Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KIMIA FARMASI FISIK

GGL REDOKS

Nama Penyusun :

Syarifah Khaerunnisa (22010319130032)


Shafa Alya Salsabila (22010319130036)
Meylin Dwivani (22010319130025)
Baru Ulina Br. Ginting (22010319120015)
Felicia Yang (22010317130031)
Nur Aghnia Azizah (22010317140045)

Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Semarang
2019
A. Gaya Gerak Listrik

Gaya Gerak Listrik (GGL) Gaya gerak listrik adalah perubahan dari suatu bentuk
energi ke bentuk energi listrik. Besar gaya gerak listrik dari suatu sumber secara
kuantitatif dapat diartikan sebagai energi setiap satuan muatan listrik yang melalui
sumber itu. Secara singkat, gaya gerak listrik adalah energi persatuan muatan. Gaya
gerak listrik sebuah sumber ditulis dengan simbol. Jika muatan yang digerakkan itu
adalah dQ dan usaha yang dibutuhkan dW, maka diperoleh hubungan :

ϵ = dW / dQ ............................(2.1)

Satuan GGL (ϵ) dapat diperoleh dari hubungan persamaan diatas. Jika anda coba
turunkan untuk mencarinya, anda akan peroleh bahwa satuan GGL adalah J/C atau
Volt.

Pada saat penghantar dihubungkan dengan GGL, maka GGL ini ikut dialiri arus listrik
(i) sehingga dalam sumber ini timbul tegangan ini disebut tegangan dalam sumber
diberi simbol Vs, menurut hukum Ohm dapat dinyatakan bahwa :

V = I.R ............................(2.2)

(Sumber : Sri Suratmi. 1995. Listrik Magnet. Bandung. Hal 99 – 100)

Contoh dari gaya gerak listrik adalaha angin turbin mengubah energi kinetik
angin menjadi listrik. Ketika angin berputar angin turbin menangkap energi kinetik
angin dan mengubahnya menjadi gerakan berputar untuk menggerakkan generator.
Sistem listrik angin adalah salah satu sistem energi terbarukan. Banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja turbin angin seperti kecepatan angin. Jika kecepatan angin
turbin semakin besar maka tegangan yang dihasilkan akan lebih tinggi dan jumlah Coil
giliran juga mempengaruhi tegangan yang dihasilkan (Sumiati, 2013).

B. Reduksi Oksidasi
Reaksi kimia yang melibatkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi oleh satu
atau beberapa atom seperti pada contoh diatas disebut sebagai reaksi oksidasi-
reduksi atau dikenal dengan reaksi redoks.

Oksidasi merupakan zat yang kehilangan elektron, sedangkan reduksi adalah


zat yang menerima elektron. Dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi-reduksi adalah
reaksi yang melibatkan transfer elektron.

Elektron yang dilepaskan oleh zat yang mengalami oksidasi akan diterima oleh
zat yang mengalami reduksi. Reaksi pada persamaan (1), elektron ditransfer dari
atom Zn (yang mengalami oksidasi) ke atom hidrogen (yang mengalami reduksi).

Transfer elektron yang terjadi seperti pada reaksi diatas dapat menghasilkan
energi dalam bentuk panas dan berjalan spontan seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 8. Transfer elektron yang terjadi selama reaksi oksidasi reduksi dapat pula
digunakan untuk memproduksi energi dalam bentuk listrik. Selain itu, energi listrik
dapat digunakan untuk proses terjadinya reaksi kimia yang tidak spontan.
Bagaimana kita bisa mengindikasikan suatu reaksi kimia mengalami oksidasi
atau reduksi? Pertama, kita dapat menuliskan bilangan oksidasi masing-masing zat
yang terlibat dalam suatu reaksi seperti pada Reaksi (2). Dengan menuliskan
masing-masing bilangan oksidasi zat yang terlibat selama reaksi, maka kita dapat
dengan mudah mengetahui perubahan bilangan oksidasi yang terjadi. Bilangan
oksidasi atom Zn meningkat dari 0 menjadi +2 sedangkan pada atom hidrogen
terjadi penurunan bilangan oksidasi dari +1 menjadi 0.

Gambar 8 Reaksi logam Zn yang Ditambahkan dalam Asam Klorida


Demonstrasi Ilustrasi 9 Pada reaksi oksidasi reduksi diatas terlihat secara jelas
adanya transfer elektron. Atom Zn kehilangan elektronnya, sehingga bermuatan
positif, Zn2+, sedangkan hidrogen H+ (aq) menerima elektron membentuk H2(g).
Disisi lain, terdapat reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi, tetapi kita
tidak bisa mengatakan apakah zat tersebut melepaskan atau menerima elektron.

Perhatikan pada pembakaran gas hidrogen berikut:


Hidrogen mengalami oksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan
oksigen mengalami reduksi dengan indikasi menurunnya bilangan oksidasi dari 0
menjadi –2. Oleh sebab itu, Reaksi (3) merupakan reaksi oksidasi-reduksi. Tetapi,
karena air bukanlah senyawa ionik, maka tidak terjadi transfer elektron dari
hidrogen ke oksigen seperti pada proses pembentukan air tersebut. Secara umum,
kita tidak bisa menyatakan bilangan oksidasi suatu atom dari muatannya dalam
suatu komponen kimia.

Dalam reaksi oksidasi-reduksi, harus terjadi proses oksidasi dan reduksi.


Dengan kata lain, jika salah satu zat mengalami oksidasi, maka zat lain harus
mengalami reduksi. Kita dapat membayangkan bahwa adanya zat yang mengalami
oksidasi merupakan awal terjadinya reaksi reduksi pada zat lain.

Oleh karena itu, zat yang dioksidasi disebut agen pereduksi dan zat yang
direduksi disebut sebagai agen pengoksidasi. Pada contoh reaksi oksidasi-reduksi
diatas, Zn (s) adalah agen pereduksi dan O2 (g) adalah agen pengoksidasi.

C. Penyetaraan Reaksi Oksidasi-Reduksi

Setelah mampu mengindikasi suatu reaksi oksidasi-reduksi, selanjutnya


diperlukan pengetahuan tentang cara menyetarakan reaksi oksidasi reduksi. Seperti
halnya reaksi kimia umumnya, untuk menyetarakan reaksi oksidasi-reduksi
haruslah memenuhi kesetimbangan massa, yaitu jumlah setiap element/atom harus
sama antara kedua sisi. Khusus untuk reaksi oksidasi-reduksi, ketika kita akan
menyetarakannya, terdapat suatu aturan tambahan, yaitu jumlah elektron yang
terlibat selama reaksi, baik yang dilepas oleh agen pereduksi maupun yang diterima
oleh agen pengoksidasi haruslah sama. Ada dua cara untuk menyetarakan reaksi,
yaitu:

a. Metode Bilangan Oksidasi


Prinsip penyetaraan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan metode bilangan
oksidasi adalah dengan menyamakan jumlah elektron yang dilepaskan oleh
agen pereduksi atau reduktor dan elektron yang diikatkan oleh agen
pengoksidasi atau oksidator.

Banyaknya elektron yang dilepas ataupun diterima ditentukan melalui


perubahan bilangan oksidasi yang terjadi. Dalam reaksi redoks, H2O sering
terlibat di dalam reaksi, sehingga molekul H2O perlu dituliskan dalam
persamaan reaksi. Begitu pula ion H+ dan OH- , kadang-kadang perlu
dituliskan dalam persamaan reaksi redoks untuk menyatakan apakah reaksi
berlangsung dalam suasana asam atau basa.

Sebagai contoh, barium klorit, Ba(ClO2)2, dapat disintesis dengan


mereaksikan peroksida H2O2 dengan klorin dioksida, ClO2, dalam larutan
barium hidroksida Ba(OH)2. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :

Ba2+ (aq) + 2OH- (aq) + H2O2(aq) + ClO2(aq) → Ba(ClO2)2(s) +


H2O(l) + O2(g)

b. Metode Setengah Reaksi.

Secara umum, metode penyetaraan setengah reaksi reduksi dan oksidasi


adalah:
Marilah kita menyetarakan reaksi oksidasi-reduksi dengan metode
setengah reaksi untuk contoh reaksi berikut ini.

Cr2O7 2- (aq) + Cl- (aq) → Cr3+ (aq) + Cl2(g) (dalam larutan asam)

D. Perbedaan Reduksi Oksidasi


REDUKSI OKSIDASI
 Melepaskan O2  Menangkap O2
CO2 C + O2 S + O2 SO2
 Menangkap Elektron  Melepaskan Elektron
Fe3+ + 3e Fe Cu Cu2+ +2e
 Penurunan Bilangan Oksidasi  Kenaikan Bilangan Oksidasi

Daftar Pustaka

Suniati, R., dan Zamri, A., 2013, Rancang Bangun Miniatur Turbin Angin
Pembangkit Listrik Untuk Media Pembelajaran, Jurnal Teknik Mesin,
3 (2), 1-8.

Sri Suratmi. 1995. Listrik Magnet. Bandung : Penerbit Erlangga.

Brown, T.L. dan LeMay, H.E. Chemistry-The Central Science. Fifth. Ney Jersey
USA : Prentice Hall, Inc, 1991.

Johari, J.M.C. dan Rachmawati, M. Chemistry 3A. s.l. : PT. Penerbit Erlangga, 2011.
Zumdahl, S.S. Chemistry. Second . USA : D.C. Heath and Company, 1989.

Rahayu, I. Praktis Belajar Kimia. s.l. : PT. Visindo Media Persada, 2009.

Anda mungkin juga menyukai