1. Fluorescein
a) Merupakan indikator yang banyak digunakan. Flourescein
merupakan asam lemah dengan konstanta ionisasi = 10-8
b) Perubahan warna disebabkan teradsorbsinya fluorescein
dalam bentuk ion
c) Ion H+ mempengaruhi jumlah ion fluorescein dalam larutan
maka titrasi harus dilakukan pada pH : 7– 10.
2. Dichlorofluorescein
a)Merupakan asam yang lebih kuat dari fluorescein, sehingga
dapat digunakan pada titrasi suasana sedikit asam, pH > 4.
b)Dapat digunakan pada penetapan kadar Cl- dalam senyawa
dengan Cu, Ni, Mn, Zn dan Al secara titrasi langsung, dimana
senyawa-senyawa tadi tidak dapat dititrasi dgn metoda mohr.
3. Eosin Atau Tetrabrom Fluorescein
a)Digunakan pada penetapan kadar Br-, I- dan CNS-
b)Tidak untuk penetapan kadar Cl- sebab TAT akan jatuh
lebih awal dari titik ekivalen.
c) Merupakan asam yang jauh lebih kuat dari fluorescein,
hingga dapat digunakan pada pH ≥ 2, biasanya pada pH : 3
– 10
d) Perubahan warna yang terjadi sangat tajam hingga
dapat dipakai pada penetapan kadar dalam suatu larutan
yang sangat encer, yaitu sampai pada konsentrasi 0,001 N.
4. Diiodofluorescein
a) Digunakan untuk penetapan kadar I- yang terdapat
bersama-sama dengan ion Cl-.
b) Ion I- jauh lebih kuat teradsorbsi pada permukaan endapan
AgI dari pada ion Cl-.
c) Indikator diiodofluorescein teradsorbsi sedikit lebih lemah
dari pada ion I- tetapi masih jauh lebih kuat dari pada ion
Cl-.
d) Perubahan warna terjadi sebelum ion Cl- mengendap.
e) Konsentrasi ion I- yang ditentukan kadarnya tidak lebih dari
0,02 N
f) Selain diiodofluorescein, pada penetapan kadar I- yang
terdapat bersama-sama dengan ion Cl-, dapat digunakan
indikator Dimethyl Diodofluorescein atau juga Bengal Red.
Syarat titrasi menggunakan
indikator absorbsi
Beberapa syarat titrasi dgn menggunakan
indikator adsorbsi :
1) Endapan yg terbentuk harus merupakan
sistem koloid
2) Jika endapan terflokulasi terlalu kuat maka
perlu diberi koloid pelindung
3) Ion indikator yg digunakan harus mempunyai
muatan yang sama dengan ion yang dititrasi dan
tidak boleh teradsorbsi sebagai lapisan pertama
sebelum titik ekivalen, tetapi harus teradsorbsi
sebagai lapisan kedua setelah titik ekivalen.
Contoh senyawa yang
digunakan dalam metode
fajans
1) Standarisasi Larutan AgNO Dengan Larutan Standar
3
NaCl.
2) Penentuan Kadar NaCl Dalam Garam Dapur
3) Penentuan Konsentrasi ion klorida (Cl-) dalam air laut
4) Penentuan Kadar Sulfat
TERIMAH KASIH