Anda di halaman 1dari 7

1.

2. Tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok di ruang praktikum, kecuali


jika dalam prosedur praktikum yang sedang dikerjakan mengharuskan makan atau
minum suatu zat.
3. Apabila dipakai hewan pada pengerjaan suatu percobaan atau eksperimen, maka
perlakukanlah hewan percobaan ini sebaik mungkin (animal wellfare), sebab
hewan – hewan tersebut telah berkorban untuk kepentingan pengetahuan peserta
praktikum.
4. Eutanasi hewan setiap selesai praktikum dengan cara :
a. Dislokasio cervicalis
b. Infeksi udara 1 cc
c. Injeksi KCl jenuh 1 cc
5. Berhati – hati dalam menggunakan zat – zat kimia dan bahan obat – obatan, sebab
dapat membahayakan diri sendiri maupun peserta praktikum lainnya.
6. Jaga kebersihan tempat dan ruangan pada waktu dan setelah praktikum
dilaksanakan.
7. Dilarang membuat gaduh di ruang praktikum.
8. Semua peserta harus bertanggung jawab terhadap keutuhan peralatan praktikum.
Apabila ada alat yang rusak atau hilang pada waktu penyelenggaraan praktikum
dan hal tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian peserta, maka peserta
harus mengganti biaya perbaikan atau mengganti alat tersebut.
9. Cuci tangan sehabis praktikum.
10. Semua peserta praktikum harus mengikuti seluruh kegiatan praktikum yang telah
dijadwalkan. Bagi yang berhalangan harus ada ijin dari penanggung jawab
praktikum atau memberikan tanda bukti sah atas alasan ketidakhadirannya. Bagi
yang tidak mencukupi jumLah kehadirannya pada praktikum, tidak diperkenankan
mengikuti ujian praktikum.
11. Segala hal yang belum tercakup dalam tata tertib tersebut diatas ini dan dianggap
perlu untuk menjaga tata tertib praktikum, akan diberikan secara lisan oleh
penanggung jawab ujian
1.1 Panduan penyusunan laporan praktikum
Laporan praktikum ditulis dalam format IPB, kertas A4, dengan huruf Times New Roman
12 dan 1,5 spasi. Laporan praktikum terdiri atas unsur - unsur sebagai berikut :
1. Identitas mahasiswa/kelompok praktikum beserta penanggung jawab praktikum.
2. Pendahuluan (latar belakang dan tujuan)
3. Tinjauan pustaka
4. Metodologi (Urutan prosedur kerja untuk setiap percobaan atau eksperimen yang akan
dilakukan).
5. Hasil/data pengamatan selama percobaan dilakukan beserta pembahasannya.
6. Hal – hal yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya tidak terjadi selama
pelaksanaan percobaan itu perlu dicatat dalam laporan praktikum.
7. Kesimpulan dan saran
8. Daftar pustaka

Bab II. Pemberian Obat dan Penjelasan Hewan Coba

Pendahuluan
Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka obat sering digunakan
untuk pencegahan, diagnosis dan pengobatan penyakit. Pemberian obat dapat diberikan
secara peroral, parenteral, perinhalasi, perektal dan topical. Pemberiannya tergantung pada
jenis obat dan jenis penyakit yang diobati.

Pemilihan hewan coba harus diketahui sifat – sifat hewan coba maupun cara penanganannya
serta cara pemberian obat. Seorang dokter hewan harus memiliki kemampuan dalam hal cara
pemberian obat yang baik sesuai dengan jenis hewan coba tersebut.
Katak merupakan hewan percobaan yang jarang dipakai dalam penelitian – penelitian
farmakologik, namun dalam praktikum untuk mahasiswa di laboratorium, katak memiliki
peran yang penting, antara lain karena harga katak relatif murah dibandingkan dengan hewan
– hewan percobaan lainnya. Meskipun susunan saraf pusat katak lebih sederhana
dibandingkan dengan mamalia, tetapi prinsip – prinsip dasar susunan saraf pusat dapat
dipelajari dengan menggunakan katak. Seperti halnya pada hewan yang berderajat tinggi,
susunan saraf pusat katak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu prosensefalon,
mesensefalon, rombensefalon, dan medulla spinalis. Lebih lanjut prosensefalon masih dapat
di bagi lagi menjadi dua, yaitu telensefalon dan diensefalon. Telensefalon setelah melampaui
masa embrional akan berkembang menjadi serebrum. Daerah serebrum merupakan pangkal
dari saraf otak I (nervus olfaktorius) dan saraf otak II (nervus optikus). Bagian kulit serebrum
(korteks serebri) terdiri atas berpuluh – puluh area dengan fungsi yang berbeda – beda, antara
lain sebagai pusat sensorik, pusat motorik, pusat asosiasi, pusat kesadaran, pusat penerima
rangsang penglihatan, pusat pengatur tingkah laku dan pada hewan yang berderajat lebih
tinggi, juga merupakan pusat refleks bersyarat.

Tikus selain murah dan banyak tersedia juga mudah dipelihara. Strukturnya yang menyerupai
manusia sangat bermanfaat dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi manusia.
Tikus tidak dapat muntah karena karena struktur anatomis yang tidak lazim, esophagus
bermuara ke dalam lambung, dan tidak mempunyai kantung empedu.

Tujuan
Mahasiswa mengetahui dan mempelajari tata cara handling dan pemberian obat pada hewan
labortorium, serta mengetahui fungsi cerebellum, cerebrum dan medulla oblongata terhadap
fungsi fisiologis pad tubuh.

PERCOBAAN : KEADAAN UMUM KATAK NORMAL

Alat dan bahan pada percobaan ini terdiri atas katak, papan katak, sungkup gelas, jarum/alat
penusuk (sonde), dan asam encer (H2SO4 atau HCl 0,5 N)

Metodologi
Perhatikan katak normal yang diletakkan bebas di atas papan katak atau di dalam wadah yang
agak luas. Jangan diikat atau di tempatkan di wadah yang terlampau sempit sehingga tidak
dapat bergerak secara bebas dan spontan. Amati dan catat keadaan dan sifat – sifat katak
sebagai berikut :
a. Bagaimana sikap duduk katak (posisi)
b. Hitung frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernapasannya.
c. Letakkan katak pada punggungnya dan perhatikan cara kembalinya ke sikap (posisi)
normal.
d. Perhatikan gerakan – gerakan spontannya (gerakan tanpa dirangsang) seperti
melompat dan sebagainya.
e. Bagaimana cara melompat dan besarnya rangsangan (stimuli) yang diperlukan untuk
mengadakan reaksi.
f. Letakkan katak dalam air di bak dan perhatikan cara katak berenang.
g. Letakkan sungkup kaca terbalik dalam bak air dan keluarkan udara dari dalam
sungkup sehingga sungkup penuh air; masukkan katak ke dalam sungkup dan
perhatikan cara katak berenang keluar dari dalam sungkup (refleks menghindar =
escape reflex).
h. Letakkan katak di atas papan katak dan perhatikan reaksinya bila papan dimiringkan
perlahan – lahan ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang.
i. Letakkan katak di atas papan katak dan gerakkan papan itu ke atas dan ke bawah
dengan cepat.
j. Tusuk selaput renang katak dengan sonde dan teteskan asam encer pada bekas luka
tusukan itu dan perhatikan reaksi katak setelah penetesan itu.

PERCOBAAN : PENEKANAN FUNGSI SUSUNAN SARAF PUSAT KATAK


SECARA MEKANIS

Alat dan bahan pada percobaan ini terdiri atas papan katak, jarum penusuk (sonde), dan asam
encer.

Metodologi
Penekanan mekanis susunan saraf pusat katak dilakukan dengan merusak bagian – bagian
susunan saraf pusat mulai dari bagian cranial ke caudal, dengan menggunakan jarum
penusuk. Perhatikan dan lakukan seperti percobaan 1 setiap kali setelah merusak suatu bagian
susunan saraf pusat. Isilah tabel yang tersedia.
a. Perusakan serebrum
Rusaklah serebrum katak dengan jarum penusuk, dengan cara merusak kepala
ditengah bagian tepat di belakang mata dan gerakkan ujung jarum kearah cranial dan
kiri kanannya agar seluruh bagian serebrum rusak. Dapat pula dengan menggunting
bagian kepala di atas ruang mulut secara melintang tepat di belakang mata.
Biarkan selama 10 menit kemudian lakukan percobaan seperti percobaan 1, dapat
disimpulkan pusat – pusat apa yang rusak pada perusakan serebrum (deserebrasi).
b. Perusakan medulla oblongata
Untuk merusak medulla oblongata, lakukan penusukkan kepala dengan jarum
penusuk mulai dari foramen magnum ke semua bagian di cranialnya. Perhatikan
seperti pada percobaan 1 dan simpulkan pusat apa saja yang rusak. Perusakan medulla
oblongata juga dapat dilakukan dengan menggunting dan membuang seluruh bagian
atas dari ruang mulut dari ujung belakang rongga mulut ke atas tepat di belakang
selaput pendengaran.
c. Perusakan medulla spinalis
Perusakan medulla spinalis dilakukan dengan menusukkan jarum penusuk dari
foramen magnum ke caudal. Kerusakan sering kali kurang sempurna karena ada
bagian yang tidak ikut terrusakkan berhubung medulla spinalis sangat kecil dan
panjang.
Amati seperti pada percobaan 1 di atas.
Perhatikan perbedaan hasil pengamatan setelah perusakan dengan hasil percobaan 1 di
atas serta tentukan pusat – pusat apa yang dirusak serta fungsi apa saja yang ditekan.

Perubahan – perubahan yang terjadi setelah perusakan susunan saraf pusat secara bertahap

Aktivitas katak Normal Sesudah Sesudah Perusakan Sesudah Perusakan


Perusakan Medulla Oblongata, Medulla Spinalis
Serebrum Lobus Optikus, dan
Serebelum
Kesadaran
Gerakan Spontan

Posisi Waktu Istirahat

Frekuensi Denyut
Jantung
Frekuensi Pernapasan

Keseimbangan

Reaksi Terhadap Asam

Tonus Otot

Refleks – Refleks

Lain-lain

PERCOBAAN : HANDLING DAN PEMBERIAN OBAT PADA TIKUS.


Handling dan pemberian obat pada tikus
Tikus dikeluarkan dari kandang dengan memegang ekornya (setelah itu dengan menggunakan
kain lap bagian muka tikus ditutup). Kemudian dengan tetap memegang ekor bagian tekuk
tikus difiksir dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V. Jika cara pegang
benar, tikus tersebut tidak akan dapat bergerak lagi. Dengan sonde lambung yang telah
dipasangkan pada ujung spuid obat dimasukkan melalui mulut ke esophagus masuk ke
lambung. Proses memasuk kan sonde lambung harus secara perlahan dengan mengikuti gerak
menelan dari hewan. Jika hewan tersebut memberikan refleks batuk, maka sonde ditarik
keluar kembali karena masuk ke saluran pernapasan. Setelah itu obat dimasukkan, sonde
ditarik keluar dan tikus kembali ke kandangnya.

Handling dan pemberian obat pada kelinci


Kelinci adalah hewan yang mudah stress, karena itu harus dipegang dengan hati – hati.
Pemberian obat dilakukan dengan perinjeksi intravena pada vena auricularis atau perinjeksi
intra peritoneal. Setelah mendapatkan letak vena auricularis obat dapat disuntikkan.

Penanggung jawab prak :


Tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai