Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

MEMBUAT LARUTAN

Disusun Oleh:

Nama : VIRAMITHA TUALEKA


Stambuk : 09320220345
Kelas/Kelompok : C10/4 (Empat)

Asisten

(SITI NUR ANNISA)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut
dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan
dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat
pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam
air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut
dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam)
dan mineral tertentu. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung di dalam
larutan air. Tubuh manusia menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam
bentuk larutan. Obat-obatan bisanya merupakan larutan air atau alkohol dari
senyawa fisiologis aktif. Larutan biasanya terdiri dari dua zat atau lebih
yang merupakan campuran homogen. Konsentrasi adalah kuantitas relatif
suatu zat tertentu di dalam larutan. Konsentrasi merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan cepat ataulambatnya reaksi berlangsung.
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat larut yang terdapat
dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar
solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi
atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecilsolut, maka
konsentrasinya rendah atau encer. Dalam praktikum ini diharapkan kita
dapat mengetahui bagaimana kita membuat larutan dengan konsentrasi
sesuai yang diperluakan, lalu diharapkan praktikan juga mampu membuat
larutan dengan pengenceran dengan berbagai konsentrasi. Larutan
didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat.
1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Mempelajari cara membuat larutan dari bahan cair dan padat
dengan tertentu.
1.2.2 Mengetahui temperatur mula mula hingga temperatur rata-rata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena
susunannya dapat berubah-ubah. Larutan merupakan bahan yang penting
untuk dipelajari terutama menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu
sendiri. Pengetahuan ini bermanfaat dalam memprediksi jenis pelarut yang
tepat dalam proses-proses tertentu, misalnya dalam isolasi bahan kimia dari
bahan alam tertentu, pelarut suatu bahan untuk berbagai keperluan praktis,
pengembangan teori terutama menyangkut campuran biner, campuran
terner, serta keperluan-keperluan lainnya dalam bidang sains dan teknologi
(Nugraha, 2021).
Sifat koligatif merupakan sifat larutan yang ditentukan oleh jumlah
molekul atau ion yang terdapat di dalam larutan. Hubungan antar sifat
koligatif dapat dikaji berdasarkan berat jenis larutan. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan hubungan antara berat jenis dengan sifat koligatif dari
campuran larutan (NaCl, KCl, Na-Benzoat) dan air zamzam. Tahap-tahap
penelitian ini terdiri atas preparasi sampel, variasi berat jenis, pengukuran
berat jenis (ρ) dan pengukuran tekanan osmosis (π) dengan menggunakan
osmometer. Data hasil pengukuran tekanan osmosis kemudian digunakan
untuk menghitung penurunan titik beku dan kenaikan titik didih dari rumus
yang sudah diturunkan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah molekul zat terlarut
dalam campuran larutan garam (NaCl, KCl, dan Na-Benzoat) akan
mempengaruhi sifat koligatif pada larutan tersebut, sehingga pada hubungan
sifat koligatif (tekanan osmosis, penurunan titik beku, dan kenaikan titik
didih) terhadap berat jenis menunjukkan hasil yang linier. Akan tetapi
penentuan sifat koligatif berdasarkan berat jenis (ρ) tidak dapat diberlakukan
terhadap air zamzam karena pada air zamzam terdapat ion-ion yang mudah
terdekomposisi jika variasi berat jenis dilakukan dengan cara penguapan
(Susi Rusdiani(1), 2017)
Dalam pelaksanaan pengukuran konsentrasi larutan, dibutuhkan
konsentrasi tertinggi sebagai referensi yang dalam hal ini larutan NaOH
dengan konsentrasi 80%, sehingga dari grafik hasil pengukuran diperoleh
nilai koefisien korelasi sebesar 0,999. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa transduser kapasitif mempunyai potensi yang tinggi sebagai alat
alternatif untuk mengukur konsentrasi larutan dengan cepat tanpa preparasi
sampel (Hidayatullah M, dkk 2019).
Asam oksalat dan menentukan kadar asam cuka yang diperdagangkan.
Dalam percobaan ini larutan dibuat dengan cara pengenceran kemudian
dilakukan titrasi dengan larutan-larutan standar tertentu sehingga didapatkan
harga konsentrasi dari larutan hasil pengenceran tersebut.
Selain itu dalam percobaan ini digunakan metode titrimetri untuk
menganalisa kadar suatu sampel dengan proses asidimetri maupun
alkalimetri. Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih.
Larutan mungkin berupa gas (seperti udara), padat (seperti kuningan), atau
cair (seperti air asin). Sebagai contoh, jika kita melarutkan satu sendok gula
dalam segelas air, air adalah pelarut dan gula adalah zat terlarut.
Tabel 2.1 Berbagai jenis larutan

Contoh Larutan Wujud Larutan Wujud Zat Terlarut Wujud Pelarut

Udara, gas alam Gas Gas Gas


Minyak wangi Cair Cair Cair

Perunggu, Padat Padat Padat


kuningan
Air berkarbonat Cair Gas Cair

Air laut, sirup Cair Padat Cair

Hidrogen dalam Padat Gas Padat


platina
Meskipun tidak selalu dapat dipakai sebagai pedoman, biasanya zat
yang hadir dalam jumlah yang lebih besar disebut sebagai pelarut (solvent)
dan zat yang hadir dalam jumlah yang lebih kecil disebut sebagai zat terlarut
(solute). Sebagai contoh, jika kita melarutkan satu sendok gula dalam
segelas air, air adalah pelarut dan gula adalah zat terlarut. Larutan yang
menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan berair (aqueous
solutions). Untuk memahami mengapa larutan berair bisa terbentuk maka
kita harus mengenal lebih dahulu tentang sifat air. Larutan adalah campuran
homogen dari dua zat atau lebih. Larutan mungkin berupa gas (seperti
udara), padat (seperti kuningan), atau cair (seperti air asin).
Air adalah salah satu zat yang paling penting di bumi. Air sangat
penting untuk mempertahankan reaksi yang membuat kita hidup. Air
membantu menjaga suhu bumi, mendinginkan mesin mobil, mendinginkan
pembangkit listrik tenaga nuklir, banyak dipakai dalam proses industri;
sarana transportasi pada permukaan bumi, media pertumbuhan sejumlah
makhluk, dan banyak lagi yang lainnya.
Salah satu sifat yang paling berharga dari air adalah kemampuannya
melarutkan berbagai macam zat. Dalam setiap kasus, meskipun garam atau
gula "menghilang" namun yakinlah bahwa zat tersebut jelas masih ada,
Untuk memahami proses ini, kita perlu mempertimbangkan sifat air. Air
terdiri dari kumpulan molekul H2O. Masing-masing molekul H2O berbentuk
V, dengan sudut H-O-H sekitar 105 derajat. Jika elektron dibagi sama rata
antara dua atom, keduanya akan bermuatan netral karena, rata-rata, jumlah
elektron disekitar atom oksigen memiliki daya tarik yang lebih besar bagi
elektron, elektron ikatan cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dekat
oksigen daripada ke salah satu dari dua hidrogen. Dengan demikian atom
oksigen sedikit kelebihan muatan negatif, dan atom hidrogen menjadi sedikit
positif.
Air juga dapat melarutkan banyak zat nonionik. Misalnya, etanol
(C2H5OH), adalah zat yang sangat larut dalam air. Mengapa etanol sangat
larut dalam air? Jawabannya terletak pada struktur molekul etanol, yang
ditampilkan dalam Gambar 2.3. Molekul etanol mengandung ikatan O–H
seperti molekul air, yang membuatnya sangat larut dalam air. Interaksi air
dengan etanol diwakili dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Senyawa etanol

Banyak juga zat yang tidak larut dalam air. Air murni tidak akan
melarutkan lemak hewan, karena molekul lemak nonpolar dan tidak
berinteraksi secara efektif dengan molekul air yang polar. Secara umum,
molekul polar dan ion akan lebih larut dalam air daripada zat-zat nonpolar,
karena dalam hal ini berlaku kaidah "yang serupa akan saling melarutkan"
atau lebih dikenal dengan kaidah “Like dissolves like”. Aturan ini sangat
berguna untuk memprediksi kelarutan.
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena
susunannya dapat berubah-ubah. Larutan merupakan bahan yang penting
untuk dipelajari terutama menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu
sendiri. Pengetahuan ini bermanfaat dalam memprediksi jenis pelarut yang
tepat dalam proses-proses tertentu, misalnya dalam isolasi bahan kimia dari
bahan alam tertentu, pelarut suatu bahan untuk berbagai keperluan praktis,
pengembangan teori terutama menyangkut campuran biner, campuran
terner, serta keperluan-keperluan lainnya dalam bidang sains dan teknologi
(Nur Aisah Malau, 2021).
Density Functional Theory (DFT) adalah salah satu metode yang
digunakan untuk perhitungan secara komputasi. Metode ini memiliki
kelebihan dibandingkan metode sebelumnya yaitu dapat menghitung
senyawa kompleks yang lebih sederhana, cepat dan terpenting hasilnya tidak
jauh berbeda dengan data riset laboratorium. Dalam hal ini metode Density
Functional Theory (DFT) mengandalkan densitas electron sebagai besaran
dasarnya maka persamaan scrodinger dapat diselesaikan dengan lebih
mudah dan sederhana (Nur Aisah Malau, 2021).
Telah banyak dilakukan penelitian tentang kajian energi dan struktur
pada interaksi antar molekul pada pelarut-pelarut organik seperti pada
pengembangan metode penentuan jenis pelarut senyawa – senyawa organik
berdasarkan kajian termodinamika kimia melalui pendekatan pemodelan
molekul dan eksperimen dilaboratorium. yang membahas tentang studi
termodinamika dan kimia kuantum pada konversi chorismate menjadi
pirupat dan 4 hidroksi benzoat. Yang membahas tentang pengaruh mekanika
kuantum terhadap energi bebas pelarutan ion menggunakan metode
komputasi, yang membahas tentang pengaruh mekanika terhadap energi
bebas pelarutan ion menggunakan metode komputasi, yang membahas
tentang simulasi klasik dan kuantum pada larutan tripton, yang membahas
simulasi molekul dinamis klasik pada air dan es, yang membahas studi
ikatan hidrogen sistem metanol-metanol dan etanol-etanol dengan metode
molekular dinamik (Nur Aisah Malau,2021).
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat
yang jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang
jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja
dipilih zat yang lebih sedikit sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya,
tetapi di sini akan digunakan pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut
dan terlarut. Campuran yang dapat saling melarutkan satu lama lain dalam
segala perbandingan dinamakan larutan “miscible”. Udara merupakan
larutan miscible. Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fasa
dinamakan cairan “immiscible”.
Suatu larutan sudah pasti berfasa tunggal. Larutan merupakan
campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih. Suatu larutan terdiri
dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Berdasarkan wujud dari
pelarutnya, suatu larutan dapat digolongkan ke dalam larutan padat, cair
ataupun gas. Zat terlarut dalam ketiga fasa larutan tersebut juga dapat berupa
gas, cair ataupun padat. Campuran gas selalu membentuk larutan karena
semua gas dapat saling campur dalam berbagai perbandingan.
Dalam larutan cair, cairan disebut “pelarut” dan komponen lain (gas
atau zat padat) disebut “terlarut”. Jika dua komponen pembentuk larutan
adalah cairan maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya
tidak berubah dinamakan pelarut. Contoh, 25 gram etanol dalam 100 gram
air, air disebut sebagai pelarut, sedangkan etanol sebagai zat terlarut, sebab
etanol lebih sedikit daripada air. Contoh lain adalah sirup, dalam sirup, gula
pasir merupakan komponen paling banyak daripada air, sementara zat yang
jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak, tetapi gula
dinyatakan sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarut, sebab struktur air
tidak berubah, sedangkan gula berubah dari padat menjadi cairan.

2.2 Jenis-Jenis Larutan

2.2.1 Larutan Ideal dan Non-Ideal


Dalam suatu sistem, atom-atom, ion-ion, dan molekul-molekul
nyata saling mempengaruhi satu sama lain sehingga perilakunya sukar
diramalkan secara tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku zat
nyata menimbulkan cara atau model yang dapat menjelaskan prilaku
secara teoritis, dinamakan hukum ideal. Oleh karena itu, muncul istilah
larutan ideal, sebagai upaya untuk menjelaskan keadaan sistem dari
larutan nyata.
Molekul-molekul gas ideal dipandang sebagai molekul-molekul
bebas yang tidak berantaraksi satu sama lain. Dalam larutan cair
pendekatan keidealan berbeda dengan gas ideal. Dalam larutan ideal
partikel-partikel pelarut dan terlarut yang dicampurkan berada dalam
kontak satu sama lain. Pada larutan ideal dengan zat terlarut molekuler,
gaya antaraksi antara semua partikel pelarut dan terlarut setara.
Dengan kata lain, dalam larutan ideal, misalnya zat A dan zat B, gaya
antar partikel: AA; AB atau BB adalah sama. Benzen dan
toluen memiliki gaya antaraksi mendekati sama sehingga jika
dicampurkan akan mendekati larutan ideal.
Larutan ideal dengan zat terlarut ionik didefinisikan sebagai
larutan yang ion-ionnya dalam larutan bergerak bebas satu sama lain,
dan baku tarik hanya terjadi dengan molekul pelarut. Untuk larutan
ionik yang sangat encer dapat dikategorikan mendekati perilaku ideal
sebab ion-ion dalam larutan itu saling berjauhan akibatnya antaraksi
elektrostatisnya lemah.
Komponen dalam larutan ideal memberikan sumbangan terhadap
konsentrasi larutan sangat efektif. Contoh seorang perenang dalam
kolam renang sendirian. Dia dapat pergi ke mana saja sesuai
kehendaknya, dan dia memberikan sumbangan terhadap konsentrasi
kolam sepenuhnya dalam kolam renang (1 perenang /kolam). Jika
terdapat 25 perenang dalam kolam itu, keefektifan masing-masing
perenang untuk menjelajah kolam turun akibat dari tabrakan atau
desakan satu sama lain sehingga keefektifan konsentrasi akan lebih
kecil dari 25 perenang/kolam yang seharusnya.
Dalam larutan non-ideal, gaya antar atom-atom, ion-ion atau
molekulmolekul harus dipertimbangkan dalam perhitungan. Sebagai
contoh perhatikan daya hantar listrik larutan elektrolit kuat, misalnya
NaCl. Jika larutan NaCI sangat encer kurang dari 0,01 M, daya
hantarnya diharapkan sesuai dengan disosiasi garam ke dalam ion-
ionnya, tetapi jika konsentrasi larutan besar perbedaan antara harapan
dan amatan menjadi lebih besar. Penyebabnya, ion-ion berlawanan
muatan mengadakan baku tarik satu sama lain, baku tarik ini
menimbulkan ion-ion saling berdekatan sehingga larutan jadi lebih
pekat. Setiap ion dikelilingi oleh molekul pelarut yang berlawanan
muatan, kecenderungan ini dapat menghambat laju ion-ion menuju
elektroda yang menyebabkan daya hantar listriknya lebih rendah dari
harapan. Pengaruh ini menjadi lebih besar jika larutan lebih pekat atau
jika ion-ion mempunyai muatan lebih besar dari satu, seperti MgSO4.
2.2.2 Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit
Dalam larutan cair, zat padat dapat berada dalam bentuk ion-
ionnya maupun molekulernya. Jika NaCl terlarut dalam air, ion Na +
dan ion Cl masing-masing terhidrasi dalam air, dan ion-ion yang
terhidrasi itu secara bebas dapat bergerak ke seluruh medium larutan.
Akan tetapi apabila glukosa atau etanol larut dalam air, zat-zat tersebut
tidak berada dalam bentuk ioniknya melainkan dalam bentuk
molekulernya.
Zat-zat yang di dalam air membentuk ion-ion dinamakan zat
elektrolit, dan larutan yang dibentuknya dinamakan larutan elektrolit.
Secara eksperimen larutan elektrolit dapat diketahui dari sifatnya,
misalnya dapat menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang tergolong
elektrolit, yaitu asam, basa, dan garam.
Zat-zat seperti etanol dan glukosa yang di dalam pelarut air
membentuk molekuler dinamakan non-elektrolit, dan larutan yang
dibentuknya dinamakan larutan non-elektrolit. Dalam keadaan murni,
asam merupakan senyawa kovalen, tetapi jika dilarutkan ke dalam air
akan terurai menjadi ion-ionnya.
HCl(g) + H2O()  H3O + (aq) + CI (aq)

Umumnya basa merupakan senyawa ionik. Misalnya, NH 3


adalah contoh basa yang dalam keadaan murni berupa senyawa
kovalen.
NH3(g) + H2O(l)  NH4 + (aq) + OH (aq)

Semua garam merupakan senyawa ionik. Jika garam dilarutkan


dalam air, ion-ion garam akan melepaskan diri dari kisi-kisi kristal
yang selanjutnya terhidrasi di dalam pelarut air.

Na+Cl (s)+ H2O(l)  Na+ (aq) + CI- (aq)


Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air dinamakan
elektrolit kuat, sedangkan zat elektrolit yang hanya terurai sebagian
membentuk ion-ionnya di dalam air dinamakan elektrolit lemah. Asam
dan basa yang merupakan elektrolit kuat disebut asam kuat dan basa
kuat. Asam dan basa yang hanya terionisasi sebagian di dalam air
dinamakan asam lemah dan basa lemah. Selain HCl, HBr, HI, HNO3,
H2SO4, dan HClO4, umumnya tergolong asam lemah. Basa kuat adalah
hidroksida dari logam alkali dan alkali tanah kecuali berlium. Lemah
atau kuatnya suatu asam dan basa tidak ada kaitannya dengan
kereaktifan asam atau basa. Larutan HF, misalnya merupakan asam
lemah yang hanya 8% terionisasi dari larutan sebesar 0,1 M, tetapi
larutan HF sangat reaktif terhadap banyak zat, termasuk terhadap gelas
(polisilikat).

2.2.3 Larutan Jenuh, Tak Jenuh, dan Lewat Jenuh


Kepekatan larutan secara kualitatif sering juga diungkapkan
dengan istilah jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh dari zat
X adalah larutan yang di dalamnya terdapat zat X terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan zat X yang tidak larut. Untuk membuat larutan
jenuh NaCl dalam air pada 25°C, kita harus menambahkan NaCl
berlebih ke dalam air dan mengaduknya terus sampai tidak ada lagi
NaCl yang melarut. Larutan jenuh NaCl pada 25°C mengandung
36,5gram NaCl per 100gram air. Penambahan NaCl berikutnya ke
dalam larutan jenuh NaCl tidak akan mengubah konsentrasi larutan.
Larutan tak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi
lebih kecil daripada larutan jenuh. Larutan NaCl pada 25°C yang
mengandung NaCl kurang dari 36,5gram disebut larutan tak jenuh.
Dalam larutan tak jenuh belum dicapai kesetimbangan antara zat
terlarut dan zat yang tidak larutnya. Jika zat terlarut ditambahkan ke
dalam larutan maka larutan mendekati jenuh.
Larutan lewat jenuh menunjukkan keadaan yang tidak stabil,
sebab larutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi
konsentrasi kesetimbangannya. Larutan lewat jenuh umumnya terjadi
jika larutan yang sudah melebihi jenuh pada suhu tinggi diturunkan
sampai mendekati suhu kamar. Misalnya, natrium asetat, CH3COONa
dengan mudah dapat membentuk larutan lewat jenuh dalam air.
Pada suhu 20°C, kelarutan natrium asetat mencapai jenuh pada
46,5 gram per 100gram air. Pada 60°C, garam natrium asetat mencapai
jenuh dalam 100gram air sebanyak 80 gram. Apabila larutan jenuh
natrium asetat pada 60°C didinginkan sampai 20°C tanpa diguncang
atau diaduk maka kelebihan natrium asetat masih berada dalam
larutan. Keadaan lewat jenuh ini dapat dipertahankan selama tidak ada
“inti” yang dapat mengawali rekristalisasi. Jika sejumlah kecil kristal
natrium asetat ditambahkan maka rekristalisasi segera berlangsung
hingga dicapai keadaan jenuh. Serpihan kristal natrium asetat yang
ditambahkan tadi menjadi “inti” peristiwa rekristalisasi.

2.3 Proses Pelarutan

Bagaimana proses yang terjadi ketika suatu zat dicampurkan


membentuk suatu larutan. Hal ini bergantung pada struktur dan sifat zat
yang akan dicampurkan. Zat-zat yang memiliki struktur sama atau mirip
dengan zat yang akan dicampurkan akan mudah saling melarutkan,
sebaliknya zat-zat yang berbeda struktur satu dengan lainnya, tidak akan
saling melarutkan. Selain itu, kepolaran suatu zat akan membantu
meramalkan kelarutan zat.
2.3.1 Pelarutan Cair-cair
Dalam membahas pelarutan zat cair dalam zat cair lainnya,
banyak Ilmuwan kimia mengemukakan istilah “like dissolved like”
sebagai prinsip umum untuk menyatakan pelarutan. Istilah ini
mempunyai makna bahwa zat-zat cair yang mempunyai struktur serupa
akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan,
sebab molekul-molekul zat cair yang dicampurkan mempunyai gaya
tarik antar molekul sama atau hampir sama dalam jenis maupun
kekuatan ikatannya.
Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan pelarut tidak
mempengaruhi proses pelarutan selama perbedaannya tidak terlalu
besar. Kloroform (CHCl3) yang polar dan karbon tetraklorida (CCl4)
yang nonpolar dapat saling melarutkan dalam segala perbandingan.
Kedua zat tersebut tampak memiliki sifat pelarut yang sama yakni
merupakan pelarut berbagai senyawa karbon, seperti hidrokarbon,
lemak, dan minyak. Hal ini menunjukkan gaya tarik antarmolekul
dalam CHCl3 dan CCl4 mendekati sama, sekalipun kepolarannya beda.
Berdasarkan kasus ini tampak bahwa sumbangan gaya dipol sangat
kecil dalam pelarutan CHCl3 dalam CCl4.
Sering dijumpai zat-zat nonpolar mempunyai kelarutan sangat
kecil di dalam air. Contohnya, minyak bumi yang merupakan
campuran hidrokarbon tidak larut dalam air. harus mampu
memecahkan ikatan hidrogen yang mengikat sesama molekul air.
Namun demikian, tidak ada gaya antaraksi antarmolekul C 5H12 dan
H2O yang dapat disumbangkan sebagai energi untuk memecahkan
ikatan hidrogen antarmolekul air. Oleh karena itu, kelarutan pentana
dalam air sangat kecil.
Banyak cairan zat organik larut dalam air secara mudah.
Kebanyakan zat organik yang larut dalam air adalah yang mengandung
oksigen dan memiliki massa molekul rendah, contohnya metanol dan
etanol. Banyak cairan zat organik larut dalam air secara mudah. Baik
metanol maupun etanol larut dalam air dalam segala perbandingan.
Kedua golongan alkohol itu mengandung gugus hidroksil (OH)
seperti halnya yang terdapat dalam molekul air (HOH).
Disamping itu, keadaan molekuler dari senyawa-senyawa di atas
terikat antarsesamanya melalui ikatan hidrogen, akibatnya metanol dan
etanol mudah larut dalam air. Dengan kata lain, gaya atraksi antara
molekul alkohol dan air dalam larutan mendekati sama dengan gaya
atraksi antarmolekuler dalam keadaan cairan murninya. Dengan
bertambahnya atom karbon pada molekul alkohol, kelarutan alkohol
dalam air berkurang. Fraksi mol n-butanol dalam larutan jenuh pada
20°C hanya sekitar 0,02. Sedangkan kelarutan oktanol, C 8H17OH
dalam keadaan jenuh pada suhu yang sama sekitar 0,0008. Dengan
bertambahnya atom karbon pada molekul alkohol, kelarutan alkohol
dalam air berkurang. Fraksi mol n-butanol dalam larutan jenuh pada
20°C hanya sekitar 0,02. Kecenderungan ini terjadi juga pada berbagai
jenis senyawa organik. Adanya kecenderungan berkurangnya kelarutan
senyawa karbon dalam air dengan bertambahnya panjang rantai
karbon, disebabkan oleh makin panjang rantai atom karbon makin
banyak ikatan hidrogen dalam air yang harus dipecahkan pada waktu
molekul-molekul itu melarut.

2.3.2 Pelarutan Padat-Cair


Zat padat umumnya mempunyai kelarutan terbatas dalam pelarut
cair. Fraksi mol I2 dalam CCl4 mencapai jenuh pada 25°C sekitar
0,011. Jika dibandingkan dengan Br2 yang berwujud cair pada suhu
yang sama tidak mempunyai batas kelarutan dalam CCl4 sehingga Br2
dalam CCl4 tidak dapat membentuk larutan jenuh.
Perbedaan gaya tarik antarmolekuler menyebabkan zat padat
mempunyai kelarutan terbatas di dalam suatu pelarut. Gaya tarik
antarmolekuler dalam zat padat lebih besar daripada gaya tarik
antarmolekuler dalam zat cair untuk suhu yang sama sehingga dapat
diduga bahwa gaya tarik antarmolekul I2(s) lebih besar daripada gaya
tarik antarmolekul CCl4(). Oleh sebab itu, kelarutan I2 dalam CCl4
relatif rendah.
Keadaan ini didukung oleh fakta bahwa zat padat dengan titik
leleh lebih rendah akan memiliki kelarutan lebih besar dibandingkan
dengan zat padat yang memiliki titik leleh lebih tinggi untuk struktur
molekuler yang serupa.
Zat padat non-polar atau sedikit polar memiliki kelarutan tinggi
dalam zat cair yang memiliki kepolaran rendah, tetapi kelarutannya
rendah dalam pelarut polar. DDT, misalnya memiliki struktur serupa
dengan CCl4 dan CHCl3 sehingga DDT larut baik dalam pelarut non-
polar atau sedikit polar sebagaimana halnya CCl4 dan CHCl3
dibandingkan dalam pelarut polar seperti air.
2.3.3 Pelarutan Gas-Cair
Terdapat dua prinsip utama berkaitan dengan kelarutan gas
dalam cairan. Pertama, makin tinggi titik cair suatu gas, gaya tarik
antarmolekul makin mendekati sifat cairan. Dengan demikian, gas
dengan titik cair lebih tinggi memiliki kelarutan lebih besar. Kedua,
pelarut yang paling baik untuk suatu gas adalah pelarut yang
mempunyai gaya tarik antarmolekul mirip dengan yang dimiliki oleh
gas.

2.4 Campuran
Campuran adalah kombinasi dari dua atau lebih zat di mana tiap-tiap
zat masih mempertahankan identitasnya masing-masing yang berbeda.
Seperti zat murni, campuran dapat berupa padatan, cairan atau gas. Beberapa
contoh campuran yang akrab dengan kehidupan kita adalah, es jus, air laut,
dan udara.
Campuran tidak memiliki komposisi konstan yang universal. Oleh
karena itu, sampel udara yang dikumpulkan di lokasi yang berbeda akan
berbeda komposisinya karena perbedaan ketinggian, polusi, dan faktor
lainnya. Berbagai macam es jus, sangat mungkin berbeda dalam komposisi
karena penggunaan berbagai macam buahnya, atau mungkin perbedaan
dalam pengolahan, kemasan, dan sebagainya.
Campuran dari dua zat atau lebih yang seragam dan sama di semua
bagiannya disebut campuran homogen, sedangkan campurannya yang tidak
seragam disebut campuran heterogen. Campuran tidak memiliki komposisi
konstan yang universal. Oleh karena itu, sampel udara yang dikumpulkan di
lokasi yang berbeda akan berbeda komposisinya. Campuran adalah
kombinasi dari dua atau lebih zat di mana tiap-tiap zat masih
mempertahankan identitasnya masing-masing yang berbeda.
Campuran natrium klorida dalam air adalah campuran homogen karena
komposisi campuran adalah seragam di seluruh bagiannya. Kita tidak bisa
membedakan komponen dari campuran homogen seperti air garam, karena
semua bagian sampel memiliki komposisi yang sama. Jika kita mencampur
pasir dengan kikiran besi, maka pasir dan kikiran besi tetap berbeda dan
masing-masing dapat dilihat. Jenis campuran heterogen ini memiliki
komposisi yang tidak seragam di setiap bagiannya.
Campuran, baik yang homogen maupun heterogen, dapat dipisahkan
menjadi zat-zat penyusunnya tanpa mengubah identitas masing-masing zat.
Untuk memisahkan campuran pasir besi, Anda dapat menggunakan magnet
untuk menarik kikiran besi dari pasir. Campuran garam dapur air dapat
dipisahkan melalui penguapan (evaporasi). Garam dapur padat akan
tertinggal, dan komponen air yang menguap dapat dipulihkan dengan cara
kondensasi. Setelah pemisahan, komponen campuran akan memiliki
komposisi dan sifat-sifat yang sama seperti sifat mereka sebelum dicampur.
2.5 Konsentrasi Larutan
Reaksi kimia sering berlangsung ketika dua larutan dicampur. Untuk
melakukan perhitungan stoikiometri dalam kasus tersebut, kita harus tahu
dua hal: (1) sifat reaksi, yang tergantung pada sifat-sifat bahan kimia yang
ada dalam larutan, dan (2) jumlah bahan kimia yang hadir dalam larutan,
biasanya dinyatakan sebagai komposisi. Jadi komposisi itu digunakan untuk
menyatakan banyaknya masing-masing komponen yang hadir dalam suatu
larutan.
Jika suatu larutan dalam air dicampur dengan larutan lainnya, yang
bereaksi biasanya adalah zat terlarut. Untuk menyatakan banyaknya zat
terlarut dalam suatu larutan atau dalam sejumlah pelarut digunakan istilah
konsentrasi. Jadi konsentrasi larutan menunjukkan banyaknya zat terlarut
dalam suatu larutan atau dalam sejumlah pelarut. Walaupun istilah
konsentrasi lebih populer daripada komposisi, namun keduanya dapat Anda
gunakan. Apabila jumlah zat terlarut banyak, secara kualitatif disebut larutan
pekat dan jika jumlah zat terlarutnya sedikit maka larutannya disebut encer.
Secara kuantitatif, konsentrasi larutan dapat digambarkan dalam
berbagai cara, seperti yang kita akan bahas dalam kegiatan belajar ini. Jika
suatu larutan dalam air dicampur dengan larutan lainnya, yang bereaksi
biasanya adalah zat terlarut. Di antara banyak cara menyatakan konsentrasi,
yang akan kita bahas dalam kegiatan belajar ini adalah persen massa, fraksi
mol, molaritas, molalitas, dan part per million (ppm) atau bagian per juta
(bpj). Agar bisa menyatakan konsentrasi dalam berbagai cara maka kita akan
mempelajari cara mengubah satuan konsentrasi ke satuan konsentrasi
lainnya dan mengubah besarnya konsentrasi melalui pengenceran atau
penambahan pelarut.
2.5.1 Fraksi Mol
Fraksi mol adalah banyaknya mol suatu komponen dibagi dengan
banyaknya mol total semua komponen dalam larutan. Fraksi mol juga
banyak digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koligatif larutan,
misalnya dalam larutan terdapat n mol zat terlarut A atau n mol zat B
pelarut. Oleh karena itu, fraksi mol dapat ditentukan berdasarkan
rumus. Fraksi mol adalah pernyataan konsentrasi suatu larutan yang
menyatakan perbandingan mol zat terlarut terhadap jumlah mol total
komponen larutan. Fraksi mol merupakan salah satu satuan konsentrasi
larutan selain molalitas dan juga molaritas.
Cara kedua menyatakan konsentrasi yang akan kita bahas adalah
fraksi mol yang umumnya diberi simbol 𝑥 (huruf 𝑥 kecil). Fraksi mol
menyatakan banyaknya mol zat terlarut dibagi jumlah mol total (yakni
jumlah mol zat terlarut ditambah jumlah mol pelarut), sehingga fraksi
mol dapat dihitung dengan rumus:

mol massa terlarut


fraksi mol zat terlarut =
mol total
Fraksi mol ini bisa dibilang merupakan bagian dari zat terlarut
atau zat pelarut dari mol totalnya.Apabila zat terlarutnya adalah zat A
dan pelarutnya adalah zat B, maka fraksi mol A secara simbolis
dihitung dengan rumus:
nA
XA =
n A +n B

Dengan xA adalah fraksi mol zat A, 𝑛A adalah mol zat A, dan 𝑛B


adalah mol zat B.
Untuk menghitung fraksi mol zat terlarut, kita harus menghitung
mol masing-masing komponen terlebih dahulu yaitu menghitung mol
zat terlarut dan menghitung mol pelarut. Ingat jumlah mol senyawa A
(𝑛A) dapat dihitung dengan rumus:
1 mol A
NA = massa a×
massa 1 mol A

Satuan massa adalah gram (g) sehingga satuan massa bisa saling
dicoret dan di dapatkan mol A. Fraksi mol ini bisa dibilang merupakan
bagian dari zat terlarut atau zat pelarut dari mol totalnya. Fraksi mol
adalah pernyataan konsentrasi suatu larutan yang menyatakan
perbandingan mol zat terlarut terhadap jumlah mol total komponen
larutan.
2.5.2 Molaritas
Molaritas adalah salah satu ukuran kelarutan yang menyatakan
jumlah mol suatu zat per volume larutan. Molaritas ini dilambangkan
dengan huruf “M” dengan satuannya molar atau M yang setara dengan
mol/liter. Rasa asam atau manis yang kita rasakan, itu dihasilkan dari
suatu padatan yang dilarutkan dalam cairan. Contohnya ialah, untuk
menghasilkan rasa manis, maka kita memerlukan gula untuk dilarutkan
dalam air.
Molaritas dalam konsentrasi larutan dikenal dengan istilah
konsentrasi molar atau molaritas dengan simbol yang dimiliki yaitu M.
Molaritas digunakan untuk mendapatkan konsentrasi larutan secara
kuantitatif. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu Solut dalam larutan
dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter. Molaritas
menyatakan banyaknya mol solute yang terdapat dalam 1liter atau
1000 mL larutan. Molaritas atau Kemolaran menyatakan jumlah mol
zat terlarut dalam 1 literlarutan. Satuan kemolaran adalah molar dan
diberi notasi M.
Molaritas digunakan untuk mendapatkan konsentrasi larutan
secara kuantitatif. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu Solut dalam
larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.
Rasa asam atau manis yang kita rasakan, itu dihasilkan dari suatu
padatan yang dilarutkan dalam cairan. Cara ketiga menyatakan
konsentrasi yang akan kita bahas adalah molaritas. Molaritas
menyatakan banyaknya mol zat terlarut dibagi volume total larutan
dalam satuan liter, sehingga satuan molaritas adalah mol per liter (mol
L-1). Satuan mol L-1 ini diberi simbol M (huruf besar M). Molaritas
larutan dapat dihitung dengan rumus:
mola zat terlarut
M=
liter larutan

2.5.3 Molalitas
Molalitas adalah besaran turunan yang memiliki satuan. Dilansir
dari ChemistryGod, satuan standar molalitas adalah mol per kilogram
(mol/kg) atau kerap disebut sebagai molal. Molal biasanya
dilambangkan dengan huruf “m”. Misalnya, molalitas suatu larutan
adalah 12 mol/kg, maka dapat dinyatakan sebagai 12 molal atau 12 m.
Persen massa merupakan satuan konsentrasi yang juga biasa
digunakan dalam larutan kimia. Contohnya adalah larutan yang bisa
kita temukan sehari-hari yaitu larutan alkohol 75% dan larutan asam
cuka 24%. Persen masa adalah jumlah gram zat terlarut dalam
100gram massa larutan. Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut
dalam satu liter larutan. Molaritas dapat dikonversikan menjadi
molalitas, yaitu dengan merubah volume larutan menjadi massa
larutan. Molalitas ini adalah satuan konsentrasi yang menyatakan
jumlah mol zat yang terdapat pada 1 kg pelarut dengan satuan mol.
Jika, molaritas memiliki satuan Molar (M), berbeda dengan molalitas
yang memiliki satuan dalam molal (m).
Cara keempat menyatakan konsentrasi yang akan kita bahas
adalah molalitas. Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut
dibagi massa pelarut dalam satuan kilogram, sehingga satuan molalitas
adalah mol per kg (mol kg-1). Satuan mol kg-1 ini diberi simbol m
(huruf kecil m). Molalitas larutan dapat dihitung dengan rumus:

mol zat terlarut


m=
kilogram pelarut

2.5.4 Part Per Million (PPM)


Part per Million (PPM) adalah “Bagian per Sejuta Bagian” yaitu
satuan konsentrasi yang sering dipergunakan dalam di cabang Kimia
Analisa. Satuan PPM sering digunakan untuk menunjukkan kandungan
suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam
air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan
yodium dalam garam yang dinyatakan dalam PPM. PPM adalah istilah
dalam ilmu kimia singkatan dari part per milion atau dapat diartikan
perbandingan konsentrasi zat terlarut dan pelarutnya. PPM atau “Part
per Million” jika dibahasa Indonesia kan akan menjadi “Bagian per
Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan
dalam di cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk
menunjukkan kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya
kandungan garam dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai,
atau biasanya kandungan yodium dalam garam juga dinyatakan dalam
ppm.
Satuan bagian per juta (Ppm) dan bagian per miliar (Ppb = part
per billion) sering digunakan oleh kimiawan lingkungan. Secara
umum, 1 Ppm berarti 1 bagian dari zat terlarut untuk setiap 106 bagian
larutan. Secara matematis, berdasarkan massa maka:
μg zat terlarut mg zat terlarut
Ppm= =
g larutan kg larutan

Dalam kasus konsentrasi larutan sangat encer, konsentrasi 1


ppm sama dengan 1 μg zat terlarut per 1 mL larutan karena untuk
pelarut air maka massa 1 mL larutan sama dengan 1 g (ingat, densitas
air 1 g mL-1). Bagian per miliar didefinisikan dengan cara yang sama.
Ilmuwan ahli atmosfer sering menggunakan rasio pencampuran
untuk mengekspresikan konsentrasi senyawa yang jumlahnya sangat
kecil di udara. Rasio pencampuran sering dinyatakan sebagai ppmv
(bagian per juta volume). Jika volume A diketahui maka:

volume A pada STP 6


PpmvA = × 10
volume tetap udara pada STP

Ppm adalah istilah dalam ilmu kimia singkatan dari part per
milion atau dapat diartikan perbandingan konsentrasi zat terlarut dan
pelarutnya. Berarti untuk dosis obat mengatakan gunakan 1 Ppm, maka
gunakan 1 bagian obat itu untuk satu juta bagian pelarutnya misalkan
air.
2.5.5 Pengenceran
Pengenceran Larutan adalah proses penurunan Konsentrasi
larutan dengan penambahan zat pelarut seperti air ke dalam Larutan
yang pekat untuk menurunkan Konsentrasi Larutan dari yang semula
pekat menjadi lebih encer guna keperluan didalam Laboratorium.
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja,
sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Labu ukur Gambar 3.2 Gelas ukur

Gambar 3.3 Neraca analitik Gambar 3.4 Batang pengaduk


Gambar 3.5 Corong Gambar 3.6 Pipet tetes

3.2 Bahan
a. Padatan NaOH (Natrium Hidroksida)
b. Larutan CH3COOH (Asam Asetat) atau HCl (Asam Klorida) pekat
c. Aquadest

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Bahan Padat


Pertama-tama kelompok kami menyediakan alat dan bahan yang
digunakan. setelah itu kami menimbang gelas piala 100 mL dalam
keadaan kosong, setelah kami timbang kami catat. Kemudian kami
menimbang NaOH dengan berat tertentu ke dalam gelas piala 100 mL,
setelah menimbang kami juga mencatatanya. Selanjutnya kami
melarutkan NaOH dengan aquadest dan memasukkannya kedalam
labu ukur 100 mL, dengan bantuan corong. Kemudian kami
menghimpitkan hingga tanda garis atau miniskus dan larutan kemudian
dihomogenkan dan kami memberi label sesuai dengan konsentrasinya.

3.3.2 Bahan Cair


Pertama-tama kelompok kami menyediakan alat dan bahan yang
digunakan setelah itu kemudian memipet larutan HCl pekat dengan
volume tertentu kedalam labu ukur 100 mL yang telah berisi aquadest
± setengah volume labu ukur tersebut. Selanjutnya kami menambahkan
aquadest hingga garis miniskus (menghimpitkan) kemudian
didinginkan. Dan larutan kemudian kami homogenkan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan

a.Bobot NaOH : 4,0634 gr


b. Volume HCl : 12 mL
c.Volume larutan : 100mL = 0,1 L
d. BJ HCl : 1,19 gr/mol
e.Bm NaOH : 4.0 gr/mol
f. % HCl : 38%
g. Mr HCl : 36,5 g/mol
4.2 Reaksi

Tidak ada reaksi.

4.3 Perhitungan

Pembuatan larutan NaOH 1 M dalam 100 mL

w
M=
Mr ×v

gram
= g
× 0,1
m

4,0634
=
4 × 0,1

4,0634
=
0,4

= 10,15

w = M × Mr × V
w = 10,15 mol/L × 4,0 g/mol × 0,1 L

= 4,06 g

Pembuatan larutan HCl dari larutan HCl pekat

% × Bj ×1000
M HCl =
Mr HCl

38
×1,19 g /mol ×1000
M HCl = 100
36,5 g/mol

M HCl = 12,389 mol/L

Pembuatan larutan HCl 0,5 M, 100mL

V1 . M1 = V2 . M2

100 mL ×0,5 M 50
V1. 4M = = =12,5 mL
4 4

4.4 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan larutan dilakukan dua kali percobaan yaitu
percobaan membuat larutan dari bahan padat dan cair. Pada percobaan
membuat larutan dari bahan padat menggunakan padatan NaOH. Padatan
NaOH yang ditimbang menggunakan neraca analitik seberat 4 g lalu
dicampur dengan aquadest di dalam gelas ukur 100 ml. Padatan NaOH yang
diaduk hingga Merata menggunakan batang pengaduk tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml menggunakan corong kaca.
Kemudian semua alat dibilas dan air bilasannya pun ikut dimasukkan ke
dalam labu takar kemudian ditambahkan aquadest hingga batas miniskus.
Pada percobaan membuat larutan dari bahan cair yaitu dengan
menggunakan larutan HCl pekat, di mana pada percobaan ini di pipet 10 ml
larutan HCl pekat kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml yang
sudah terisi dengan aquadest sekitar 50 ml. Setelah itu, dibiarkan larutan
tersebut menjadi dingin kemudian tambahkan lagi aquadest nya hingga
mencapai batas miniskus. Setelah ditambahkan aquadest, tutup labu takar
dan bolak balikan labu takar tersebut dan dilakukan selama beberapa kali.
Setelah pengenceran dan persen beratnya sebesar 38%.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa untuk


membuat 100 mL larutan NaOH 0,1 N dibutuhkan padatan NaOH sebanyak
4 gram. Sedangkan untuk membuat 100 mL larutan HCl 0,5 M dipipet
sebanyak 12,5 mL larutan HCl 4 M.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sarana dan prasarana lebih di tingkatkan agar kedepannya lebih
nyaman dalam praktikum.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Untuk asisten kami di percobaan kedua kelompok kami, secara
keseluruhan sangat baik dan saya berharap asisten kami dapat terus
berbagi ilmunya kepada kami. Dan kami harap semoga kedepannya
dapat lebih sabar untuk membimbing dan mendampingi praktikan-
praktikan hingga praktikum selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Hidayatullah1, K. T. (2018). Pengukuran Konsentrasi Larutan


Sodium Hidroksida (NaOH) Dengan Transdus Kapasitif. Yogyakarta:
DOI:10.25077/jif.10.1.17-27.2018.
Nugraha, N. A. (2021). Study of Energy and Structure on Interactions Between
Molecules In Solvents - Organic Solves Using Computational. Sumatera
utara : https://media.neliti.com/.
Susi Rusdiani(1), D. S. (2017). Perbandingan Sifat Koligatif Campuran Larutan
Garam (NaCl, KCl, dan Na-Benzoat) dengan Air Zamzam Berdasarkan
Berat Jenisnya. Bandung: DOI: https://doi.org/10.15575/ak.v4i1.5078.

Anda mungkin juga menyukai