Anda di halaman 1dari 13

TRADISI ADAT METHIK PARI DI DESA KALISTAIL KECAMATAN GENTENG……| 35

Tradisi Adat Methik Pari Di Desa Kalistail Kecamatan Genteng Kabupaten


Banyuwangi (Studi Pendekatan Historis)
Abdul Shomad, Topan Priananda Adinata
Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas PGRI Banyuwangi
Abstrak
Adat methik pari merupakan adat yang ada di Desa Kalistail Kecamatan Genteng
Kabupaten Banyuwangi. Adat ini telah ada sejak zaman Nenek moyang orang Jawa, selamatan
ini dilaksanakan sebagai wujud syukur petani kepada Tuhan atas keselamatan dalam
penggarapan lahan pertanian, dan hasil panen yang melimpah serta dihindarkan dari
ganggguan hama. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi makna, proses pelaksanaan
serta peran masyarakat dalam pelestarian tradisi adat methik pari di Desa Kalistail
Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Meode penelitian menggunakan penelitian
kualitatif berupa studi kasus. Pengumpulan data dengan observasi, interview, dan
dokumentasi. Teknik validasi data dan analisa data yang digunakan adalah analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan adat selamatan methik pari telah ada sejak zaman nenek
moyang masyarakat Jawa di Desa Kalistail. Adat selamatan tersebut memiliki makna bahwa
terjalinnya kerukunan dalam bermasyarakat dan sebagai penghubung manusia antara leluhur
dan Tuhannya, serta akan diberi keselamatan dalam penggarapan lahan pertaniannya. Oleh
karena pengaruh globalisasi, maka adat selamatan tersebut mulai memudar dan menghilang.
Peran penjaga adat masih nampak, walaupun regenerasi kurang memahami diperlukan
adanya pemahaman tentang pentingnya tradisi tersebut. Mengingat tradisi tersebut
merupakan warisan budaya milik Daerah dan dapat dijadikan sebagai aset pengembangan
wisata budaya di Kabupaten Banyuwangi, khususnya di Desa Kalistail Kecamatan Genteng,
sehingga tidak terlindas oleh arus globalisasi.
Kata Kunci: Tradisi, Selametan, Methik Pari

Pendahuluan istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain


Melville J. Herskovits dan Bronislaw yang di dapat seseorang sebagai anggota
Malinowski (2002) mengemukakan bahwa masyarakat. Menurut Shomad (2016)
segala sesuatu yang terdapat dalam budaya adalah keseluruhan sistem gagasan
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan tindakan dan hasil karya manusia dalam
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. rangka kehidupan masyarakat yang
Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural- dijadikan milik diri manusia dengan cara
Determinism. Hardt (2004) memandang belajar. Sedangkan adat adalah gagasan
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai
temurun dari satu generasi ke generasi kebudayaan, norma, kebiasaan,
yang lain, yang kemudian disebut sebagai kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
superorganic. Kebudayaan merupakan dilakukan di suatu daerah. Mengetahui dan
keseluruhan yang kompleks, yang di melestarikan adat dan budaya adalah hal
dalamnya terkandung pengetahuan, penting. Supaya sebagai manusia Indonesia
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dapat memiliki identitas diri dan tidak
36 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 1 JANUARI 2020

mudah terombang ambing dalam tersebut dipengaruhi globalisasi modern


mengahadapi tantangan globalisasi, serta dalam kehidupan masyarakat yang
literalisasi yang sarat dengan nilai-nilai semakin berkembang. Hal ini terlihat dari
baru dan asing. Memang tidak mudah pelaksanaan adat selamatan pari yang
untuk dapat menjaga atau dahulu dengan sekarang terdapat
mempertahankan adat dan budaya warisan perbedaan. Salah satunya terkendala
leluhur. Oleh karena adanya anggapan materi dan waktu. Sehingga adat selamatan
bahwa adat merupakan leluhur kuno. methik pari hanya dilakukan oleh orang-
Faktor ini adalah keterbatasan orang-orang orang tua. Sehingga menyelenggarakan
memahami dan mengetahui tentang apa adat tersebut yang secara turun-temurun
dan bagaimana adat itu. Dengan begitu dilakukan, kini hanya dapat terlihat di
tidak heran jika ada adat suatu daerah yang pedesaan saja. Itu pun dilakukan oleh
mulai punah dan cenderung dilupakan. orang-orang tua bukan kalangan muda.
Adat selamatan pari dilakukan saat Maka perlu dilakukan penguatan
menjelang panen pari, di mana pari sudah tradisi nilai-nilai budaya lokal. Untuk
tua menguning. Harapannya adat upacara mempertahankan eksistensi budaya lokal
selamatan pari mampu menyuburkan sebelum rantai pewarisnya terputus.
tanaman pari. Selain itu, dapat pula Tradisi budaya lokal harus terus digali,
membuat hasil panen pari melimpah, diperkuat, dan dikembangkan dalam
sehingga dapat di simpan dalam lumbung rangka menangkal arus globalisasi yang
pari. Sebab di percaya bahwa tanaman pari mempengaruhi eksistensi, legitimasi, dan
berasal dari tubuh dewi Sri. Sehingga keberlanjutan budaya lokal tersebut.
timbul suatu pandangan sakral terhadap Menghidupkan kembali budaya lokal tidak
lumbung. Kesakralan ini yang dengan sendirinya disebut Tradisi.
menyebabkan lumbung sebagai tempat Proses Tradisi berfungsi untuk
penyimpanan pari diperlakukan sebagai perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan
tempat yang suci (Shomad 2016). mampu mengenali dan memanfaatkan
Namun seiring dengan berjalannya potensi lingkungan (sejarah, makna,
waktu dan perkembangan zaman, adat keunikan lokasi dan citra tempat)
selamatan methik pari kini semakin (Sukatman, 2002). Indonesia yang memiliki
memudar di masyarakat. Kondisi itu akan banyak kultur atau kebudayaan yang
semakin mengurangi makna dan nilai dari beragam baik dari keberagaman suku,
keskralan tradisi masyarakat adat etnik, bahasa, pakaian tradisional, lagu-lagu
(Fransiska Idaroyani Neonnub & Novi daerah dan adat istiadat (Fara Dila, 2017).
Triana Habsari, 2018). Oleh karena konteks Mengenai kebudayaan pasti harus
TRADISI ADAT METHIK PARI DI DESA KALISTAIL KECAMATAN GENTENG……| 37

mengetahui istilah kebudayaan dari Namun jika kembali pada konteks bahwa
berbagai pakar bidang tersebut. Melville J. rata-rata masyarakat di Indonesia lebih
Herkovits berpendapat bahwa segala banyak yang religius atau masih percaya ke
sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat hal-hal non empiris, Indonesia notabene
ditentukan oleh adanya kebudayaan yang negara yang memiliki keanekaragaman
di miliki masyarakat itu sendiri, yang kebudayaan unik dan penuh makna.
dilanjutkan dari generasi ke generasi. Maka Konteks tersebut yang mempengaruhi
jika mengacu terhadap pendapat tersebut, terbentuknya bermacam-macam
kebudayaan dihasilkan dari pemikiran- kebudayaan yang diyakini masyarakat,
pemikiran atau konsepsi dari masyarakat selanjutnya secara lambat laun kebudayaan
itu sendiri, yang mereka percayai berasal tersebut mengalir juga ke ranah bidang
dari nenek moyangnya yang kemudian pertanian semisal bagi para petani pari
secara turun temurun dipercaya oleh (Yuliyani, 2010).
masyarakat sekitar (Melville, 2002). Sebelumnya, sudah diketahui
Wujud dari kebudayaan juga bahwa banyak macam kebudayaan yang
merupakan bentuk tindakan yang dilakukan oleh masyarakat petani
direalisasikan melalui sistem upacara adat. khususnya petani pari. Memaknai nilai
Misalnya, wujud kelakuan dari sistem religi luhur sebuah kebudayaan tidak dapat
yang mempengaruhinya. Upacara adat yang dilepaskan dari implementasi dalam
merupakan pelaksanaan dan keseharian masyarakat, pilihan tindakan
pengembangan konsep yang terkandung dalam menjalankan aktivitas seseorang
dalam keyakinan masyarakat, mampu dalam keseharian merupakan hasil dari
memberikan inspirasi nilai positif, nilai yang diinternalisasi dalam proses
terutama sisi pesan moral bagi masyarakat. kebudayaannya (Nayati, 2008). Tulisan ini
Melalui pesan-pesan simbolik bertujuan untuk mengidentifikasi makna,
dalam upacara adat dapat menyadarkan proses pelaksanaan serta peran
manusia bahwa, dalam hidup dan masyarakat dalam pelestariannya.
kehidupan ini berlaku hukum kodrat yaitu
Tinjauan Pustaka
kekuatan yang ada di luar kekuatan
A. Tradisi
manusia yang bersifat mutlak (Melville,
Dalam tradisi ada pula yang dimaksud
2002). Budaya yang ada di Indonesia
dengan tradisi lisan. Suratman (2002),
memang menarik untuk dikaji dan ditelisik
mengungkapkan bahwa tradisi lisan adalah
maknanya. Indonesia masuk di era
semua kesenian, pertunjukan, atau
globalisasi yang erat kaitannya dengan
permainan yang menggunakan tuturan
paham yang sifatnya positivis atau realistik.
38 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 1 JANUARI 2020

lisan. Jika suatu kesenian tidak bahwa pengertian makna sebagai


menggunakan atau tidak disertai ucapan pengertian atau konsep yang dimiliki atau
lisan, maka tidak termasuk tradisi lisan. terdapat pada suatu tanda linguistik.
Sebaliknya, jika suatu cerita tidak Bentuk makna diperhitungkan sebagai
ditradisikan (dipertunjukkan) dihadapan istilah sebab. Bentuk ini mempunyai
masyarakat pendukungnya, itu pun tidak konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni
termasuk tradisi lisan. Walaupun itu sastra dalam bidang linguistik. Istilah makna
lisan dan potensial jadi tradisi lisan. walaupun membingungkan, sebenarnya
Masyarakat tidak pernah menjadi lebih dekat dengan kata. Sering kita
masyarakat bila kaitannya dengan masa berkata, apa artinya pernyataan ini. Dengan
lalunya tak ada (Suratman, 2002). Tradisi menggunakan teori ini akan diketahui
bukan sekedar produk masa lalu atau makna yang terkandung dalam tradisi
kebiasaan turun-temurun dari nenek- methik pari.
moyang yang masih dijalankan oleh Saussure dalam (Chaer, 2007)
masyarakat sekarang. mengungkapkan pengertian makna sebagai
Akan tetapi sesuatu yang normatif dan pengertian atau konsep yang dimiliki atau
kebenaran yang menjadi nilai yang telah terdapat pada tanda linguistik. Sedangkan
teruji sebagai hal yang benar. Sekaligus Saussure (Chaer, 2007) mengungkapkan
sebagai kebaikan yang di yakini dalam bahwa makna adalah pengertian atau
komunitas. Tradisi merupakan sesuatu konsep yang dimiliki atau terdapat pada
yang dinamis. Tradisi berguna untuk tanda linguistik. Ditegaskan pula oleh
mengkaji manusia itu sendiri dan juga Shipley (1962) berpendapat jika seseorang
untuk mengembangkannya. Tradisi sebagai menafsirkan makna sebuah lambang,
nilai merupakan sesuatu yang telah teruji berarti ia memikirkan sebagaimana
kebenarannya. Dengan kata lain tradisi mestinya tentang lambang tersebut, yakni
adalah sesuatu yang dianggap paling benar. suatu keinginan untuk menghasilkan
B. Makna Semiotika Methik Pari jawaban tertentu dengan kondisi-kondisi
Menurut Mansoer Pateda (2001) tertentu pula.
mengemukakan bahwa istilah makna Dari pengertian para ahli bahasa
merupakan kata-kata dan istilah yang tersebut, dapat dikatakan batasan tentang
membingungkan. Menurut Ullman (dalam pengertian makna sangat sulit ditentukan
Mansoer Pateda, 2001) mengemukakan karena setiap pemakai bahasa memiliki
bila makna adalah hubungan antara makna kemampuan dan cara pandang yang
dengan pengertian. Menurut Ferdinand De berbeda dalam memaknai sebuah ujaran
Saussure (Chaer, 2007) mengungkapkan atau kata. Saussure (dalam Chaer, 2007)
TRADISI ADAT METHIK PARI DI DESA KALISTAIL KECAMATAN GENTENG……| 39

berpendapat bahwa makna dapat Banyuwangi. Pertimbangannya adalah di


dibicarakan dari dua pendekatan, yakni Banyuwangi memiliki masyarakat Jawa
pendekatan analitik atau referensial dan yang masih menjalankan adat tersebut dan
pendekatan operasional. Pendekatan merupakan asli adat suku itu. Menurut
analitik ingin mencari makna dengan cara Sutopo (2006) data kualitatif yang
menguraikannya atas segmen-segmen dikumpulkan terutama berupa kata-kata,
utama. Sedangkan pendekatan operasional kalimat atau gambar yang memiliki arti
ingin mempelajari kata dalam lebih bermakna dan mampu memacu
penggunaannya. Pendekatan operasional pemahaman yang lebih nyata dari pada
menekankan bagaimana kata dioperasikan sekedar sajian angka atau frekuensi.
dalam tindak fonasi sehari-hari. Pemanfaatan informan untuk
Pendekatan operasional menggunakan tes membantu supaya dalam waktu yang
substitusi untuk menentukan tepat tidak relatif singkat banyak informasi yang dapat
makna kata. dijangkau dan memberikan informasi yang
Misalnya, apakah kata akurat. Sehingga menggunakan teknik
memberitakan sama dengan makna kata Snowball dalam penentuan informan.
memberitahukan, apakah kata sebab sama Menurut Mursidi (2019) penelitian ini
maknanya dengan kata karena. Untuk itu merupakan penelitian dasar. Informan
dicoba dengan tes (khusus kata sebab dan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
karena). Selain dua pendekatan ini, memberikan informasi tentang situasi dan
pendekatan makna dapat dilihat pula dari kondisi latar penelitian.
hubungan fungsi yang berbeda di dalam Dalam penelitian ini yang menjadi
bahasa. Pada umumnya orang informan adalah pelaku adat untuk
membedakan pendekatan ekstensional dan mengetahui proses dan makna adat methik
pendekatan intensional. Dimaksud dengan pari dan masyarakat untuk mengetahui
pendekatan ekstensional ialah pendekatan persepsi adat methik pari. Menurut H.B
yang memusatkan perhatian pada struktur- Sutopo (2006) sebelum merancang
struktur konseptual yang berhubungan pelaksanaan penelitian, perlu dipahami
dengan unit-unit utama (bandingkan bahwa terdapat dua jenis penelitian, yang
dengan pendekatan analitik). dibedakan dari tujuan akhirnya. Dua
penelitian tersebut meliputi penelitian
Metode Penelitian
dasar (basic research) dan penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
terapan (applied research). Sehingga akan
masyarakat Jawa di Desa Kalistail
diperoleh data apakah masyarakat masih
Kecamatan Genteng Kabupaten
melakukan tradisi adat methik pari dan
40 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 1 JANUARI 2020

mengerti makna yang terkandung didalam Kalistail menjalankan Adat selamatan


upacara tersebut. Menurut Sutopo (2006), methik pari. Sesajian yang biasa digunakan
penelitian dasar merupakan jenis para petani yang merasa penting adalah
penelitian yang banyak dilakukan secara sesajian dalam adat methik pari.
individual, terutama di lingkungan Masyarakat Desa Kalistail ini mempercayai
akademis. Jenis penelitian ini juga benar- adanya Dewi sri (Dewi pari) atau mbok sri
benar dikuasai oleh peneliti sebelum (bagi sebutan orang Jawa) sebagai
mencoba untuk melakukan penelitian penunggu lahan pertaniannya.
terapan. Pilihan bentuk rancangan Adat selamatan methik pari ini
dasarnya adalah tetap menggunakan bertujuan untuk menghormati Dewi sri
rancangan penelitian dasar, yang dalam supaya menjaga lahan pertaniannya dari
penelitian kualitatif berupa studi kasus gangguan hama tanaman pari, sehingga
(Sutopo, 2006). mendapatkan hasil panen yang berlimpah.
Pelaksanaan adat selamatan methik pari di
Hasil Dan Pembahasan
Desa Kalistail, yaitu menyiapkan sesajian
A. Sejarah Adat Methik Pari
sebelum melaksanakan prosesi adat
Dalam setiap penulisan sejarah
selamatan methik pari. Maka perlu
yang bisa dilakukan adalah dengan
disiapkan beberapa bahan, yaitu Uborampe
mengunakan beberapa pendekatan, seperti
yang berupa sesajen, kaca, sisir, gampung
mitos (mite), cerita rakyat, legenda, dan
atau ani-ani untuk memotong pari, pisang
penelitian sejarah modern (Mursidi, 2019).
raja setangkep, kemenyan, dan seikat
Dalam analisis penelitian ini peran adat dan
jerami yang dibungkus.
budaya sangat diperlukan untuk
Selain itu, disiapkan pula nasi putih
mengetahui apakah masyarakat masih
yang dibentuk tumpeng, ayam beteteng
melaksanakan adat ritual sesuai dengan
(ayam tanggung, yang muda dan sehat),
pakemnya terdahulau atau hanya sekedar
jajan pasar, urap-urap, sambal goreng,
menjalankan saja. Pelakasanaaan adat
tempe dan tahu. Jenang merah, jenang
methik pari yang dilakukan oleh mayarakat
putih, cokbakal yang berisi jenis rempah-
Kalistail tidak terlepas dari mitos dan
rempah, garam, beras sedikit, ikan asin,
legenda Dewi kesuburan.
rokok, telur dan bunga-bunga. Dalam hal
Sejarah Adat Selamatan methik pari
memasak makanan untuk adat selamatan
telah ada sejak zaman nenek moyang.
methik pari atau selamatan apapun, tidak
Masyarakat Desa Kalistail mayoritas
mengenal kata incip atau tidak boleh di
bermata pencaharian sebagai petani. Oleh
cicipi. Sebab jika di incip berarti makanan
karena profesi petani, maka di Desa
yang disuguhkan merupakan makanan sisa
TRADISI ADAT METHIK PARI DI DESA KALISTAIL KECAMATAN GENTENG……| 41

atau bekas. Jadi dalam menyajikan sebagai kepedulian masyarakat. Berbagai upaya
acara wujud syukur terutama kepada dilakukan untuk memberi unsur ketahanan
Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga bahan- kearifan budaya selamatan methik pari
bahan yang disiapkan harus bagus dan Desa Kalistail terhadap pengaruh
pilihan serta tidak boleh di incip. Untuk globalisasi. Di dalam tradisi atau adat lokal
pengantin Dewi sri bahan uborampe, sudah sepatutnya terdapat usaha untuk
diantaranya daun tebu, daun pulutan, daun mengatasi pengaruh negatif dari globalisasi
kelapa muda yang muda (janur), daun tersebut terutama dalam hal meminimalisir
lengkuas dan daun dadap srep. Pelaksanaan pergeseran nilai-nilainya.
prosesi di mulai dari tetua adat dan Supaya kearifan budaya adat
rombongan bersama-sama pergi ke sawah. selamatan methik pari yang ada di
Setelah siap semua uborampe, masyarakat Desa Kalistail tetap lestari,
tumpeng nasi putih, ayam beteteng dan dilakukan penanaman nilai-nilai budaya.
gagar mayang dibawa ke sawah untuk Wujudnya adalah dengan melakukan dan
mulai dilaksanakan prosesi selamatan tetap konsisten melaksanakan adat
methik pari. Pertama tetua adat memotong tersebut. Selain itu mengajak generasi
bagian ayam, meliputi, kepala, ceker (kaki muda sebagai pewaris selanjutnya untuk
ayam), sayap, brutu (anus), dan jerohan belajar dan mengerti terhadan nilai adat
(hati, rempela, jantung dan usus). selamatan methik pari tersebut.
Semuanya ditaruh di wadah takir yang B. Selamatan Methik Pari
diletakkan di dekat uborampe dan gagar Sejarah adat selamatan methik pari
mayang. Selanjutnya tetua adat mengambil ini merupakan warisan dari nenek moyang
jerami yang sudah diberi menyan yang dahulu yang bermula dari seorang Dewi Sri
kemudian dibakar, sambil tetua adat menikah dengan Joko Sedono. Kemudian
membaca do`a. Dewi Sri di suruh bertapa di gunung Tidar
Lebih lanjut, tetua adat mengambil sampai bertahun-tahun lamanya, munculah
air untuk disiramkan ke pinggiran gunting Pari yang merupakan jelmaan dari Dewi Sri
yang digunakan untuk memotong tangkai di gunung tidar yang melambangkan untuk
pari. Makna dari adat selamatan methik makanannya orang sedunia. Sebenarnya
pari adalah sebagai penghubung manusia Joko Sedonono tidak mau pisah dengan
antara leluhur dan Tuhannya supaya diberi Dewi Sri, dia ingin menjadi apa pun supaya
kemudahan, kelancaran serta keselamatan bisa bersama terus dengan Dewi Sri. Joko
tatkala menggarap lahan pertanian. Selain Sedono mengatakan bahwa “aku mau
itu, dapat mempererat persaudaraan serta dijadikan apapun yang penting bisa
saling membantu dalam terciptanya bersama mbok Dewi Sri, dijadikan
42 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 1 JANUARI 2020

ganjelnya lumbung pun tidak apa-apa”. gangguan penyakit yang menyerang


Dari kejadian itu Joko Sedono menjadi tanaman pari. Dalam pelaksanannya sama
jenis-jenis tanaman palawija dengan segala yaitu menjelang panen tiba, pari sudah tua
makanan, selain nasi yang termasuk kolo menguning, do`a yang diucapkan berupa
pendem. Misalnya, uwi, sabrang, dan sawi. do`a dalam bahasa Jawa dan do`a sesuai
Sehingga masyarakat mempercayai bahwa ajaran Islam, yang intinya meminta
pari tersebut merupakan Dewi sri yang keselamatan. Pelaksanakan selamatan
menunggu pari. Untuk menghormati dan methik pari tidak sembarangan dalam
mensyukuri atas rezeki serta keselamatan memilih hari. Hari yang baik dalam
dalam mengolah lahan pertanian, maka melaksanakan adat selamatan methik pari
masyarakat mengadakan adat selamatan yaitu hari Jawa dan harus genap.
methik pari. Misalnya, kamis kliwon, rinciannya
Selamatan methik pari di Desa adalah hari kamis berangka 8 dan kliwon
Kalistail ini memang ada dan masih berangka 8, jika dijumlah 16. Sehingga
dilakukan oleh para petani menjelang masa dalam memotong pari untuk temanten Sri
panen tiba. Namun terkadang memang satu itu sejumlah 18 tangkai pari. Do`a yang
Desa dengan Desa lain berbeda dalam diucapkan adalah do`a selamat, yaitu do`a
proses pelaksanaan. Hal ini dikarenakan dalam bahasa Jawa dan do`a Islam yang
sesuai masing-masing permintaan sawah, ditujukan kepada yang maha kuasa supaya
masyarakat petani Desa Kalistail meyakini panen berlimpah. Selain itu, juga
bahwa tanaman Pari tersebut ada diperuntukkan yang mempunyai sawah
penunggunya, yaitu seorang Dewi sri (dewi dalam pengerjaan menanam pari hingga
kesuburan). panen. Pelaksanaan adat selamatan methik
Menurut cerita, Dewi sri menikah pari dilakukan di rumah Bapak Sukardi,
(Dewi kesuburan) dengan Joko Sedono selaku narasumber (responden).
(sandang pangan). Dewi sri tersebut Dari informan tersebut diperoleh
merupakan Dewi pari yang menjaga lahan keterangan bahwa yang dipersiapkan
pertanian. Oleh karena, sebagai ungkapan Pertama, adalah sesajen berupa sisir, kaca,
terimakasih terhadap Dewi sri, para petani gunting (untuk memotong Pari), benang,
melakukan prosesi adat ini. Adat selamatan blangkokan (sabut kelapa), dan kemenyan.
methik pari sudah ada dari nenek moyang Kedua, cokbakal berbentuk takir dari daun
atau leluhur terdahulu. Tujuan diadakan pisang yang berisikan bunga warna-warni,
adat selamatan methik pari ini adalah rokok, telur, rempah-rempah. Ketiga,
supaya tanaman pari menjadi bagus dan kembar mayang yang berupa daun pulutan,
hasil panen melimpah, serta tidak ada janur, daun kluwih, daun tebu diikat jadi
TRADISI ADAT METHIK PARI DI DESA KALISTAIL KECAMATAN GENTENG……| 43

satu. Keempat, nasi dan lauk ayam penjaga alam. Di dalam prosesi adat
kampung yang dipanggang utuh dan tersebut mempunyai makna untuk
sambal parutan kelapa, yang kemudian ikut memberikan penghormatan kepada Dewi
dalam adat selamatan methik pari. Sri. Oleh karena telah memberikan hasil
C. Makna Adat Tradisi Methik Pari panen yang bagus dan berlimpah, namun
Makna dari adat ini adalah sebagai dengan cara berdo`a kepada Tuhan melalui
penghubung manusia antara leluhur dan perantara Dewi Sri yang menjaga pari
Tuhan, sehingga diberi keselamatan dalam tersebut. Menurut Bapak Sukardi, makna
penggarapan lahan pertanian. Dalam dari adat selamatan methik pari ini adalah
persiapan terdapat gagar mayang yang sebagai penghubung manusia antara
mempunyai makna sebagai berikut: daun leluhur dan Tuhannya dan akan diberi
polutan artinya saroh, janur artinya nur keselamatan dalam penggarapan lahan
(cahaya), daun dadap srep artinya adem, pertaniannya.
ayem, asrep. Daun lengkuas artinya bahan Berdasarkan pernyataan tersebut
bumbu uborampe (perlengkapan) meliputi dapat mengambil analisis apabila makna
Cokbakal berisi telur, bumbu dapur atau prosesi adat tersebut juga sebagai
jenis rempah-rempah (merica, ketumbar, penghubung manusia antara leluhur dan
jahe, kencur, kunyit, kacang hijau, beras) Tuhan. Sehingga akan diberikan
dan rokok. Sesajennya yaitu ayam keselamatan dalam penggarapan lahan
panggang, sambel kelapa. pertanian. Dalam persiapan terdapat gagar
Dari prosesi uborampe tersebut mayang yang memiliki makna sebagai
mengandung makna dalam prosesi berikut: daun polutan artinya saroh, janur
selamatan methik pari, diantaranya artinya nur (cahaya), daun dadap srep
terbentuknya sistem kekeluargaan antara artinya adem, ayem, asrep. Daun lengkuas
masyarakat, kerukunan antar umat artinya bahan bumbu.
beragama, serta selalu bersyukur kepada Untuk methik pari yang ingin
Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah dipetik menggunakan ani-ani atau
memberikan kesuburan terhadap tanaman gampung. Jika zaman sekarang
pari. Menurut informan Bapak Tukiran menggunakan gunting. Menurut informan
mengemukakan makna berlangsungnya mbah Supinah, memetik pari harus
prosesi adat selamatan methik pari adalah menggunakan gampung atau ani-ani. Kalau
untuk saling menghormati apa yang leluhur tidak memakai gampung dan ani-ani maka
dahulu lakukan. Supaya kegiatan apa pun tidak boleh (tidak elok). Uborampe
yang di lakukan berjalan lancar, maka (perlengkapan), meliputi cokbakal berisi
harus memberikan penghormatan kepada telur, bumbu dapur sejenis rempah-rempah
44 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 1 JANUARI 2020

(merica, ketumbar, jahe, kencur, kunyit, Tak enggo ngingoni anak bojoku sak
keluargaku ojo kaget.
kacang hijau, beras) serta rokok.
Sun gigas tanggan hiro seng tak ngge
Sesajennya berupa ayam panggang dan nyigar wesi polusan.
Adem asrep-asrep, saking kersane allah.
sambal kelapa. Kelengkapan sesajen
Lhailahaillawloh
tersebut sesuai dengan adat sawah daerah muhammadurosululwoh
setempat. Artinya:
D. Pelaksanaan Tradisi Methik Pari (Bismilahirohmannirohim,
Biji Pari dari surga, turun bersama-
Dalam pelaksanaan methik pari sama.
dilakukan di sawah. Oleh karena yang di Saya tanam dibumi pertiwi dan bapak
penguasa.
selamati merupakan sawah, maka harus
Akar kawat pohon besi bunga mas berisi
dilaksanakan disawah yang akan dipetik Karena sudah waktunya untuk saya
bawa pulang.
parinya. Semua makanan dan sesajian
Saya gunakan untuk menghidupi anak
dibawa ke sawah untuk di do`akan. Kalau istri sekeluarga jangan kaget.
Saya ambil tangan mu yang kugunakan
tidak dilaksanakan methik Pari berakibat
untuk memotong dengan besi polutan.
celaka dan nagihi (minta hak) dari penjaga Tenang tentram dari ridhonya Allah)
Sekarang sudah jarang orang
sawahnya yang merupakan makhluk tidak
melakukan adat selamatan methik pari.
nyata. Dahulu ada kejadian bahwa yang
Alat yang digunakan sekarang untuk
biasanya sawah dipetik terus tidak dipetik,
methik bukan ani-ani (gampung),
secara tidak langsung diantara keluarga
melainkan gunting, silet, dan arit.
mereka terkena musibah. Misalnya, sakit
Pelaksanaan adat selamatan methik pari
bahkan sampai meninggal.
zaman sekarang dilakukan di rumah.
Perumpamaan saja jika seorang
Danyang itu orang yang punya sawah,
kakak disuruh menjaga adiknya, dan
sehingga meminta keselamatan bagi
ibunya tidak mengerti atau tidak memberi
danyang yang mempunyai sawah dalam
imbalan, pasti kakak ini akan menagih ke
mengolah sawahnya.
ibunya untuk meminta upah. Apabila tidak
Aturan dalam penyajian adat
diberi upah akan marah. Berikut do`a yang
selamatan methik itu terserah yang
biasa diucapkan dalam pelaksanaan
mempunyai hajat, sehingga tidak
selamatan methik pari.
memaksakan harus lengkap. Zaman dahulu
Doa selamat untuk metik PARI
masih banyak tempat yang keramat
Bismillahhirohmannirohim,
Wiji Pari soko suwargo, tumurun ing arjo (angker) yang identik ada penunggu
podo.
berupa roh-roh halus. Berbeda dengan
Isun tandur bumi bopo kuoso.
Oyot kawat wite wesi kembang mas isi zaman sekarang yang sudah tidak ada
seloko.
tempat keramat, sebagian orang sekarang
Rehne wes titi mongso tak boyong muleh.
TRADISI ADAT METHIK PARI DI DESA KALISTAIL KECAMATAN GENTENG……| 45

sudah tidak mempercayai adanya makhluk kemenyan untuk bau harum-haruman.


halus yang masih ada disekitarnya. Mereka Sedangkan zaman sekarang yang disiapkan
hanya berfikir yang rasional dan masuk Uborampe (perlengkapan) antara lain
akal. Oleh karena, adat yang masih kental Cokbakal berisi telur, bumbu dapur dan
dengan ritus dan mistis sudah jarang jenis rempah-rempah (merica, ketumbar,
dilakukan. Sebagai generasi dari nenek jahe, kencur, kunyit, kacang hijau, beras)
moyang tanaman pari dan mendapatkan serta rokok. Sesajennya yaitu ayam
hasil panen yang berlimpah, maka panggang, sambel kelapa. Gagar mayang
pelaksanaan adat selamatan methik pari ini yang memiliki makna diantaranya daun
masih dilakukan masyarakat Desa Kalistail polutan artinya saroh, janur artinya nur
Kecamatan Genteng. (cahaya), daun dadap srep artinya adem,
Perubahan sesajian yang digunakan ayem, asrep.
dalam pelaksanaan adat selamatan methik Daun lengkuas artinya bahan
pari adalah perubahan dalam pelaksanaan bumbu Uborampe, gunting untuk
adat dan sesajian. Pada zaman dahulu memotong, kaca untuk berkaca saat
Uborampe yang disiapkan berupa sesajen, berdandan oleh mbok Sri, dan sisir untuk
kaca, sisir, gampung dan ani-ani untuk menyisir rambut mbok Sri. Mengenai adat
memotong pari, pisang raja setangkep, selamatan methik pari seharusnya dalam
kemenyan, dan seikat Jerami yang penyajian sesajian tetap lengkap seperti
dibungkus. Selain itu, di siapkan nasi putih dulu. Namun karena perkembangan zaman
dibentuk tumpeng, ayam beteteng (ayam sedikit demi sedikit diperkecil, sehingga
tanggung, yang muda dan sehat), jajan penyajiannya semakin sedikit. Dahulu
pasar, urap-urap, sambal goreng, tempe, memakai gampung untuk memotong Pari
dan tahu. sekarang memakai gunting.
Jenang merah, jenang putih, Seharusnya tetap menggunakan
cokbakal yang berisi jenis rempah-rempah, gampung, selain sebagai pelestarian alat
garam, beras sedikit, ikan asin, rokok, telur, tradisional kegunaannya tidak kalah
serta bunga-bunga. Jenang merah dengan gunting dan arit. Jajan pasar pun
melambangkan setetes darah merah dari sudah tidak dipakai lagi sehingga
ibu, jenang putih melambangkan setetes pemaknaan dari penyajian telah berubah.
darah putih dari bapak, jajan pasar artinya Dalam pelaksanaan adat selamatan methik
pemberi kebahagiaan untuk semua yang pari di Desa Kalistail, ada masyarakat
ikut dalam selamatan, cok bakal artinya dalam melaksanakan adat selamatan
bakal atau sesuatu yang masih permulaan, methik pari tersebut tidak membawa nasi
rokok merupakan kesenangan, dan tumpeng putih dan ayam beteteng. Akan
46 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 1 JANUARI 2020

tetapi hanya membawa cokbakal, jerami segi pengadaan sesajian yang mengalami
dan kemenyan sebagai ritual selamatan perubahan. Misalnya, tatkala zaman dulu
methik pari, serta hanya seorang diri tanpa untuk memotong pari memakai ani-ani,
membawa teman atau saudara. Sedangkan tetapi sekarang menggunakan gunting.
sesajian nasi dan lauk di taruh di rumah. Dalam menyajikan perlengkapan adat
Kemudian membaginya di rumah tanpa sekarang sudah disesuaikan dengan yang
mengundang tetangga untuk makan berhajat dan, tidak ada unsur pemaksaan
bersama, tetapi langsung diantar ke ketersediaan menu sajian seperti dulu kala.
tetangga. Dari kedua pendapat tersebut Pengaruh globalisasi dalam tradisi atau
sangat berbeda dalam pelaksanaan adat adat lokal, maka sudah sepatutnya ada
selamatan methik pari di Desa Kalistail. upaya untuk mengatasi pengaruh negatif
Seharusnya pelaksanaan adat di dari globalisasi tersebut.
lakukan di sawah. Hal ini karena yang di Supaya budaya adat selamatan pari
selamati itu adalah sawah. Dari hal ini juga yang ada di masyarakat, yang mana
terdapat sesajian yang semakin dikurangi dilakukan penanaman nilai-nilai budaya
sehingga tidak lengkap. Masyarakat Desa diantara masyarakat. Sehingga perlu
Kalistail hanya menyediakan sesajian yang dilakukan internalisasi tradisi budaya
pokok utama saja. Menurut hasil penelitian setempat guna memperkuat budaya
sesajian yang sesuai perkembangan zaman daerah. Sehingga generasi sekarang ini,
sekarang juga tidak apa-apa. Sebab adat khususnya Desa Kalistail dapat
selamatan methik pari tersebut merupakan melestarikan budaya adat selamatan
perwujudan syukur karena telah methik pari dan bisa dijadikan salah satu
mendapatkan rezeki dari hasil panen Pari potensi kebudayaan daerah yang ternilai.
(padi), sehingga mereka bersedekah.
Penutup
E. Upaya Masyarakat Dalam Pelestarian
Kesimpulan
Adat Selamatan Methik Pari Era
Pelaksanaan adat selamatan methik
Globalisasi
pari yang dilakukan oleh masyarakat
Berdasarkan analisa hasil penelitian
Kalistail masih terjaga dengan baik.
dinyatakan bahwa pengaruh globalisasi
Walaupun prosesi pelaksanaan adat sudah
sangat terlihat jelas di dalam pelaksanaan
mulai jarang dilakukan. Salah satu
adat selamatan pari. Pada zaman dahulu
penyebab dari berkurangnya pelaku adat
untuk memberikan sesajian harus lengkap.
dikarenakan penjaga tradisi tidak bisa
Namun dalam perkembangan dan
memberikan pemahaman kepada generasi
pengaruh globalisasi mulai terjadi
sekarang tentang makna nilai-nilainya.
pergeseran dalam pemaknaan. Terutama
TRADISI ADAT METHIK PARI DI DESA KALISTAIL KECAMATAN GENTENG……| 47

Semangat yang dilakukan oleh masyarakat Mansoer, P. (2001). Semantik Leksikal.


Jakarta: Rineka Cipta.
Kalistail hanya sekedar melaksanakan
Neonnub, F. I. & Habsari, N. T. (2018). Belis:
tradisi yang belum paham, tentang makna Tradisi Perkawinan Masyarakat
yang terkandung dalam prosesi adat Insana Kabupaten Timor Tengah
Utara (Kajian Historis dan Budaya
tersebut. Peran penjaga tradisi terutama Tahun 2000-2017). Agastya: Jurnal
pemangku adat harus bisa memberikan Sejarah dan Pembelajarannya,
8(01), 107-126.
pemahaman kepada generasi muda. http://doi.org/10.25273/ajsp.v8i0
Sehingga adat dan tradisi bisa dilakukan 1.2035
sesuai dengan pakem dan maknanya. Shipley. (1962). Dictionary Of World
Literature. New York. Littlefield
Daftar Pustaka Shomad, A. (2016). Studi Semiotika Perang
Bangkat: Era Tradisional Dan Era
Anggoro, M. T, dkk. (2007). Metode Modernisasi. Jurnal Historia, 4(2).
Penelitian. Jakarta: Universitas
Terbuka. Sukatman. (2002). Butir- Butir Tradisi
Lisan. Yogyakarta: Tim Laks Bang.
Ria, F. D. (2017). Ritual Keleman Dan Metik
Bagi Petani Desa Wonokasian, Sutopo. H.B. (2006). Metode Penelitian
Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo. Kualitatif Dasar Teori dan
Jurnal Paradigma, 05 (03). Penerapanya Dalam Penelitian.
Surakarta: UNS Press.
Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta Rizqi, D. (2012). Pengertian Budaya,
Kebudayaan adat.
Gouillart, F. & Kelly, J. (1995). Transforming
the Organization. Maidenhead, RPJMD Desa Kebaman Kecamatan Srono
McGraw-Hill. Tahun 2014-2019.
Hardt, M., & Negri, A. (2004). The Long Wawancara Sukardi (10 mei 2015, 19.00-
March of Democracy. dalam 20.30 WIB).
Multitude: War and Democracy in Wawancara Supinah (12 Mei 2015, 10.00-
the Age of Empire, New York: the 12.00 WIB)
Penguin Press. Wawancara Agus Budianta (10 Mei 2015,
Hoed, B. H. (2014). Semiotika Dan Dinamika 11.00 WIB)
Sosial Budaya. Depok: Komunitas Wawancara Tukiren (15 Mei 2015, 09.00-
Bambu. 11.00 WIB)
Mursidi, A., & Soetopo, D. (2019).
Kecamatan Blimbingsari Dan
Kecamatan Bangorejo Dalam Sudut
Pandang Ilmu Toponomi Di Wilayah
Kabupaten Banyuwangi. Jurnal.
Khasah Pendidikan, 12 (1).
Melville J. H,. & Malinowski, B. (2002). The
Symbolic Construction of
Community. Routledge: New York.
Lucian W. P. (1966). Globalisasi dan
nasionalisme Indonesia. Surabaya
Post, 20 April.

Anda mungkin juga menyukai