Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL

DOSEN PENGAMPU :
SOBRI, S.IP., MA

NAMA :
GILANG RIDWANUROHMAN (227510679)

FAKULTAS FISIPOL JURUSAN KRIMINOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM RIAU 2022

BAB I
PENDAHULUAN
Soemardjan dan Soemardi (dalam Ranjabar, 2006) merumuskan
“kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam
sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan
masyarakat”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan merupakan hasil
dari penciptaan manusia itu sendiri yang dahulunya hasil cipta tersebut dijadikan
untuk keperluan penunjang kehidupannya. Dahulu, nenek moyang memanfaatkan
alam kemudian membuat benda-benda yang dapat menunjang kehidupannya,
seperti membuat peralatan bercocok tanam. Tidak hanya dulu tetapi sampai
sekarang masih bisa dirasakan bahwa kebudayaan digunakan untuk keperluan
penunjang kehidupan masyarakat.
Kebudayaan daerah merupakan hasil gagasan dan tindakan dari daerah yang
bersangkutan, sehingga menjadi ciri dan kebanggaan masyarakatnya. Kebudayaan
daerah merupakan hal yang penting dalam mewujudkan kebudayaan nasional,
karena kebudayaan nasional merupakan hasil dari berbagai kebudayaan daerah,
sehingga proses perwujudan tersebut diperlukan integrasi dari unsur-unsur
kebudayaan daerah. Dengan demikian, kebudayaan daerah mendukung atau
memperkaya kebudayaan nasional. Budaya daerah bisa menjadi kebudayaan
nasional dan dijadikan sebagai identitas bangsa yang salah satu faktornya karena
budaya daerah tersebut sudah terkenal dan mendapat pengakuan dunia bahwa
budaya tersebut merupakan ciri budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, budaya
daerah sudah seharusnya dipelihara dan dijaga agar tidak punah, pelestarian
tersebut tidak hanya oleh orangorang yang sudah tua tetapi alangkah lebih baiknya
lagi generasi muda juga turut berpartisipasi dalam pelestarian budaya daerahnya
masing-masing. Dengan kita mengangkat budaya daerah dan mempelajari secara
mendalam, maka kebudayaan tersebut dapat tetap dikenal dan diteruskan oleh
generasi muda sehingga nilai-nilai budaya tersebut dapat diaplikasikan dalam
setiap aspek kehidupan (Mutakin dan Pasya, 2000).

Menurut penelitian Hair, et al (2008) interaksi sosial pada remaja saat ini
kurang baik karena kurangnya komunikasi yang dilakukan secara langsung pada
keluarga, teman sebaya dan orang disekitarnya. Kemampuan komunikasi pada
remaja juga kurang berkembang karena lebih suka menyendiri, kurang nyaman
untuk bersosialisasi dengan orang lain, serta merasa kurang diterima secara sosial.
Siswa sekolah menengah atas memiliki karakteristik usia antara 16 sampai 18
tahun, dimana pada usia ini sudah tergolong pada usia remaja. Menurut Sumantri
(2008) bahwa karakterisitik siswa usia remaja menuntut interaksi sosial yang lebih
aktif karena pada fase ini manusia sudah memiliki keinginan untuk bergaul dengan
banyak teman. Indonesia kaya dengan budaya daerah yang beraneka ragam. Setiap
daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, mulai dari bahasa daerahnya, pakaian
adat, ritual keagamaan sampai pada upacara adat. Upacara adat tersebut pada
umumnya bertujuan untuk menghormati, mensyukuri, memuja, memohon
keselamatan kepada Tuhan melalui makhluk dan leluhur. Adanya ritual, selametan
dan upacara merupakan suatu upaya manusia untuk mencari keselamatan,
ketentraman, dan sekaligus menjaga kelestarian kosmos. Aktivitas seperti ini
merupakan salah satu usaha manusia sebagai jembatan antara dunia bawah
(manusia) dengan dunia atas (makhluk halus) terutama Tuhan Yang Maha Esa.

Upacara adat adalah suatu tindakan yang dilakukan secara turun temurun
dengan waktu yang sama dan hanya berlaku di suatu daerah tertentu. Dengan
demikian setiap daerah memiliki upacara adat masing-masing. Pada dasarnya
upacara adat ini merupakan suatu bentuk kesadaran masyarakat terhadap masa lalu.
Suatu masyarakat menjelaskan masa lalunya melalui upacara. Dengan diadakannya
upacara adat tersebut mempunyai maksud ingin memberitahukan kepada
masyarakat mengenai sejarah dibalik diadakannya upacara tersebut serta
menggambarkan bagaimana jasa-jasa leluhur bagi kehidupan masyarakat sekarang.
Penghormatan kepada leluhur yang telah berjasa tersebut dilakukan melalui
upacara adat, selain itu juga sebagai sarana memberdayakan tradisi leluhur.
Melalui upacara adat ini masyarakat umum bisa mengetahui cerita atau kehidupan
di masa lalu dari suatu daerah (Koentjaraningrat, 1993).

Upacara pada suatu masyarakat sudah dilakukan sejak zaman dahulu sampai
sekarang. Kepercayaan terhadap roh, alam semesta dan benda-benda mati sampai
sekarang zaman modernisasi masih dilakukan dengan tata cara yang sama dari
tahun ke tahun. Upacara adat ini diturunkan dari generasi ke generasi agar
kelestariannya dapat terjaga. Upacara diadakan sebagai bentuk kepercayaan
masyarakat akan keselamatan bagi dirinya sendiri ataupun bagi masyarakat itu
sendiri. Salah satu upacara itu seperti upacara pembersihan benda-benda pusaka.
Upacara-upacara perlu dipertahankan karena mengandung nilai-nilai luhur dan
gagasan vital. Nilai-nilai atau norma-norma yang terdapat dalam upacara adat
tersebut menyebabkan masyarakat pendukung dapat berinteraksi secara efektif dan
tertib. Hal ini disebabkan karena setiap nilai mengandung kadar emosi dan gagasan
sehingga mampu mengekang perbuatan negatif dan menghasilkan tingkah laku
positif. Bisa dikatakan bahwa upacara adat merupakan pranata sosial dalam
masyarakat karena di dalam upacara adat terdapat nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya sehingga bisa memberikan pedoman kepada anggota masyarakat dalam
hal bertingkah laku dan bersikap.

Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, kebudayaan luar dapat


dengan mudahnya masuk ke setiap aspek kehidupan masyarakat. Seperti yang kita
ketahui sekarang lagi trend budaya Korea, masyarakat berlomba-lomba mengikuti
budaya Korea tersebut dan melupakan budaya sendiri. Ini terjadi karena adanya
proses perubahan sosial, seperti akulturasi dan asimilasi. Akulturasi merupakan
proses masuknya kebudayaan baru yang secara lambat laun dapat diterima dan
diolah dengan kebudayaan sendiri, tanpa menghilangkan kebudayaan yang ada.
Sedangkan asimilasi adalah proses masuknya kebudayaan baru yang berbeda
setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur
kebudayaan itu masing masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran. Hal
ini sangat disayangkan, karena siapa lagi selain masyarakat itu sendiri yang akan
melestarikan budaya daerahnya.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang
lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi
terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok
dengan kelompok.

Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan


dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalam arti yang
luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya,
atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam
diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.

B. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang
lain yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.
Karakteristik interaksi sosial adalah:

 Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.


 Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi di antara dua pihak yaitu
pengirim (sender) dan penerima (receiver).
 Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian di
antara pengirim dan penerima.

C. Faktor Terjadinya Interaksi SosiaL

1. Faktor Internal
a. Dorongan untuk meneruskan/mengembangkan keturunan

Secara naluriah, manusia mempunyai dorongan nafsu birahi untuk saling


tertarik dengan lawan jenis. Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak usah
dipelajari pun seseorang akan mengerti sendiri dan secara sendirinya pula orang
akan berpasang-pasangan untuk meneruskan keturunannya agar tidak mengalami
kepunahan.

b. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan

Dorongan untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan keberadaan


orang lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung untuk saling
melengkapi kebutuhan hidup.

c. Dorongan untuk mempertahankan hidup

Dorongan untuk mempertahankan hidup ini terutama dalam menghadapi


ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau suku bangsa lain, ataupun
dari serangan binatang buas.

d. Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesama

Secara naluriah, manusia memerlukan keberadaan orang lain dalam rangka


saling berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang ada dalam hati
masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa nyaman dan tenteram
bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan orang lain dalam satu
lingkungan sosial budaya.

2. Faktor Eksternal

a. Imitasi

Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi ini merupakan
satu-satunya faktor yang mendasari atau yang melandasi interaksi sosial. Imitasi
berperan dalam interaksi sosial, misalnya perkembangan bahasa. Apa yang
diucapkan oleh anak akan mengimitasi dari keadaan sekelilingnya. Anak
mengimitasi apa yang didengarnya yang kemudian menyampaikan kepada orang
lain sehingga dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat
komunikasi dalam interaksi sosial. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan
jilbab sebagaimana ibunya memakai.

b. Identifikasi

Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan


orang lain. Anak mempelajari norma sosial dari orang tuanya dengan dua cara,
yaitu:

1) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena orang


tua dengan sengaja mendidiknya.

2) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak dengan


jalan identifikasi yaitu anak mengidentifikasikan diri pada orang tua, baik pada ibu
maupun pada ayah.

c. Sugesti

Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri maupun
yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari
individu yang bersangkutan. Sugesti dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Auto-sugesti yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari
dalam diri individu yang bersangkutan.

2) Hetero-sugesti yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Biasa terjadi dari
yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang
lemah atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.

d. Simpati

Simpati merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain. Oleh karena
simpati merupakan perasaan maka simpati timbul tidak atas dasar logis, rasional,
melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Contoh: Ucapan turut berduka, tanpa
datang ke rumah duka. Jadi hanya ungkapan tanpa tindakan. Contoh tindakan
membantu korban bencana alam.
e. Empati

Empati merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya
perbedaannya adalah bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiwai
dalam diri seorang yang lebih daripada simpati. Contoh tindakan membantu korban
bencana alam.

f. Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang


kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut
menuruti atau melaksanakan yang dimotivasikan kepadanya.

D. Situasi Sosial

Situasi sosial adalah tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan


antara manusia yang satu dengan yang lain. Situasi-situasi sosial itu dapat dibagi-
bagi ke dalam dua golongan utama, yaitu:

1. Situasi Kebersamaan

Situasi kebersamaan itu merupakan situasi di mana berkumpul sejumlah


orang yang sebelumnya tidak kenal mengenal dan interaksi sosial yang lalu
terdapat antara mereka itu tidak mendalam. Contoh: orang yang berkumpul dalam
sebuah toko besar atau pasar merupakan suatu situasi sosial yang harus disebut
situasi kebersamaan.

2. Situasi Kelompok Sosial

Situasi ini merupakan situasi di dalam kelompok di mana kelompok sosial


tempat orang-orangnya berinteraksi itu merupakan suatu keseluruhan. Contoh:
suatu kelas di sekolah (mempunyai tujuan atau misi yang sama).

E. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

1. Kontak Sosial
Merupakan awal dari terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak
saling berinteraksi meskipun tidak saling bersentuhan secara fisik. Jadi kontak
tidak harus selalu berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa
macam kontak sosial yaitu:

 Menurut cara yang dilakukan, kontak langsung dan kontak tidak langsung.
 Menurut proses terjadinya/tingkat hubungannya, kontak primer dan kontak
sekunder.
 Menurut sifat, kontak positif dan kontak negatif.

2. Komunikasi

Merupakan pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan maksud untuk


dapat dipahami. Proses komunikasi terjadi pada saat kontak sosial berlangsung.

3. Tindakan Sosial

Tindakan sosial adalah tindakan yang mempengaruhi individu yang


mempengaruhi individu lain dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna
yaitu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain.
Berdasarkan cara dan tujuan yang akan dilakukan, maka tindakan sosial dapat
dibedakan menjadi 4, yaitu:

 Tindakan rasional instrumental, adalah tindakan sosial yang dilakukan oleh


seorang dengan memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan lalu
tujuan apa yang hendak dicapai dalam tindakan itu.
 Tindakan rasional berorientasi nilai, merupakan tindakan yang begitu
memperhitungkan cara.
 Tindakan tradisional, merupakan tindakan yang tidak memperhitungkan
pertimbangan rasional. Tindakan ini dilaksanakan karena pertimbangan adat
dan kebiasaan.
 Tindakan efektif, sering kali dilakukan tanpa suatu perencanaan matang dan
kesadaran penuh. Tindakan ini muncul karena dorongan perasaan atau emosi
dalam diri pelaku.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang
lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Jadi
terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok
dengan kelompok.

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti,


identifikasi, motivasi, simpati dan empati. Interaksi sosial mensyaratkan adanya
kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial.
Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif asosiatif meliputi akomodasi,
difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerja sama) (intinya interaksi sosial yang
baik-baik, kerja sama, rukun, harmonis, serasa dll). Disasosiatif meliputi konflik,
kontravensi, dan kompetensi.

B. Saran

Sebagai manusia kita tidak bisa lepas dari interaksi sosial. Dalam
berinteraksi seharusnya kita harus selalu menghormati dan menghargai orang lain
dalam hal apa pun

Anda mungkin juga menyukai