Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan menjalankan tugas sebagai perawat banyak perubahan-perubahan yang ada baik di
lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi ini
termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari. Dalam ilmu
keperawatan banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk salah satunya
teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerakan asuhan keperawatan. Salah
satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang
“Transcultural
 Nursing”. 

Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah
laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-
nilai dan norma spesifik yang dimiliki olh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah
nilai- nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger,
1979).

Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan


kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan
menentukan jenis perawatan yang diinginkan karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat
yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur Care adalah teori yang holistik
karena meletakkan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya,
termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem
 profesional.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebudayaan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya

bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
 banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma


sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,

rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu
yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat

dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu


 bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia


sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-
lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
 bermasyarakat.

2.2. Karakteristik budaya

Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui belajar,
bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif dan universal. Dan dibawah ini
merupakan penjelasan dari beberapa karakteristik kebudayaan:

1. Culture is an adaptive mechanism (Adaptif)

Artinya, suatu kebudayaan adalah mekanisme dalam mempertahankan pola kehidupan


manusia. Kebudayaan adalah suatu mekansime yang dapat menyesuaikan diri. kebudayaan
adalah sebuah keberhasilan mekanisme bagi spesis manusia. Kebudayaan memberikan kita
sebuah keuntungan selektif yang besar dalam kompetisi bertahan hidup terhadap bentuk
kehidupan yang lain.

2. Culture is learned (Dipelajari)

Artinya, bahwa kebudayaan didapat dari proses pembelajaran untuk berbudaya, karena secara

naluriah saja manusia akan hidup tanpa sebuah kebudayaan. Budaya bukanlah suatu hal yang
naluriah, dimana kita telah terprogram untuk mengetahui fakta-fakta dari budaya tersebut. Oleh
karena itu salah satu dari karakteristik budaya adalah diperoleh dari hasil pembelajaran.
Manusia lahir ke dunia dengan sifat dasar, yaitu ‘lapar’ dan ‘haus’. Akan tetapi manusia
belum memiliki suatu bentuk pola naluriah untuk dapat memuaskan sifat dasar itu.

Selain itu manusia saat lahir juga tidak dibekali pengetahuan tentang budaya atau cultural
knowledge. Tetapi manusia secara genetis terpengaruh untuk belajar/mempelajari bahasa dan
tanda-tanda kebudayaan lainnya (cultural traits). Seorang bayi akan berada di suatu tempat
(disini bisa diakatakan sebuah keluarga), dan mereka tumbuh dan belajar tentang kebudayaan
sebagai sesuatu yang mereka miliki.

3. Cultures change (Berubah)

Artinya, bahwa kebudayaan berkembang sesuai dengan berjalanya waktu dan dinamis setiap
saat, tergantung waktu dan tempat berlangsungnya kebudayaan. Kebudayaan bukan sesuatu
yang terus-menerus tetap dan bertumpuk. Pada waktu yang sama dimana suatu kebudayaan
ada, terdapat tanda-tanda kebudayaan baru. Tanda-tanda dari kebudayaan itu bisa sebagai
tambahan (addition) atau pengurangan ( subtraction). Tanda-tanda ini menyebabkan
perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan berubah dan berkembang secara
dinamis setiap saat: kebudayaan tidak statis. Berbagai aspek kebudayaan beserta tanda-
tandanya akan terjalin rapat menjadi suatu pola yang sangat kompleks.

4. People usually are not aware of their culture (Tidak disadari oleh masyarakatnya)

Artinya, bahwa kebudayaan berkembang dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat
 berlangsungnya kebudayaan.Cara kita bergaul dan melakukan segala sesuatu dalam keseharian
kita terkesan berjalan dengan alami atau natural.

Kebanyakan dari kita sebagai manusia tidak sadar akan budaya. Hal itu disebabkan oleh
manusia yang pada dasarnya sangat dekat dengan kebudayaan itu dan mengetahuinya dengan
sangat baik. Manusia merasakan bahwa semuanya seolah-olah terjadi begitu saja (mewarisi

secara biologis). Dan biasanya manusia hanya akan sadar bahwa pola kelakuan mereka
 bukanlah sesuatu yang individual ketika mereka mulai berinteraksi dengan manusia dari
kebudayaan lain.

5.   We do not know all of our own country (Tidak diketahui secara keseluruhan)

Artinya, bahwa semua masyarakat tidak ada yang mengetahui secara keseluruhan suatu
kebudayaan yang ada dalam lingkup daerahnya, hanya saja yang diketahui berupa fakta-
fakta sosial.Tidak ada satupun orang yang bisa mengetahui budaya mereka secara
keseluruhan. Dalam masyarakat, terdapat pengetahuan tentang budaya yang terbatas
terhadap fakta-fakta kelas sosial, pekerjaan, agama, dan perkumpulan-perkumpulan lain.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa sejatinya kebudayaan tidak dapat diketahui secara
keseluruhan.

6.   Culture gives us a range of permissible behavior patterns ( memberikan dan membatasi

pola tingkah laku)

Artinya, bahwa kebudayaan memberikan jarak dalam interaksi dan membatasi pola tingkah
laku masyarakatnya.Kebudayaan umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-
laki sebagai laki-laki, wanita sebagai wanita.

Kebudayaan juga memberikan gambaran bagaimana perbedaan aktivitas yang seharusnya


ada dan tidak ada, seperti bagaimana seorang suami bertindak sebagai suami, bagaimana
seorang istri bertindak sebagai seorang sebagai istri, dan sebagainya. Aturan ini biasanya
bersifat

fleksibel atau tergantung dari masyarakat daerahnya, serta kadar dan tingkatnya. Di negara
Amerika Utara contohnya, kebudayaan mereka mengajarkan bahwa seorang harus
berpakaian
sesuai dengan jenis kelamin mereka ( gender ). Akan tetapi mereka boleh memakai pakaian
dengan cara yang berbeda pada saat siutasi yang berbeda.

7.   Cultures no longer exist in idak bertahan lama disuatu daerah terpencil)


isolation (T 

Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu wilayah atau daerah terpencil.
Apabila suatu kebudayaan baru memasuki wilayah tersebut, maka secara alamiah masyarakat

disana akan berkembang dan mulai beradaotasi dengan kebudayaan-kebudayaan baru. Hal ini
akan menyebabkan suatu budaya sulit bertahan (asli) di suatu tempat karena akan dipengaruhi
oleh budaya-buadaya dari daerah lain disekitarnya.

8.  Culture is shared (Dibagikan)

Artinya, bahwa suatu kebudayaan merupakan kumpulan prinsip dan keyakinan baik,
sehingga manusia tersebut akan berusaha melestarikan dengan cara menyebarkan ke
manusia lain. Suatu kebudayaan dimiliki secara bersama-sama oleh sekelompok orang.
Berdasarkan wilayah, kondisi iklim, dan warisan sejarah, mereka tumbuh dan berkembang
di dalamnya. Setiap masyarakat memiliki suatu nilai dan keyakinan, dimana kumpulan-
kumpulan prinsip/asas/dasar nilai dan keyakinan ini akan membentuk kebudayaan mereka.
Kebudayaan bisa saja menjadi kepunyaan dari komunitas tunggal, tapi tidak akan pernah
menjadi kepunyaan dari seseorang yang tunggal (individu).

2.3 SUKU JAWA

Suku jawaa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari jawa tengah,
 jawa timur Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Serang,
Cilegon ( Jawa Barat ) . Pada tahun 2010 setidaknya 40,22% penduduk Indonesia
merupakan Etnis Jawa

2.4 BUDAYA JAWA 

Budaya jawa adalah budaya yang berasal dari jawa dan di anut oleh masyarakat jawa
khususnya Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur . Budaya jawa secara garis besar dapat di
 bagi menjadi tiga yaitu buday Banyumasan, Budaya Jawa Tengah- DIY dan Jawa
Timur. Budaya jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya jawa menjungjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan .
Bahkan
 budaya jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banya di minati di luar
 Negeri. Beberapa budaya jawa yang paling di minati di luar negeri adalah Wayang Kulit,
Keris, Kebaya dan Gamelan. Budaya termaksud unik karena membagi tingkat bahasa jawa
menjadi bebebrapa tingkat yaitu ngoko, madya, dan karma.

2.5 AGAMA BUDAYA JAWA

Budaya jawa menghasilkan agama sendiri yaitu kejawen. Kejawen berisikan tentng seni,
 budaya, tradisi, ritual, sikap, serta filosofi orang-orang jawa. Kejawen juga memiliki arti
spiritual listis. Tetapi mayoritas orang jawa sekarang menganut agama islam dan sebagian
kecil orang jawa menganut agama Kristen dan katolik.
 

2.6. Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan suku jawa

Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana,


 pengetahuan tradisional. Dalam Masyarakat tradisional sistem pengobatan tradasional ini
adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata
sosial umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli(tradisional) adalah rasional dilihat dari
sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

Beberapa hal yang berhubungan kesehatan (sehat-sakit)menurut budaya-budaya yang ada di


indonesia diantaranya adalah :

a) Budaya Jawa

Menurut orang jawa, sehat adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin. bahkan,
semua itu berakar pada batin.Jika batin karep ragu nututi artinya berkehendak, raga atau
 badan akan mengikuti. Sehat dalam kontek raga berarti waras apabila seseorang tetap
mampu menjalakan peranan sosial sehari-hari.Untuk menentukan sebab-sebab suatu
penyakit ada 2 konsep yaitu, konsep Personalistik dan Konsep Naluralistik.

Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk ghaib,
dewa), Mkhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang sihir
,tukang tenun). Penyakit ini disebut ora lumbrah atau ora sabaeine (tidak wajar / tidak biasa).
Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara ghaib atau supernatural, misalnya
melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari
kesiku,kewalat.Penyembuhannya dapat melalui seorang dukun.

Ada beberapa katagori dukun pada masyarakat jawa yang mempunyai nama dan fungsi
masing-masing.

a. Dukun bayi, menangani terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi.

 b. Dukun pijat,menangani sakit terkilir,patah tulang.

c. Dukun mantra,manangani orang yang kemasukan roh halus.


d. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna-guna atau “ digawa uwong “ 

Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi


kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca, iklim , makanan racun , bisa , kuman atau
kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam

tubuh , misalnya dingin , panas , angin atau udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut
dengan penyakit “ Lumrah “ atau biasa. 

Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya


dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali . Misalnya orang sakit
masuk angin , penyembuhannya dengan cara “ kerokan “ agar angin keluar kembali . Begitu
 pula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” ( menggigil , kedinginan ) ,
 penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan
dihangatkan dekat api . Di samping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan

 pemberian ramuan atau “dijamoni“ .Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau
dedaunan yang di paur , ditumbuk , setelah itu diminum atau dioleskan pada bagian yang
sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain sebagai pelengkap , misalnya kulit
 pohon randu yang sudah diberi mantera.

Dari perhitungan – perhitungan jawa , dapat ditarik berbagai jenis penyakit yaitu :

a. Dari Allah

 b. Karena perkataannya sendiri

c. Dari jin / setan

d. Dari perbuatan jahat orang lain ( teluh tarangyana )

Etiologi penyakit menurut primbon ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk “ diagnose
 penyakit “ yang disesuaikan dengan pandangan dan kondisi jaman primbon tersebut pertama
kali ditulis . Sebagai contoh , etiologi penyakit dapat ditentukan berdasarkan lenggahipun
dinten ( tempat duduk hari ) .

Tempat duduk hari tersebut dapat dilihat dalam table berikut ini :
 Nama Hari : Tempat duduk penyakit

Senin : Telinga

Selasa : Hidung

Rabu : Perut

Kamis : Tulang

Jumat : Mata

Sabtu : Tungkai

Berdasarkan hari dimulainya sakit juga dapat ditentukan tentang jenis  –  jenis penyakit
sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna , yang dibuat sebagai
 berikut :

 Nama hari : Sebab Penyakit

Senin : Mempunyai nadzar yang belum dilaksanakan

Selasa : Diguna – guna oleh oran lain

Rabu : Diganggu oleh makhluk halus / setan

Kamis : Terkena tulah dari orang lain

Jumat : Diganggu makhluk halus yang ada di kolong rumah


Sabtu : Diganggu oleh setan yang berasal dari hutan

Minggu : Diganggu oleh makhluk halus / setan

Selain hari  –  hari biasa , Budaya Jawa juga memiliki hari –  hari yang disebut hari pasaran
dengan urutan : Pon ,Wage,kliwon ,legi ,pahing. Budaya jawa beranggapan bahwa nama yang
 berat  bisa mendatangkan sial. Pendapat yang lain mengatakan “nama yang buruk” akan
mempengaruhi aktivitas pribadi dan sosial pemilik nama itu.
Dan juga kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada salah satu pihak keluarga atau sanak
saudara yang sakit , maka untuk menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua
saudaranya dan bersama – sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam
 budaya Jawa dikenal prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul “ 

Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas dari
tumbuhan dan buah –  b  uahan yang bersifat alami adalah :

• Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.

• Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas dan airnya
diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat juga
digunakan sebagai penambah nafsu makan.

• Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.

• Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan terlebih
dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.

• Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan penambah
nafsu makan.

• Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan )
 berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang terkena
cacar.

• Daun sirih untuk membersihkan vagina.

• Lidah buaya untuk kesuburan rambut.

• Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal.

• Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.

• Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.

• Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun
dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.
• Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara
1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak boleh
kelapa yang sudah tua.

2.7. Mitos yang Berkaitan dengan Kesehatan

1. Mitos Memakan Makanan Dari Sesaji Untuk Ritual Tertentu Di Masyarakat

a. Fakta di Lapangan

Masih banyak ditemukan dan bahkan di lapangan khususnya masyarakat pedesaan


masih mempercayainya. Kegiatan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang yang
terdahulu. Tempat mereka pakai dahulunya terletak pada daerah yang dimana disitu
merupakan
 bagian terpenting akan terkabulnya keinginan mereka. Intinya kegiatan yang dilakukan ini
 bisa merupakan wujud ungkapan rasa sukut untuk Tuhan. Memakan makanan yang
berasal dari sesaji tersebut merupakan bentuk rasa penghormatan pada yang Kuasa dan
juga bisa mendoakan apa yang kita inginkan.

 b. Teori

Dilihat dari bentuk yang dihidangkan berupa nasi sayur-sayuran ayam dan lain-lain, yang
menjadi inti permasalahannya adalah pembagian ayamya dari yang masih utuh menjadi
 bagian kecil-kecil. Bila orang yang membagikan tidak tahu akan makna bersih makan akan

terabaikan kebersihan kuman ayam tersebut. Selain itu ada juga bagaimana proses
memasaknya untuk ayam tersebut terkadang ayam ada bagian yang belum mencapai
tingkat kematangan dan itu akan berpengaruh pada proses pencernaan dan keamanan
mengkonsumsi makanan tersebut. Kandungan daging ayam sesungguhnya banyak
mengandung protein dan nutrisi-nutrsi lain di dalamnya yang berguna untuk keperluan
tubuh. Sayur-sayuran juga diperlukan tubuh untuk proses pencernaan seperti bayam yang
 banyak mengandung serat berfungsi untuk memperlancar proses metabolisme.
c. Opini

Kepercayaan yang timbul sejak zaman dahulu sudah sangat melekat dan kental akan
 budaya yang tiap tahun diadakan akan sulit dihilangkan karena akan menjadi ciri khas
 pada daerah itu. Mereka beranggapan barang siapa menghilangkan budaya ini dampaknya

sangat bervariasi, bisa dikucilkan masyrakat karena dianggap tidak menghargai para
 pendahulunya dan yang paling fatal bisa diusir dari lingkungan.

2. Mitos Tentang Sirkumsisi Dilihat Dari Segi Agama Islam

a. Fakta di Lapangan

Sekarang ini dilihat dari kesadaran masyarakat tentang kesehatan sudah sangat
 berkembang. Banyak anak kecil yang sudah lulus tingkat sekolah dasar maupun masih
sudah dilakukan khitan atau sirkumsisi. Faktor yang mempengaruhi keinginan untuk

dikhitan biasanya berasal dari anak itu sendiri yang melu pada teman-temannya maupun
dari orang tua yang mendesak untuk dilakukannya khitan. Di beberapa daerah sudah ada
alat mumpuni untuk melakukan proses sirkumsisi secara modern. Agenda yang dilakukan
untuk institusi kesehatan biasanya yang sering kita dengan Khiatanan Masal dan ini
sangat membantu bagi keluarga yang tidak mampu untuk mengkhitankan anaknya.

