Sedangkan Julian Hokley seorang ahli biologi dari Inggris membagi kebudayaan juga
menjadi tiga wujud, yaitu:
1. Mentifact, adalah kebudayaan yang bersifat abstrak atau tidak tampak, berupa
aspek mental yang melandasi perilaku dan hasil kebendaan manusia, termasuk
di dalamnya ide, gagasan, pemikiran, kepercayaan, ideologi, sikap, dan
pandangan- pandangan manusia terhadap alam semesta.
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah konsep yang dimiliki seseorang atau golongan masyarakat
yang bermaksud menanggapi atau menerangkan suatu masalah tertentu. Misalnya,
pandangan hdup seorang petani Jawa yang memandang bahwa tanah atau
lingkungan alam sekitarnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri dan
keluarganya. Menurut Koentjaraningrat, pandangan hidup biasanya mengandung
sebagian nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Misalnya, orang
Minangkabau memberikan nilai tinggi pada tradisi merantau. Pepatahnya
mengatakan, ―kalau ingin menjadi orang, harus merantau dulu.‖ Artinya,
keberhasilan penghidupan orang Minangkabau umumnya diperoleh melaluai tradisi
merantau.
4. Etos Budaya
Menurut Koentjaraningrat, etos adalah watak khas dari suatu kebudayaan yang
tampak (dari luar). Contoh etos antara lain, gaya tingkah laku, kegemaran, atau
benda-benda hasil budaya yang khas. Menurut Clifford Geertz, etos budaya adalah
sifat, watak, dan kualitas kehidupan sekelompok masyarakat atau bangsa. Termasuk
ke dalam cakupan etos adalah moral, sikap perilaku, dan gaya estetika atau
kepekaan seseorang terhadap seni dan keindahan. Berikut ini contoh etos budaya
orang Jawa. Watak khas orang Jawa penuh ketenangan dan kepasrahan diri.
Disamping itu, pada pribadi orang Jawa terpancar adanya keselarasan, moral yang
tinggi, kejujuran, dan dapat menerima keadaan sebagaimana adanya. Di balik
sikapnya yang serba sederhana itu, orang Jawa terkenal ulet, rajin bekerja, dan
tahan menderita. Mereka juga pencinta seni terutama seni karawitan atau gamelan,
seni tari, dan seni pewayangan.
5. Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam
menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas.
Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem
jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad
raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa
alam semesta.
2) Sistem budaya
Kata system berasal dari bahasa Yunani, yaitu systeme yang berartii
seperangkat elemen- elemen (bagian-bagian) yang bekerjasama secara teratur. Konsep
system dapat ditujukan kepada : organisasi, kumpulan, himpunan, organ tubuh dan
seterusnya. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu system, yaitu
system social budaya karena didalam masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang
melalku kegiatan, kebiasaan, tata cara sehingga terbentuk kesatuan. Dengan demikian
system social budaya adalah unsure-unsur social budaya yang saling berkaitan dengan
yang lain secara teratur, sehingga tercipta tata kelakuan yang serasi bagi
masyarakatnya.
Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak
dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian
sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia
lebih lazim disebut sebagai adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem
norma dan di situlah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta menetapkan
tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.
Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan
yang berbeda. Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokan kedalam 2 yaitu:
Kebudayaan material. Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang
berwujud benda, barang alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan,
rumah dan sebagainya.
Kebudayaan non-material. Merupakan hasil cipta, karsa, yang benwujud
kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Non-material antara
lain adalah :
(1) Cara (usage). Proses interaksi yang terus menerus akan melahirkan pola-pola
tertentu yang disebut cara (usage). Norma yang disebut cara hanya
mempunyai kekuatan yang lemah dibanding norma yang lain. Pelanggaran
terhadap norma ini hanya disebut tidak sopan, misalnya makan sambil berdiri,
berdecak, bersendawa, dan sebagainya.
(3) Mores (Norma tata kelakuan / norma kesusilaan). Mores adalah aturan yang
berlandaskan pada apa yang baik dan seharusnya menurut ajaran agama,
filsafat atau nilai kebudayaan. Pelanggaran terhadap usege, folkways hanya
akan dianggap aneh atau tidak sopan, tetapi pelanggaran terhadapan mores
akan disebut jahat. Contoh terhadap mores adalah berzinah. Sanksinya berat,
dirajam atau diusir dari kampung halamannya. Karena sanksinya yang berat
mores disebut norma berat.
Manusia Kebudayaan
Dapat dijelaskan bahwa pola hubungan antara manusia merupakan pola hubungan
yang saling terkait. Kebudayaan lahir karena adanya manusia. Hasil interaksi antar
manusia dalam kehidupan sosial melahirkan kebudayaan yang berasal dari hasil olah pikir
dan kemampuan manusia. Kebudayaan pun semakin berkembang karena adanya peran
manusia yang tetap melaksanakan atau mempertahankan kebudayaan tersebut. Namun,
meskipun demikian kebudayaan tidak akan hilang meskipun satu generasi punah. Kerena
kebudayaan akan terus diturunkan atau diwariskan kepada generasi berikutnya.
Oleh karena itu, karena manusia adalah pencipta budaya maka manusia disebut juga
sebagai makhluk berbudaya. Wujud kebudayaan yang ditunjukkan oleh manusia
merupakan bentuk eksistensi manusia di dunia. Berdasarkan pada hasil atau peninggalan
budaya manusia dunia dapat melakukan rekam jejak atas sejarah panjang perjalanan
manusia di dunia sehingga dapat diketahui oleh generasi penerus manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Mumtazinur, MA. (2019). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Lembaga Kajian Konstitusi
Indonesia. Banda Aceh.
Mulyono. (2018). Buku Ajar Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Stikes Widya
Husada Semarang. Semarang