BAB 1. PENDAHULUAN
Istilah like dissolves like merupakan asas umum dari larutan, dimana
senyawa ion dan polar larut dalam palarut polar dan senyawa non polar larut
dalam pelarut non polar. Air adalah pelarut polar. Air melarutkan senyawa ion
seperti garam dapur, NaCl dan senyawa polar seperti gula C11H22O11. Karbon
tertrakhlorida adalah pelarut non polar dan melarutkan senyawa non polar. Karena
itu karbon tetra khlorida bukanlah pelarut garam atau gula. Pelarut non polar tidak
dapat melarutkan senyawa ion atau senyawa polar.
Zat cair yang larut satu sama lain disebut saling bercampur. Asa umum
like dissolves like akan menentukan saling bercampur. Bila kedua zat cair
mempunyai ikatan polar akan saling melarut. Dua zat cair yang non polar juga
larut satu sama lain. Tetapi zat cair polar dengan zat cair non polar saling tidak
bercampur, terjadi tolak menolak satu sama lain dan akan terpisah jadi dua
lapisan. Proses pelarutan hanyalah merupakan aksi antara pelarut dengan partikel
zat terlarut. Kecepatan pelarutan tentu tergantung pada kecepatan pelarut
menyerang zat terlarut.
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang
terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan
sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan
seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogen dan tidak dapat
dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa
gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang
luas.
Jumlah zat terlarut dalam sejumlah larutan disebut konsentrasi.
Konsentrasi dapat dinyatakan secara kualitatif dengan istilah encer dan pekat.
Jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh juga menunjukkan konsentrasi. Suatu larutan
jenuh mempunyai jumlah zat terlarut maksimum yang dapat larut dalam larutan
pada suhu tertentu. Larutan tidak jenuh menunjukkan konsentrasi zat terlarut
kurang dari maksimum yang dapat larut. Lewat jenuh menunjukkan konsentrasi
1
2
2
3
3
4
Secara garis besar, Solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Laruan tendiri atas zat yang
dilarutkan atau solute dan pelarut/solvent. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh,
dan lewat jenuh. Larutan diebut jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak
dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini,
disebut larutan tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh. Zat yang dapat
membentuk larutan lewat jenuh misalnya Natrium tiosulfat. Kelarutan
didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat, suhu
mempengaruhi kelarutan. Secara umum, meskipun tidak semua, kelarutan zat
padatan meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun, tidak ada korelasi yang
jelas antara tanda dari AH larutan dengan variasi kelarutan terhadap suhu.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur. Tekanan, pH larutan dan untuk
jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Cahyono,
2011 di dalam Firzatullah (2016)).
Garam adalah benda padatan bewarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan sebahagian besar terdiri dari Natrium
Chlorida (>80%), serta senyawa-senyawa lain seperti Magnesium Chlorida,
Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida. Garam mempunyai sifat karakteristik
hidroskopis yang berarti mudah menyerap air, tingkat kepadatan sebesar 0,8 – 0,9
dan titik lebur pada tingkat suhu 801oC (Subiyantoro. 2001 di dalam Herman dan
Joetra (2010)).
Dalam kasus pemurnian garam NaCl dengan teknik rektristalisasi pelarut
(solven) yang digunakan adalah air. Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah
perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat
pencampuran atau pencemarnya. Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama
lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara
menjenuhkannya (mencapai kondisi supersaturasi atau larutan lewat jenuh).
Secara teoritis ada 4 metode untuk menciptakan supersaturasi dengan mengubah
4
5
5
6
Alat–alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Kimia Dasar yaitu :
A. Alat
1. Rak tabung reaksi 9. Bola karet pipet
2. Gelas ukur 10. Botol Semprot
3. Lumpang dan alu 11. Hot Plate
4. Tisu 12. Timbangan analitik
5. Tabung reaksi 13. Labu Ukur
6. Kurs porselin 14. Erlenmeyer
7. Gelas piala 250 ml 15. Tang kurs
8. Pipet 16. Pinset
B. Bahan
1. Kalium permanganat 5. Garam dapur (NaCl)
2. Iod 6. Larutan sampel Kalium Dikromat (3-5%)
3. Khloroform 7. Air Akuades
4. Petroleum Benzin 8. Aseton
b. Pencampuran
1. Memasukkan 2 ml air ke dalam 3 tabung reaksi.
2. Menambahkan 2 ml etanol ke tabung pertama, petroleumbenzine ke tabung
kedua, dan aseton ke tabung ketiga.
3. Mengocok tabung reaksi dan mengamati apakah cairan saling bercampur atau
tidak.
c. Kecepatan Kelarutan
1. Mengisi 3 buah tabung reaksi sampai setengahnya dengan air suling.
2. Memasukkan tabung reaksi ke dalam gelas piala yang berisi air.
3. Memanaskan gelas piala sampai airnya mendidih.
4. Memilih 4 butir Kristal garam dengan ukuran hampir sama.
5. Mengisi tabung reaksi keempat dengan air suling dan memasukkan sebutir
garam diatasnya, lalu mencatat waktu sampai kristal larut.
6. Memasukkan sebutir kristal garam ke dalam salah satu tabung dalam
pengangas air, lalu mencatat waktu sampai kristal larut.
7. Memasukkan sebuah kristal garam lagi ke tabung lain dalam pengangas air,
mengaduk terus menerus dan mencatat waktu sampai larut.
8. Menggiling kristal dengan lumping, memasukkan bubuk garam ke dalam
tabung yang satu lagi dalam pengangas mengaduk dan mencatat waktu sampai
larut.
7
8
4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum kimia dasar tentang larutan kimia
kali ini adalah sebagai berikut :
4.1.1. Pelarut dan Zat Terlarut Polar dan Non Polar
A. Kelarutan
B. Pencampuran
C. Kecepata Larutan
Diketahui 5 ml larutan kalium dikromat (K2Cr207) memiliki massa 5,1 gr. Setelah
diuapkan sampai kering, sisanya sampai 0,2 gr. Konsentrasi persen massa
larutannya adalah:
Penyelesaian :
0,2 g K2 Cr2 O7
Jawaban : % massa = x 100%
5,1
= 0,0392 x 100%
= 3,92 % K2Cr2O7
9
10
Menghitung Kemolaran :
Diketahui massa kalium dikromat yang tersisa di cawan adalah 0,2 g. Massa
molekul relatif kalium dikromat adalah 294 g, maka konsentransi molar adalah :
Penyelesaian :
Mol zat terlarut
Rumus : M =
Massa molekul relatif
0,2 g K2 Cr2 O7 10 ml
Jawab : M = x
294 g K2 Cr2 O7 1L
0,0068 mol
=
0.01 L
= 0,68 M(Molar)
4.2. Pembahasan
Telah diketahui bahwa setiap zat padat, zat cair, maupun gas memiliki
kemampuan melarut berbeda didalam suatu pelarut. Perbedaan wujud ini petunjuk
bahwa larutan harus menggunakan cara-cara untuk teknik tertentu Rencana dan
prosedurnya pun berkembang sesuai dengan sifat melarut dan sifat percobaan atau
analisis yang diterapkan dan sifat zat terlibat.
Intinya zat padat yang akan diencerkan diambil terlebih dahulu kemudian
dicampur atau ditambahkan aquades sampai tanda batas dilabu ukur, sedangkan
pelarutan dan pencampuran zat cair lazimnya dilakukan pada praktikum kimia,
solute berupa cairan yang akan diencerkan terlebih dahulu harus di hitung,
kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas di labu ukur. Perbedaan antar
keduannya terlihat jelas pada solute yang digunakan. Pelarutan dan pencampuran
pelarut agar di peroleh volume akhir yang lebih besar.
Pada praktikum kali ini pengamatan yang dilakukan berupa pelarut, zat
telarut polar dan non polar yang berupa kelarutan serta pencampuran, kecepatan
kelarutan dan kosentrasi kelarutan. Pada pengamatan pelarut, zat terlarut polar dan
non polar terdapat tiga kali pengamatan yaitu pada Tabel 4.1. sampai Tabel 4.2.
Pada Tabel 4.1. percobaan pada tabung pertama kristal kalium yang
dicampur dengan air dapat larut setelah dikocok hasilnya terlarut, percobaan pada
tabung kedua kristal kalium yang dicampur dengan petralium benzin setelah
10
11
dikocok hasilnya terlarut dan percobaan pada tabung ke tiga kristal kalium yang
dicampur dengan khloroform setelah dikocok hasilnya tidak terlarut.
Pada Tabel 4.2. percobaan pada tabung 1 kristal iod yang dicampur dengan
air setelah di kocok hasilnya tidak terlarut, percobaan pada tabung kedua kristal
iod dicampur dengan petroleumbenzin setelah dikocok hasilnya tidak terlarut pada
percobaan tabung ketiga kristal iod yang dicampur dengan khloroform setelah
dikocok hasilnya larut.
Pada Tabel 4.3. percobaan pada tabung pertama dimana air 2 ml yang
dicampurkan dengan etanol 2 ml setelah dikocok didapatkan hasil yaitu air dan
etanol saling bercampur dikarenakan massa jenis etanol lebih besar dibandingkan
dengan massa jenis air. Pada percobaan di tabung kedua dimana air 2 ml yang
dicampurkan dengan petroleumbenzin 2 ml setelah dikocok beberapa menit
hasilya air dan petroleum benzin adalah bercampur ini artinya massa jenis air dan
massa jenis peroleumbenzin sama besarnya. Pada percobaan pada tabung ketiga
dimana air 2 ml yang di campurkan dengan aseton 2 ml setelah dikocok beberapa
menit hasilnya air dan aseton tidak bercampur ini dikarenakan massa jenis aseton
lebih besar dibandingkan massa jenis air.
Dari ketiga tabung tersebut hasil yang didapatkan pada percobaan berbeda-
beda hal ini disebabkan karena sifat air air merupakan pelarut polar. Bahan pelarut
yang digunakan pada ketiga pengamatan itu adalah air, karena sifat air mudah
diperoleh, mudah digunakan dan mampu melarutkan berbagai zat adalah sifat-
sifat yang tidak dimiliki oleh pelarut lain. Ini alasan mengapa air dikatakan
sebagai pelarut universal.
Pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan
cara mengencerkan larutan pekatnya atau membuat dari kristalnya. Cara
pengenceran larutan bisa menggunakan alat pipet atau labu ukur. Bila
menggunakan pipet rawat alat dengan cara mencuci dengan air kran. Kemudian
biarkan kering sebelum digunakan kembali.
Melalui proses pencampuran pembuatannya harus melakukan perencanaan
(termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau sifat analisis yang
diterapkan (kualitatif atau kuantatif Bila terjadi kesalahan, akibatnya adalah
pemborosan zat kimia, tenaga dan waktu hilang, data pengamatan yang tidak
11
12
12
13
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat mengetahui senyawa ion dan senyawa kovalen.
2. Praktikan dapat mengetahui berbagai pencampuran air dengan berbagai
pelarut dan mengetahui hasilnya.
3. Praktikan menjadi tahu faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
kecepatan pelarutan.
4. Praktikan dapat mengetahui persen massa dan konsentrasi molar pada larutan
sampel yang berbahaya dan tidak berbahaya dari ukuran persen massa
tersebut.
5. Praktikan dapat melakukan penggunaan pipet dan menggunakan larutan
sampai kering.
5.2. Saran
Praktikan lebih serius dalam praktikum dan pada saat di laboratorium
jangan ada yang bercanda karena di laboratorium terdapat alat-alat yang mudah
pecah dan bahan-bahan yang berbahaya.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
14