Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA ANALISIS

ARGENTOMETRI
Dosen Pengampu : Arif Santoso, S.Farm.,Apt.

Disususn oleh kelompok 6:


1.
2.
3.
4.

Betty Dwi Cahyaningrum


Dewi Hajar Agustina
Sintya Larasati
Yane Maria Tasi Kollo

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2015

(1413206009)
(1413206014)
(1413206036)
(1413206038)

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KIMIA ANALISIS tentang
ARGENTOMETRI.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihah sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapatmemberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tulungagung 09 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1....................................................................................Latar Belakang
1.2.................................................................................... Tujuan
Bab Ii Teori
2.1 Pengertian Argentometri............................................
2.2 Teori Kelarutan...........................................................
2.3 Harga Hasil Kelarutan (Ksp).......................................
2.4 Reaksi Pengendapan..................................................
2.5 Metode Metode Titrasi Argentometri..........................
2.6 Pengaruh Ph Dalam Analisis Argentometri.................
2.7 Indikator Argentometri...............................................
2.8 Aplikasi Argentometri Dalam Analisis Obat Dan Bahan Obat
Contoh Obat.....................................................................
Bab Iii Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................
3.2 Saran..........................................................................
Daftar Pustaka

Beserta

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai
bidang termasuk bidang farmasi. Semakin banyaknya industri-industri
farmasi yang turut menerapkan kemajuan teknologi, semakin meningkat
pula jumlah produk-produk farmasi yang tersedia untuk masyarakat.
Industri farmasi saat ini tidak hanya memfokuskan perhatian pada
bidang pembuatan dan penyediaan obat, melainkan juga telah mencakup
berbagai produk yang tersedia dalam masyarakat seperti makanan dan
kosmetik.
Dalam penyediaan suatu produk farmasi dipergunakan berbagai
senyawa-senyawa yang dikombinasikan satu dengan yang lain untuk
menghasilkan suatu senyawa baru yang sangat bermanfaat.
Pengkombinasian ini melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut
dalam air, maupun yang tidak.
Khusus dalam penetapan kadar senyawa yang sukar larut diterapkan
metode tertentu sebab sifat dari senyawa yang sukar larut memiliki sifat
tertentu yang tidak dimiliki oleh senyawa yang larut. Salah satu metode
tersebut adalah argentometri. Metode ini hanya ditekankan bagi senyawa
yang diketahui sukar larut.
Dalam dunia farmasi, diterapkan dalam mengisolasi bentuk murni dari
sediaan obat karena dari suatu sediaan obat terdiri dari beberapa
komponen yang pada dasarnya mempunyai satu komponen utama.
1.2

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan titrasi pengendapan (Argentometri)?

2. Faktor-faktor apa yang menpengaruhi kelarutan dalam titrasi


pengendapan (Argentometri)?
3. Apa saja macam-macam metode dalam titrasi pengendapan
(Argentometri)?
4. Bagaimana aplikasi argentometri dalam analisis obat dan bahan obat?
Apa saja contoh obatnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan titrasi pengendapan
(Argentometri)
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam
titrasi pengendapan.
3. Untuk mengetahui macam-macam metode dalam titrasi pengendapan
4. Untuk Mengetahui aplikasi argentometri dalam analisis obat dan bahan
obat beserta contoh obatnya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ARGENTOMETRI
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang
berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri,
zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan
standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan,
kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan ( Day and
Underwood, 1992).
Titrasi argentometri adalah penetapan kadar suatu zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji
dengan titran larutan perak nitrat (AgNO3). Selain reaksi pengendapan,
dasar reaksi argentometri disebut juga reaksi penggaraman. Garam adalah
suatu senyawa yang terdiri dari kation dan anion atau asam dengan basa.

Sedangkan pengendapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai fase


padat yang keluar dari larutan.
Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam
pembentukan endapan. Cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halide,
anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau penetapan kadar
perak itu sendiri. Oleh karena garam perak peka terhadap cahaya, maka
pengaruh cahaya matahari langsung atau sinar neon harus dihindari.
Titrasi argentometri juga ada cara langsung (langsung dititer oleh
baku sekunder pertama) dan tidak langsung (dititer dengan baku sekunder
pertama berlebih, kelebihan ini dititrasi balik dengan baku sekunder kedua).
Cara langsung dikemukaan oleh Mohr dan Fajans, dimana Mohr
menggunakan indikator K2CrO4 dan Fajans menggunakan indikator adsorbs
(eosin). Cara tidak langsung dinyatakan oleh Volhard dimana indikator yang
digunakan adalah FeCl3.
2.2 TEORI KELARUTAN
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu
larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran
homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,
cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam
keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight,
1994).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zatzat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu
pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa
Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu
cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut,
dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu
larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida
dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa

yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang
benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu
larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil
(Woedepss) (Tungandi, 2009).
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai
jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang
akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu. Meskipun
pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam
air adalah yang paling penting dan bagus disini. Garam menunjukkan
interval kelarutan yang besar dalam air (Oxtoby et al., 2001).
Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu larutan
lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu dapat
bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam
larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan
bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat yang bersifat eksotermik dalam
melarut. Sedangkan pengaruh tekanan udara, tekanan udara di atas cairan
berpengaruh kecil sekali terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam
pelarut cair. Akan tetapi kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan bila
tekanan parsial gas tersebut di permukaan bertambah besar (Syukri, 1999).
Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka
dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil
kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa
garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari
suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur. Umumnya
kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga
harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar
(Petrucci, 1989).
Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu
naik. Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan
dilakukan dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam
larutan panas memiliki kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih
dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam

air dan tidak arut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang
besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat
(Underwood.1995).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,1985) :
a.

Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan

yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan


penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh
faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air.
Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai
dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika
lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab
pembatasan Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion
yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan
sehingga endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis
ini digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.
b.

Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat

garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek
garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua
buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang
dihasilkan. Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan.
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan
perubahan (H). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga
menambah kelarutannya
c.

Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat

lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa


endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu
sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai
melalui minuman. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi
2.3 HARGA HASIL KELARUTAN (Ksp)
Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) adalah hasilkali konsentrasi ion-ion
pada saat larutan jenuh. Dalam larutanjenuh, zat-zat padat yang sukar larut

mengalamikesetimbangan antara padatan yang tidak larut denganion-ion


zat tersebut yang larut.
Harga Hasil Kali Kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut
dapat memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air.
Semakin besar harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut senyawa
tersebut.
Hasil kali kelarutan = (CA+)M (CB-)N titrasi argentometri adalah
titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan
terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat
ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk
endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk larutan
kompleks yang stabil (Harrizul.1995).
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang
permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak
pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan
ion perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut
kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama (Underwood.1992).
2.4 REAKSI PENGENDAPAN
Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya
berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak atau
sukar larut didalam air atau pelarutnya. Tidak semua zat mengendap,
sehingga reaksi pengendapan juga dipergunakan untuk identifikasi sebuah
kation atau anion.Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu
fase padat keluar dari larutan. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai
konsentrasi molar dari larutan-larutan jenuhnya. Kelarutan dipengaruhi oleh
suhu dan ion-ion sejenis dalam larutan. Reaksi pengendapan itu adalah
reaksi yang hasil akhirnya berupa pengendapan yang terdapat di dasar
tabung reaksi.
contohnya:
Dibawah ini disajikan beberapa reaksi pengendapan, sebagai tanda
bahwa zat yang terjadi adalah endapan perhatikan tanda (s) solid, setelah
indeks dari rumus kimianya.

AgNO3(aq) + HCl(aq) ? AgCl(s) + HNO3(aq)


Endapan yang terbentuk adalah endapan putih dari AgCl.
Pb(CH3COO)2(aq) + H2S PbS(s) + 2 CH3COOH(aq)
Dari reaksi ini akan dihasilkan endapan yang berwarna hitam dari PbS.
Faktor faktor yang mempengaruhi pengendapan:
1. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu
maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada
larutannya.
2. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas
yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda memiliki
kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion
sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika
kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini
disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OH- sehingga akan
mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci
endapan dalam metode gravimetri.
4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh
pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya
endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung
dengan I- membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis
dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh ion kompleks

Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl akan
naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya
kompleks Ag(NH3)2Cl.

2.5 METODE METODE TITRASI DALAM ARGENTOMETRI


1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan
penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5
9,0.Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi
yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42- + 2H CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH 2 AgOH
2AgOH Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium
karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam
borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut
hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya
dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat
kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak
dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena
endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik
akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis
dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat.
Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak,
maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.Sebagai indikator
digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion
perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau

agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu


warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi
tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti
endapan AgCl.
2. Model Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut).
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+
dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak
dengantitrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan
AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang
digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh
ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN.
3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara
Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan.
Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti
cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh
Ag+.Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator
absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam
lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit
AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Clakan berada pada lapisan sekunder.
(Khopkhar, SM.1990)
2.5 PENGARUH PH DALAM ANALISIS ARGENTOMETRI
Pengaruh PH Dalam Analisis Argentometri Yaitu:
1.Dalam metode mohr

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan metode Mohr


adalah titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan
kisaran 7-10 disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam
kromat. Oleh sebab itu jika pH dibawah 7 maka ion kromat akan
terprotonasi sehingga asam kromat akan mendominasi di dalam larutan
akibatnya dalam larutan yang bersifat sangat asam konsentrasi ion kromat
akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4
sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi.
Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan
terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi.
Analit yang bersifat asam dapatditambahkan kalsium karbonat agar pH nya
berada pada kisaran pH tersebut atau dapat jugadilakukan dengan
menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan natrium hydrogen
karbonat.Disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dipengaruhi oleh suhu
maka semua titrasi dilakukan pada temperatur yang sama.
2.Dalam metode volhard
Metode ini digunakan untuk menentukan kandungan perak dalam suasana asam dengan
larutan standar kalium atau amonium tiosianat berlebih. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan
secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang
membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam suasana asam nitrat 0,5 1,5
N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan
menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat diamati.
3.Dalam metode fajans
Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi
seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan
oleh Ag+.Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah.
pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai.
2.6 INDIKATOR ARGENTOMETRI
a.Cara Mohr: Dilakukan dalam suasana netral, sebagai indikatornya
digunakan kalium kromat. Kalium kromat dibuat dengan melarutkan 10g
kalium kromat dengan aquades secukupnya hingga 100ml.digunakan untuk
mentitrasi larutan klorida dengan larutan baku perak nitrat. Titik akhir titrasi

ditentukan dengan terbentuknya perak kromat yang berwarna merah bata


(merah intensif).
b. Cara Volhard: Dilakukan dalam suasana asam dengan indikator Fe3+ dan
titikakhir titrasi dengan cara ini adalah merah yang berasal dariFe(SCN)2+.
c. Cara Fajans: Dilakukan dalam suasana sedikit asam, indikatornya
adalahindikator adsorpsi misalnya flourescen dan titik akhir titrasinya
adalah endapan merah atau rose.
2.7 APLIKASI ARGENTOMETRI DALAM ANALISIS OBAT DAN BAHAN
OBAT BESERTA CONTOH OBATNYA
1. Penetapan kadar amonium klorida (NH4Cl) dengan metode argentometri
Ditimbang seksama 100 mg sampel ,larutkan dalam 100ml
air,dipipet 10ml larutan kedalam erlenmeyer 250 ml ,ditambahkan larutan
sampel dengan 0,5-1ml larutan K2CrO4 5%,dititrasi larutan dengan larutan
AgNO3 0,1 N hingga titik akhir tercapai,dihitung kadar amonium klorida.
2.Penetapan Kadar Efedrin HCL Metode Pengendapan (Argentometri)
Ditimbang 250 mg efedrin HCl ,Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 250 ml,Dipipet
20 ml larutan Efedrin HCl ,Ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4 ,Dititrasi dengan larutan
AgNO3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning sampai terbentuk endapan merah bata.
3. Penetapan Papaverin HCL Dengan Metode Argentometri
Ditimbang seksama sempel papaverin HCL yang setara dengan 10ml
AgNO3 0,1 N ,larutkan dengan 100ml air suling ,tambhkan indikator K2CrO4
0,005 M dan titrasi dengan AgNO3 0,1 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna dari kuning menjadi merah coklat atau merah bata.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
a. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan
standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume
larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan ( Day and Underwood, 1992).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi argentometri
1. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu maka
pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada
larutannya.
2. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda
memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion
sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil
jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air,
hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OH- sehingga
akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk
mencuci endapan dalam metode gravimetri.

4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH,
hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya
endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan
bergabung dengan I- membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl
akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl.
c. Metode Metode Dalam Argentometri:
Metode Mohr
Metode Volhard
Metode Fajans
d. Aplikasi argentometri dalam analisis obat beserta contoh bahan dan obatnya:
1. Penetapan kadar amonium klorida (NH4Cl) dengan metode
argentometri
2. Penetapan Kadar Efedrin HCL Metode Pengendapan (Argentometri)
3. Penetapan Papaverin HCL Dengan Metode Argentometri
3.2 SARAN
Untuk pembelajaran kedepan sebaiknya dilkakukan pendalaman materi terhadap metode
titrasi argentometri karena sebagai seorang farmasis erat hubungannya dalam analisis kimia
berupa penentuan kadar suatu senyawa obat dan bahan obat. Sehingga sudah seharusnya kita
mengetahui dengan benar bagaimana konsep serta prinsip dari titrasi argentometri.

DAFTAR PUSTAKA
"http://evelyta-appe.blogspot.co.id/2013/06/argentometri.html"
"http://ilhammaulana24.blogspot.co.id/2013/01/laporan-praktikumkimia-reaksi_9551.html"
http://ilhammaulana24.blogspot.co.id/2013/01/laporan-praktikumkimia-reaksi_9551.html
http://evelyta-appe.blogspot.co.id/2013/06/argentometri.html
Day, R. A & Underwood, A. L.1992. Analisis kimia kuantitatif. Edisi kelima.
Erlangga:Jakarta
Khopkar, S. M.1990. Konsep Dasr Kimia Analitik, diterjemahkan oleh A.
Saptorahardjo. UI-Press. Jakarta.
Oxtoby, D.W., H.P. Gillis, N.H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern,
diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Edisi keempat. Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Petruci, Ralp H dan Suminar. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
Erlangga.
Rivai, Harrizul.1994.Asas Pemeriksaan Kimia. Padang: UI Press.
Svehla,G, 1985, VOGEL I : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro ,
P.T. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Syukri.1999. Kimia Dasar Jilid 2.Bandung: UI Press.
Tungadi, Robert. 2009.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan
Farmasi Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo

Voigt, R.,1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soewandhi,


S.N. UGM Press :Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai