Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pergerakan budaya menjadi identitas diri sebuah bangsa Indonesia yang memiliki
wilayah dengan adat dan budaya yang berbeda serta menampilkan ciri khas tersendiri
bagi wilayah tersebut. Budaya sebagai kebiasaan masyarakat Indonesia mengembangkan
potensi dan bakat yang mengandung nilai-nilai dari zaman nenek moyang hingga masa
sekarang.
Identitas budaya etnik tersebut dapat dilihat dari bahasa, cara makam, cara
berpakaian, cara bersopan santun, standar etika moral yang berbeda antara komunitas,
perbedaan itu memang tampak kontradiktif namun sejarah menunjukkan adanya inti
budaya yang sama (sharing of culture) yang dapat saling menerima dan saling mengerti
perbedaan itu (Poerwasito, 2003:224).
Konsep di atas mengamanatkan kepada kita bahwa memahami tradisi pada suatu daerah
merupakan kontribusi yang sangat berarti untuk memahami lebih dalam eksistensi budaya
setempat. Banyak suku bangsa di Indonesia percaya bahwa adat merupakan warisan
nenek moyang tidak boleh diabaikan begitu saja atau bahkan dihilangkan, adat adalah
perturan atau tatatertib yang dipakai untuk mengatur segala relasi antara manusia dengan
alam, antara manusia dengan wujud tertinggi dan antara manusia dengan manusia, serta
manusia dengan para leluhurnya (Wijono, 1979:19). Pandangan di atas menunjukkan
bahwa budaya menyimpan ide atau gagasan.
Perkembangan selalu terkait dengan perubahan dari waktu ke waktu dalam proses
berpikir untuk mengarah ke hal yang baik maupun hal yang buruk. Dengan kata lain,
memiliki sifat yang dinamis. Perkembangan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
(view point) berdasarkan aspek yang dikaji yaitu budaya. Perkembangan budaya
menggambarkan proses mempertahankan dan meningkatkan perubahan dari indikasi
pengaruh global. Semakin besarnya pengaruh yang datang maka semakin cepat
perubahan itu muncul.
Memperoleh tradisi yang ada di sebuah wilayah tentu di wilayah tersebut adanya
lapisan masyarakat sebagai mahkluk sosial dengan arti bahwa, masyarakat tidak bisa
hidup tanpa satu sama lain sehingga kita dapat mengetahui hubungan partisipasi
masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan pedoman untuk turut serta mengambil
keputusan. Partisipasi masyarakat
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat
dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Berdasarkan pola hubungannya, tindakan yang dilakukan masyarakat mengandung
nilai etika secara tata krama yang berdampak baik bagi kehidupan masyarakat guna
mengatasi ketimpangan dan perspektif yang berbeda di masyarakat. Etika dapat
dibedakan menjadi dua macam (Keraf, 1991: 23), yaitu sebagai berikut:
1) Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya
Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas
yang membudaya.
2) Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini.
Tradisi warisan nenek moyang (para leluhur) yang ada di Kabupaten Sikka, hingga
saat ini masih dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam. Salah
satu tradisi itu, adalah Huler Wair, merupakan kegiatan adat dalam penerimaan tamu
sebagai aktivitas interaksi antara masyarakat yang datang mengunjungi kediaman
(rumah) masyarakat yang lain. Hal-hal yang dilakukan dalam tradisi ini ialah :
“Sebelum memulai kegiatan/acara terlebih dahulu membuat ritual Huler Wair. Kita
meminta restu kepada ibu bumi dan bapa langit (Ina Nian Tana Wawa, Ama Lero Wulan
Reta) bahwa hari ini ada kegiatan seperti ini. Ibu bumi dan bapa langit memberi
kesejukan. Air dan daun memberikan kesejukan, kesegaran, dan kedamaian bagi siapa
saja yang hadir di tempat ini” ritual dibuat untuk meminta kepada para leluhur agar tamu
yang datang terhindar dari segala macam bahaya selama berada di tempat ini. Dalam
ritual ini, daun yang digunakan untuk memercik air kelapa kepada tamu diambil dari satu
pohon yaitu pohon Huler. Pohon ini ini dipilih karena selalu tumbuh subur, baik pada
musim hujan maupun musim panas. Sementara air kelapa merupakan lambang kesejukan
dan kesucian. Karena air kelapa itu belum dijamah oleh apa pun. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan air kelapa harus dibutuhkan perjuangan.
Seperti dengan masyarakat di Desa Pogon, Kecamatan Waigete, menerapkan tradisi
Huler Wair di setiap acara-acara besar seperti, acara kelahiran bayi, acara pernikahan,
acara penerimaan tamu-tamu besar, acara peresmian Gedung/kantor, rumah, sekolah,
keduakaan dan acara syukuran (kelulusan, panen hasil kebun, sembuh dari sakit, pulang
dari perantauan).
Sehingga penelitian ini memfokuskan pada Pola perkembangan tradisi Huler Wair
yang ingin dikaji nilai etika partisipasi masyarakat dari Desa Pogon, Kabupaten Sikka
dengan merujuk pada kepentingan bersama dalam pengambilan keputusan karena dengan
zaman yang semakin canggih atas perubahan teknologi yang pesat, masyarakat akan
kesadaran budayanya secara perlahan bisa memudar dan hilang. Hal tersebut yang
muncul dapat disebabkan oleh melemahnya interaksi dan tidak mengedepankan nilai etika
sebagaimana pelaksanaan sebelumnya dilakukan. Tradisi Huler Wair menentukan
masyarakat Desa Pogon mampu mengikuti perkembangan secara efektif dengan menjadi
partisipan yang unggul.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan
partisipasi masyarakat?
2. Apa pengaruh tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi
masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai
etika dalam hubungan partisipasi masyarakat
2. Untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam
hubungan partisipasi masyarakat
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan, baik secara teoretis, maupun praktis, di antaranya :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat membawa wawasan dan pengetahuan mengenai,
perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai Etika dalam hubungan partisipasi
masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam
pegimplementasian pengetahuan penulis tentang perkembangan tradisi Huler Wair
sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi masyarakat.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian serupa sebagai kontribusi dan bahan referensi.
c. Bagi Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi
masyarakat. Bagi masyarakat sendiri, penerapan dalam penelitian ini dapat
melihat perkembangan yang ada dalam tradisi Huler Wair, memberikan nilai etika
sebagai pola hubungan yang baik antara masyarakat, meningkatkan kelestarian
tradisi Huler Wair tetap terjaga dan diharapkan membuat kualitas hidup berbudaya
di dalam masyarakat lebih unggul.
TUGAS METODE PENELITIAN ADMINISTRASI PUBLIK

PERKEMBANGAN TRADISI HULER WAIR SEBAGAI NILAI ETIKA DALAM


HUBUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT
(STUDI KASUS DESA POGON KECAMATAN WAIGETE KABUPATEN SIKKA )

OLEH :
MARIETA PRICILIA ERVITA
42120007

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG
TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai