Anda di halaman 1dari 31

Toksikologi Forensik

Analisis Biomedik dan Forensik


Universitas Bhakti Kencana, Bandung
Agenda
Pendahuluan, Istilah dan
01 definisi
Molekul-molekul yang
02 berpotensi terlibat dalam
toksikologi forensik

03 Spesimen

04 Metode analisis
Istilah dan definisi
Toksikologi forensic adalah aplikasi toksikologi pada bidang
hukum dalam investigasi medik dan legal yang berkaitan
dengan kematian, keracunan atau penggunaan obat-obatan.
Dalam pelaksanaanya, toksikologis tidak bekerja sendiri,
namun juga melibatkan disiplin ilmu lain seperti: kimia
analisis, farmakologi dan kimia klinis.

Toksikologis forensic tidak focus pada bagaimana


penegakan hukumnya tapi lebih focus pada bagaimana
interpretasi hasil peneylidikan pada suatu kasus. Ahli ini
hrs memperhatikan:
 Konteks penyelidikan
 Gejala-gejala fisik pada korban
 Bukti yang ditemukan pada TKP (Apakah ditemukan
botol obat, bahan kimia tertentu, residu jejak, dll)
Istilah-istilah
Racun (poison)
Senyawa alami atau sintetik yang dapat membahayakan makhluk hidup pada
jumlah tertentu jika terabsobsi, tertelan, atau terhirup. Racun dapat
menyebabkan organisme menjadi sakit, cacat, perubahan pada struktur tubuh
atau bahkan kematian. Racun-racun paling mematikan:
 Toksin Botulinum A (dari
Toksin Clostridium botulinum)
Toksin sering dianggap sebagai kelompok khusus dari racun.  Toksin tetanus A (Clostridium
Toksin adalah racun yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Toksin tetani)
yang berasal dari makhluk hiduo ini juga sering disebut sebagai
biotoksin atau toksin alami. Contoh: bisa ulat  Toksin diphtheria
(Corynebacterium diphtheriae)
Toksikologi  Dioksin (industry)
 Muskarin (Amanita muscaria)
Ilmu yang mempelajari tentang molekul-molekul kimia yang  Botutoxin (genus Bufa)
membahayakan kehidupan makhluk hidup (racun, toksin, obat)..  Sarin (Industri)
Toksin dihasilkan oleh makhluk hidup dengan 2 fungsi: 1).
Predasi (membunuh mangsanya, missal pada: laba-laba,
jellyfish, anemone laut), 2). Pertahanan diri, missal pada:
lebah, brokoli)
Toksin botulinum kini banyak digunakan
dalam perawatan kecantikan
Racun (toksin) dapat membahayakan kehidupan jika telah kontak dengan
tubuh dan berinteraksi dengan bagian tertentu dalam tubuh. Berdasarkan
lokasi efek yang ditimbulkan racun dapat dibedakan:
 Hemotoksin
 Fototoksin
 Nekrotoksin
 Neurotoksin
Tugas toksikologis forensic adalah:
Menemukan zat beracun (termasuk obat) pada korban
Menentukan kadarnya
Mengkaji efek yang mungkin timbul akibat zat beracun
tersebut
Toksikologi Postmortem
Menganalisis specimen biologi yang diperoleh dari proses autopsy untuk
mengetahui efek obat atau racun.

Toksikologi kinerja manusia (human performance toxicology)


Menguji hubungan antara dosis-respon suatu obat yang ada dalam tubuh
dengan efek-efek yang timbul pada tubuh tersebut. Toksikologi ini
berperan dalam uapaya penentuan/pembentukan hokum.peraturan, missal:
ketentuan bahwa mengemudi kendaraan tidak boleh dalam pengaruh
alkohol
Forensic Drug Testing
Mendeteksi obat-obat yang digunakan seseorang pada tempat kerja,
doping, penyalahgunaan obat dan skrining pada proses seleksi tenaga
kerja

Pengelompokan toksikologi forensik


Otopsi adalah proses pembedahan jenazah yang
dilakukan untuk mengetahui penyebab, kapan dan
bagaimana suatu kematian terjadi.

Otopsi dilakukan pada kasus kematian yang:


 Kematian tiba-tiba
 Tindak kekerasan (KDRT/bullying/kekerasan seksual/
criminal lainnya)
 Tidak natural atau mencurigakan (bunuh diri, overdosis
obat, atau diracun)
 Korban kecelakaan
 Kematian setelah prosedur di RS
 Kematian yang tidak diketahui penyebabnya
Tantangan
Penentuan jenis racun yang tertelan, bukan hal yang mudah. Karena molekul yang tertelan tersebut akan
mengalami proses absorbs, distribusi, metabolism dan eliminasi, sehingga molekul racun akan menyebar
luas dalam tubuh dalam matriks yang snagat kompleks dan bahkan kadang sudah tidak lagi dalam bentuk
molekul utuhnya.

Heroin

metabolisme

Morfin
Spesimen
Spesimen yang diuji biasanya dikumpulkan oleh ahli patologi
forensic atau teknisi kamar mayat saat otopsi.

Spesimen harus diidentifikasi dan dilabel secara benar dan disegel


sesegera mungkin setelah dikumpulkan

Bagaimana
menentukan jenis
specimen yang tepat
pada setiap kasus?
Spesimen yang direkomendasikan pada kasus
postmortem
Type of death case Recommended specimens
Suicides, motor vehicle crashes, and industrial
Blood, urine, vitreous humour, liver
accidents
Blood, urine, vitreous humour, gastric contents, bile,
Homicides and/or suspicious
liver, hair
Blood, urine, vitreous humour, gastric contents, bile,
Drug-related
liver, hair
Blood, urine, vitreous humour, lung fluid or tied-off
Volatile substance abuse
lung, liver
Heavy metal poisoning and exposure to other
Blood, urine, vitreous humour, liver, hair, kidney
poisons
URIN

Urin disukai sebagai spesiemn karena:


• Proses samplingnya mudah (non-invasive)
• Sampel dapat diambil pada proses postmortem
(dari kandung kemih)
• Matriksnya lebih sederhana
Namun
• Analisis racun pada sampel urin tidak mampu
memberi informasi tentang tingkat kerusakan
yang disebabkan oleh racun tersebut, hanya
menunjukan tingkat keterpaparannya
Obat/racun dapat bertahan pada urin dalam kurun waktu yang bervariasi

Alkohol 7-12 jam

Metabolit kokain 2-4 hari

Morfin 48-74 jam

Mariyuana sekali pakai 3 hari

Mariyuana penggunaan sedang 5-7 hari


(sekitar 4 kali perminggu)

Dan pada penggunaan rutin (harian) Hingga 30 hari

Diperlukan ±50 ml urin


DARAH

Sekitar 10 ml sampel darah


diperlukan dalam Blood is often the specimen of choice for detecting, quantifying
pemeriksaan and interpreting drugs and other toxicant concentrations.
Concentrations of drugs and other toxicants in blood may be
useful for establishing recent drug ingestion and to determine
the effect of a drug on the deceased at the time of death, or at
the time the blood was taken. This can complicate the
investigation when someone has been taking prescription
medications for some time.

Post-mortem blood presents problems due to often variable


condition and changes to concentrations from one place to another
in the body after death. The degree of decomposition can also
interfere with testing as these specimens can be difficult to
analyse.
Liver

Liver merupakan jaringan padat


dimana obat (racun)
dimetabolisme. Pada kasus
postmortem jaringan ini sering
dipilih sebagai specimen karena
pada jaringan ini obat/racun
terkonsentrasi (kadang tidak
terdeteksi pada darah).

Namun analisis liver


sangat kompleks,
Vitreous Humour

Substansi yang menyerupai gel jernih yang


terdapat pada mata

Vitreous humour biasa digunakan untuk menganalisis kadar alcohol dalam darah
(kadar alcohol dalam vitreous humor biasanya sekitar 20% lebih tinggi dibandingkan
pada darah). Pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada kasus:
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Kecelakaan kerja
 Bunuh diri
 Pembunuhan
Isi perut
Obat dan racun biasanya memasuki tubuh melalui saluran cerna, sehingga
sangat mungkin mendeteksi obat atau racun dengan menggunakan specimen
pada perut (lambung). Pada lambung juga memungkinkan ditemukan tablet
atau kapsul yang belum hancur

Tulang dan sumsum tulang

Tulang terutama sumsum tulang kadang juga digunakan dalam toksikologi


forensic. Sampel tulang mudah untuk diekstraksi, namun belum data yang
menunjukan bagian tulang mana yang sebaiknya diuji.
RAMBUT

 Rambut mampu mengakumulasi zat beracun yang dikonsumsi dalam dosis


tinggi dan atau jangka Panjang.
 Zat beracun dalam sirkulasi darah akan terbawa ke rambut dan tersimpan pada
folikel
 Rambut tumbuh dengan kecepatan 1-1,5 cm perbulan
 Pengujian zat beracun dalam rambut dengan potongan melintang pada
berbagai folikel rambut dapat memberi gambaran sejak kapan zat beracun
tersebut masuk ke dalam tubuh
 Semakin gelap dan kasar rambut, mampu menyimpan zat beracun dalam
jumlah yang lebih besar
METODE ANALISIS
 Analisis dimulai dengan skrining untuk menentukan
senyawa beracun apa yang ada pada korban
 Analisis dilanjutkan dengan konfirmasi dan atau analisis
kuantitafnya
 Konfirmasi tidak harus dilakukan dengan metode analisis
yang berbeda
 Metode analisis yang digunakan harus tervalidasi
 Pemilihan metode analisis yang digunakan sangat
dipengaruhi oleh jenis analit atau senyawa yang diduga
racun

Klasifikasi senyawa beracun (agen) berikut akan membantu


menentukan metode analisis yang tepat:
 Agen korosif
 Agen gas dan volatile
 Racun logam
 Agen organic non-volatile
 miscelaneous
Dalam pengujian satu specimen, ahli toksikologi
forensic biasanya akan melakukan satu seri pengujian
terhadap:
 Sejumlah OTC
 Obat-obat yang diresepkan
 Obat-obatan terlarang
 Alkohol, dan
 Senyawa beracun lainnya (logam, racun inhalasi,
racun dari lingkungan (pestisida, insektisida), CO,
Sianida
 Racun-racun lain yang diduga berdasarkan data TKP
dan data lainnya
Substance(s) Examples
Chemically known as ethanol. Test also
Alcohol
includes methanol and acetone1.
Paracetamol (acetaminophen), tramadol 9
Analgesics (ConZip™, Ryzolt™, Ultracet, Ultram in the
U.S.), Salicylates (aspirin)
Tricyclics (e.g., imipramine, amitriptyline) ;
Antidepressants SSRIs (fluoxetine [Prozac®], sertraline
[Zoloft®])
doxylamine, chlorpheniramine,
Antihistamines (sedating)
Obat-obat yang diphenhydramine
old and newer generation including depot
diuji pada Antipsychotics
injections (subcutaneous or intramuscular
injections of long-lasting medication);
pengujian Haloperidol; Risperidone
all available (diazepam [Valium®], alprazolam
postmortem rutin [Xanax®]; zolpidem (Ambien®, Ambien CR,
Benzodiazepines and “Z” drugs Intermezzo®, Stilnox®, and Sublinox®),
zopiclone (Imovane®, Zimovane), zaleplon
(Sonata® and Starnoc)
tetrahydrocannabinol (THC) (Marijuana, pot)
Cannabis
and its metabolites
Diltiazem (calcium channelblockers),
Cardiovascular drugs Disopyramide (names Norpace® and
Rythmodan®), propranolol (beta blocker)
Cocaine cocaine and its metabolites
codeine, methadone, pethidine, morphine,
Narcotic analgesics
hydrocodone, oxycodone, fentanyl
Amphetamine, methamphetamine, MDMA
Obat-obat yang tidak termasuk dalam pengujian postmortem rutin

Substance(s) Examples
(some only) lamotrigine (Lamictal®), valproate,
Anti-convulsants
phenytoin
Phenobarbital, butalbital, many other prescribed (or
Barbiturates
otherwise obtained) Barbs
synthetic cathinones and synthetic cannabinoids (“bath
Designer drugs
salts”, “plant food”, “spice”, etc.)
Digoxin used to treat arrhythmias and heart failure
gamma-hydroxybutyrate(“Juice”, “Liquid Ecstasy”,
GHB
Fantasy)
LSD hallucinogen rarely seen in coroners cases

Environmental Toxicants carbon monoxide; cyanide; pesticides; herbicides; metals


Immunoassay
 Metode ini lazim digunakan
dalam skrining
 Immunoassay adalah uji Pengujian ini dapat memberi hasil: positif
laboratorium yang memanfaatkan benar (true positive), positif palsu (false
reaksi spesifik suatu molekul positive), negative benar (true negative),
dengan antibody) negative palsu (false negative)
 Uji ini mendeteksi apakah sampel
uji positif/negative mengandung Apa artinya?
targeted drug

Jika hasil skrining positif, maka


harus dilakukan uji konfirmasi.
Konfirmasi sebaiknya
menggunakan metode dengan
detector MS (spektroskopi massa.

Mengapa?
Uji immunoassay spesifik untuk obat-obat tertentu telah banyak tersedia,
terutama obat-obat yang berpotensi disalahgunakan
Contoh: buprenorfin,
GC atau GC-MS

LC-MS

AAS atau ES

XRD
Pustaka
 Wagner, Jarrad R. (2020), "Introduction to forensic toxicology", An Introduction to Interdisciplinary
Toxicology, Elsevier, pp. 445–459, doi:10.1016/b978-0-12-813602-7.00032-6, ISBN 978-0-12-813602-7,
S2CID 213092492, retrieved 2021-03-04
 www.forensicsciencesimplified.org. Retrieved 2022-05-11
 Adatsi, F.K. (2014), "Forensic Toxicology", Encyclopedia of Toxicology, Elsevier, pp. 647–652,
doi:10.1016/b978-0-12-386454-3.00387-0, ISBN 978-0-12-386455-0, retrieved 2021-05-12
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai