Anda di halaman 1dari 7

Jurnal PENA|Volume 2|Nomor 2|ISSN 2355-3766|380

ANALISIS MAKNA ADAT “MARRIMPA SALO”; SEBUAH


EULOGI BESAR TERHADAP SUNGAI PADA MASYARAKAT
DESA TAKKALALA KECAMATAN SINJAI TIMUR
KABUPATEN SINJAI
Hikma Suciati
Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Makassar
hikmasuciati24@gmail.com

ABSTRAK
Sebuah proses simbolis merupakan suatu kegiatan pada manusian dalam
menciptakan makna yang merujuk pada realitas yang lain dari pada
pengalaman sehari-hari. Proses-proses simbolis meliputi bidang-bidang agama,
filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos, dan bahasa. Adapun bentuk-bentuk simbolik
suatu budaya itu ialah agama, filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos, dan bahasa.
Demikian halnya yang terjadi di pesisir desa takkalal kecamatan Sinjai Timur
kabupaten Sinjai. Masyarakat pesisir desa takkalala mempunya adat yang setiap
tahun dilaksanakan secara besar-besaran yang disebut Marrimpa salo.Pesta
adat ini dilaksanakan setahu sekali dan waktunya ditetapkan menurut
kesepakatan masyarakat takkalala. Keyakinan masyarakat sangat kental bahwa
pesta ini adalah adat dan trdisi nenek moyang yang mampu memurahkan reski
masyarakat dan penghargaan terbesar pada sungai. Kendati tradisi telah di
Islamisasikan sedimikian rupa dan memiliki kesamaan dengan ajaran islam,
tidak berarti seratus persen sama dan terlepas dari upaya purifikasi. Dengan
berbagai alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakuan penelitian
dengan judul “Analisis makna adat “Marrimpa Salo”; sebuah eulogi
masyarakat terhadap sungai pada masyarakat Desa Takkalala Kecamatan Sinjai
Timur Kabupaten Sinjai”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan analisis data secara induktif.

Kata Kunci: Adat Istiadat, Marrimpa Salo’, Desa Takkalala

ABSTRACT

A symbolic process is an activity of the human being in creating meaning that refers to
another reality rather than everyday experience. Symbolic processes include areas of
religion, philosophy, art, science, history, myth, and language. The symbolic forms of a
culture are religion, philosophy, art, science, history, myth, and language. Similarly,
what happened in the coastal village takkala, East Sinjai District of Sinjai Regency. The
coastal communities of takkalala village have customs that are carried out on a large
scale every year called Marrimpa Salo. This customary feast is held once and time is
fixed according to the takkalala community agreement. The beliefs of the community are
so strong that this party is the customs and tragedies of the ancestors who are able to
devote the community's recess and the greatest reward to the river. Although tradition
has been Islamized in such a way and in common with the teachings of Islam, it does not
mean one hundred percent the same and apart from purification efforts. For these
reasons, the authors are interested in conducting research entitled "Analysis of the
meaning of adat" Marrimpa Salo "; A community eulogy of the river in the community of
Jurnal PENA|Volume 2|Nomor 2|ISSN 2355-3766|381

Takkalala Village, East Sinjai District of Sinjai Regency ". This type of research is
qualitative research with inductive data analysis.

Keywords: Customs, Marrimpa Salo ', Takkalala Village

PENDAHULUAN mungkin dipertahankan apabila


Dalam wilayah yang sangat masyarakat pendukungnya sudah
luas, hukum budaya tumbuh, dianut, tidak merasakan manfaatnya lagi dan
dan dipertahankan sebagian peraturan dalam suatu tradisi selalu ada
penjaga tata tertib sosial dan tata hubungannya dengan upacara
tertib hukum diantara manusia dalam tradisional.
sebuah masyarakat, supaya dapat Upacara tradisional merupakan
dihindarkan segala bencana dan bagian yang integral dari kebudayaan
bahaya yang mungkin atau telah masyarakat pendukungnya dan
mengancam. Ketertiban yang kelestarian hidupnya dimungkinkan
dipertahankan oleh hukum Budaya oleh fungsinya bagi kehidupan
itu baik yang bersifat batiniah masyarakat pendukungnya.
maupun jasmaniah, kelihatan atau tak Penyelenggaraan upacara tradisioanl
kelihatan, tetapi dipercayai dan itu sangat penting artinya bagi
diyakini sejak kecil sampai berkubur pembinaan sosial budaya masyarakat
tanah. Di mana ada masyarakat, di yang bersangkutan. Hal ini
situ ada Budaya yang berlaku. disebabkan salah satu fungsi dari
Budaya dapat dirumuskan upacara tradisional adalah sebagai
sebagai seperangkat nilai-nilai dan penguat norma-norma serta nilai-nilai
cara berlaku (kebiasaan) yang budaya yang telah berlaku.
dipelajari pada umumnya oleh para Norma-norma dan nilai-nilai itu
masyarakat. Suatu unsure Budaya- secara simbolis ditampilkan melalui
istiBudaya tetap bertahan apabila peragaan dalam bentuk upacara yang
masih meiliki fungsi dan peranan dilakukan oleh seluruh masyarakat
dalam kehidupan masyarakatnya, pendukungnya. Sehingga dengan
sebaliknya unsur itu akan punah upacara itu dapat membangkitkan
apabila tidak berfungsi lagi. rasa aman bagi setiap warga
Demikian pula upacara tradisional masyarakat di lingkungannya, dan
sebagai unsur kebudayaan tidak dapat pula dijadikan pegangan bagi
Jurnal PENA|Volume 2|Nomor 2|ISSN 2355-3766|382

merek dalam menentukan sikap sangat kental bahwa pesta ini adalah
dan tingkah lakunya sehari-hari. adat dan trdisi nenek moyang yang
Penggunaan simbol dalam wujud mampu memurahkan reski
budayanya, ternyata dilaksanakan masyarakat dan penghargaan terbesar
dengan penuh kesadaran, pemahaman pada sungai.
dan penghayatan yang tinggi yang Namun demikian, sebagai
dianut secara tradisional dari generasi seorang muslim tetap harus hati-hati
satu ke generasi erikutya. Oleh emnghadapi adat-istiadat ini, agar
karenanya upaya mengkaji dan tidak terjebak pada praktik-praktik
memahmi makna symbol-simbol yang sebenarnya betentangan dengan
dalam sebuah tradisi perlu dilakukan. syariat-syariat Islam. Kendati tradisi
Sebuah proses simbolis telah di Islamisasikan sedimikian
merupakan suatu kegiatan pada rupa dan memiliki kesamaan dengan
manusian dalam menciptakan makna ajaran islam, tidak berarti seratus
yang merujuk pada realitas yang lain persen sama dan terlepas dari upaya
dari pada pengalaman sehari-hari. purifikasi. Dengan berbagai alasan
Proses-proses simbolis meliputi tersebut, maka penulis tertarik untuk
bidang-bidang agama, filsafat, seni, melakuan penelitian dengan judul
ilmu, sejarah, mitos, dan bahasa. “Analisis makna adat “Marrimpa
Adapun bentuk-bentuk simbolik Salo”; sebuah eulogi masyarakat
suatu budaya itu ialah agama, filsafat, terhadap sungai pada masyarakat
seni, ilmu, sejarah, mitos, dan bahasa. Desa Takkalala Kecamatan Sinjai
Demikian halnya yang terjadi Timur Kabupaten Sinjai”.
di pesisir desa takkalal kecamatan METOE PENELITIAN
Sinjai Timur kabupaten Sinjai. Jenis dan Lokasi Penelitian
Masyarakat pesisir desa takkalala Jenis penelitian ini adalah
mempunya adat yang setiap tahun penelitian kualitatif dengan analisis
dilaksanakan secara besar-besaran. data secara induktif. Analisis data
Pesta adat ini dilaksanakan setahu secara induktif ini digunakan karena
sekali dan waktunya ditetapkan beberapa alasan. Pertama proses
menurut kesepakatan masyarakat induktif lebih dapat menemukan
takkalala. Keyakinan masyarakat kenyataan-kenyataan jamak sebagai
Jurnal PENA|Volume 2|Nomor 2|ISSN 2355-3766|383

yang terdapat dalam data. Variabel terikat (dependent) adalah


Kedua analisi induktif lebih dapat eulogi masyarakat.
membuat hubungan peneliti- Instrumen Penelitian
responden menjadi eksplisit, dapat Instrumen dalam penelitian

dikenal, dan akuntabel. Ketiga, dapat kualitatif, peneliti merupakan alat

menguraikan latar secara penuh dan (instrumen) pengumpul data utama,

dapat membuat keputusan- keputusan karena peneliti adalah manusia dan

tentang dapat tidaknya pengalihan hanya manusia yang dapat

pada suatu latar lainnya. Keempat, berhubungan dengan responden atau

analisi induktif lebih dapat objek lainnya, serta mampu

menemukan pengaruh bersama yang memahami kaitan kenyataan-

mempertajam hubungan hubungan. kenyataan di lapangan. Oleh karena

Kelima, analisi demikian dapat itu, peneliti juga berperanserta dalam

memperhitungkan nilai-nilai secara pengamatan atau participant

eksplisit sebagai bagian dari struktur observation.

analitik (Moleong, 2007: 10). Teknik Pengumpulan Data

Adapun lokasi dalam penelitian Teknik pengumpulan data

ini yaitu didaerah pesisir desa merupakan langkah yang paling

Takkalala Kecamatan Sinjai Timur penting dalampenelitian, karena tujuan

Kabupaten Sinjai. Lokasi ini dipilih utama dari penelitian adalah

karena tempat ini merupakan tempat mendapatkan data. Dalam usaha

asal dan tempat diadakannya adat pengumpulan data serta keterangan

Marrimpa Salo’ tersebut, sehingga yangdiperlukan, penelitian ini

peneliti dapat melakukan penelitian menggunakan pengumpulan data

secara langsung. dengan cara observasi, wawancara,

Variabel dan Desain Penelitian dan dokumentasi.

Variabel dalam penelitian ini Teknik Analisis Data

terdiri dari dua variabel yaitu variabel Metode analisis data yang

bebas (independent) dan variabel peneliti gunakan adalah metode

terikat (dependent). Adapun yang analisis datadeskriptif, karena

menjadi variabel bebas (independent) penelitian ini bertujuan untuk

adalah Adat Marrimpa Salo’. mendiskripsikan makna adat


“Marrimpa Salo”; yang merupakan
Jurnal PENA|Volume 2|Nomor 2|ISSN 2355-3766|384

sebuah eulogi masyarakat Perubahan yang paling sering terjadi


terhadap sungai pada masyarakat oleh Masuknya budaya barat ialah
pesisir Desa Takkalala Kecamatan mnimbulkan perubahan sosial budaya.
Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.
Marimpa Salo’
HASIL DAN PEMBAHASAN
Marimpa salo merupakan titual
Adat-Istiadat
yang dilakukan di sebuah sungai
Menurut Pasue (2015) adat
dengan menghalau ikan-ikan dari
istiadat adalah himpunan kaidah-
hulu ke muara sungai desa takalala,
kaidah sosial yang sejak lama ada
kecamatan Sinjai Timur Kabupaten
dalam masyarakat yang bermaksud
Sinjai. Atraksi gendang tradisional
untuk mengatur tata tertib
hingga adu kekebalan tubuh
masyarakat. Kaidah-kaidah ini ditaati
dibarengi pertunjukan ketangkasan
oleh anggotaanggota persekutuan
prajurit kerajaan mewarnai sebuah
hukum. Dari uraian di atas dapat
pesta panen di Sinjai Sulawesi
disimpulkan bahwa adat istiadat
Selatan. (Indra, J. 2011)
adalah suatu tradisi turun temurun
Mentari pagi ufuk timur di desa
dari kebiasaan nenek moyang kita
Sanjai kecamatan Sinjai timur
dan sampai sekarang masih
kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan
dipertahankan masyarakat untuk
adalah pertanda warga harus bersiap
menjaga keanekaragaman budaya.
menggelar pesta panen ini di muara
Sementara Yuzak AR(2015)
sungai Bua. Di Sungai Bua inilah
mengatakan bahwa Adat istiadat
ratusan warga menggelar pesta panen
adalah hal yang bersifat kuno atau
dengan cara menghalau ikan dari
lampu dan modernisasi adalah
hulu ke muara. Sejak pagi, suara
sesuatu yang bersifat baru. Saat ini
gendang tradisional membahana di
banyak sekali perilaku masyarakat
muara sungai bua. Suara gendang ini
kita yang tidak sesuai dengan budaya
merupakan pertanda bahwa seluruh
dan adat istiadat . Memang tidak
penduduk desa telah dipanggil dan
dapat di pungkiri bahwa modernisasi,
berkumpul untuk mempersiapkan diri
teknologi , dan hal-hal lainya telah
menggelar tradisi Marimpa Salo ini.
banyak mengubah wajah budaya
Seiring dengan tabuhan gendang,
bangsa indonesia. Diantara
sejumlah nelayan mulai menghiasi
Jurnal PENA|Volume 2|Nomor 2|ISSN 2355-3766|385

perahunya dengan janur kuning tubuhnya. Atraksi pencak silat juga


atau daun kelapa yang masih muda. dipertunjukkan sebagai simbol
Perahu- perahu hiasan tersebut akan ketangguhan dari para prajurit
digunakan untuk menghalau ikan dari kerajaan setempat, selain itu juga
hulu ke muara. (Indra, J. 2011) disuguhkan adu Mallanca atau adu
Sejumlah prajurit kerajaan kaki, Mappelo atau adu panco.
yang lengkap dengan senjata Semua atraksi ini menyimbolkan
tradisionalnya mulai berbaris untuk syarat untuk menjadi prajurit setia
menyambut sejumlah tamu. Pada kerajaan. (Indra, J. 2011)
zaman dahulu, tamu kehormatan Setelah rangkaian penyambutan
adalah raja, selain raja setempat digelar maka dilanjutkan dengan
warga juga mengundang raja Gowa hiburan untukn rakyat setempat yakni
dan Tallo untuk menghadiri hajatan alunan kecapi gambus tradisional
tahunan ini. Jika raja (kepala diiringi sorakan dari warga setempat.
pemerintahan / bupati) telah Orang-orang pun bergembira, disaat
memasuki tempat acara, maka itulah sejumlah warga segera menaiki
dilakukanlah ritual penyambutan atau perahu-perahu yang telah dihiasi
disebut dengan Mappakurru untuk mengarungi sungai. (Indra, J.
Sumanga. Mappakurru sumanga 2011) Marimppa salo atau
adalah sebagai pertanda para tamu menghalau ikan di sungai dimulai
undangan telah resmi berada di lokasi dari hulu. Jaraknya sekitar dua
dan berada dalam perlindungan kilometer dari muara. Dua perahu
kerajaan setempat. (Indra, J. 2011) yang berbeda paling di depan mulai
Ketika para tetamu telah menebar jaring. Sementara sebuah
lengkap hadir, maka digelarlah inti perahu dibelakangnya yang di
penyambutan tamu atau disebut tumpangi penghulu acara, tampil
dengan Maggiri. Dalam ritual memandu puluhan perahu lainnya.
Maggiri ini tokoh adat setempat Seorang tetua yang juga penghulu
menggelar sumpah setia kepada raja acara mengacungkan tongkat sebagai
dan mempertunjukkan aksi kekebalan tanda perahu harus bergerak
tubuhnya dengan menghunus keris menghalau ikan. (Mario, A. 2012)
dan menikam seluruh anggota
Desa Takkalala
Jurnal PENA|Volume 2|Nomor 2|ISSN 2355-3766|386

Desa Takkalala merupakan Singkat Kab.Sinjai. Dalam


salah satu desa yang terletak (http://bit.ly/fxzuluhttp://m
dikecamatan Sinjai timur Kabupaten arioriocom-
Sinjai. Desa ini termasuk salah satu counter.blogspot.co.id)
desa yang berada pada dataran diakses pada 14 Oktober
rendah sehingga terdapat sungai dan 2015 pukul 10.53 WITA
lautan yang luas. Kondisi iklimnya
Pasue, H.2014. Kajian Bentuk
yaitu subtropis dengan dua musim
Ngango Lo Huwayo Pada
yaitu musim penghujan pada periode
Upacara Adat Gorontalo.
April - Oktober , dan musim kemarau
Dalam
yang berlangsung pada periode
(http://eprints.ung.ac.id).
Oktober-April. Selain itu, desa ini
Diakses pada tanggal 12
merupakan salah satu desa yang
Oktober 2015 Pukul 08.32
masih kental akan budaya dan adat
WITA.
istiadatnya. salah satu adat besar
yang masih kokoh dilakukan yaitu Yuzak AR. 2015. Hubungan Adat
adat marrimpa salo. Sebuah adat Istiadat Dengan
yang secara turun temurun dilakukan Modernisasi Di Desa
setiap tahun. Adat ini dipercaya Cimelati Sukabumiawa
sebagai adat kesyukuran masyarakat Barat. Dalam
terhadap terhadap sumber daya alam (www.academia.edu)
dari sungai dan lautan, Diakses pada tanggal 12
Oktober 2015 Pukul 08.32
DAFTAR PUSTAKA WITA.
Indra, J. 2011. Marimpa Salo,
Penghargaan Manusia
Terhadap Sungai. Dalam
(www.kabarkami.com)
diakses pada 14 Oktober
2015 pukul 10.50 WITA

Mario A. 2012. Bugis


Sinjai/Mengenal Sejarah

Anda mungkin juga menyukai