PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian larutan standar
2. Memahami pengertian titrasi presipitasi
3. Memahami contoh-contoh analisis titrasi presipitasi
4.Memahami faktor-faktor yang memengaruhi pengendapan
5. Memahami metode-metode dan indikator titrasi presipitasi
6. Memahami kurva titrasi presipitasi
7. Memahami perhitungan dari titrasi presipitasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
Larutan standar/ larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan
ditempatkan di erlenmeyer.
2
b. Larutan standar sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Zat yang biasa digunakan sebagai baku primer adalah NaCl, NaBr, KBr, atau KCl
dengan kemurnian yang tinggi. Sebagai baku sekunder digunakan larutan AgNO3.
Hubungan yang terdapat pada titrasi ini adalah: jumlah ekivalen Ag+ sama dengan
jumlah ekivalen Cl–
3
Contoh titrasi pengendapan untuk metode argentometri
1. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu
maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada
pada larutannya.
2. Sifat alami
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda
memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung
ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi
kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya
dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OH-
sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya
dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri.
4
4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi
oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya.
Misalnya endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+
akan bergabung dengan I- membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl
akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl.
b. Metode Volhard
Titik akhir titrasi pada Metode Volhard ditandai dengan terbentuknya zat warna yang
mudah larut. Metode ini dapat digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi pada I–, Br–,
Cl–, SCN– dengan menggunakan indikator Fe3+ atau Fe2+. Penambahan indikator
dilakukan sebelum titrasi kecuali pada penentuan I- dilakukan setelah I– mengendap
sempurna karena I– dapat dioksidasikan oleh Fe3+. Prisip kerja dari metode ini adalah
penambahan larutan baku AgNO3 secara berlebih pada larutan sampel yang mengandung
ion Cl–, Br–, I–, atau SCN– , kemudian kelebihannya dititrasi kambali dengan KSCN.
5
c. Metode Fayans
Penentuan titik akhir titrasinya dilakukan dengan penambahan indikator adsorbansi.
seperti cosin, fluorosein, dfluorosein. Metode ini dapat digunakan dalam penentuan titik
akhir titrasi pada Cl--, Br–, I–, SCN– ‑dengan pH 4. Peristiwa absorpsi harus terjadi
sesudah TE dan tidak ada garam lain yang menyebabkan koagulasi.
Kenaikan nilai pAg berarti menurunnya konsentrai ion Ag+. Selama titrasi berlangsung,
keseimbangan endapan yang terdapat dalam analit menentukan harga pAg.
2.7 Perhitungan
𝒈𝒓 𝒏
𝒏 = 𝒎𝒓 𝑴=𝑽
Ketentuan :
Qc < Ksp = Larutan Belum jenuh = Tidak terjadi endapan
Qc = Ksp = Larutan Tepat Jenuh = Belum Terjadi endapan
Qc > Ksp = Larutan lewat Jenuh = terjadi endapan
6
Contoh :
Bila 50 mL Na3PO4 0,05 M ditambah 50 mL BaCl2 0,001 M. ksp Ba3(PO4)2 = 3,4.10-23. Apakah
campuran tersebut akan mengendap?
Jawab :
V Na3PO4 = 50 mL
M Na3PO4 = 0,05 M
V BaCl2 =50 mL
M BaCl2= 0,001
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bimbelmafia.blogspot.co.id/2014/04/s-dan-ksp.html
https://www.muthiaura.files.wordpress.com/2012/04/hydrolysis-of-nacl2.jpg
https://www.rdmymochi.wordpress.com/kimia-kelas-xi/kelarutan-dan-hasil-kali-kelarutan/
https://www.bisakimia.com/2014/09/06/titrasi-pengendapan/
http://www.popokberuk.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-titrasi.html
http://www.ekimia.web.id/kurva-titrasi-argentometri/