3. Sistem nilai budaya menjiwai semua pedoman yang mengatur tingkah laku warga pendukung
kebudayaan yang bersangkutan
4. Pedoman tingkah laku tersebut adalah budaya asing
5. Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem sosial
Pernyataan yang tepat tentang sistem nilai adalah....hal121
A. 1, 2, dan 3 D. 2, 3, dan 4
B. 1, 2, dan 4 E. 3, 4, dan 5
C. 1, 3, dan 4
10. Berikut ini pernyataan yang tepat tentang proses sosialisasi....hal163
A. proses sosialisasi terjadi pada masa tua dan berangsur-angsur akan berakhir
B. pada proses sosialisasi seseorang akan belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan,
dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya
C. contoh proses sosialisasi adalah mulainya generasi tua mengenal agama
D. proses sosialisasi berkaitan erat dengan akulturasi atau proses pembudayaan

47
E. proses sosialisasi berlangsung cepat karena mudah dipahami dan setiap orang bisa
melakukannya

11. Perhatikan beberapa pernyataan berikut.


1. Suku Mentawai mempunyai aturan adat yang selalu mereka jalankan yakni Arat Sabulungan
2. Memiliki kepercayaan jika ada orang yang meninggal, mayatnya tidak dikuburkan
3. Struktur sosial masyarakatnya bersifat egalitarian
4. Menjalankan upacara mopoahuta atau mapoalati, yang artinya memberi makan kepada
setan penjaga tanah
5. Memiliki seni berupa seni merajah tubuh atau populer disebut dengan tato
Berikut ini pernyataan yang tepat tentang nilai-nilai budaya Suku Mentawai Sumatera Barat
ditunjukkan oleh nomor....hal134
A. 1, 2, dan 3 D. 2, 3, dan 4
B. 1, 2, dan 4 E. 3, 4, dan 5
C. 1, 3, dan 5
12. Suku bangsa ini memiliki seni pertunjukan Caci dan seni rupa (kriya), Songke. Selain seni
pertunjukkan, masyarakat suku ini juga memiliki kehidupan sosial yang unik. Di setiap halaman
rumah tradisional biasanya terdapat altar batu. Altar batu ini disebut Compang. Compang yang
berbentuk bulat mengandung makna kekerabatan, sehingga dalam upacara adat sering
diungkapkan kalimat: Muku ca pa’u toe woleng curup (kesatuan kata). Suku bangsa yang
dimaksud adalah suku....hal137
A. Dayak D. Flores-Manggarai
B. Mentawai E. Asmat
C. Ternate
13. Perhatikan beberapa pernyataan berikut.
1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe syestem) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan
dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat0
4. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat
5. Ditransformasikan melalui proses belajar
Berikut ini pernyataan yang tepat tentang nilai-nilai budaya ditunjukkan oleh nomor....hal120
A. 1, 2, dan 3 D. 2, 3, dan 4
B. 1, 2, dan 4 E. 2, 4, dan 5
C. 1, 4, dan 5
B. Perhatikan petunjuk berikut untuk mengerjakan soal nomor 14 dan 15
Petunjuk:
A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.
C. Jika pernyataan benar, alasan salah.
D. Jika pernyataan salah, alasan benar.
E. Jika pernyataan dan alasan salah.

Pernyataan:
1. Nilai berfungsi sebagai ego defensif
Sebab
Di dalam prosesnya nilai mewakili konsep-konsep yang telah tersedia, sehingga dapat mengurangi
ketegangan dengan lancar dan mudah
2. Penguatan kelembagaan dalam berbagai bentuknya, baik dalam lingkungan keluarga, lembaga
pendidikan, lembaga adat, maupun lembaga formal lainnya, perlu dilakukan
Sebab
Berbagai lembaga tersebut tidak hanya berfungsi dalam enkulturasi dan internalisasi berbagai
aspek kebudayaan saja, tetapi juga dalam pengembangan kebudayaan yang lebih baik.

C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan baik!

48
1. Nilai-nilai budaya biasanya diajarkan melalui kehidupan sehari-hari. Apakah yang dimaksud
dengan nilai budaya nusantara?
2. Seiring perkembangan zaman, eksistensi budaya dan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sampai saat ini belum optimal dalam upaya membangun karakter warga negara.
Bahkan setiap saat kita saksikan berbagai macam tindakan masyarakat yang berkaitan pada
kehancuran suatu bangsa menurut Lickona!
3. setiap halaman rumah tradisional masyarakat Manggarai biasanya terdapat altar batu, yang
disebut Compang. Apa makna yang terlihat dari Compang yang memiliki oleh masyarakat
Manggarai dalam kehidupan sosial?
4. Pewarisan nilai-nilai budaya erat kaitannya dengan pewarisan kebudayaan. Mengapa dalam
antropologi, pewarisan nilai-nilai diidentikkan dengan proses belajar? Jelaskan!
5. Masyarakat tradisional dan masyarakat modern memiliki cara-cara pewarisan nilai-nilai budaya
yang berbeda. Apa sajakah perbedaan antara pewarisan nilai-nilai budaya antara masyarakat
tradisional dan masyarakat modern?

Muatan Aktivitas Peserta Didik

A. Dalam rangka meningkatkan pemahamanmu terhadap materi yang telah kamu pelajari,
kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Mengapa suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia?
2. Proses pewarisan budaya dapat dilakukan melalui proses inkulturasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Mengapa pewarisan budaya sangat penting bagi manusia?

B. Diskusi
Buatlah kelompok dengan teman-temanmu sebanyak 4-5 orang. Bersama kelompokmu amatilah
contoh nilai-nilai budaya yang ada di daerah tempat tinggalmu. Diskusikan mengenai dampaknya pada
masyarakat sekitarmu! Tulislah hasil diskusi kelompokmu di buku tugas dengan rapi!

49
50

Anda mungkin juga menyukai