TUGAS ASP
Disusun oleh:
: 2014-83-061
: 2014-83-061
Jelaskan Konsep Kebudayaan dan berikan contohnya
Jelaskan sifat-sifat dari kebudayaan dan berikan contohnya
Jelaskan generalisasi pola-pola kebudayaan dan berikan contohnya
Jelaskan pembatasan-pembatasan kebudayaan dan berikan contohnya
Jelaskan perbedaan pola budaya ideal dan pola kelakuan sebenarnya seta berikan
contohnya
6. Jelaskan anggapan dasar mengenai kebudayaan dan berikan contohnya
7. Jelasan pengertian etnosentris serta berikan contohnya
Jawab
1. Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup,
mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala
keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada
disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia
terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka
dengan lingkungan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi
lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan
dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilhat sebagai
"mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973a),
atau sebagai "pola-pola bagi kelakuan manusia" (Keesing & Keesing, 1971). Dengan
demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian
model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya
sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh
yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan
emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik
dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan
sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai
moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan
pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).
Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan
setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami dan
menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam
lingkungannya sehingga kebudayaan yang dipunyainya itu juga dipunyai oleh para
warga masyarakat di mana dia hidup. Karena, dalam kehidupan sosialnya dan dalam
kehidupan sosial warga masyarakat tersebut, selalu mewujudkan berbagai kelakuan
dan hasil kelakuan yang harus saling mereka pahami agar keteraturan sosial dan
kelangsungan hidup mereka sebagai makhluk sosial dapat tetap mereka pertahankan.
Pemahaman ini dimungkinkan oleh adanya kesanggupan manusia untuk membaca dan
memahami serta menginterpretasi secara tepat berbagai gejala dan peristiwa yang ada
dalam lingkungan kehidupan mereka. Kesanggupan ini dimungkinkan oleh adanya
kebudayaan yang berisikan model-model kognitif yang mempunyai peranan sebagai
kerangka pegangan untuk pemahaman. Dan dengan kebudayaan ini, manusia
mempunyai kesanggupan untuk mewujudkan kelakuan tertentu sesuai dengan
rangsangan-rangsangan yang ada atau yang sedang dihadapinya.
Sebagai sebuah resep, kebudayaan menghasilkan kelakuan dan benda-benda
kebudayaan tertentu, sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan motivasi yang
dipunyai ataupun rangsangan yang dihadapi. Resep-resep yang ada dalam setiap
kebudayaan terdiri atas serangkaian petunjuk-petunjuk untuk mengatur, menyeleksi,
dan merangkaikan simbol-simbol yang diperlukan, sehingga simbol-simbol yang telah
terseleksi itu secara bersama-sama dan diatur sedemikian rupa diwujudkan dalam
bentuk kelakuan atau benda-benda kebudayaan sebageimana diinginkan oleh
pelakunya. Di samping itu, dalam setiap kebudayaan juga terdapat resep-resep yang
antara lain berisikan pengetahuan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan cara-cara
untuk mencapai sesuatu dengan sebaik-baiknya, berbagai ukuran untuk menilai
berbagai tujuan hidup dan menentukan mana yang terlebih penting, berbagai cara
untuk mengidentifikasi adanya bahaya-bahaya yang mengancam dan asalnya, serta
bagaimana mengatasinya (Spradley, 1972).
Dalam pengalaman dan proses belajar manusia, sesungguhnya dia memperoleh
serangkaian pengetahuan mengenai simbol-simbol. Simbol adalah segala sesuatu
(benda, peristiwa, kelakuan atau tindakan manusia, ucapan) yang telah ditempeli
sesuatu arti tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan. Simbol adalah
komponen utama perwujudan kebudayaan karena setiap hal yang dilihat dan dialami
oleh manusia itu sebenarnya diolah menjadi serangkaian simbol-simbol yang
dimengerti oleh manusia. Sehingga Geertz (1966) menyatakan bahwa kebudayaan
sebenarnya adalah suatu sistem pengetahuan yang mengorganisasi simbol-simbol.
Dengan adanya simbol-simbol ini kebudayaan dapat dikembangkan karena sesuatu
peristiwa atau benda dapat dipahami oleh sesama warga masyarakat hanya dengan
menggunakan satu istilah saja.
Dalam setiap kebudayaan, simbol-simbol yang ada itu cenderung untuk dibuat atau
dimengerti oleh para warganya berdasarkan atas konsep-konsep yang mempunyai arti
yang tetap dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam menggunakan simbol-simbol,
seseorang
biasanya
selalu
melakukannya
berdasarkan
aturan-aturan
untuk
2. Sifat Kebudayaan
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melakat
pada setiap budaya, kapan pun dan dimana pun budaya itu berada. Sifat-sifat itu
adalah sebagai berikut:
1.
Budaya mempunyai kecenderungan untuk bertahan terhadap perubahan apabila unsurunsur budaya yang bersangkutan masih sesuai fungsinya dengan kepentingan
kehidupan masyarakatnya. Contohnya, Budaya Petani di Desa cenderung bertahan,
tidak berubah selama pertaniannya masih memberikan kesejahteraan baginya. Budaya
pun mempunyai kecenderungan untuk berubah apabila unsur-unsurnya sudah tidak
sesuai lagi dengan fungsinya. Contohnya, karena lahan dan perkebunannya banyak
tergusur untuk pemukiman baru atau untuk proyek-proyek industri, banyak penduduk
yang semula hidup di daerah pinggiran kota (Jakarta:"udik) berurbanisasi ke kota.
Akibatnya, budaya mereka berubah, yaitu harus menyesuaikan diri dengan budaya
kota.
3.
bertalian erat dengan kebutuhan biologis atau kebutuhan fisik manusia. Manusia akan
mati atau punah apabila kebutuhan semacam ini tidak terpenuhi. Contoh kebutuhan
primer antara lain kebutuhan akan makanan, minuman atau kebutuhan fisik yang lain
seperti kebutuhan seksual yang bertalian dengan refroduksi. Kebutuhan akan sandang
dan papan termasuk juga ke dalam kebutuhan primer.
b.
lain: Berkeluarga,
Semua budaya diteruskan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui proses belejar, bukan diwariskan secara biologis. Artinya, seorang anak tidak
akan secara otomatis pandai bicara, terampil bermain dengan sesama anak sebayanya,
atau patuh akan segala tradisi yang terdapat pada lingkungan sosial budayanya.
Melalui proses panjang, seorang individu semenjak dilahirkan akan belajar
berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Ia juga akan belajar menyatukan dirinya
dengan lingkungan budayanya. Proses belajar menyatukan dirinya dengan lingkungan
sosialnya disebut sosialisasi, sedangkan proses belajar seorang individu dengan
lingkungan budayanya disebut pembudayaan atau enkulturasi.
Kendati kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap
kebudayaan memiliki ciri dan sifat yang sma. Sifat tersebut bukan diartikan secara
spesifik, melainkan bersifat universal. Dimana sifat-sifat budaya itu memilki ciri-ciri
yang sama bagi setiap kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan
alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku bagi setiap budaya dimanapun
juga.
Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut, antara lain:
1.
2.
Budaya telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu generasi tertentu dan
3. Alkuturasi.
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diol
perbedaan pola hidup diantara Zuni, Dobu, dan Kwakiutl. Ia menunjuk penyebab
keutamaan budaya dalam memahami perbedaan antar manusia modern. Profil ketiga
masyarakat ini begitu berbeda dari masyarakat Amerika. Kedua, Bendedict
memberikan tekanan kepada pola dari kebudayaan. Konsep dari pola sesuai/cocok
dengan beberapa cara kompleks elemen budaya yang Kroeber dan lainnya diskusikan,
peritiwa yang dipolakan dari sifat/ciri yang ditandai oleh perbedaan kebudayaan
kelompok. Tetapi Ruth Benedict dan anthropolog lain berusaha mencari sesuatu yang
lebih inti dan dalam, mengarah kepada hubungan yang tidak hanya antara kumpulan
dari sesuatu dan tingkah laku saja, tetapi lebih kepada gagasan, nilai, dan sesuatu yang
mengkarakterkan masyarakat tertentu.
Gagasa Benedict tersebut diatas dipengaruhi oleh ide konfigurasi Gestalt yang
berpengaruh ketika itu. Gestalt merupakan gagasan yang diambil dari bahasa Jerman
yang artinya gambaran bentuk fisik Gestalt merupakan gagasan yang digunakan oleh
para psikolog ketika mengaplikasikan gagasan pada eksperimen dalam proses
pembelajaran tingkah laku yang menyarankan manusia untuk merespon pola yang ada
dibawahnya/mendasarinya yang keluar oleh kejadian khusus daripada oleh
rangsangan respon langsung. Gagasan Gestalt tentang konfigurasi merupakan
konfigurasi yang dibentuk dari pola yang dihubungkan antara fakta dan kejadian
dengan sikap dan keyakinan yang melatarbelakanginya. Ruth Benedict membuat
gagasan dari gestalt/konfigurasi/pola menjadi pusat kajiannya. Ia melihat bahwa
kerangka subyektif, merupakan bentuk yang didukung oleh pengalaman masa lampau
dan merupakan hal yang penting dan tidak dapat diabaikan. Ketika Benedict
mengkontraskan obyektif dan subyektif, ia tidak menggunakan subyektif sebagai
sinonim untuk opini yang berlebihan atau proyeksi yang etnosentrik, ia lebih condong
untuk mengkarakterkan nilai-nilai subyektif yang menjelaskan mengapa anggota dari
masyarakat tertentu berlaku dalam cara-cara tertentu. Ia menggunakan konsep pola
yang mengacu kepada nilai-nilai yang ada dalam masayarakat. Ia menulis bahwa
Budaya ..lebih dari merupakan sejumlah sifat/ciri mereka. Kita mungkin tahu tentang
semua distribusi bentuk perkawinan, tarian ritual, dan inisiasi pubertas dan belum
memahami apapun dari kebudayaan sebagaimana kesatuan yang luas dimana
digunakan elemen pada tujuan tertentu . Dari kutipan tulisan ini, dapat kita pahami
pemikiran Benedict yang mencoba untuk melihat kebudayaan lebih dalam daripada
sekedar tindakan/tingkah laku yang terlihat saja.
eksplisit dan sangsi akan ketidak patuhan begitu kerasnya, dimana masyarakat luas
tidak hanya menerimanya sebagai inti kebudayaan tetapi juga berasumsi bahwa
pranata mereka merefleksikan kondisi ideal yang pokok. Benedioct beragumentasi
bahwa deviasi/penyimpangan adalah konflik antara kepribadian individu dan nilai
kebudayaan yang diberikan dan tidak merupakan dimensi yang benar-benar tunggal
bagi semua orang.
Pattern of Culture mengajukan konflik yang menarik antara individu dan
kebudayaan di satu sisi, disisi yang lain kebudayaan adalah ekspresi dari inti nilai
dimana hampir setiap orang mempelajari dan menyerapnya, disisi yang lain juga
adalah kepribadian individu yang mencoba untuk mengartikan lain arti kebudayaan.
Didalam Pattern of Culture terdapat tidak hanya nilai-nilai kebudayaan yang relatif,
tetapi juga definisi dari penyimpangan. Buku Benedict ini merupakan buku text
antropology yang membahas hubungan antara kebudayaan dan kepribadian.
4.
Pembatasan kebudayaan itu sendiri biasanya tidak selalu dirasakan oleh para
pendukung suatu kebudayaan. Hal ini terjadi karena individu-individu pendukungnya
selalu mengikuti cara-cara berlaku dan cara berpikir yangtelah dituntut oleh
kebudayaan itu. Pembatasan-pembatasan kebudayaanbaru terasa kekuatannya ketika
dia ditentang atau dilawan. Pembatasan kebudayaan terbagi kedalam 2 jenis yaitu
pembatasan kebudayaan yang langsung dan pembatasan kebudayaan yang tidak
langsung. Pembatasan langsung terjadi ketika kita mencoba melakukan suatu hal yang
menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita merupakan hal yang tidak lazim atau
bahkan hal yang dianggap melanggar tata kesopanan atau yang ada. Akan ada sindiran
atau ejekan yang dialamatkan kepada sipelanggar kalau hal yang dilakukannya masih
dianggap tidak terlalu berlawanan dengan kebiasaan yang ada, akan tetapi apabila hal
yang dilakukannya tersebut sudah dianggap melanggar tata tertib yang berlaku
dimasyarakatnya, maka dia mungkin akan dihukum dengan aturan-aturan yang
berlaku dalam masyarakatnya. Contoh dari pembatasan langsung misalnya ketika
seseorang melakukan kegiatan seperti berpakaian yang tidak pantas ke dalam gereja.
Ada sejumlah aturan dalam setiap kebudayaan yang mengatur tentang hal ini. Kalau si
individu tersebut hanya tidak mengenakan baju saja ketika ke gereja, mungkin dia
hanya akan disindir atau ditegur dengan pelan. Akan tetapi bila si individu tadi adalah
seorang wanita dan dia hanya mengenakan pakaian dalam untuk ke gereja, dia
dan
berkembangmenunjukkan
bahwa
kebiasaan-kebiasaan
yang
kemungkinan
akan
berkurang.
Tiap-tiap
adat
yang
Kebudayaan bagi suatu suku dimana Pria agar diakui kedewasaannya, ia akan diuji
keberanian dan ketahanannya dengan dilakukan Khitan sebagai penghormatan. Orang
Amerika yang etnosentris akan menganggap hal tersebut biadap dan dijadikan ejekan
karna tidak sanggupnya memahami kebudayaan orang lain.