Pergerakan budaya menjadi identitas diri sebuah bangsa Indonesia yang memiliki wilayah dengan adat dan budaya yang berbeda serta menampilkan ciri khas tersendiri bagi wilayah tersebut. Budaya sebagai kebiasaan masyarakat Indonesia mengembangkan potensi dan bakat yang mengandung nilai-nilai dari zaman nenek moyang hingga masa sekarang. Identitas budaya etnik tersebut dapat dilihat dari bahasa, cara makam, cara berpakaian, cara bersopan santun, standar etika moral yang berbeda antara komunitas, perbedaan itu memang tampak kontradiktif namun sejarah menunjukkan adanya inti budaya yang sama (sharing of culture) yang dapat saling menerima dan saling mengerti perbedaan itu (Poerwasito, 2003:224). Konsep di atas mengamanatkan kepada kita bahwa memahami tradisi pada suatu daerah merupakan kontribusi yang sangat berarti untuk memahami lebih dalam eksistensi budaya setempat. Banyak suku bangsa di Indonesia percaya bahwa adat merupakan warisan nenek moyang tidak boleh diabaikan begitu saja atau bahkan dihilangkan, adat adalah perturan atau tatatertib yang dipakai untuk mengatur segala relasi antara manusia dengan alam, antara manusia dengan wujud tertinggi dan antara manusia dengan manusia, serta manusia dengan para leluhurnya (Wijono, 1979:19). Pandangan di atas menunjukkan bahwa budaya menyimpan ide atau gagasan. Perkembangan selalu terkait dengan perubahan dari waktu ke waktu dalam proses berpikir untuk mengarah ke hal yang baik maupun hal yang buruk. Dengan kata lain, memiliki sifat yang dinamis. Perkembangan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) berdasarkan aspek yang dikaji yaitu budaya. Perkembangan budaya menggambarkan proses mempertahankan dan meningkatkan perubahan dari indikasi pengaruh global. Semakin besarnya pengaruh yang datang maka semakin cepat perubahan itu muncul. Memperoleh tradisi yang ada di sebuah wilayah tentu di wilayah tersebut adanya lapisan masyarakat sebagai mahkluk sosial dengan arti bahwa, masyarakat tidak bisa hidup tanpa satu sama lain sehingga kita dapat mengetahui hubungan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan pedoman untuk turut serta mengambil keputusan. Partisipasi masyarakat keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Berdasarkan pola hubungannya, tindakan yang dilakukan masyarakat mengandung nilai etika secara tata krama yang berdampak baik bagi kehidupan masyarakat guna mengatasi ketimpangan dan perspektif yang berbeda di masyarakat. Etika dapat dibedakan menjadi dua macam (Keraf, 1991: 23), yaitu sebagai berikut: 1) Etika Deskriptif Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. 2) Etika Normatif Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Tradisi warisan nenek moyang (para leluhur) yang ada di Kabupaten Sikka, hingga saat ini masih dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam. Salah satu tradisi itu, adalah Huler Wair, merupakan kegiatan adat dalam penerimaan tamu sebagai aktivitas interaksi antara masyarakat yang datang mengunjungi kediaman (rumah) masyarakat yang lain. Hal-hal yang dilakukan dalam tradisi ini ialah : “Sebelum memulai kegiatan/acara terlebih dahulu membuat ritual Huler Wair. Kita meminta restu kepada ibu bumi dan bapa langit (Ina Nian Tana Wawa, Ama Lero Wulan Reta) bahwa hari ini ada kegiatan seperti ini. Ibu bumi dan bapa langit memberi kesejukan. Air dan daun memberikan kesejukan, kesegaran, dan kedamaian bagi siapa saja yang hadir di tempat ini” ritual dibuat untuk meminta kepada para leluhur agar tamu yang datang terhindar dari segala macam bahaya selama berada di tempat ini. Dalam ritual ini, daun yang digunakan untuk memercik air kelapa kepada tamu diambil dari satu pohon yaitu pohon Huler. Pohon ini ini dipilih karena selalu tumbuh subur, baik pada musim hujan maupun musim panas. Sementara air kelapa merupakan lambang kesejukan dan kesucian. Karena air kelapa itu belum dijamah oleh apa pun. Oleh karena itu, untuk mendapatkan air kelapa harus dibutuhkan perjuangan. Seperti dengan masyarakat di Desa Pogon, Kecamatan Waigete, menerapkan tradisi Huler Wair di setiap acara-acara besar seperti, acara kelahiran bayi, acara pernikahan, acara penerimaan tamu-tamu besar, acara peresmian Gedung/kantor, rumah, sekolah, keduakaan dan acara syukuran (kelulusan, panen hasil kebun, sembuh dari sakit, pulang dari perantauan). Sehingga penelitian ini memfokuskan pada Pola perkembangan tradisi Huler Wair yang ingin dikaji nilai etika partisipasi masyarakat dari Desa Pogon, Kabupaten Sikka dengan merujuk pada kepentingan bersama dalam pengambilan keputusan karena dengan zaman yang semakin canggih atas perubahan teknologi yang pesat, masyarakat akan kesadaran budayanya secara perlahan bisa memudar dan hilang. Hal tersebut yang muncul dapat disebabkan oleh melemahnya interaksi dan tidak mengedepankan nilai etika sebagaimana pelaksanaan sebelumnya dilakukan. Tradisi Huler Wair menentukan masyarakat Desa Pogon mampu mengikuti perkembangan secara efektif dengan menjadi partisipan yang unggul. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi masyarakat? 2. Apa pengaruh tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi masyarakat? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi masyarakat 2. Untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi masyarakat 1.4 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik secara teoretis, maupun praktis, di antaranya : 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat membawa wawasan dan pengetahuan mengenai, perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai Etika dalam hubungan partisipasi masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam pegimplementasian pengetahuan penulis tentang perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi masyarakat. b. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa sebagai kontribusi dan bahan referensi. c. Bagi Masyarakat Umum Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang perkembangan tradisi Huler Wair sebagai nilai etika dalam hubungan partisipasi masyarakat. Bagi masyarakat sendiri, penerapan dalam penelitian ini dapat melihat perkembangan yang ada dalam tradisi Huler Wair, memberikan nilai etika sebagai pola hubungan yang baik antara masyarakat, meningkatkan kelestarian tradisi Huler Wair tetap terjaga dan diharapkan membuat kualitas hidup berbudaya di dalam masyarakat lebih unggul. TUGAS METODE PENELITIAN ADMINISTRASI PUBLIK
PERKEMBANGAN TRADISI HULER WAIR SEBAGAI NILAI ETIKA DALAM
HUBUNGAN PARTISIPASI MASYARAKAT (STUDI KASUS DESA POGON KECAMATAN WAIGETE KABUPATEN SIKKA )
OLEH : MARIETA PRICILIA ERVITA 42120007
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG TAHUN 2023