Anda di halaman 1dari 17

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.

2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP


Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 360
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

MAKNA PESAN DALAM TRADISI UPACARA ADAT KAWIN CAI


DI SITU BALONG DALEM BERBASIS LOCAL WISDOM DESA
BABAKAN MULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN
KUNINGAN

Tegar Wicaksono, Nurudin, Farida Nurfalah


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon,
Indonesia

ABSTRAK
Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang mengandung nilai-nilai penting yang diturunkan
dari generasi ke generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak pudar atau hilang, sehingga
dapat dilestarikan oleh generasi selanjutnya. Dilihat dari segi komunikasi, budaya dan
komunikasi memiliki keterkaitan dan timbal balik. Indonesia sangat terkenal dengan keragaman
budayanya yang unik dengan ciri dan ciri khasnya sendiri. Salah satu bentuk tradisi yang
menarik untuk dijadikan penelitian oleh peneliti adalah tradisi Upacara Kawin Cai. Seperti yang
penulis teliti di Kabupaten Kuningan khususnya di Desa Babakan Mulya Kecamatan Jalaksana
dimana di desa tersebut memiliki tradisi upacara adat dengan menyatukan 2 mata air dalam
rangka menghormati leluhur dan menjaga kelestarian budaya warisan leluhur. Keseluruhan
penelitian tersebut dengan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan analisis semiotika
serta menggunakan teori ikon, indeks, simbol dalam konsep alex sanders Pierce. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara kepada
beberapa informan. Hasil yang diperoleh bahwa pakaian adat ketua adat kampung putih yang
menjadi salah satu ikon pada saat Upacara Kawin Cai menggambarkan kesucian bahwa seorang
punduh adalah orang yang memiliki hati yang bersih, jauh dari Keburukan dan pesan moral
yang terkandung dalam Upacara Kawin Cai untuk selalu mengingat dan tidak melupakan
sejarah nenek moyang, selalu menjaga kelestarian lingkungan, menjaga kelestarian budaya,
tidak menjadi masyarakat yang rakus, bekerja sama dengan sesama manusia yang baik, dan
harus selalu hidup bermasyarakat. hidup sederhana.

Kata Kunci: Makna Pesan, Budaya, Kearifan Lokal, Mata Air

ABSTRACT
Culture is a habit that contains important values passed down from generation to generation.
The legacy must be maintained so that it does not fade or disappear so that it can be preserved
by the next generation. Viewed in terms of communication, culture and communication have a
connection and reciprocity. Indonesia is very well known for its unique cultural diversity with
its own characteristics and characteristics. One form of tradition that is interesting to be used
as research by researchers is the tradition of Kawin Cai Ceremony. Just as the author
researched in Kuningan Regency, especially in Babakan Mulya Village, Jalaksana Subdistrict
where in the village has a tradition of traditional ceremonies by uniting 2 springs in order to
respect the ancestors and maintain the cultural sustainability of ancestral heritage. The entire
study was covered by qualitative descriptive methods and used semiotic analysis and used icon,
index, symbol theory in alex sanders pierce concept. The data obtained in this study were
obtained through field observations and interviews to several informants. The results obtained
in this study are the traditional clothes of the chairman of the white village custom that became
one of the icons at the time of the Kawin Cai Ceremony describes the sanctity that a punduh is
a person who has a clean heart, far from the ugliness and moral message contained in the
Kawin Cai Ceremony is to always remember and not forget the history of the ancestors , always
maintain environmental sustainability, maintain cultural sustainability, not be a greedy society,
cooperate with good fellow human beings, and should always live a simple life.

Keywords: Message Meaning, Culture, Local Wisdom, Springs

PENDAHULUAN
Keanekaragaman suku budaya mengusahakan apa yang pantas menurut
yang ada di Indonesia sangat beraneka budaya mereka. Budaya merupakan
ragam kebudayaannya. Kebudayaan suatu konsep yang membangkitkan
mencakup semua hal yang dimiliki minat. Secara formal budaya
bersama suatu masyarakat. Budaya didefinisikan sebagai tatanan
merupakan suatu kebiasan yang pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
mengandung nilai-nilai penting yang nilai, sikap, makna, hirarki, agama,
diwariskan dari generasi ke generasi. waktu, peranan, hubungan, ruang,
Warisan tersebut harus dijaga agar konsep alam semesta, objek-objek
tidak luntur atau hilang sehingga dapat materi dan milik yang diperoleh
dilestarikan oleh generasi berikutnya. sekelompok besar orang dari generasi
Dipandang dari segi komunikasi, ke generasi melalui usaha individu dan
budaya dan komunikasi memiliki kelompok (Mulyana, 2009:18).
keterkaitan dan timbal balik. Budaya Budaya sangat erat kaitannya
dapat mempengaruhi komunikasi dan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya
begitu juga sebaliknya komunikasi mempengaruhi sikap, perilaku maupun
mempengaruhi budaya. Budaya cara pandang manusia. Menurut
mempengaruhi makna komunikasi, Hofstede, (dalam Nakayama, 2003:79),
makna sesuatu realitas sosial atau suatu budaya didefinisikan sebagai “a pattern
peristiwa dalam upacara kebudayaan. of learned, group-related perceptions-
Pada dasarnya manusia menciptakan including both verbal and nonverbal
budaya atau lingkungan sosial mereka language attitudes, values, belief
sebagai suatu adaptasi terhadap system, dibelief systems and behavior.”
lingkungan fisik dan biologis mereka. Budaya dapat diartikan sebagai sebuah
Individu-individu cenderung menerima pola pembelajaran, hubungan kelompok
dan mempercayai apa yang dikatakan yang di dalamnya terkandung persepsi
budaya mereka. Mereka dipengaruhi baik sebagai tindakan verbal maupun
oleh adat dan pengetahuan masyarakat, non verbal, nilai-nilai, sistem
mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas kepercayaan, sistem ketidakpercayaan
dari bagaimana validitas objektif dan tingkah laku.
masukan dan penanaman budaya Salah satu bentuk kebudayaan
tersebut pada dirinya. yang menarik untuk dijadikan penelitian
Budaya berkenaan dengan cara oleh peneliti yaitu budaya pada suku
manusia hidup, manusia belajar Sunda yaitu Tradisi Mapag Cai atau
berpikir, merasa, mempercayai dan Kawin Cai. Setiap daerah pasti memiliki

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 361
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
masyarakat yang majemuk. Setiap sehingga para pengunjung Balong
masyarakat tesebut pastinya juga Dalem merasa betah dan nyaman.
memiliki aktivitas yang beragam,
seperti masyarakat yang hidup dekat 3. Sebagai daya tarik objek wisata
pantai sebagai nelayan, masyarakat Balong Dalem supaya para
perkotaan sebagai pegawai dan wisatawan, baik dari dalam atau luar
masyarakat pedesaan sebagai petani. daerah banyak yang berminat untuk
Di Desa Babakan Mulya yang berkunjung.
mayoritas masyarakatnya bekerja
sebagai petani memiliki tradisi unik Lokasi dilaksanakannya Kawin
yaitu mapag cai/kawin cai yaitu Cai di sumber mata air Tirtayatra
masyarakatnya mengadakan upacara merupakan tempat perkawinan Resi
adat untuk menghormati air sebagai Makandria dari Kerajaan Tirtawulan
salah satu sumber kehidupan, mereka (Cibulan) dengan Pwah Sanghiyang Sri
juga sangat patuh memegang adat dari Kerajaan Kainderaan. Oleh karena
istiadat dan kepercayaan nenek tersebut, prosesi Kawin Cai yaitu
moyangnya. Bagi masyarakat Desa dialirkannya air kendi percampuran air
Babakan Mulya, agama dan adat Tirtayatra dengan air Cikembulan pun
merupakan kendali dalam mengatur dilakukan di sumber mata air yang
kehidupan mereka. terdapat dua batu besar bernama Batu
Upacara Adat Kawin Cai atau Kawin.
yang biasa di singkat (UAKC) di Keanekaragaman suku budaya
Balong Dalem Desa Babakan Mulya yang ada di Indonesia sangat beraneka
Kecamatan Jalaksana Kabupaten ragam kebudayaannya. Tidak dapat
Kuningan merupakan kegiatan dielakan, kebudayaan mencakup semua
menikahkan air dari dua sumber mata hal yang dimiliki bersama suatu
air, yaitu sumber mata air Sumur Tujuh masyarakat. Budaya merupakan suatu
Cibulan (Cikembulan) dengan sumber kebiasan yang mengandung nilai-nilai
mata air yang ada di Balong Dalem penting yang diwariskan dari generasi
Tirta Yatra. Ritual upacara adat Kawin ke generasi.
Cai ini diadakan pada malam Jumat Warisan tersebut harus dijaga agar
Kliwon bulan Ruwah di Desa Babakan tidak luntur atau hilang, sehingga dapat
Mulya Kecamatan Jalaksana Kabupaten dilestarikan oleh generasi berikutnya.
Kuningan, Jawa Barat. Maksud dan Dipandang dari segi komunikasi,
tujuan dari diadakannya Upacara Adat budaya dan komunikasi memiliki
Kawin Cai ini, yaitu: keterkaitan dan timbal balik. Budaya
1. Sebagai wujud permohonan kepada dapat memperngaruhi komunikasi dan
Tuhan supaya diberikan air yang begitu juga sebaliknya komunikasi
subur dan menyuburkan untuk mempengaruhi budaya. Budaya
kehidupan manusia. Baik untuk mempengaruhi makna komunikasi,
keperluan sarana air bersih, makna sesuatu realitas sosial atau suatu
perikanan, juga untuk sarana peristiwa dalam upacara kebudayaan.
pengairan irigasi area persawahan Pada dasarnya manusia-manusia
yang ada di Babakan Mulya, juga menciptakan budaya atau lingkungan
sosial mereka sebagai suatu adaptasi
untuk desa-desa tetangga.
terhadap lingkungan fisik dan biologis
2. Melestarikan alam agar lingkungan mereka. Individu-individu sangat
Balong Dalem terlihat hijau asri, cenderung menerima dan mempercayai

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 362
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
apa yang dikatakan budaya mereka. di konstruksikan oleh kata-kata dan
Mereka dipengaruhi oleh adat dan tanda-tanda yang digunakan dalam
pengetahuan masyarakat dimana konteks sosial. Tanda membentuk
mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas persepsi manusia, lebih dari sekedar
dari bagaimana validitas objektif merefleksikan realitas yang ada. Tradisi
masukan dan penanaman budaya ini semiotika mencakup teori utama
pada dirinya. mengenai bagaimana tanda mewakili
Budaya berkenaan dengan cara objek, ide, situasi, keadaan, perasaan,
manusia hidup, manusia belajar daan sebagainya yang berada diluar diri.
berpikir, merasa, mempercayai dan Objek dan subjek penelitian termasuk
mengusahakan apa yang patut menurut penelitian kualitatif yang menjadi objek
budayanya. Budaya merupakan suatu penilaiannya merupakan makna pesan
konsep yang membangkitkan minat. dalam tradisi Upacara Adat Kawin Cai,
Secara formal budaya didefinisikan sedangkan studi kasus di Desa Babakan
sebagai tatanan pengetahuan, Mulya Kecamatan Jalaksana Kabupaten
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, Kuningan. Dengan teknik pemilihan
makna, hirarki, agama, waktu, peranan, informan dilakukan dengan
hubungan, ruang, konsep alam semesta, menggunakan teknik purposive
objek-objek materi dan milik yang sampling yakni dengan menggunakan
diperoleh sekelompok besar orang dari pertimbangan pribadi yang sesuai
generasi ke generasi melalui usaha dengan topik penelitian, dengan
individu dan kelompok (Mulyana, menggunakan pendekatan kualitatif
2009:18). sebagai prosedur penelitian yang
Budaya sangat erat kaitannya menghasilkan data deskriptif berupa
dalam kehidupan sehari-hari. Budaya kata-kata tertulis atau lisan dari individu
mempengaruhi sikap, perilaku maupun atau kelompok yang perilakunya
cara pandang manusia. Menurut diamati oleh Peneliti.
Hofstede, (dalam Nakayama, 2003:79),
budaya didefinisikan sebagai “a pattern HASIL DAN PEMBAHASAN
of learned, group-related perceptions- Pada penelitian ini, Penulis
including both verbal and nonverbal memiliki 2 informan kunci dan 1
language attitudes, values, belief informan pendukung. Informan kunci
system, dibelief systems and behavior.” yaitu tokoh masyarakat di Desa
Budaya dapat diartikan sebagai sebuah Babakan Mulya yang bernama “Kang
pola pembelajaran, hubungan kelompok Jaja” dan Informan pendukung yaitu
yang di dalamnya terkandung persepsi masyarakat sekitar “Kang Adin”
baik sebagai tindakan verbal maupun sebagai Kesra dan “Kang Dandy Dwi
non verbal, nilai-nilai, sistem E” sebagai masyarakat.
kepercayaan, sistem ketidakpercayaan
dan tingkah laku. Penulis mengacu kepada teori yang
penulis gunakan dalam melakukan
METODE PENELITIAN penelitian, yaitu menurut Charles
Penelitian dilakukan di Desa Babakan Sanders Pierce dalam bukunya (Sobur,
Mulya Kecamatan Jalaksana Kabupaten 2013:41) yaitu diantaranya; icon, index,
Kuningan dengan menggunakan metode dan symbol.
Analisis Semiotik yang merupakan 1. Pemaknaan Pesan Dalam
kajian semiotic mempelajari hakikat Upacara Adat Kawin Cai
tentang keberadaan suatu tanda,
persepsi dan pandangan tentang realitas 1.1. Pembahasan Makna Ikon

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 363
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
yang dapat dikategorikan sebagai ikon seorang yang berhati bersih dan jauh
dalam Upacara Adat Kawin Cai yaitu: dari kepentingan duniawi. Punduh juga
A. Pakaian Punduh (sesepuh/ketua seorang yang sangat sabar dan di
adat) Desa hormati oleh masyarakat disini”
(Wawancara dengan Kang Dandy, pada
Berdasarkan penelitian selama Jum’at, 28 Juni 2019).
penulis melakukan observasi dan
melakukan tahapan wawancara kepada Berdasarkan pemaparan diatas,
informan, Upacara Adat Kawin Cai, merupakan kutipan wawancara dengan
pakaian yang digunakan Punduh infroman kunci dan informan
(sesepuh/ketua adat) desa menggunakan pendukung, yang menjelaskan makna
pakaian adat berwarna putih-putih. dari warna pakaian yang digunakan
Secara umum pakaian dapat diartikan Punduh (sesepuh/ketua adat) desa.
sebagai alat penutup tubuh. Busana atau Dalam hal ini penulis melihat pakaian
yang digunakan oleh Punduh yang
pakaian yang berwarna putih-putih
melambangkan bahwa Punduh mempunyai makna tersendiri dimana
(sesepuh/ketua adat) desa mempunyai seseorang yang memakainya harus
kepribadian yang bersih, orang yang mempunya keikhlasan, jauh dari
sudah ikhlas, dan tidak mementingkan kepentingan duniawi dan juga seseorang
masalah keduniawian. yang berhati bersih dan memiliki
kepribadian yang baik.
Berikut kutipan hasil wawancara
pada informan kunci yang memberikan a. Pakaian Adat Punduh
penjelasannya mengenai pakaian (sesepuh/Ketua Adat)
Punduh (sesepuh/ketua adat) desa Pakaian adat yang digunakan oleh
bahwa pakaian yang digunakan oleh Punduh menggunakan warna putih-
Punduh memiliki makna yang putih. Warna ini melambangkan
disesuaikan dengan pribadi dari seorang kesucian agar kita sebagai umat
Punduh. Berikut kutipan hasil manusia terutama yang beragama
wawancara dengan informan kunci: muslim agar selalu memohon kepada
yang maha suci yaitu Allah SWT.
“menurut istilah disini, pakaian
Berikut kutipan wawancaranya:
putih-putih melambangkan bahwa
orang-orang yang mengelola Upacara “Pakaian adat yang biasa digunakan
Adat Kawin Cai harus memiliki oleh punduh yaitu pakaian adat
kepribadian yang bersih, orang yang berwarna putih. Makna dari warna putih
sudah ikhlas dan tidak mementingkan adalah kesucian, agar supaya kita
masalah duniawi” (Wawancara dengan memohon kepada yang maha suci yaitu
Kang Jaja, pada Kamis, 27 Juni 2019). Allah SWT” (Wawancara dengan Kang
Adim, pada Selasa, 9 Juli 2019).
Sedangkan, menurut Dandy
selaku masyarakat sekitar, menjelaskan b. Ikat Kepala (Sorban, Bendo)
mengenai pakaian yang digunakan Ikat kepala yang digunakan Punduh
Punduh (sesepuh/ketua adat) desa yang biasa disebut Sorban atau Bendo.
digunakan pada saat Upacara Adat Sorban atau bendo dimaknai agar kita
Kawin Cai, yaitu: sebagai umat muslim terutama bagi
“Untuk pakaian adat yang kaum laki-laki tidak juga terlepas dari
digunakan Punduh itu menggunakan penutup kepala. Juga dapat diartikan
pakaian yang serba putih. Ini sebagai budaya umat muslim yang biasa
melambangkan bahwa Punduh adalah

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 364
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
menggunakan peci atau sorban. Berikut (Wawancara dengan kang Jaja pada
kutipan wawancaranya: Kamis, 27 Juni 2019).
“Arti ikat kepala itu sendiri, agar B. Tarian Adat Pengiring Upacara
kita sebagai kaum laki-laki yang Adat Kawin Cai
seorang muslim tidak terlepas dari
Tarian adat pada prosesi Upacara
penutup aurat kepala. Kalau kaum
Adat Kawin Cai bermacam-macam dan
muslim biasa menyebutnya peci. Disini
tidak hanya terpaku pada satu tarian
juga sama, tapi bukan menggunakan
saja. Tarian yang digunakan tergantung
peci melainkan sorban atau bendo. Jadi
dari pihak pengelola atau panitia yang
nilai-nilai islamnya masih tetap
melaksanakan Upacara Adat Kawin
terjaga”. (Wawancara dengan kang
Cai. Tarian tersebut biasanya
Adim, pada selasa 9 Juli 2019).
menggunakan tari buyung, tari
c. Senjata Tradisional (Keris) lengseran, tari mapag penganten. Para
Senjata tradisional Keris digunakan penari atau biasa disebut dayang-dayang
untuk Raksamala yang berarti ngajaga, minimal 18 orang untuk mengiringi
ngariksa, mamala. Ngajaga yang berarti pengantin yang membawa air dari
“menjaga”, ngariksa yang berarti Balong Dalem ke Cibulan dan kembali
“memeriksa” dan mamala yang berarti lagi ke Balong Dalem.
“bahaya”. Arti keseluruhannya bahwa Tidak ada tarian khusus untuk
senjata tradisonal keris untuk mengiringi prosesi Upacara Adat Kawin
melindungi pengantin yang membawa Cai, karena dahulu memang tidak ada
air dari Balong Dalem ke Cikembulan tarian untuk mengiringi prosesi upacara
hingga kembali Balong Dalem. Berikut adat. Untuk menambah nilai budaya jadi
kutipan wawancaranya: di adakannya tarian untuk mengiringi
“Senjata tradisonal yang digunakan prosei Upacara Adat Kawin Cai.
Berikut kutipan wawancara dengan
pada saat Upacara Adat Kawin Cai
adalah Keris. Keris sendiri digunakan informan kunci:
untuk Raksamala, dalam bahasa Sunda Tarian pengiring tergantung situasi,
disebut ngajaga, ngariksa, mamala. Jadi kadangkala kalau kita sedang senang
Keris ini digunakan untuk melindungi dengan tari buyung ya tari buyung.
dari bahaya sekitar” (Wawancara Sebanarnya, untuk tarian-tarian itu
dengan kang Adim, pada 9 Juli 2019). hanya pelengkap saja, kalau dulu-dulu
Sedangkan menurut kang Jaja tarian-tarian tidak dipakai. Tapi, dalam
selaku informan kunci menjelaskan rangka untuk meningkatkan nilai
tentang Keris, berikut kutipan budaya tersebut, maka dikemaslah
wawancaranya: dengan tarian-tarian seperti tari buyung,
tari mapag penganten. (Wawancara
“Keris itu senjata tradisional turun dengan kang Jaja pada Kamis, 27 Juni
temurun, bahwa mitosnya keris 2019).
mempunyai kekuatan ghaib dan dari
situ bisa mendatangkan hujan pada saat Sedangkan menurut kang Adim
musim kemarau. Tapi itu hanya mitos selaku informan pendukung
percaya tidak percaya keyakinan disini menjelaskan mengenai tarian yang
tetap pada kuasa Allah SWT. Kita dipakai pada prosesi Upacara Adat
hanya melestarikan budaya tapi tidak Kawin Cai. Berikut kutipan
memanfaatkan hal-hal ghaibnya”. wawancaranya:

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 365
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
“Mengenai tarian yang mengiringi pada saat dilaksanakannya prosesi
Upacara Adat Kawin Cai ada tarian Upacara Adat Kawin Cai” (Wawancara
yang namanya lengseran. Para dayang- dengan kang Adim pada Selasa, 9 Juli
dayang itu minimal jumlahnya 18 orang 2019).
untuk mengiringi pengantin yang
D. Tujuh Sumur Sumber Mata Air
membawa air ke Cibulan dan kembali
Cibulan (Cikembulan) dan Sumber
lagi ke Balong Dalem. Keseniannya
Mata Air Balong Dalem
tidak harus keseninan jaman sekarang
tapi harus kesenian yang ruhun Dari hasil wawancara yang didapat
(kesenian yang lama)” (Wawancara penulis selama penelitian, berdasarkan
dengan kang Adim pada Selasa, 9 Juli paparan dari informan kunci dan
2019). informan pendukung, tujuh sumber
mata air Cibulan masih banyak yang
C. Musik Pengiring Upacara Adat
tidak mengetahui karena tujuh sumber
Kawin Cai
mata air Cibulan masih dianggap
Iringan merupakan satu kesatuan keramat. Hanya sebagaian orang
yang tidak dapat dipisahkan dalam dewasa di Desa Babakan Mulya yang
suatu prosesi Upacara Adat. Musik mengetahuinya. Masyarakat Desa
iringan yang digunakan pada saat Babakan Mulya sebagaian besar hanya
prosesi Upacara Adat Kawin Cai mengetahui sumber mata air yang
menggunakan Improvisasi dari terdapat di Balong Dalem yaitu di
beberapa alat musik tradisional Sunda. Karang Mangu sekaligus sebagai tempat
Musik yang digunakan untuk megiringi penyatuan air.
Upacara Adat Kawin Cai yaitu musik
Tujuh sumber mata air ini terdapat
tradisional Sunda. Berikut kutipan
di obyek wisata Cibulan, yang menurut
wawancaranya:
mitologi masyarakat sekitar Cibulan
“Kalau dulu-dulu sih yang biasa merupakan peninggalan para Wali yang
dipakai untuk mengiringi adalah kecapi menyebarkan Agama Islam dan di
dan suling. Semakin kesini, agar supaya Cibulan juga terdapat situs petilasan
ramai dan menambah nilai budayanya Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran dan
kita dilengkapi dengan kendang, gong terdapat tujuh sumber mata air.
kecil dan lagu tradisional Sunda”
Tujuh sumber mata air ini terdiri
(Wawancara dengan kang Jaja pada
dari kolam-kolam yang masing-masing
Sabtu, 29 Juni 2019).
mempunyai nama tersendiri yaitu
Sedangkan menurut kang Adim Sumur Kejayaan, Sumur Kemulyaan,
selaku informan pendukung yang Sumur Pengabulan, Sumur Cirencana,
menjabat sebagai Kesejahteraan Rakyat Sumur Cisadane, Sumur Kemudaan,
(Kesra) menjelaskan mengenai musik dan Sumur Keselamatan. Berikut
pengiring pada saat prosesi Upacara kutipan wawancaranya:
Adat Kawin Cai, yaitu:
“Intinya, masyarakat disini masih
“Musik pengiring pada saat prosesi banyak yang tidak ada yang tahu, hanya
kami datangkan melalui Dinas Pemuda, beberapa orang dewasa saja di Desa
Olahraga dan Pariwisata Babakan Mulya yang mengetahui.
(DISPORAPAR). Kami memohon Kalau masyarakat sekitar Cibulan
kepada DISPORAPAR untuk Insyaallah banyak yang tahu.
menghadirkan grup tentang pengiringan Masyarakat disni kebanyakan tahu
pada saat pengambilan cai (air) dan tentang sumber mata air yang ada di

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 366
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
Balong Dalem yaitu lokasi yang “Kendi itu disimbolkan supaya
namanya Karang Mangu. Sumur atau masyarakat dapat menyimpan air agar
sumber mata air tujuh itu mempunyai tidak dibuang sia-sia, mempunyai nilai
sebutan atau nama seperti sumur kebudayaan tersendiri dan kendi juga
kejayaan, sumur pengabulan, sumur bisa memberikan keberkahan juga
cirencana, sumur cisadane, sumur memberikan kehidupan bagi
kemudaan dan sumur keselamatan”. masyarakat” (Wawancara dengan kang
(Wawancara dengan kang Jaja pada Jaja pada Kamis, 27 Juni 2019).
Kamis 27 Juni 2019).
Sedangkan menurut kang Adim
Sedangkan menurut kang Adim selaku informan pendukung
selaku informan pendukung menjelaskan mengenai kendi, berikut
menjelaskan tentang tujuh sumber mata kutipan wawancaranya:
air yang ada di Cibulan, berikut kutipan
“Makna kendi itu adalah tempat
wawancaranya:
atau wadah, kenapa kendi, karena
“Mengenai mata air yang ada di budaya sunda mah tidak harus katel
cikembulan atau Cibulan, Manis kidul (wajan) yang jaman sekarang, ini kendi
itu mungkin 30% masyarakat Babakan yang jaman ruhun (dulu), nah kendi itu
Mulya yang mengetahui, dan yang setiap tahun hanya digunakan untuk
lainnya masih banyak yang belum tahu penyatuan air pada saat Upacara Adat
karena masuknya saja ke sumur-sumur Kawin Cai tidak bisa digunakan untuk
tersebut kadang-kadang tidak berani yang lain, dan kendi ini juga sudah
karena takut dan lain sebagainya karena turun temurun”.
disitu kalau bahasa sundanya sih
F. Makam Buyut Bayu
geueuman atau kalau kata istilahnya
tempat keramat jadi keueung (takut)” Dari hasil wawancara yang didapat
(Wawancara dengan kang Adim pada penulis selama penelitian, berdasarkan
Selasa, 9 Juli 2019). paparan dari informan kunci dan
informan pendukung, hanya sebagian
E. Kendi
masyarakat yang mengetahui tentang
Dari hasil wawancara yang didapat sejarah makam Buyut Bayu. Karena
penulis selama penelitian, berdasarkan sejarahnya yang panjang, masih banyak
paparan dari informan kunci dan masyarakat sekitar yang belum tahu
informan pendukung, kendi ini tentang sejarah makam Buyut Bayu,
digunakan untuk membawa air dari bahkan masyarakat sekitar menganggap
Balong Dalem ke Cibulan untuk makam keramat, Berikut kutipan
penyatuan air lalu balik lagi ke Balong wawancaranya:
Dalem. Kendi ini disimbolkan bahwa
“Sejarah tentang makam Buyut
kendi bisa bermanfaat bagi masyarakat
Bayu kebetulan hanya sebagian saja
untuk menyimpan ataupun mengambil
yang tahu. Kebanyakan masyarakat
air juga mempunyai nilai budaya
sekitar menganggap bahwa makam
tersendiri dan kendi itu pun bisa
Buyut Bayu adalah tempat keramat”
membawa keberkahan, kehidupan
(Wawancara dengan kang Jaja pada
dengan ketersediaan air di kendi itu
Kamis, 27 Juni 2019).
dapat menyimpan air agar tidak dibuang
sia-sia. Berikut kutipan wawancara Sedangkan menurut kang Adim
dengan informan kunci: selaku Informan Pendukung
menjelaskan tentang Makam Buyut
Bayu, berikut kutipan wawancaranya:

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 367
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
“Masyarakat Babakan Mulya, itu sudah menyatu dan bentuk batunya
Jalaksana itu tau yang dewasa mah. itu seperti orang kawin maksudnya
Yang sekitaran 30 tahun atau 40 tahun seperti kemaluan laki-laki dan kemaluan
ke atas. Karena tidak semua masyarakat perempuan. Dan pada saat itu oleh
desa Babakan Mulya tahu tentang kuncen-kuncen dulu dimanfaatkan
sejarah makam Buyut bayu. Karena sebagai sarana tirakat (berpuasa) untuk
mungkin dari leleuhur Jalaksana, karena orang-orang yang susah mendapatkan
Babakan Mulya itu pemekaran dari jodoh. (Wawancara dengan kang Jaja
tahun 1982 bulan oktober, baru 36 pada kamis, 27 Juni 2019)
tahun berjalan menjadi desa Babakan
Sedangkan menurut Kang Adim
Mulya. Yang namanya orang tua dulu,
dan Kang Dandy selaku informan
atau jaman dulu mah karena penjajahan,
pendukung menjelaskan mengenai Batu
kesakten (kesaktian) makam Buyut
Kawin, berikut kutipan wawancaranya:
Bayu itu hanya tapak tilas tapi
dibuatkan sebuah makam” (Wawancara “Sebutan batu kawin itu karena,
dengan kang Adim pada Selasa, 9 Juli yang satu seperti kemaluan laki-laki
2019). yang satunya lagi seperti kemaluan
perempuan dan itu bertempelan.
G. Batu Kawin
Mitosnya ketika yang berpasangan laki-
Dari hasil wawancara yang didapat laki dan perempuan bukan muhrim
penulis selama penelitian, berdasarkan ataupun suami-istri mengelilingi batu
paparan dari informan kunci dan kawin tersebut itu dilarang. Kenapa
informan pendukung, Batu Kawin disebut batu kawin itu supaya
merupakan simbol dari Balong Dalem perempuan itu pasrah dan itu menjadi
karena sejarahnya yang belum diketahui sangat bahaya jika tidak di pandu oleh
masyarakat khususnya desa Babakan tokoh masyarakat ataupun pejabat desa”
Mulya umumnya masyarakat Kuningan. (Wawancara dengan kang Adim pada
Batu Kawin ini adalah dua bongkah Selasa, 9 Juli 2019).
batu yang saling berdempetan satu sama
“Sepengetahuan saya, batu kawin
lainnya yang menyerupai “alat kelamin”
itu mempunyai banyak mitos. Salah satu
laki-laki dan perempuan.
yang saya ingat, kalau mengelilingi batu
Konon mitosnya, apabila pasangan itu dengan pasangan kita, pasangan kita
laki-laki dan perempuan mengelilingi bisa tergila-gila dengan kita. Dan juga
batu kawin tersebut secara bersamaan, batu kawin itu memiliki bentuk yang
maka perempuan nya akan terlihat unik, yang satu seperti kemaluan
memasrahkan diri. perempuan dan yang satunya seperti
Ada juga mitos yang berkembang, kemaluan laki-laki itulah yang menjadi
apabila seorang laki-laki ataupun sebutan untuk batu itu yaitu batu kawin”
perempuan susah mendapatkan jodoh (Wawancara dengan kang Dandy pada
Jum’at, 28 Juni 2019).
jika mengelilingi batu itu bisa cepat
mendapatkan jodoh. Wallahu A’lam 1.2. Pembahasan Makna Indeks
Bisshowab.
Penulis mengelompokkan beberapa
Berikut kutipan wawancara penulis parameter yang ada pada Upacara Adat
dengan Informan Kunci dan Informan Kawin Cai dalam kategori index, yaitu:
Pendukung:
A. Alat Musik Pengiring
Batu kawin itu asal mulanya batu
itu berjauhan, pada saat pagi-pagi , batu

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 368
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
Begitupun pada saat Upacara Adat dengan kegiatan Upacara Adat Kawin
Kawin Cai, musik pengiring merupakan Cai, air yang ada di Balong Dalem dan
instrumen penting guna mengiringi air yang ada di Cibulan tidak akan
upacara adat ataupun tarian dalam surut-surut dan itu akan sangat berguna
prosesi Upacara Adat Kawin Cai. Selain untuk kesejahteraan masyarakat.
itu pula, dengan adanya musik Dan berikut kutipan singkat oleh
pengiring, suasana Upacara Adat Kawin informan kunci yang telah penulis
Cai pun semakin hidup, tidak kaku dan wawancarai:
monoton. Dalam hal ini, penulis
melakukan wawancara dengan informan “Menurut sejarah, penyatuan air ini
kunci mengenai alat musik yang untuk memperingati suatu perkawinan
digunakan oleh pengiring Upacara Adat antara petapa Balong Dalem dengan
Kawin Cai, dan berikut kutipan singkat putri yang ada di Cibulan. Disimbolkan
oleh informan kunci yang telah penulis bahwa sumber mata air yang ada di
wawancarai: Balong Dalem dengan sumber mata air
yang ada di Cibulan kalau disatukan
“Dalam prosesi Upacara Adat bisa memberikan manfaat untuk
Kawin Cai sekarang kita menggunakan masyarakat sekitar. Inti utamanya
4 jenis alat musik yaitu kendang, suling bahwa kegiatan Upacara Adat Kawin
bambu, kecapi dan gong. Alat musik ini
Cai sebagai ungkapan rasa syukur
juga sekaligus mengiringi tarian
masyarakat disini karena dengan
tradisional. Menggunakan 4 jenis alat
penyatuan sumber mata air Balong
musik ini bertujuan untuk mengiringi
Dalem dan Cibulan air disini tidak
proses Upacara Adat Kawin Cai dan
pernah surut” (Wawancara dengan kang
juga untuk menambah nilai budayanya”
Jaja pada Kamis, 27 Juni 2019).
(Wawancara dengan kang Jaja pada
Kamis, 27 Juni 2019). Sedangkan menurut kang Adim
selaku Kesra menjelaskan penyatuan
Sedangkan menurut kang Dandy
sumber mata air Balong Dalem dengan
selaku masyarakat sekitar menjelaskan
Cibulan, yaitu:
adanya musik pengiring pada saat
prosesi Upacara Adat Kawin Cai, yaitu: “Melihat dari mata air Cibulan
adalah mata air yang besar, sedangkan
“Dulu setau saya Upacara Adat
di Balong Dalem mata airnya kalau
Kawin Cai tidak menggunakan musik
musim kemarau itu sedikit surut, jadi
pengiring hanya syukuran biasa, karena
digabungkan. Mudah-mudahan dengan
mungkin ada tuntutan dari masyarakat
izin Allah SWT, sumber mata air yang
sekitar agar supaya lebih berwarna
ada di Balong Dalem juga bisa besar
maka di adakanlah alat musik pengiring,
seperti yang ada di Cibulan”
dan alhamdulillah dari tahun ketahun
(Wawancara dengan kang Adim pada
selalu ramai” (Wawancara dengan kang
Selasa, 9Juli 2019).
Dandy pada Jum’at 28 juni 2019).
C. Siraman Juru Cai
B. Penyatuan Sumber Mata Air
Balong Dalem Tirtayatra dengan 7 Siraman kepada bapak juru cai ini
Sumber Mata Air Cibulan Cikembulan melambangkan bahwa dengan air ini,
tanah desa Babakan Mulya maupun
Penyatuan sumber mata air Balong
desa tetangga bisa menjadi subur dan
Dalem dan sumber mata air Cibulan
juga pejabat desa ataupun pengurus
adalah sebagai ungkapan rasa syukur
desa yang mengatur pembagian air dari
masyarakat di Balong Dalem bahwa
Balong Dalem bisa menjadi pengurus

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 369
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
atau pejabat yang adil dalam bertugas A. Makna Pakaian Punduh (Ketua
untuk kesejahteraan masyarakat. Adat/Sesepuh) Desa
Berikut kutipan singkat oleh informan Berdasarkan hasil wawancara yang
kunci yang telah penulis wawancarai: dilakukan penulis kepada kang Jaja
“Siraman ini sebenarnya hanya selaku tokoh masyarakat dan informan
simbolis saja dan sebagai acara kunci, beliau mengatakan bahwa makna
tambahan pada saat Upacara Adat dari dari pakaian yang digunakan
Kawin Cai. Jadi intinya air yang sudah punduh desa yang berdominasi warna
disatukan tadi di dalam kendi juga putih tersebut adalah:
untuk proses siraman bapak juru cai. “Pakaian punduh desa itu kan
Air yang sudah disatukan itu insyaallah berwarna putih semua, dari bajunya
banyak manfaatnya untuk kehidupan hingga celanya warna putih. Nah, warna
masyarakat. Bapak juru cai ini dari putih itu sendiri melambangkan
berbagai desa yang mengambil dan
kesucian yang bertujuan bahwa seorang
memanfaatkan air yang ada di Balong punduh desa haruslah seorang yang
Dalem. Maksud dari siraman ini adalah jauh dari keburukan dan selalu dekat
bahwa air itu melambangkan suatu dengan kebaikan, dan juga seorang
kehidupan bahwa dengan air itu tanah punduh harus menjadi seorang yang
dari setiap desa yang memanfaatkan
penyabar. Jadi, makna nya pakaian yang
Balong Dalem bisa menjadi subur. Ada
seluruhnya berwarna putih itu adalah
juga pengurus yang mengatur
suci dan baik” (Wawancara dengan
pembagian air di desa-desa tetangga
kang Jaja pada Kamis, 27 Juni 2019).
ikut di siram agar bisa berlaku adil
untuk msyarakat” (Wawancara dengan Sedangkan menurut pandangan
kang Jaja pada Kamis, 27 Juni 2019). kang Adim selaku Kesra dan juga
informan pendukung, memandang
Sedangkan menurut kang Adim
makna dari pakaian yang digunakan
selaku Kesra menjelaskan prosesi
punduh desa, yaitu:
siraman bapak juru cai, yaitu:
“Makna dari pakaian yang di pakai
“Prosesi siraman itu dilakukan
oleh punduh desa yaitu kesucian, agar
kepada juru cai dari desa-desa tetangga
kita sebagai makhluk cipataan Allah
yang mengambil air dari Balong Dalem.
SWT selalu berdo’a dan memohon
Juru cai itu disirami atau dimandikan itu
kepada yang maha suci. Jadi pakaian
sebagai bentuk kerjasama, bentuk
putih-putih itu bukan tanpa alasan
kelestarian lingkungan mewakili warga
melainkan punya makna tersendiri
desanya masing-masing yang suka
bahwa kita sebagai umat muslim tidak
bertani atau mempunyai sawah yang
boleh berhenti berdo’a kepada sang
airnya dari Balong Dalem, jadi yang
pencipta” (Wawancara dengan kang
disiraminya juru cai nya termasuk dari
Adim pada Selasa, 9 Juli 2019).
Dinas Pertaniannya juga” (Wawancara
dengan kang Adim pada Selasa, 9 Juli B. Makna Penyatuan Mata Air
2019). Berdasarkan hasil wawancara yang
1.3. Pembahasan Makna Simbol dilakukan penulis kepada kang Jaja
selaku tokoh masyarakat dan informan
Dimana yang dapat dikategorikan
kunci, beliau mengatakan bahwa makna
sebagai symbol dalam Upacara Adat
penyatuan mata air Balong Dalem dan
Kawin Cai.
mata air Cibulan adalah:

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 370
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
“Air dari sumber mata air Balong siram itu tanah atau tanamannya tapi
Dalem dan air dari sumber mata air kenapa juru cai nya, agar supaya juru
Cibulan itu memiliki magis yang cai tersebut bisa menjadi seorang yang
membawa kesejahteraan kepada adil dalam membagikan air kepada
masyarakat. Makna dari penyatuan masyarakatnya” (Wawancara dengan
sumber mata air yang diambil dari kang Jaja pada Kamis, 27 Juni 2019).
masing-masing sumber mata air itu
Sedangkan menurut kang Adim
adalah untuk memberikan manfaat
mempunyai pandangan lain tentang
kepada masyarakat supaya air yang ada
makna siraman juru cai, kang Adim
di Balong Dalem maupun di Cibulan
memandang bahwa makna siraman juru
tidak akan surut-surut dan juga untuk
cai adalah:
kelestarian lingkungan di sekitar Balong
Dalem” (Wawancara dengan kang Jaja “Juru cai itu adalah wakil
pada Kamis, 27 Juni 2019). masyrakat yang menggunakan air dari
balong dalem. Makna siraman juru cai
Sedangan menurut pandangan kang
itu adalah sebagai bentuk kerja sama
Adim selaku Kesra dan informan
antara desa Babakan Mulya dengan
pendukung, memandang makna
desa-desa sekitar dalam rangka menjaga
penyatuan air, yaitu:
kelestarian air dan lingkungan dan juga
“Penyatuan air ini adalah untuk untuk kehidupan masyarakat yang
menambah rasa syukur kita kepada umumnya bekerja sebagai petani dan
Allah SWT yang selalu memberikan berkebun. (Wawancara dengan kang
keberkahan melalui air. Makna dari Adim pada Selasa, 9 Juli 2019).
penyatuan air itu sendiri yaitu agar
D. Makna Musik Iringan
supaya masyarakat sekitar yang
merasakan manfaat dari air Balong Peran musik pengiring dalam
Dalem selalu bersyukur kepada sang upacara adat bukan hanya sebagai
maha pencipta dan tidak menjadi sekedar menjadi pengiring, namun
serakah karena air yang tidak pernah musik yang dimainkan tersebut
surut setelah penyatuan air ini selesai” merupakan tambahan nilai-nilai
(Wawancara dengan kang Adim pada kebudayaan sunda dan juga sekaligus
Selasa, 9 Juli 2019). sebagai hiburan untuk masyrakat sekitar
yang mengikuti jalannya Upacara Adat
C. Makna Siraman Juru Cai
Kawin Cai.
Berdasarkan hasil wawancara yang
E. Makna Alat Musik Pengiringan
dilakukan penulis kepada kang Jaja
selaku tokoh masyarakat dan informan Dalam satu Upacara Adat Kawin
kunci, beliau mengatakan bahwa makna Cai, biasanya diiringi oleh satu tim
siraman juru cai adalah: pengiring musik dengan alat-alay musik
tradisional. Dimana dalam alat musik
“Juru cai itu adalah orang-orang
tradisional tersebut digunakan dalam
yang mewakili desa atau masyarakat
tradisi Upacara Adat Kawin Cai karena
desanya yang ikut mengambil dan
memiliki makna tersendiri. Dalam hal
memanfaatkan air dari Balong Dalem.
ini penulis melakukan wawancara
Siraman yang dilakukan kepada juru cai
dengan informan kunci dan informan
pada saat Upacara Adat Kawin Cai itu
pendukung mengenai makna alat musik
bermakna agar kesuburan dan
yang digunakan pengiring pada Upacara
kesejahteraan selalu menyertai desa
Adat Kawin Cai, dan berikut kutipan
tersebut. Memang seharusnya yang di

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 371
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
singkat oleh informan kunci yang telah pesan kepada masyarakat sekitar
penulis wawancarai: umumnya masyarakat Kuningan.
“Alat-alat musik yang kita pakai itu Adapun pesannya yaitu berupa
seperti suling bambu, kecapi, gong, dan penggambaran mengenai sejarah dalam
kendang ketipung sunda. Kita pakai alat melestarikan lingkungan agar
musik tradisional dari Sunda supaya masyarakat sekitar tidak lupa berdo’a
menambah nilai budayanya. Dari situlah kepada sang pencipta Allah SWT serta
kenapa pada saat Upacara Adat Kawin dapat hidup subur, makmur dan
Cai memakai alat musik khas suku sejahtera. Berikut kutipan singkat oleh
Sunda agar perpaduan dengan Upacara informan kunci yang telah penulis
Adat Kawin Cai menjadi nilai bagus wawancarai:
tersendiri” (Wawancara dengan kang ‘Upacara Adat Kawin Cai memiliki
Jaja pada Kamis, 27 Juni 2019). sejarah yaitu Kawin Cai sebagai
penyatuan antara 2 sumber mata air.
Hal serupa dengan informan
pendukung yang menjelaskan secara Penyatuan air ini yaitu suatu pertemuan
singkat mengenai makna alat musik antara petapa Balong Dalem dan putri
pengiring, berikut pemaparannya: Cibulan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan untuk
“Sebenarnya untuk alat musik yang melestarikan lingkungan. Hal ini
ada pada saat Upacara Adat Kawin Cai menjadikan Upacara Adat Kawin Cai
itu hany sebagai pelengkap saja, tapi sebagai sejarah desa Babakan Mulya
mungkin kalau tidak ada alat musik (Balong Dalem) dan desa Manis Kidul
berlangsungnya Upacara Adat Kawin (Cibulan)” (Wawancara dengan kang
Cai tidak khidmat. Alat musik yang Jaja pada Kamis, 27 Juni 2019).
dimainkan dipadukan dengan petikan
Sedangkan menurut pandangan
dari kecapi dan pukulan dari kendang
kang Dandy, selaku masyarakat sekitar,
jungan alunan suling bambu
memandang pesan moral yang
menghasilkan musik yang begitu santai
terkandung pada prosesi Upacara Adat
juga merdu, menandakan bahwa orang
Kawin Cai, yaitu:
sunda selalu berhati-hati dalam bekerja,
santai tapi bersemangat” (Wawancara “Untuk pesan moral yang
dengan kang Dandy pada Jum’at, 28 terkandung pada Upacara Adat Kawin
Juni 2019). Cai sendiri yaitu agar kita sebagai
masyarakat tidak melupakan sejarah dan
2. Pesan Moral dalam Prosesi
terus melestarikan budaya juga
Upacara Adat Kawin Cai
lingkungan. Upacara Adat Kawin Cai
Ritual upacara adat Kawin Cai ini ini di adakan ya memang untuk
diadakan pada malam Jum’at kliwon kesejahteraan masyarakat sekitar agar
bulan Ruwah di desa Babakan Mulya air tidak pernah surut dan desa-desa
kecamatan Jalaksana kabupaten selalu subur tanahnya” (Wawancara
Kuningan, Jawa Barat. Asal mula dari dengan kang Dandy pada Jum’at 28
Upacara Adat Kawin Cai dilatar Juni 2019).
belakangi anatar petapa dari Balong
3. Tanggapan Masyarakat
Dalem dengan putri yang ada di
Mengenai Makna Upacara Adat Kawin
Cibulan.
Cai. Masyarakat yang dimaksud yaitu
Hingga saat ini, Upacara Adat masyarakat yang berada di acara
Kawin Cai merupakan kebudayaan Upacara Adat Kawin Cai yang digelar
tradisional Sunda tetap memberikan di Desa Babakan Mulya Kabupaten

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 372
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
Kuningan. Penulis mengambil yang menunjukkan hubungan alamiah
masyarakat yang menyaksikan Upacara antara penanda dan petandanya, atau
Adat Kawin Cai, penulis pun meminta dengan kata lain, symbol merupakan
tanggapan kepada masyarakat tersebut tanda yang mewakili objeknya melalui
mengenai Upacara Adat Kawin Cai, dan kesepakatan atau persetujuan dalam
berikut hasil wawancara yang telah konteks spesifik.
penulis lakukan: Berdasarkan penelitian selama
“Kalau menurut saya sih, penulis melakukan observasi dan
diadakannya acara tahunan ini menjadi melakukan tahapan wawancara kepada
nilai budaya yang bagus untuk informan, dalam Upacara Adat Kawin
masyarakat Kuningan. Masyarakat Cai, pakaian yang digunakan Punduh
disajikan acara syukuran seperti makan (sesepuh/ketua adat) desa menggunakan
bersama itu sudah menjadi kebahagiaan pakaian adat berwarna putih-putih.
tersendiri, apalagi kalau Bupati Secara umum pakaian dapat diartikan
Kuningan hadir, wah tambah seneng. sebagai alat penutup tubuh. Busana atau
Tapi untuk maknanya sendiri saya pakaian yang berwarna putih-putih
kurang begitu paham, saya baru melihat melambangkan bahwa Punduh
langsung saja sekarang biasanya hanya (sesepuh/ketua adat) desa mempunyai
mendengar dari teman atau membaca kepribadian yang bersih, orang yang
dari koran Kuningan” (Wawancara sudah ikhlas, dan tidak mementingkan
dengan Dandy pada Jum’at, 28 Juni masalah keduniawian. Penulis dapat
2019). menganilisis bahwa pakaian yang
PEMBAHASAN dikenakan punduh desa tidak terlepas
dari ajaran Agama Islam bahwa warna
Analisis pesan pada penelitian ini putih adalah simbol kesucian. Tarian
dilakukan dengan mengadaptasi pada adat pada prosesi Upacara Adat Kawin
jenis tanda berdasarkan objek dengan Cai bermacam-macam dan tidak hanya
yang dikemukakan oleh Pierce. Dalam terpaku pada satu tarian saja. Tarian
Upacara Adat Kawin Cai, terdapat yang digunakan tergantung dari pihak
beberapa parameter yang dapat pengelola atau panitia yang
dikategorikan sebagai dimensi dari icon, melaksanakan Upacara Adat Kawin
index, dan symbol menurut Pierce. Cai.
Berdasarkan hasil analisa penulis,
Tarian tersebut biasanya
mengacu pada konsep Pierce, yang
menggunakan tari buyung, tari
menyatakan ikon adalah tanda yang
lengseran, tari mapag penganten. Para
hubungan antara penanda dan
penari atau biasa disebut dayang-dayang
petandanya bersifat bersamaan bentuk
minimal 18 orang untuk mengiringi
alamiah. Atau dengan kata lain, ikon
pengantin yang membawa air dari
adalah hubungan antara petanda dan
Balong Dalem ke Cibulan dan kembali
objek atau acuan yang bersifat
lagi ke Balong Dalem. Tidak ada tarian
kemiripan. Pierce mengemukakan
khusus untuk mengiringi prosesi
bahwa indeks adalah tanda yang
Upacara Adat Kawin Cai, karena dahulu
menunjukkan adanya hubungan alamiah
memang tidak ada tarian untuk
antara tanda dan petanda yang bersifat
mengiringi prosesi upacara adat. Untuk
kausal atau hubungannya dengan sebab
menambah nilai budaya jadi di
akibat, atau tanda yang langsung
adakannya tarian untuk mengiringi
mengacu pada kenyataan. Kemudian
prosei Upacara Adat Kawin Cai.
yang menyatakan symbol adalah tanda
Begitupun pada saat Upacara Adat

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 373
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
Kawin Cai, musik pengiring merupakan kenyataan (Sobur, 2013:41). Misalnya
instrumen penting guna mengiringi pada alat musik yang digunakan pada
upacara adat ataupun tarian dalam Upacara Adat Kawin Cai ialah sebagai
prosesi Upacara Adat Kawin Cai. Selain tanda dalam suatu prosesi Upacara
itu pula, dengan adanya musik Adat Kawin Cai bahwa dengan alat
pengiring, suasana Upacara Adat Kawin musik tersebut Upacara Adat Kawin Cai
Cai pun semakin hidup, tidak kaku dan akan berlangsung dan dimulai dengan
monoton, music tersebut menggunakan suara-suara yang dihasilkan dari alat
4 jenis alat musik yaitu kendang, suling musik yang digunakan tersebut.
bambu, kecapi dan gong. Iringan Analisa penulis mengenai pesan
tersebut merupakan satu kesatuan yang moral dalam Upacara Adat Kawin Cai
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sesuai dengan teori pesan moral.
prosesi Upacara Adat. Musik iringan Adapun arti moral dari segi bahasa
yang digunakan pada saat prosesi berasal dari bahasa latin, mores yaitu
Upacara Adat Kawin Cai menggunakan jamak dari kata mos yang berarti adat
Improvisasi dari beberapa alat musik kebiasaan. Di dalam Kamus Umum
tradisional Sunda. Peran musik Bahasa Indonesia dikatakan bahwa
pengiring dalam upacara adat bukan moral adalah penentuan baik-buruk
hanya sebagai sekedar menjadi terhadap perbuatan dan kelakuan.
pengiring, namun musik yang Selanjutnya moral menurut istilah
dimainkan tersebut merupakan adalah suatu istilah yang digunakan
tambahan nilai-nilai kebudayaan sunda untuk menentukan batas-batas dari sifat,
dan juga sekaligus sebagai hiburan perangkai, kehendak, pendapat, atau
untuk masyrakat sekitar yang mengikuti perbuatan yang secara layak dapat
jalannya Upacara Adat Kawin Cai. dikatakan dengan benar, salah, baik,
Berdasarkan pemaparan informan mapun buruk. (Abudin, 2010:92)
kunci dan informan pendukung yang Sedangkan menurut teori Burham
menyatakan tentang musik pengiring yang menjelaskan mengenai pesan
dalam prosesi Upacara Adat Kawin Cai. moral yaitu pelajaran moral atau pesan
Musik iringan merupakan satu kesatuan yang didapat dari suatu kejadian,
yang tidak dapat dipisahkan dalam pengalaman seseorang, atau dari sebuah
suatu prosesi upacara adat. Sesuai pertunjukan yang dapat memberikan
dalam teori yang mengacu pada Pierce, pelajaran hidup bagi penonton dan bagi
yang menyatakan ikon adalah tanda orang lain. Adapun kategori
yang hubungan antara penanda dan berdasarkan pesan moral terjadi menjadi
petandanya bersifat bersamaan bentuk 3 macam, yaitu kategori hubungan
alamiah (Sobur, 2013:41). Atau dengan manusia dengan tuhan, kategori
kata lain, musik iringan adalah bagian hubungan manusia dengan diri sendiri,
dari prosesi upacara adat yang berarti dan kategori hubungan manusia dengan
musik iringan tersebut merupakan salah manusia lain dalam lingkungan sosial
satu ikon yang memiliki hubungan dan termasuk dengan alam (Burham,
keterkaitan dengan prosesi Upacara 1998:323). Berdasarkan teori mengenai
Adat Kawin Cai. Konsep Pierce pesan moral yaitu salah satunya ialah
menyatakan indeks adalah tanda yang kategori hubungan manusia dengan
menunjukkan adanya hubungan alamiah manusia lain dalam lingkungan sosial,
antara tanda dan petanda yang bersifat yang berkaitan dengan pembahasan
kausal atau hubungan sebab akibat, penelitian ini mengenai pesan moral
atau tanda yang mengacu pada yang terkandung dalam Upacara Adat

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 374
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
Kawin Cai yaitu memberikan gambaran kondisi merupakan stimulus dan
mengenai sejarah pada masa dahulu, persepsi. Setelah mendapat stimulus
cerita yang dipercaya turun-temurun selanjutnya terjadi seleksi yang
kepada masyarakat Desa Babakan berkaitan dengan interpretasi, lalu
Mulya untuk selalu mengingat dan tidak terbentuklah respon berupa permanet
melupakan sejarah, selain itu juga dapat memori disebut mental-epsesentation.
memberikan pelajaran hidup kepada Interpretasi tergantung pada masa
masyarakat bahwa dalam mencapai lampau, agama, nilai, moral, dan
kesejahteraan masyarakat diperlukan sebagainya (Wiranto, 1980:95).
usaha misalnya dengan kerjasama Berdasarkan teori mengenai tanggapan
dengan desa-desa sekitar. Serta yaitu dikatakan bahwa tanggapan
hendaknya selalu menjaga kelestarian merupakan pengamatan pada suatu hasil
lingkungan sekitar, hidup sederhana dan pengelihatan. Hal tersebut berkaitan
tidak serakah seperti halnya yang dengan pembahasan pada penelitian ini
terkandung dalam Upacara Adat Kawin mengenai tanggapan masyarakat
Cai. Upacara Adat Kawin Cai bukan terhadap Upacara Adat Kawin Cai.
untuk pertunjukan upacara adat biasa, Sesuai dengan hasil wawancara dengan
akan tetapi dikemas dengan cermat dan informan pendukung dapat penulis
cerdas dengan dilandaskan cerita turun- simpulkan sementara bahwa masyarakat
temurun dari punduh-punduh terdahulu. tersebut masih ada yang tidak tahu
Adapun gambaran sejarah Upacara Adat mengenai Upacara Adat Kawin Cai,
Kawin Cai yaitu melestarikan dan masih kurang memahami mengenai
menjaga sumber mata air agar makna pesan yang terkandung dalam
masyarakat sekitar mendapatkan Upacara Adat Kawin Cai.
dampak yang baik. Kesimpulam
Masyarakat adalah suatu 1. Simbol-simbol yang terkandung dalam
sekumpulan orang yang terdiri dari Upacara Adat Kawin Cai ini
berbagai macam suku, ras, dan kelas
yang berada di satu wilayah tertentu berdasarkan teori semiotika yang
yang memiliki kebudayaan bersama. memiliki beberapa dimensi seperti
Analisa penulis mengenai tanggapan
icon, index dan symbol. Dari ketiga
masyarakat tentang makna yang
terkandung dalam Upacara Adat Kawin dimensi tersebut memiliki beberapa
Cai yaitu sesuai dengan teori tanggapan. parameter disetiap dimensinya yang
Menurut pengertian dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, tanggapan adalah dikemas melalui pakaian punduh desa,
sambutan terhadap ucapan berupa alat musik pengiring, penyatuan
kritik, komentar dan lain sebagainya. sumber air, siraman juru cai bahkan
Sedangkan menurut Sujanto (2004:31)
tanggapan ialah gambaran pengamatan sampai kedalam jenis iringan musik
yang tinggal di kesadaran kita sesuadah pun memiliki makna yang bersifat
mengamati.
edukatif dan informatif bukan hanya
Selain itu menurut teori Wiranto
dari segi hiburan ataupun syukurannya
yang menjelaskan mengenai tanggapan
yaitu merupakan pemaknaan hasil saja.
penglihatan termasuk tanggapan tentang 2. Pesan moral yang terkandung dalam
lingkungan yang menyeluruh dimana
Upacara Adat Kawin Cai memberikan
individu berada dan dibesarkan, dan

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 375
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal
gambaran mengenai sejarah dari cerita masyarakat Desa Babakan Mulya yang
turun-temurun dari punduh-punduh belum mengetahui apa itu Upacara
Desa Babakan Mulya yang terdahulu Adat Kawin Cai secara mendalam.
kepada masyarakat untuk selalu Kebanyakan masyarakat hanya
mengingat dan tidak melupakan mengetahui nama Upacara Adat Kawin
sejarah, selain itu juga dapat Cai nya saja dan belum memahami apa
memberikan gambaran hidup kepada makna dan pesan yang terkandung
masyarakat bahwa dalam mencapai dalam Upacara Adat Kawin Cai.
segala sesuatu yang diinginkan
diperlukan usaha misalnya selalu DAFTAR PUSTAKA
Burhan, N. (2005). Teori Pengkajian
menjaga kelestarian lingkungan, Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada
menjaga kelestarian budaya, tidak University.
menjadi masyarakat yang serakah,
Berger, Arthur Asa, 2000. Tanda-Tanda
Dalam Kebudayaan Kontemporer,
bekerjasama yang baik dengan sesama terjemahan oleh M. Dwi Mariyanto,
manusia serta hendaknya selalu hidup Sunarto. Jogyakarta: Tiara Wacana
Yogja
sederhana. Upacara Adat Kawin Cai
Effendy, O. U. 2006. Ilmu Komunikasi:
bukan hanya menonjolkan identitas Teori Dan Praktek. Bandung: PT
yang tidak jelas akan tetapi Upacara Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat, I. S. 2016. Metode
Adat Kawin Cai adalah untuk Penelitian Komunikasi. Bandung:
memperingati petapa Balong Dalem PT. Remaja Rosdakarya.
Iqbal Hasan, M., 2002. Pokok-pokok
dan putri Cibulan dalam
Materi
mensejahterakan masyarakat. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
3. Tanggapan masyarakat terhadap Cet. 1. Jakarta: Ghalia Indonesia
Kuswarno, Engkus, 2008. Etnografi
Upacara Adat Kawin Cai ini cukup
Komunikasi. Bandung: Widya
baik. Masyarakat Kabupaten Kuningan Padjajaran.
khususnya masyarakat Desa Babakan Liliweri, Dr. Alo, 2012. Makna Budaya
dalam Komunikasi Antarbudaya.
Mulya merasa bangga memiliki Yogyakarta: LKis Yogyakarta.
kebudayaan tradisional yang diwarisi Mulyana, Deddy, 2009. Komunikasi
Antar Budaya. Bandung: PT
oleh para leluhurnya dari keunikan
Remaja Rosdakarya
Upacara Adat Kawin Cai masyarakat Sobur, Alex, 2013. Semiotika
berharap agar eksistensi budaya Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya .
tradisional Upacara Adat Kawin Cai di
Desa Babakan Mulya Kabupaten
Kuningan tetap terlaksana di setiap
tahunnya. Namun masih banyak

JURNAL SIGNAL Volume 10, No.2, Juli 2021, hlm 360-376| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 376
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

Anda mungkin juga menyukai