Anda di halaman 1dari 42

COVER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Stoikiometri

Kerin Vivian Kujiman


821420116

PRODI STUDI S1 FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................5
3.1. Alat dan Bahan..................................................................................5
3.1.1. Alat..........................................................................................5
3.1.2. Bahan......................................................................................5
3.2. Prosedur Kerja...................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................6
4.1. Hasil Pengamatan.............................................................................6
4.2. Pembahasan.....................................................................................6
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
LAMPIRAN..........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memiliki
kedudukan sangat penting terutama dalam menumbuhkembangkan
kemampuan menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap fenomena mako.
Kemampuan kimia tersebut memberikan onstribusi yang penting dan berarti
terhdap pengembangan ilmu-ilmu terapan seperti pertanian, kesehatan dan
perikanan serta teknologi. Ilmu kimia berkembang sangat cepat, sehingga tidak
ada seorang pun yang dapat memahaminya secara keseluruhan, walaupun
sudah belajar dalam waktu yang lama. Walaupun demikian Anda tidak perlu
khawatir karena banyak konsep dasar yang dapat Anda pelajari dalam waktu
yang singkat. Konsep-konsep dasar ini merupakan bagian pendidikan yang
dibutuhkan untuk menunjang profesionalisme di bidang kimia dan di bidang-
bidang lain, misalnya: fisika, biologi, dan pertanian. Berdasarkan unsur yang
terkandung didalamnya, kimia dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian besar
yaitu: kimia organik dan kimia anorganik. Kimia organik mempelajari
senyawaan yang mengandung unsur karbon (C). Ahli kimia yang berhubungan
dengan polimer, minyak bumi dan karet adalah ahli kimia organik. Sedangkan
kimia anorganik adalah kimia yang berhubungan dengan unsur-unsur lain,
selain yang berkarbon. Unsur-unsur yang dipelajari pada kimia anorganik
terutama lebih banyak berasal dari mineral dan batu-batuan bukan dari hewan
atau tumbuhan, misalnya bentonit dan zeolit yang didapat dari batuan kapur,
timah dan emas (Warlina, n.d.).
Senyawa kimia tersusun atas molekul atau atom. Atom-atom akan saling
bergabung membentuk suatu ikatan kimia untuk mencapai kestabilan. Ikatan
ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik
antara ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk karena unsur logam
melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur
nonlogam menerima elektron. Atom-atom membentuk ikatan ion karena
masing-masing atom ingin mencapai keseimbangan/kestabilan seperti struktur
elektron gas mulia (Amanatie, 2019).

1
Stoikiometri merupakan ilmu yang menghitung hubungan kuantitatif dari
reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Hal tersebut juga diperjelas oleh
Winarni, dkk yang menyatakan bahwa materi stoikiometri merupakan kajian
tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia. Pemaknaan lebih
luas menjelaskan bahwa stoikiometri mempelajari aspek kuantitatif rumus dan
reaksi kimia, hal tersebut diperoleh melalui pengukuran massa, volume, jumlah
dan sebagainya yang terkait dengan atom, ion atau rumus kimia serta saling
keterkaitannya dalam suatu mekanisme reaksi kimia (Asma, 2013).
Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara
zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai
hasil reaksi. Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu
kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam
reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri
juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus
kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata
stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan
metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias
Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan
prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang
pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar
unsur kimia yang satu dengan yang lain Mengapa kita harus mempelajari
stoikiometri? Salah satu alasannya, karena mempelajari ilmu kimia tidak dapat
dipisahkan dari melakukan percobaan di laboratorium. Adakalanya di
laboratorium kita harus mereaksikan sejumlah gram zat A untuk menghasilkan
sejumlah gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita
memiliki sejumlah gram zat A (Kasmadi & Luhbandjono, 2004).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui apa yang
dimaksud dengan stoikiometri dan mengetahui faktor apa yang mempengaruhi
stoikiometri serta mengetahui konsep dari reaksi stoikiometri dan reaksi non
stoiiomteri

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Dasar Teori
Kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang komposisi, struktur,
sifat, dan reaksi suatu materi. Oleh karena itu, konsep merupakan bagian
penting dalam mempelajari ilmu kimia. Ciri-ciri ilmu kimia diantaranya adalah
sebagian besar konsep-konsep dalam ilmu kimia bersifat abstrak, berurutan,
dan berkembang dengan cepat, sehingga diperlukan pemahaman yang benar
terhadap konsep-konsep kimia. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
dasar harus benar sebelum memahami konsep-konsep kimia yang lebih
kompleks. Konsep yang lebih mendasar merupakan batu-batu pembangun
berfikir bagi terciptanya gagasan yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-
prinsip dan generalisasi-generalisasi. Siswa harus mampu mengaitkan konsep
yang sebelumnya dengan konsep yang baru (Magfiroh, L., Santosa, Dan
Suryadharma, 2016).
Stoikiometri merupakan ilmu yang menghitung hubungan kuantitatif dari
reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Alfian, 2009:1). Hal tersebut juga
diperjelas oleh Winarni, dkk (2013:44) yang menyatakan bahwa materi
stoikiometri merupakan kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam
reaksi kimia. Pemaknaan lebih luas menjelaskan bahwa stoikiometri
mempelajari aspek kuantitatif rumus dan reaksi kimia, hal tersebut diperoleh
melalui pengukuran massa, volume, jumlah dan sebagainya yang terkait
dengan atom, ion atau rumus kimia serta saling keterkaitannya dalam suatu
mekanisme reaksi kimia (Asma, 2013).
Dalam bahasa Yunani, kata stoicheion berarti unsur. Istilah stoikiometri
(stoichiometry) secara harfiah berarti mengukur unsur, tetapi dari sudut
pandang praktis stoikiometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang
melibatkan massa atom dan massa rumus, rumus kimia, dan persamaan kimia.
Massa suatu atom terkait erat dengan jumlah elektron, proton dan neutron yang
dimiliki atom tersebut. Namun atom adalah partikel yang sangat kecil, bahkan
butir debu terkecil yang dapat kita lihat dengan mata telanjang memiliki 1×1016
atom. Dengan melakukan percobaan dapat menentukan massa satu atom

3
relatif terhadap atom lainnya. Berdasarkan perjanjian internasional, satu atom
dari isotop karbon (disebut karbon-12) yang mempunyai proton dan enam
neutron memiliki massa tepat 12 satuan massa atom (sma). Atom karbon-12 ini
dipakai sebagai standar, sehingga satu satuan massa atom didefinisikan
sebagai suatu massa yang besarnya tepat sama dengan seper duabelas
massa dari satu atom karbon 12. Satuan massa atom memberikan skala relatif
dari massa berbagai unsur. Tetapi karena atom hanya mempunyai massa yang
sangat kecil, tidak ada skala yang dapat digunakan untuk menimbang satuan
massa atom. Maka akan lebih baik jika memiliki satuan khusus untuk
menyatakan jumlah atom yang sangat besar dengan menggunakan satuan mol
untuk mengukur atom dan molekul. Pada sistem SI, mol adalah banyaknya
suatu zat yang mengandung entitas dasar (atom, molekul, atau partikel lain)
sebanyak jumlah atom yang terdapat dalam tepat 12 g (atau 0,012 kg) isotop
karbon-12. Jumlah atom sebenarnya di dalam 12 g karbon-12 ditentukan
melalui percobaan (Kasmadi & Luhbandjono, 2004).
Antoine Laurent Lavoiser telah menyelidiki massa zat sebelum dan
setelah reaksi. Lavoiser menimbang hasil reaksinya. Ternyata massa zat
sesudah dan sebelum reaksi adalah sama. Lavoiser menyimpulkan hasil
penemuannya dalam suatu hukum yang disebut hukum kekekalan massa.
Menurut Lavoiser: “ Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”.
Avogadro mengembangkan suatu hipotesis,yaitu suhu dan tekanan yang sama
mengandung jumlah molekul yang sama pula. Kemudian Avogadro
mengemukakan hukum Avogadro yaitu: “Pada suhu dan tekanan yang
sama,semua gas yang volume nya sama mengandung jumlah molekul yang
sama”. Untuk menyederhanakan jumlah partikel yang luar biasa kecilnya
digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat. Kata mol berasal
dari bahasa latin moles yang artinya sejumlah massa (Sarifudin, 2014).
2.2 Lembar Data Keselamatan Bahan
2.2.1 Larutan Pb(No3)2 (SmartLab, 2019)
BAGIAN 1. Identitas Bahan dan Perusahaan
1.1 Pengidentifikasi produk
No katalog : 107398

4
Nama produk : Timbal(II) nitrat untuk analisis EMSURE®
ACS,Reag. Ph Eur
Nomor Registrasi REACH : Nomor registrasi tidak tersedia untuk bahan
ini karena bahan atau penggu naannya
dibebaskan dari pendaftaran sesuai dengan
Pasal 2 peraturan REAC H (EC) No
1907/2006, tonase tahunan tidak
memerlukan pendaftaran atau pe ndaftaran
diantisipasi untuk batas waktu pendaftaran
akan datang. No-CAS 10099-74-8 1.2
Penggunaan yang relevan dari bahan atau
camp
BAGIAN 2. Identifikasi bahaya
2.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Toksisitas akut, Kategori 4, Oral, H302
Toksisitas akut, Kategori 4, Penghirupan, H332
Kerusakan mata serius, Kategori 1, H318
Toksisitas terhadap reproduksi, Kategori 1A, H360Df
Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang, Kategori 1,
Darah, Sistem saraf pusat, Sistem imun, Ginjal, H372
Toksisitas akuatik akut, Kategori 1, H400
Toksisitas akuatik kronis, Kategori 1, H410
Teks pernyataan-H penuh yang disebutkan dalam Bagian ini, baca
Bagian 16.
2.2 Elemen label
Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Pernyataan Bahaya H360Df Dapat merusak janin. Diduga dapat
merusak kesuburan. H302 + H332 Berbahaya jika tertelan atau bila
terhirup.
H318 Menyebabkan kerusakan mata yang serius.

5
H372 Menyebabkan kerusakan pada organ (Darah, Sistem saraf pusat,
Sistem imun, Ginjal) melalui paparan yang lama atau berulang.
H410 Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka
panjang.
2.3 Pernyataan Kehati-hatian
Pencegahan P201 Dapatkan instruksi spesial sebelum
menggunakannya.
P273 Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P280 Pakai pelindung mata. Respons
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama
dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan lensa kontak jika
memakainya dan mudah melakukannya.Lanjutkan membilas.
P314 Dapatkan nasehat/perhatian medis jika kamu merasa tidak sehat.
BAGIAN 3. Komposisi Bahan
3.1 Bahan
Rumus Pb(NO₃)₂ N₂O₆Pb (Hill)
No-EC 233-245-9
Massa molar 331,2 g/mol
Komponen berbahaya (PERATURAN (EC) No 1272/2008)
Nama kimia (Konsentrasi)
No-CAS Nomor registrasi Klasifikasi
Lead(II) nitrate (>= 80 % - <= 100 % ) 10099-74-8 *)
Zat oksidasi, Kategori 2, H272
Toksisitas akut, Kategori 4, H302
Toksisitas akut, Kategori 4, H332
Kerusakan mata serius, Kategori 1, H318
Toksisitas terhadap reproduksi, Kategori 1A, H360Df
Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang,
Kategori 1, H372
Toksisitas akuatik akut, Kategori 1, H400
Toksisitas akuatik kronis, Kategori 1, H410
Faktor M: 10 *)

6
BAGIAN 4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
4.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Setelah terhirup: hirup udara segar. Panggil dokter. Jika napas terhenti:
segera berikan pernapasan buatan secara mekanik, jika diperlukan berikan
oksigen.
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Periksakan ke dokter.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera
hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Setelah tertelan: segera beri
korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.
4.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Muntah, Salivasi/berliur, rasa logam
Irritasi dan korosi
Risiko cedera serius pada mata.
Hal berikut ini berlaku untuk senyawa timbal secara umum: karena
rendahnya kemampuan menyerap melalui saluran pencernaan, hanya
dosis yang sangat tinggi menyebabkan kasus intoksikasi akut. Setelah
periode laten beberapa jam, rasa logam, mual, muntah dan kolik terjadi,
dan pada banyak contoh diikuti dengan shock. Penyerapan kronis
menyebabkan kelemahan otot periheral ("drop-wrist"), anemia dan
gangguan syaraf pusat. Wanita usia produktif tidak boleh terpapar bahan
dalam waktu lebih lama (pengamatan ambang batas kritis). Hal berikut
ini berlaku untuk nitrit/nitrat secara umum : methaemoglobinaemia
setelah penyerapan oleh tubuh dalam jumlah besar.
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Tidak tersedia informasi.
BAGIAN 5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
5.1 Media pemadaman api
Media pemadaman yang sesuai
Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai untuk situasi
lokal dan lingkungan sekeliling.

7
Media pemadaman yang tidak sesuai Untuk bahan/campuran ini, tidak
ada batasan agen pemadaman yang diberika n.
5.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar.
Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: nitrogen oxides
5.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Alat pelindung khusus bagi petugas pemadam kebakaran
Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung
pernapasan. Untuk menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak aman
dan gunakan pakaian pelindung yang sesuai.
Informasi lebih lanjut
Tekan (pukul kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan air jet. Cegah
air pemadam kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau sistim air
tanah.
BAGIAN 6. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
6.1 Informasi tentang sifat fisik dan kimia
Bentuk : padat
Warna : tidak berwarna
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : 3 - 4 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur/rentang : 458 - 459 °C Metoda: Pedoman
Tes OECD 102
Titik didih/rentang didih : > 500 °C
pada 1.013 hPa
Metoda: Pedoman Tes OECD 103
Titik nyala : tidak menyala
Laju penguapan : Tidak berlaku
Flamabilitas (padatan, gas) : Produk ini tidak mudah-menyala.
Sifat mudah-menyala (padatan)
Terendah batas ledakan : Tidak berlaku

8
Tertinggi batas ledakan : Tidak berlaku
Tekanan uap : pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 104
rendah
Kerapatan (densitas) uap relatif : Tidak berlaku
Densitas : 4,49 g/cm3
pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 109
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak berlaku
Kelarutan dalam air : 486 g/l
pada 20 °C
Metoda: Pedoman Tes OECD 105
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak berlaku
Suhu dapat membakar sendiri : 400 °C
(auto-ignition temperature) : Metoda: NF T 20-036
Suhu penguraian : Tidak tersedia informasi.
Viskositas, dinamis : Tidak berlaku
Sifat peledak : Tidak diklasifikasikan sebagai
mudah meledak.
Sifat oksidator : Produk telah ditunjukkan tidak
mengoksidasi dalam sebuah uji
yang sesuai dengan Directive
67/548/EEC (Method A17, oxidising
properties).
6.2 Data lain
Suhu menyala : tidak mudah terbakar
Densitas curah : kira-kira1.850 kg/m3
Ukuran partikel : Ukuran rata-rata partikel 368,4 µm
Metoda: Pedoman Tes OECD 110

2.2.2 POTASSIUM IODIDE (SmartLab, 2019)


Bagian 1 – Identifikasi Bahaya

9
1.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Toksisitas akut (oral), Kategori 4 H302
Kerusakan mata yang serius / iritasi mata, Kategori 2 H319
Korosi / iritasi kulit, Kategori 2 H315
1.2 Elemen label
Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008 Piktogram bahaya
Pernyataan bahaya (s)
H302 - Berbahaya jika tertelan
H315 - Menyebabkan iritasi kulit
H319 - Menyebabkan gangguan mata berat
Pernyataan kehati-hatian (s)
P305 + P351 + P338 - JIKA TERKENA MATA: Bilas secara hati-hati
dengan air selama beberapa menit. Lepaskan lensa kontak, jika ada dan
mudah dilakukan. Lanjutkan membilas
Bagian 2 – Komposisi dan Informasi Bahan
2.1 Bahan
Sinonim : POTASSIUM IODIDE
Rumus Kimia : KI
Berat Molekul : 166.00 g/mol
No. CAS : 7681-11-0
Bahan Klasifikasi Konsentrasi
Toksisitas akut (oral),
Kategori 4 H302
POTASSIUM IODIDE Kerusakan mata yang <= 100 %
CAS-No. 7681-11-0 serius / iritasi mata,
Kategori 2 H319 Korosi /
iritasi kulit, Kategori 2
H315
Untuk teks pernyataan –H selengkapnya dari yang disebutkan dalam Bagian
ini, lihat Bagian 16.
2.2 Campuran
tidak berlaku

10
Bagian 3 – Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum : Pemberi pertolongan pertama harus melindungi
dirinya.
Setelah terhirup : hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas
buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika
mungkin.Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit : bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi
dokter mata. Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak.
Segera hubungi dokter mata.Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan : beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera
cari anjuran pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak
tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya.
3.2 Kumpulan gejala/efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Tidak tersedia informasi.
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Sesudah itu berikan : Sodium sulfate (1 sendok makan/1/4 l air).
Bagian 4 – Tindakan Penanggulangan Kebakaran
4.1 Media pemadaman api
Media pemadam yang sesuai : bubuk kimia kering, busa tahan-
alkohol, karbon dioksida (CO2).
Media pemadam yang tidak sesuai : Jangan gunakan aliran air yang
deras.
4.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar. Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: hydrogen fluoride
4.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Alat perlindungan khusus bagi petugas pemadam kebakaran Jangan berada di
zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan. Untuk menghindari

11
kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian pelindung yang
sesuai.
4.4 Informasi lebih lanjut
Informasi lebih lanjut Tekan (pukul kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan
air jet. Cegah air pemadam kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau
sistim air tanah.
Bagian 5 – Penyimpanan dan Penanganan Bahan
5.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman Taati label
tindakan pencegahan.
Tindakan higienis Segera ganti pakaian yang terkontaminasi.Gunakan krim
pelindung kulit.Cuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut.
5.2 Kondisi penyimpanan yang aman,termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Tertutup sangat rapat. Kering. Simpan di tempat yang berventilasi baik. Simpan
dalam tempat terkunci atau di tempat yang hanya bisa dimasuki oleh orang-
orang yang mempunyai kualifikasi atau berwenang.
5.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan
spesifik lain yang diantisipasi
Bagian 6 –Sifat-sifat Fisika dan Kimia
6.1 Informasi tentang sifat fisika dan kimia
Bentuk : padat
Warna: keputih-putihan
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : kira-kira 6,9 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 560 °C terurai
Titik didih/rentang didih : 1.325 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : tidak menyala
Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) : Produk ini tidak mudah-menyala.

12
Terendah batas ledakan : Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan : Tidak berlaku
Tekanan uap : kira-kira1 hPa pada 745 °C
Kerapatan (densitas) uap relatif : Tidak tersedia informasi.
Densitas : 3,23 g/cm3 pada 25 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air : kira-kira1.430 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak berlaku untuk zat anorganik
Suhu dapat membakar sendiri : Tidak tersedia informasi.
Suhu penguraian : > 560 °C
Viskositas, dinamis : Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak : Tidak diklasifikasikan sebagai mudah meledak
Sifat oksidator : tidak ada
6.2 Data lain
Densitas curah : kira-kira1.500 kg/m3
Bagian 7 – Reaktifitas dan Stabilitas
7.1 Reaktifitas
Lihat bagian 10.3.
7.2 Stabilitas Kimia
Kepekaan terhadap cahaya
7.3 Reaksi berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesifik/khusus
Beresiko meledak dengan : Logam basa, Amonia, senyawa halogen-
halogen,hydrogen peroxide, perchloryl fluoride
Reaksi eksotermik dengan : Oksidator Resiko ignisi dan
pembentukan gas atau uap yang tidak menyala dengan : Fluorin
7.4 Kondisi yang harus dihindari
Suhu diatas titik lebur.
7.5 Bahan yang harus dihindari
tidak ada informasi yang tersedia
2.2.3 AQUADEST (MSDS, 2006)
Bagian 1 – Identifikasi Bahaya
1.1 Klasifikasi bahan atau campuran

13
Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut undang-undang Uni
Eropa.
1.2 Elemen label
Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No
1272/2008.
1.3 Bahaya lain
Bahaya lain yang tidak dihasilkan
dalam klasifikasi GHS: Tidak ada yang diketahui.
Bagian 2 – Komposisi dan Informasi Bahan
2.1 Bahan
Sinonim : Dihidrogen Oksida, Deionized water, Aqua, Aquadestilata
Rumus Kimia : H2O
Berat Molekul : 18.02 g/mol
No. CAS : 7732-18-5
No. EC : 231-791-2
Komentar Tidak ada bahan berbahaya menurut Peraturan (EC) No. 1907/2006
2.2 Campuran
Tidak berlaku
Bagian 3– Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
3.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum
Tidak ada bahaya yang memerlukan tindakan pertolongan pertama yang
khusus.
3.2 Kumpulan gejala/efek terpenting, baik akut maupun tertunda Gejala
yang berhubungan dengan penggunaan Kami tidak memiliki penjelasan
berbagai gejala toksik.
3.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus
yang diperlukan Tidak tersedia informasi
Bagian 4 – Tindakan Penanggulangan Kebakaran
4.1 Media pemadaman api

14
Media pemadaman yang sesuai Gunakan tindakan pemadaman kebakaran
yang sesuai untuk situasi lokal dan lingkungan sekeliling. Media pemadaman
yang tidak sesuai Untuk bahan/campuran ini, tidak ada batasan agen
pemadaman yang diberikan.
4.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar.
4.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Alat pelindung khusus bagi petugas pemadam kebakaran
Tidak ada
4.4 Informasi lebih lanjut tidak ada
Bagian 5 – Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
5.1 Langkah-langkah pencegahan diri
,alat pelindung dan prosedur tanggap darurat Tidak ada
5.2 Tindakan pencegahan Lingkungan
Tidak ada tindakan pencegahan khusus diperlukan.
5.3 Metode dan bahan untuk penyimpanan dan pembersihan
Amati kemungkinan pembatasan bahan (lihat bagian 7 dan 10). Tuangkan
kedalam pipa saluran.
5.4 Rujukan ke bagian lainnya
Indikasi mengenai pengolahan limbah , lihat bagian 13.
Bagian 6 – Penyimpanan dan Penanganan Bahan
6.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman Taati label
tindakan pencegahan.
Tindakan higienis Tidak diperlukan
6.2 Kondisi penyimpanan yang aman,termasuk adanya inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan Tertutup sangat rapat.
Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, Simpan pada +5°C hingga +30°C
6.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan
spesifik lain yang diantisipasi
Bagian 7 – Sifat-sifat Fisika dan Kimia

15
7.1 Informasi tentang sifat fisika dan kimia
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : pada 20 °C netral
Titik lebur : 0 °C
Titik didih/rentang didih : 100 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : Tidak berlaku
Laju penguapan : Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) : Tidak tersedia informasi.
Terendah batas ledakan : Tidak berlaku
Tertinggi batas ledakan : Tidak berlaku
Tekanan uap : 23 hPa pada 20 °C
Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak : tersedia informasi.
Densitas : 1,00 g/cm3 pada 20 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak tersedia informasi.
Kelarutan dalam air : larut sepenuhnya
Koefisien partisi (n-oktanol/air) : Tidak berlaku
Suhu dapat membakar sendiri : Tidak berlaku
Suhu penguraian : Dapat didistilasi dalam kondisi tidak terurai
(undecomposed) pada tekanan normal.
Viskositas, dinamis : 0,952 mPa.s pada 20 °C
Sifat peledak : Tidak diklasifikasikan sebagai mudah meledak.
Sifat oksidator : tidak ada
7.2 Data lain
Suhu menyala : Tidak berlaku
Energi penyalaan api minimum : Tidak berlaku
2.2.4 Hidrazin hidrat (SmartLab, 2019)
BAGIAN 1: Identifikasi bahaya
1.1 Klasifikasi bahan atau campuran
Klasifikasi menurut Peraturan (EC) No 1272/2008

16
Cairan mudah menyala (Kategori 3), H226
Toksisitas akut, Oral (Kategori 4), H302
Toksisitas akut, Penghirupan (Kategori 3), H331
Toksisitas akut, Kulit (Kategori 4), H312
Korosi kulit (Subkategori 1B), H314
Kerusakan mata serius (Kategori 1), H318
Sensitisasi pada kulit (Kategori 1), H317
Karsinogenisitas (Kategori 1B), H350
Bahaya akuatik akut atau jangka pendek (Kategori 1), H400
Bahaya akuatik kronis atau jangka panjang (Kategori 1), H410
1.2 Elemen label
Pelabelan menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Pernyataan Hazard (s)
H226 Cairan dan uap mudah menyala.
H302 + H312 Berbahaya jika tertelan atau terkena kulit.
H314 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.
H317 Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
H331 Toksik jika terhirup.
H350 Dapat meyebabkan kanker.
H410 Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.
Pernyataan pencegahan
P210 Jauhkan dari panas/percikan/api terbuka /permukaan yang panas. -
Dilarang merokok.
P273 Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P280 Kenakan sarung tangan pelindung/ pakaian pelindung/ pelindung mata/
pelindung wajah/ perlindungan pendengaran.
P303 + P361 + P353 JIKA TERKENA KULIT (atau rambut): Tanggalkan
segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilas kulit dengan air.
P304 + P340 + P310 JIKA TERHIRUP: Pindahkan korban ke udara segar
dan posisikan yang nyaman untuk bernapas. Segera hubungi SENTRA
INFORMASI KERACUNAN atau dokter/ tenaga medis.

17
P305 + P351 + P338 JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama
dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan
mudah melakukannya. Lanjutkan membilas.
Pernyataan Bahaya Tambahan tidak ada Terbatas hanya untuk pengguna
profesional.
1.3 bahaya lainnya - tidak ada
BAGIAN 2: Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
2.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama
Saran umum
Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya. Tunjukkan lembar data
keselamatan ini kepada dokter yang merawat.
Jika terhirup
Setelah terhirup: hirup udara bersih. Segera hubungi dokter. Jika napas
terhenti: segera berikan pernapasan buatan secara mekanik, jika diperlukan
berikan oksigen.
Jika kontak dengan kulit
Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Segera panggil dokter.
Jika kontak dengan mata
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
Jika tertelan
Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas),
hidari muntah (resiko perforasi!). Segera panggil dokter. Jangan mencoba
menetralisir.
2.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda
Gejala dikenal dan efek yang paling penting dijelaskan dalam label (lihat bagian
2.2) dan / atau di bagian 11
2.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang
diperlukan
Data tidak tersedia
BAGIAN 3 : Tindakan Penanggulangan Kebakaran

18
3.1 Media pemadaman api
Media pemadaman yang sesuai Gunakan tindakan pemadaman kebakaran
yang sesuai untuk situasi lokal dan lingkungan sekeliling.
Media pemadaman yang tidak sesuai Untuk bahan/campuran ini, tidak ada
batasan agen pemadaman yang diberika n.
3.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran
Tidak mudah terbakar. Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: nitrogen
oxides Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara pada
peningkatan suhu. Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
3.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran
Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan.
Untuk menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian
pelindung yang sesuai.
3.4 Informasi lebih lanjut
Pindahkan wadah dari zona berbahaya dan dinginkan dengan air. Tekan (pukul
kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan air jet. Cegah air pemadam
kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau sistim air tanah.
BAGIAN 4: Penyimpanan dan Penanganan Bahan
4.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman
Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman Kenakan pakaian
pelindung. Jangan menghirup zat/campuran. Hindari terbentuknya uap/aerosol.
Nasehat mengenai perlindungan terhadap api dan ledakan Jauhkan dari nyala
terbuka, permukaan panas, dan sumber penyulut.Lakukan dengan hatihati
tindakan melawan lucutan statis.
Tindakan higienis Segera ganti pakaian yang terkontaminasi. Gunakan krim
pelindung kulit. Cuci tangan dan muka setelah bekerja dengan bahan tersebut.
Untuk tindakan pencegahan lihat bagian 2.2.
4.2 Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya
inkompatibilitas
Kondisi penyimpanan
Simpan wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan berventilasi baik.
Jauhkan dari panas dan sumber api. Simpan dalam tempat terkunci atau di

19
tempat yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang mempunyai kualifikasi
atau berwenang. Simpan pada +15°C hingga +25°C.
4.3 Penggunaan akhir khusus
Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan
spesifik lain yang diantisipasi
BAGIAN 5: Sifat-sifat Fisika dan Kimia
5.1 Informasi tentang sifat fisik dan kimia
Tampilan Bentuk: cair
Warna: tidak berwarna
Bau : agak
Ambang Bau : Data tidak tersedia
pH : kira-kira10 - 11 pada 20 °C
Titik lebur/titik beku : Data tidak tersedia
Titik didih awal/rentang didih : kira-kira102 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : Tidak berlaku
Laju penguapan : Data tidak tersedia
Flamabilitas (padatan, gas) : Data tidak tersedia
Tekanan uap : Data tidak tersedia
Densitas uap : Data tidak tersedia
Kerapatan (densitas) : relatif 1,01 g/cm3 pada 20 °C
Kelarutan dalam air : pada 20 °C larut
Koefisien partisi (noktanol/air) : Data tidak tersedia
Sifat oksidator : Data tidak tersedia
5.2 informasi keselamatan lainnya
Data tidak tersedia

20
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Batang pengaduk
b. Cawan penguap
c. Corong
d. Gelas kimia
e. labu takar
f. Neraca analitik
g. Pipet
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu: Aqua DM, Garam hidrat, Larutan
Pb (NO3)2, larutan KI, kertas saring.
3.2 Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan
a.) Pembuatan larutan Pb (NO3)2 0,01 molar sebanyak 50 mililiter
Hal yang pertama dilakukan adalah timbang sejumlah Pb (NO 3)2
menggunakan gelas kimia kering, kemudian larutkan pada asam tersebut Aqua
DM sebanyak kurang lebih 20 mililiter, setelah semua padatan larut kemudian
larutan di masukkan kedalam labu takar 50 mililiter dengan menggunakan
corong, kemudian bilas gelas kimia dengan Aqua Dm sebanyak 5 mililiter
selama 2 kali, setelah itu bilas batang pengaduk dan corongnya, kemudian
bersihkan leher labu takar dengan menggunakan kertas saring, tambahkan
Aqua DM dengan menggunakan pipet tetes hingga tanda batas, tutup labu
takar dan bolak balikan posisinya agar larutan menjadi homogen.
b.) Pengenceran larutan KI 0,05 molar menjadi 0,005 molar
Pipet larutan KI 0,05 molar, kemudian masukkan kedalam labu takar
sebanyak 100 mililiter, tambahkan Aqua DM, kemudian keringkan leher labu
takar dengan menggunakan kertas saring, setelah itu tambahkan Aqua DM
dengan menggunakan pipet tetes hingga tanda batas, tutup labu takar dan
bolak balikan posisinya agar larutan menjadi homogen.

21
2. Reaksi Ionik Dalam Larutan

Siapkan gelas kimia 100 mililiter kering kemudian timbang bobotnya setelah itu
nol kan, kemudian masukkan 50 larutan Pb (NO 3)2 0,1 molar kedalam gelas
kimia 100 mililiter yang telah di timbang, kemudian catat massanya, setelah itu
siapkan gelas kimia 100 mililiter kering yang lain dan timbang bobotnya setelah
itu di nolkan, kemudian masukkan 100 mililiter larutan KI kedalam gelas kimia
yang telah di timbang, dan catat massanya, setelah itu siapkan gelas kimia 250
mililiter kering dan timbang massa kosongnya, kemudian campurkan kedua
larutan yang telah di timbang kedalam gelas kimia 250 mililiter, amati dan catat
apa yang terjadi, setelah itu timbang gelas kimia yang berisi larutan yang telah
di campur tersebut selisih massa gelas kimia berisi produk reaksi dengan gelas
kimia kosong adalah massa produk reaksi.

3. Garam Hidrat
Siapkan cawan penguap kering lalu timbang massa cawan penguap,
setelah itu masukkan sekitar 2 gram garam hidrat dari salah satu garam hidrat
yang telah di sediakan oleh analis kedalam cawan penguap kosong yang telah
di timbang, kemudian catat massanya, letakkan cawan penguap yang berisi
garam hidrat di atas hot plate dan lakukan pemanasan secara perlahan,
lakukan hal yang sama terhadap garam hidrat yang lainnya, letakkan cawan
penguap yang berisi garam hidrat di atas hot plate dan lakukan pemanasan
secara perlahan hingga terjadi perubahan warna, 2 kemungkinan perubahan
warna yang terjadi adalah putih kebiruan dan coklat muda. Hentikan
pemanasan jika terjadi perubahan warna untuk menghindari over heating
kemudian setelah itu dinginkan cawan penguap di suhu ruang, ketika suhu
cawan penguap sama dengan suhu ruang timbang cawan penguap yang berisi
garam hidrat lalu catat massanya

22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


1. Pembuatan Larutan
No Perlakuan Hasil Pengamatan
a.)Pembuatan larutan Pb Pb (NO3)2 mudah larut
(NO3)2 0,01 molar dalam air dan
sebanyak 50 mililiter menghasilkan larutan yang
berwarna jernih tak
berwarna
b.)Pengenceran larutan KI Menghasilkan larutan yang
0,05 molar menjadi 0,005 berwarna jernih tak
molar berwarna
2. Reaksi Ionik Dalam Larutan
No Perlakuan Hasil Pengamatan
a.) Pb(NO3)2 + 2KI > 2KNO3 Setelah kedua larutan
PbI2 dicampurkan, terjadi
perubahan warna larutan
menjadi berwarna kuning.
Setelah agak lama
terbentuk endapan kuning
dan larutan di atas endapan
menjadi kuning. Pada
reaksi ini terjadi perubahan
suhu.
3. Garam Hidrat
No Perlakuan Hasil Pengamatan

25
a.) Cawan porselin yang Pada cawan penguap A :
berisi garam hidrat Coklat muda
diletakkan diatas hotplate Pada cawan penguap B :
dan lakukan pemanasan putih kebiruan
hingga berubah warna
4.2 Pembahasan
1. Percobaan pembuatan larutan
Hal yang pertama dilakukan adalah timbang sejumlah Pb (NO 3)2
menggunakan gelas kimia kering, Massa sebelum nol 33,99gr, kemudian
larutkan pada asam tersebut Aqua DM sebanyak kurang lebih 20 mililiter,
setelah semua padatan larut kemudian larutan di masukkan kedalam labu takar
50 mililiter dengan menggunakan corong, kemudian bilas gelas kimia dengan
Aqua Dm sebanyak 5 mililiter selama 2 kali, setelah itu bilas batang pengaduk
dan corongnya, kemudian bersihkan leher labu takar dengan menggunakan
kertas saring, tambahkan Aqua DM dengan menggunakan pipet tetes hingga
tanda batas dapat dilihat bahwa pada larutan tidak terjadi perubahan warna dan
bentuk, tutup labu takar dan bolak balikan posisinya agar larutan menjadi
homogen.
Pada percobaan ini larutan yang akan dibentuk adalah Pb(NO3)2 0.01 M
sebanyak 50 mL dari padatannya. Untuk mendapatkan produk yang dimaksud
maka padatan dari Pb(NO3)2 di larutkan aquadm (H20) kurang lebih 20 ml.
Persamaan Reaksinya adalah :

Pb(NO3)2(s) + H2O→ Pb(NO)(aq)

Selain itu, pada percobaan ini melakukan pengenceran larutan KI 0,05 M


menjadi 0,005 M. Pada dasarnya prosesnya pengenceran suatu larutan
dilakukan dengan menambahkan aquadm dalam jumlah tertentu. Persemaan
reaksinya adalah :
KI(aq) 0,05 M + H2O → KI(aq) 0,005 M

26
dengan perhitungan pengenceran sebeagai berikut :

26
M1.V1= M2.V2

0,05 M × 10 mL = M2 × 100 mL
M2 = ( 0,05 M × 10mL) / 100mL
M2 = 0,00 5 M
2. Percobaan pembuatan reaksi ionik dalam larutan
Pada percobaan ini hasil percobaan pertama digunakan untuk
percobaan reaksi ionik dalam larutan dimana terjadi perubahan warna dan juga
perubahan massa. Perubahan warna ini terjadi dikarenakan pencampuran
anara larutan pb2NO3 dan larutan KI yang menghasilkan perubahan warna dari
awalnya bening menjadi kuning, Reaksinya yang terjadi adalah sebagai berikut:
Pb(NO3)2 + 2KI > 2KNO3 PbI2

dan untuk perubahan massanya menjadi 276.77 gr karena massa gelas kimia
yang berisi produk reaksi antara larutan pb2NO3 dan larutan KI ditambah
dengan gelas kimia kosong menghasilkan massa produk reaksi. Sedangkan
pada pengamatan yang sudah ditimbang massa larutan Pb(NO3)2 yaitu 50.38
gr dan larutan KI 100.41gr
3. Pada percobaan garam hidrat
Pada praktikum ini terdapat 3 percobaan yaitu percobaan pertama
pembuatan larutan Pb(NO3)2, dan KI 0,05m Percobaan ke dua Pada reaksi
ionik dalam larutan Pb(NO3)2 0.1 ml dan percobaan ke tiga yaitu Garam Hidrat.
Pertama Pb(NO3)2 setelah ditimbang menghasilkan masaa (0,24) tidak
terjadi perubahan warna hanya menghomogenkan larutan tersebut dengan
aqua dm Hal yang sama juga terjadi pada larutan Ki yang di encerkan menjadi
0,005ml Tidak terjadi perubahan warna.
Berbeda pada percobaan kedua yaitu pada reaksi ionik ketika campuran
Pb(NO3)2 dengan volume 58,38,diletakan pada gelas kimia disusul dengan
larutan Ki dengan volume 100,41 terjadi perubahan warna kuning yang
disebabkan oleh ion positif Pb+ dan Ki+ melakukan reaksi silang sehingga
menjadi dua senyawa

27
Pada percobaan ketiga pun demikian ketika cawan uap A dengan volume
3,429 dan B dengan volume 3,3314 yang berisi garam nitrat dipanaskan di hot plate
terjadi perubahan warna seperti pada cawan uap A perubahan warna yang
dihasilkan yaitu coklat mudah sedangkan pada cawan B warna yang dihasilkan
berbeda dengan cawan A yaitu warna putih ke biru – biruan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Stokiometri
adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan kunatitatif antara zat yang
berkaitan dalam reaksi kimia. Stoikiometri merupakan ilmu yang menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Faktor yang dapat mempengaruhi stoikiometri yaitu laju reaksi, Terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi yaitu,konsentrasi, semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula laju reaksi. Suhu,semakin besar suhu, maka
laju reaksi semakin besar (laju reaksi semakin cepat). Luas permukaan sentuhan,
semakin besar luas permukaan zat reaktan, semakincepat laju reaksi dan faktor
terakhir yang mempengaruhi laju reaksi adalah katalisyaitu zat yang dapat
mempercepat laju reaksi.
Reaksi Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan
reaktan dalam reaksi kimia. Reaksi dikatakan termasuk reaksi stoikiometri apabila
reaktan dalam reaksi habis seluruhnya, sedangkan reaksi non
stoikiometri adalah reaksi yang apabila reaktannya tidak habis
dalam reaksi tersebut, melainkan masih bersisa.
DAFTAR PUSTAKA
Amanatie. (2019). Kimia Umum. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 1–32.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-amanatie-mpd-msi/buku-
kimia-umum-biologi-pdf-resmi.pdf
Asma, S. (2013). Stoimiometri. Stokiometri, 84, 487–492.
http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933
Kasmadi, & Luhbandjono, G. (2004). Kimia Dasar I. Mkk 107, 11.
http://ondoc.logand.com/d/6440/pdf
Magfiroh, L., Santosa, Dan Suryadharma, I. B. (2016). Identifikasi Tingkat
Pemahaman Konsep Stoikiometri Pada Pereaksi Pembatas Dalam Jenis-Jenis
Reaksi Kimia Siswa Kelas X MIA Negeri 4 Malang. Pembelajaran Kimia (J-
PEK), 01(2), 32–37.
MSDS. (2006). MSDS Aquadest. 1907, 1–7.
Sarifudin. (2014). Kajian Teori Konsep Masyarakat. 12–44.
SmartLab. (2019). Lembar Data Keselamatan Bahan NINHIDRIN. Lembat Data
Keselamatan Bahan, 136, 1–8.
Warlina, L. (n.d.). Sekilas Mengenai Kimia. Kimia Dasar I, 1–23.
LAMPIRAN
1. Diagram Alir
1. Pembuatan Larutan
a.) Pembuatan larutan Pb (NO3)2 0,01 molar sebanyak 50 mililiter

Larutan Pb (NO3)2

Hal yang pertama dilakukan adalah timbang sejumlah


Pb (NO3)2 menggunakan gelas kimia kering
kemudian larutkan pada asam tersebut Aqua DM
sebanyak kurang lebih 20 mililiter
setelah semua padatan larut kemudian larutan di
masukkan kedalam labu takar 50 mililiter dengan
menggunakan corong
kemudian bilas gelas kimia dengan Aqua Dm sebanyak
5 mililiter selama 2 kali
setelah itu bilas batang pengaduk dan corongnya,
kemudian bersihkan leher labu takar dengan
menggunakan kertas saring
Tambahkan Aqua DM dengan menggunakan pipet
tetes hingga tanda batas
Tutup labu takar dan bolak balikan posisinya agar
larutan menjadi homogen
Perubahan yang terjadi
b.) Pengenceran larutan KI 0,05 molar menjadi 0,005 molar

larutan KI 0,05 molar

Pipet larutan KI 0,05 molar


Kemudian masukkan kedalam labu takar sebanyak 100
mililiter
Tambahkan Aqua DM
kemudian keringkan leher labu takar dengan
menggunakan kertas saring
setelah itu tambahkan Aqua DM dengan menggunakan
pipet tetes hingga tanda batas
tutup labu takar dan bolak balikan posisinya agar
larutan menjadi homogen
Kedua larutan digunakan dalam reaksi ionik dalam
larutan

Perubahan yang terjadi


2. Reaksi Ionik Dalam Larutan

Pb(NO3)2 + 2KI > 2KNO3 PbI2

Siapkan gelas kimia 100 mililiter kering kemudian


timbang bobotnya setelah itu nol kan
kemudian masukkan 50 larutan Pb (NO 3)2 0,1 molar
kedalam gelas kimia 100 mililiter yang telah di timbang
kemudian catat massanya
setelah itu siapkan gelas kimia 100 mililiter kering yang
lain dan timbang bobotnya setelah itu di nolkan
kemudian masukkan 100 mililiter larutan KI kedalam
gelas kimia yang telah di timbang dan catat massanya
setelah itu siapkan gelas kimia 250 mililiter kering dan
timbang massa kosongnya
kemudian campurkan kedua larutan yang telah di
timbang kedalam gelas kimia 250 mililiter
amati dan catat apa yang terjadi

setelah itu timbang gelas kimia yang berisi larutan yang


telah di campur tersebut selisih massa gelas kimia
berisi produk reaksi dengan gelas kimia kosong adalah
massa produk reaksi

Perubahan yang terjadi


3. Garam Hidrat

Garam Hidrat

Siapkan cawan penguap kering lalu timbang massa


cawan penguap
setelah itu masukkan sekitar 2 gram garam hidrat dari
salah satu garam hidrat yang telah di sediakan oleh
analis kedalam cawan penguap kosong yang telah di
timbang
kemudian catat massanya, letakkan cawan penguap
yang berisi garam hidrat di atas hot plate dan lakukan
pemanasan secara perlahan
lakukan hal yang sama terhadap garam hidrat yang
lainnya
letakkan cawan penguap yang berisi garam hidrat di
atas hot plate dan lakukan pemanasan secara
perlahan hingga terjadi perubahan warna
Hentikan pemanasan jika terjadi perubahan warna
untuk menghindari over heating kemudian setelah itu
dinginkan cawan penguap di suhu ruang
ketika suhu cawan penguap sama dengan suhu ruang
timbang cawan penguap yang berisi garam hidrat lalu
catat massanya
Perubahan yang terjadi
2. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan
a.) Pembuatan larutan Pb (NO3)2 0,01 molar sebanyak 50 mililiter

Hal yang Kemudian Setelah semua


pertama larutkan pada padatan larut
dilakukan asam tersebut kemudian
adalah timbang Aqua DM larutan di
sejumlah Pb sebanyak masukkan
(NO3)2 kurang lebih 20 kedalam labu
menggunakan mililiter takar 50 mililiter
gelas kimia dengan
kering menggunakan
corong

Kemudian Setelah itu bilas Kemudian bilas


bersihkan leher batang gelas kimia
labu takar pengaduk dan dengan Aqua
dengan corongnya Dm sebanyak 5
menggunakan mililiter selama
kertas saring 2 kali
Tutup labu
Tambahkan takar dan bolak
Aqua DM balikan
dengan posisinya agar
menggunakan larutan menjadi
pipet tetes homogen
hingga tanda
batas

b.) Pengenceran larutan KI 0,05 molar menjadi 0,005 molar

Pipet larutan KI Kemudian Tambahkan


0,05 molar masukkan Aqua DM
kedalam labu
takar sebanyak
100 mililiter,
tambahkan
Aqua DM
Kemudian setelah itu tutup labu
keringkan leher tambahkan takar dan
labu takar Aqua DM
dengan dengan bolak balikan
menggunakan menggunakan posisinya
kertas saring pipet tetes
agar larutan
hingga tanda
batas menjadi
homogen

Kedua larutan
digunakan
dalam reaksi
ionik dalam
larutan
2.) Reaksi Ionik Dalam Larutan

Siapkan gelas Kemudian Kemudian catat


kimia 100 masukkan 50 massanya,
mililiter kering larutan Pb setelah itu
kemudian (NO3)2 0,1 siapkan gelas
timbang molar kedalam kimia 100
bobotnya gelas kimia 100 mililiter kering
setelah itu nol mililiter yang yang lain dan
kan telah di timbang timbang
bobotnya
setelah itu di
nolkan

Setelah itu Dan catat Kemudian


siapkan gelas massanya masukkan 100
kimia 250 mililiter larutan
mililiter kering KI kedalam
dan timbang gelas kimia
massa yang telah di
kosongnya timbang
Kemudian Amati dan catat Setelah itu
campurkan apa yang timbang gelas
kedua larutan terjadi kimia yang
yang telah di berisi larutan
timbang yang telah di
kedalam gelas campur
kimia 250 tersebut selisih
mililiter massa gelas
kimia berisi
produk reaksi
dengan gelas
kimia kosong
adalah massa
produk reaksi
3.) Garam Hidrat

Siapkan cawan Setelah itu Kemudian catat


penguap kering masukkan massanya,
lalu timbang sekitar 2 gram letakkan cawan
massa cawan garam hidrat penguap yang
penguap dari salah satu berisi garam
garam hidrat hidrat di atas
yang telah di hot plate dan
sediakan oleh lakukan
analis kedalam pemanasan
cawan penguap secara
kosong yang perlahan
telah di timbang

Hentikan letakkan cawan lakukan hal


pemanasan jika penguap yang yang sama
terjadi berisi garam terhadap garam
perubahan hidrat di atas hidrat yang
warna untuk hot plate dan lainnya
menghindari lakukan
over heating pemanasan
kemudian secara
setelah itu perlahan
dinginkan hingga terjadi
cawan penguap perubahan
di suhu ruang warna
Ketika suhu
cawan penguap
sama dengan
suhu ruang
timbang cawan
penguap yang
berisi garam
hidrat lalu catat
massanya

Anda mungkin juga menyukai