 b. Teori

Dari segi agama islam sangat dianjurkan untuk dilakuakn sirkumsisi atau khitan dnegan
tujuan memberikan kesehatan pada umatnya. Ini merupakan tanda sudah baligh bila sudah
di khitan atau sirkumsisi. Dahulunya untuk melakukan khitan atau sirkumsisi masih
sangat sederhana dan masih menggunakan metode yang classic. Untuk penyembuhannya
sendiri
 bisa berbulan-bulan setelah dilakuakan sirkumsisi atau khitan. Obat yang digunakan
masih sangat terbatas selain itu di daerah desa juga sangat terbatas petugas kesehatannya.
Tapi sekarang dengan kemajuan teknologi diharapkan bisa terlaksanan proses sirkumsisi
yang lebih mauu dan mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Sirkumsisi atau khitan
adalah memotong sebagian dari alat kelamin dari pris untuk menjaga kebersihan dari alat
kelamin
 pria. Ini bisa dibuktikan dengan urine yang keluar bila belum khitan atau sirkumsisi akan

sebagian tertinggal selanjutkan akan mengendap dan bahayanya bila terjadi hubungan
intim akan membahayakan si wanita karen sperma yang keluar bersama dengan endapan
tadi akan menyebabkan kanker rahim.

c. Opini

Dilakukan khitan atau sirkumsisi dapat mempercepat proses pendewasaan dari postur
tubuh biasanyya dengan tada jakin membesar, suara yang telihat besar dan tentunya
 bertambah tinggi dan berat badan. Setelah dikhitan akan merasa lega karena sudah
melaksanakan tugas dari Rosul untuk syarat sahnya sholat salah satunya juga sirkumsisi
atau khitan ini bila kita sebagai imam.

3. Mitos Ibu Hamil

a. Fakta di Lapangan

Ibu hamil jika makan pisang, nanas, mentimun itu akan menyebabkan keputihan bahkan
masyarakat sekitar berpendapat bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran. Sewaktu ibu
hamil, jika suami memotong ayam, diprediksi anaknya akan lahir cacat. Fakta dari mitos
tersebut tidak akan terjadi kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Jika bayi yang lahir cacat,
 bukan dari mitos tersebut, tetapi karena cacat itu bisa dari faktor kelainan genetiknya.

 b. Teori

Mengkonsumsi pisang, nanas, mentimun justru disarankan karen kaya akan vitamin C
dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses
pembuangan

sisa-sisa pencernaan. Untuk kehamilan itu untuk memenuhi nutrisi dan menjaga
 perkembangan janin. Kehamilan seseorang tidak bisa ditentukan dengan kelahiran yang
normal maupun tidak, tetapi secara medis untuk kelahiran yang tidak normal banyak
 berbagai faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah kelainan gen pembawa dari ayah
maupun ibu ini sangat berpengaruh bagi kelahirannya.

c. Opini

Ibu hamil rentan akan masalah yang bisa ditimbulkan. Sebisa mungkin pertahanan akan
kondisi sehat sangat kuat dengan dukkungan keluarga, suami dan teman-teman, budaya
dimana dia tinggal sangatlah berpengaruh bagi perkembangan kehamilannya. Keyakinan
inilah yang dipegang untuk menjaga, merawar, melindungi kehamilan si Ibu. Nila-nilai,
norma, adat istiadat masih dipegang kuat. Mitos-mitos diatas tersebut hanya keyakinan
seseorang atau kelompok karena belum tentu setiap desa atau kota mempunyai mitos yang
sama karena belum tentu mitos akan jadi kenyataan. Terkadang ada ibu hamil anaknya lahir
dalam kondisi tidak normal (cacat), misalnya makan buah yang manjadi pantangan ibu
hamil anaknya lahir cacar itu hanya bertepatan saja, dibalik semua itu mungkin ada
kelainan
 pada saat bayi masih dalam kandungan.

Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing


Klien nama Ny. W, 30 tahun, Islam, SMP, petani, suku jawa, diagnosis medis abortus. Klien
hamil 12 minggu, klien sangat mengharapkan memiliki anak. Klien mengeluh mengalami
 perdarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari. Klien dianjurkan untuk kuretase. Klien

memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan di sana. Klien


mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua. Klien masih percaya pada sihir dan hal-
hal gaib. Setelah didiagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat
ke dukun. Mereka menganggap hal itu akibat ibunnya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji. Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak laki-laki, pola
 pengambilan keputusan dipihak laki-laki. Pantangan makanan jatung pisang, gurita dan air
kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi. Aturan
dan kebijakan diatur oleh pemuka agama dan para santri. Ada tabungan yang sudah
dipersiapakan oleh keluarga untuk persalinan ini.

Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing


A.  Pengkajian
1.   Faktor Teknologi
Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan di sana,
Klien mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua, Klien mengeluh mengalami
 perdarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari. Klien biasa berobat kedukun, Klien
masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib
2.   Faktor agama dan filsafah hidup

a.   Agama yang diatut yaitu agama islam

 b.  Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan menurut aturan yang
dibuat oleh pemuka agama dan para santri bahwa bagi para laki-laki yang istrinnya
hamil dilarang memanjat pohon kelapa atau pohon tinggi.
c.   Klien dan keluarga percaya bahwa banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa

abortus perbuataan dosa sehingga klien merencanakan akan berobat kedukun. Klien
masih mempercayai adanya hal-hal mistik, seperti tidak boleh memakan jantung
 pisang , gurita dan air kelapa sedangkan suaminya pantang untuk memanjat pohon
kelapa atau pohon yang tinggi.

3.   Faktor sosial dan keterikatan


kekeluargaan a.   Nama lengkap : Ny. W

 b.   Nama panggilan : Ny.


W c.  Umur : 30 tahun
d.   Jenis kelamin : perempuan

e.   Status : sudah menikah

f.   Tipe keluarga : intim (tinggal sekeluarga tanpa ada keluarga lain)

g.   Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : ada pada pihak laki-laki

4.   Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup

a.   Makanan pantangan yaitu jatung pisang, gurita dan air kelapa

 b.  Persepsi sehat sakit berhubungan dengan aktifitas sehari-hari, yaitu:


1)   Pasien memeriksakan kehamilannya didukun dan berencana akan melahirkan
disana.
2)   Pasien mmengeluh mengalami perdarahan selama 3 hari dan juga mulas-
mulas, pasien dianjurkan kuretase.

5.   Faktor politik

Kebijakan dan peraturan RS, yaitu:

a.  Alasan mereka datang ke RS


Karena pasien mengeluh nyeri dibagian perut dan mules-mules serta mengalami
 perdarahan.
 b.  Kebijakan yang didapat di RS
Klien disuruh melakukan kuretase karena pasien didiagnosa abortus

6.   Faktor ekonomi
a.  Pekerjaan
Klien bekerja sebagai petani
 b.  Sumber biaya pengobatan
Klien dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk persalinan klien
c.  Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Klien menggunakan tabungannya untuk biaya bersalin

7.   Faktor pendidikan
a.   Pasien hanya pendidikan akhirnya hanya SMP

 b.  Setelah didiagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan
 berobat ke dukun.
Kemampuan klien masih minim karena masih percaya hal-hal gaib daripada
medis

ANALISA DATA

 No Data masalah


1DS :
Klien mengatakan bahwa klien lebih memilih

untukberobatkembalikedukunsetelahKetidakpatuhan dalam pengobatan disarankan untuk kuretase


dan menganggap itu
adalah perbuatan dosa.
DO : -

2DS : Gangguan interaksi sosial


  Klien mendapat informasi tentang kehamilan
dari mertuanya.
   Klien percaya ibunya melanggar pantangan
dalam sesaji.
   Hubungan kekerabatan yang lebih dominan
adalah laki-laki.
   Aturan dan kebijakan lebih diatur oleh
 pemuka agama dan para santri.
Makanan pantangan untuk perempuan adalah
jantung
 pisang, gurita dan air kelapa.
3. DS : Kurang pengetahuan

   Klien percaya dengan sihir dan hal-hal gaib.


   Pasien tidak percaya dan tidak menerima
diagnosa dari dokter.


  Klien mempunyai pantangan makan jantung
 pisang, gurita dan air kelapa.
DO :
Pendidikan klien SMP.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa

1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.


2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultur
3. Kurang penngetahuan berhubungan dengan kepercayaan dan sistem nilai yang dianut klien
tentang aborsi.
PERENCANAAN

 No. Dx Tujuan Perencanaan Kegiatan


1. 1. Setelah diberikan askep selama Sebaiknya kita melakukan pendekatan
(...x....) diharapkan klien mau patuh dengan cara restrukturisasi. Memberikan

dalam mengikuti pengobatan, dengan  penjelasan dan pengertian, bahwa


KH : abortus ini harus segera dilakukan
   Klien bersedia untuk jika tidak
dilakukan kuretase. dilakukan akan membahayakan dan

   Klien menerima didiagnosa merugikan kesehatan dari klien sendiri.


abortus oleh dokter.
2. 2. Setelah diberikan askep selama
(...x....) diharapkan Klien tidak Sebaiknya kita sebagai perawat

mengalami gangguan interaksi sosial. melakukan pendekatan kepada klien

Dengan KH : secara restrukturisasi, karena klien dan

   Klien dan keluarga keluarganya mempunyai sebuah


tidak mengalami  pantangan makanan seperti tidak boleh
kesalahpahaman dalam hal mengkonsumsi jantung pisang, gurita
kepercayaan. dan air kelapa dimana pantangan

   Klien dan keluarganya dapat tersebut sebenarnya bagus untuk

memahami perbedaan persepsi kesehatan klien yang baru mengalami


yang mendukung kesehhatan abortus. Seperti misalnya :
klien.  Air kelapa bagus untuk klien yang
mengalami kekurangan cairan setelah
mengalami perdarahan.
 Gurita mengandung protein dan
sangat baik dikonsumsi untuk
menambah energi klien pasca
abortus.
3. 3. Setelah diberikan askep selama  Jantung pisang
(...x....) diharapkan klien memahami Kita sebagai perawat hendaknya
melakukan pendekatan secara negosiasi,
tentang penyakit yang dialaminya dan
dengan membantu klien mmemilih serta
cara penanganannya. Dengan KH : menyarankan hal-hal yang dapat
  Klien bersedia dilakukan mendukung meningkatkan derajat
tinndakan kuretase. kesehatan klien. Sebagai contoh klien
  Klien mengetahui dan mengerti mempunyai pantangan untuk
 jenis makanan yang dapat mengkonsumsi air kelapa dimana air
meningkatkan kondisi kelapa itu sangat baik bagi klien yang
kesehatannya.  baru mengalami abortus dan kehilangan
cairan kita bisa menyarankan klien untuk
lebih banyak minum air putih dan cairan
isotonik lainnya, gurita kita bisa ganti
dengan makanan berprotein lainnya
seperti telur, ikan, tahu dll. Sedangkan
 jantung ppisang kita bisa ganti dengan

 buah apel, jeruk dll.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang


difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku
sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari mulai dari kehidupan biologis
sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya. Perencanaan dan
 pelaksaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien
sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi

keperawatan transkultural.

3.2. Saran

Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas merupakan
kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami untuk memperoleh data dan
informasi karena terbatasnya pengetahuan kami.

Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa
terima kasih dengan setulus-tulusnya.Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat
membawa manfaat kepada pembaca.

.
 

DAFTAR PUSTAKA

Andrew, M. & Boyle, J. S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care. 2nd Ed.

Philadelphia : JB Lippincot Company.

Cultural Diversity in Nursing. (1997). Transcultural Nursing ; Basic Concepts and

Case Studies. Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari


http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Giger, J. J & Davidhizar, R. E. (1995). Transcultural Nursing : Assessment and

Intervention. 2nd Ed. Missouri: Mosby Year Book Inc

Leininger, M. & McFarland. M. R. (2002). Transcultural Nursing : Concepts,

Theories, Research and Practice. 3rd Ed. USA : Mc-Graw Hill

Companies.

Swasono, M. F. (1997). Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam

Konteks Budaya. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai