Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

KERACUNAN PROPOXUR

AGNES DANIELLA
206100802030
Pembimbing :
dr. RICKA BRILLIANTY ZALUCHU, Sp.KF

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RSUD dr. DORIS SULVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
DEFINISI RACUN PENDAHULUAN
WHO : kondisi mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif
menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek,
PREVALENSI
perlaku, fungsi, dan respon psikofisiologis
Menurut WHO di seluruh dunia diperkirakan
Propoxur atau C11-H15-N-O3 yang biasa disebut per tahunnya terjadi 400.000 – 2.000.000 orang
Aprocarb (senyawa karbamat) mengalami keracunan pestisida yang
menyebabkan kematian antara 10.000 – 40.000
orang

KERACUNAN Di Indonesia, diperkirakan terjadi


PROPOXUR 300.000 kasus keracunan setiap
tahunnya
GOLONGAN RACUN

Berdasarkan Sumber
(hewan,tumbuhan,mineral,sintetik)

Berdasarkan Tempat Berada


(alam bebas,rumah tangga,pertanian,industri, makanan,obat)

Berdasarkan Mekanisme Kerja


(Sistemik,lokal,sistemik-lokal) 3
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja racun
•Cara Pemberian
•Keadaan Tubuh
• Umur
• Kesehatan
•Kebiasaan
•Alergi-idiosinkrasi
•Racunnya sendiri

4
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
1. Pemeriksaan di tempat kejadian
2. Autopsi
a. Pemeriksaan Luar
b. Pembedahan Jenazah
3. Analisis Toksikologi

5
Sampel
Analisis Toksikologi

a. pemeriksaan racun-racun organis,


baik yang mudah menguap maupun
yang tidak mudah menguap.

Darah
b. menentukan
keracunan
Urin
logam berat
yang akut

c. analisa zat organik non volatile, misalnya


obat sulfa, barbiturate, salisilat dan morfin.
Analisis Toksikologi
d)Darah, tulang, kuku, dan rambut pemeriksaan
keracunan logam yang bersifat kronis.
e) Untuk racun yang efeknya sistemik, harus dapat
ditemukan dalam darah atau organ parenkim
ataupun urin.

8
Pengambilan Bahan Pemeriksaan Toksikologi
• Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap
pada waktu autopsi.
• Pengambilan darah dari jantung dilakukan secara terpisah dari
sebelah kanan dan sebelah kiri masing-masing sebnayak 50 ml.
• Urin dan bilasan lambung diambil semua yang ada didalam
kandung kemih untuk pemeriksaannya.
• Organ hati harus diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan
patologi anatomi
• Ginjalintoksikasi logam

9
Tes obat/zat pada jenazah/korban
•Informasi kasus di Tempat Kejadian Perkara
•Tanda klinis pada jenazah
•Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi
•Pemeriksaan sampel atau pengiriman sampel
•Menentukan kematian akibat racun atau bukan.
•Menentukan cara kematian apakah karena kecelakaan, bunuh diri
atau pembunuhan.

10
Tes obat pada tempat kerja
•Tempat kejadian perkara  urine dan darah, muntahan, sisa
barang bukti
•Institusi  mencegah penyalahgunaan obat, misal pada:
pegawai, calon pegawai, mahasiswa baru/pindah sekolah, atlit
•Pelayanan kesehatan  Intoksikasi

11
Identifikasi obat/zat berbahaya
•Memberantas penyalahgunaan obat/zat berbahaya:
Napza, formalin, boraks, zat pewarna pada
makanan/minuman
•Tes cepat  kit misal narkotik tes
•Konfirmasi  pemeriksaan di laboratorium

12
Masuknya racun kedalam tubuh

• Mulut (Oral, ingesti)


• Suntikan
• Inhalasi
• Dubur
• Vagina

13
Sumber dan cara kerja racun
•Rumah tangga
•Dunia kedokteran
•Lapangan pertanian
•Industri atau laboratorium
•Di alam bebas
Cara kerja racun :
-Setempat
-Umum
-Setempat dan umum

14
Intoksikasi

Kecelakaan
Tidak sengaja/tidak tahu
Sengaja bunuh diri, pembunuhan

Dokter
Para medis memahami
Tenaga medis intoksikasi

15
Kriteria diagnostik pada kasus keracunan

•Anamnesa korban kontak dengan racun


•Tanda dan gejala
•Ditemukan kelainan pada tubuh korban
•Sebab kematian lain dapat disingkirkan
(tergantung kasus)
•Analisa kimia

16
Toksikologi Forensik dan Toksikologi klinik

Untuk menentukan hal tersebut perlu koordinasi antara


penyidik, ahli patologi forensik dan laboratorium
toksikologi

Semua zat dapat menyebabkan intoksikasi tergantung


jenis, dosis, interaksi, cara penggunaan dan kondisi
pasien.
17
Jenis-jenis keracunan

Karbon Monoksida
(CO)

Arsen (As)
Keracunan Timbal
Alkohol
Metil Alkohol HIDROKARBON
TERKHLORINASI Organofosfat
Insektisida
INHIBITOR KARBAMAT
KOLINESTERASE (Propoxur)
Insektisida
•Sumber : banyak dipakai dalam pertanian, perkebunan dan dalam
rumah tangga.
•Keracunan terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri,
jarang sekali karena pembunuhan
•Penggolongan : Hidrokarbon terkhlorinasi termasuk DDT, Aldrin,
Dieldrin, Endrin, Chlordane, Lindane dan Inhibitor Kolinesterase
terbagi organofosfat, karbamat

19
Insektisida gol inhibitor kolinesterase

Farmakokinetik : diabsorpsi cepat dan efektif melalui oral, inhalasi,


mukosa dan kulit. Diekskresi dalam bentuk metabolit melalui urin.
Mengikat enzim asetil kolinesterase

Diabsorbsi

Diekskresi dalam urine:
gol. Organophosphat inhibisinya bersifat irriversible,
sedangkan gol. Carbamate inhibisinya riversible. 20
Insektisida gol inhibitor kolinesterase
Kematian karena gagal
pernapasan & blok
jantung
Farmakodinamik :
mengikat enzim AChE → AChE inaktif

akumulasi asetil kholine

bekerja pada ganglion simpatik & parasimpatik, reseptor parasimpatik,
neuromuscular junction, neurotransmitter sel-sel saraf

Terjadi kontraksi pupil, stimulasi otot-2 G.I. tract, stimulasi saliva,
kelenjar keringat, kontraksi otot-2 bronchial, kontraksi kandung kemih.
21
Insektisida gol inhibitor kolinesterase
•Pemeriksaan ked forensik : Keracunan akut ditemukan
tanda asfiksia, odem paru dan bendungan organ serta
bau zat pelarut minyak tanah.
•Saat kritis 4-5 jam pertama.
•Keracunan kronis, diketahui dengan penentuan kadar
AChE dalam darah.

22
•Takaran fatal untuk golongan organofosfat,
malathion 1-5 gram; parathion 10 mg/kgBB;
systox 100 mg; dan tetraetilpirofosfat 0,4
mg/kgBB.
•Takaran fatal untuk golongan karbamat,
aldicarb 0,9 mg/kgBB dan propoxur 95
mg/kgBB.

23
Gejala Keracunan
Keracunan insektisida golongan ini dapat diduga bila:

•Gejala-gejala cepat timbul


•Gejala-gejala bersifat progresif
•Gejala-gejala tidak dapat dimasukkan ke dalam suatu
sindroma penyakit apapun dan pengobatan biasa tidak
menolong

24
Gambaran klinik

a.       Keracunan Akut


Tanda dan gejala timbul dalam waktu 30–60 menit dan mencapai maksimum dalam 2–8
jam.
Keracunan ringan : Anoreksia, sakit kepala, pusing, lemah, ansietas, tremor lidah dan
kelopak mata, miosis, penglihatan kabur.
Keracunan Sedang : Nausia, Salivasi, lakrimasi, kram perut, muntah– muntah, keringatan,
nadi lambat dan fasikulasi otot.
Keracunan Berat : Diare, pin point, pupil tidak bereaksi, sukar bernafas, edema paru,
sianons, kontrol spirgter hilang, kejang – kejang, koma, dan blok jantung.
Lanjutan…
b.      Keracunan Kronis
Untuk karbamat ikatan dengan AchE hanya bersifat sementara dan akan lepas
kembali setelah beberapa jam (reversibel ) . Gejala–gejala bila ada dapat
menyerupai keracunan akut yang ringan, tetapi bila eksposure lagi dalam
jumlah yang kecil dapat menimbulkan gejala–gejala yang berat.
Pemeriksaan Pada Korban Mati

•Pemeriksaan tempat kejadian


•Pemeriksaan luar
•Pemeriksaan dalam
•Pemeriksaan laboratorium

27
Pemeriksaan Tempat Kejadian
•Penting untuk membantu penentuan penyebab
kematian dan menentukan cara kematian.
•Dilakukan dengan memeriksa tempat obat, ada sisa
obat atau pembungkusnya. Bila terdapat muntahan 
diambil dengan kertas saring  disimpan dalam toples

28
Pemeriksaan Luar
•Pakaian: perhatikan bercak racun, bau dan distribusinya
– Bunuh diri: distribusi bercak racun beraturan
– Pembunuhan: distribusi bercak racun tidak beraturan
– Kecelakaan: distribusi bercak racun tidak khas
•Lebam mayat: warna sama dengan keadaan mati normal
•Bau khas dari mulut dan hidung: bau khas dari bahan pelarut
insektisida

29
Pemeriksaan Dalam
•Bau dari zat pelarut mungkin didapat saat membuka rongga
tengkorak, rongga dada atau lambung
•Lambung dan usus halus bagian atas tampak hiperemis dengan
perdarahan di submukosa
•Pada lambung tercium bau pelarut
•Limpa, otak, paru-paru tampak kongestif dan edematous
•Hati mungkin nekrosis (keracunan kronis)

30
Pemeriksaan Laboratorium

1. Cara Edson: berdasarkan perubahan pH darah


D
B
r

a
o
m
-
T

r
i
m
o
l
-

a
B
i
r
Analisa hasil
h
u

P
e
r
75%-100% Normal
u 50% - < 75% Keracunan Ringan
b 25% - < 50% Keracunan Sedang
a < 25 % Keracunan Berat
h
a
n

W
a
r
n 31
a
2. Cara Acholest: KONTROL

Darah (korban) Darah (normal)

Kertas Acholest Kertas Acholest


Intepretasi

18 menit
Perubahan warna
Keracunan (-)
Keracunan
Perubahan warna
20-35 menit Ringan
35-150 menit Keracunan NB:
Berat
Kuning Telur Catat waktu
32
3. Kristalografi :
•Bahan yang dicurigai sisa makanan atau minuman,
muntahan, isi lambung  masukkan ke gelas beker 
panaskan sampai kering  larutkan dalam aceton 
saring dengan kertas saring  Filtrat yang didapat,
diteteskan dalam gelas arloji  panaskan sampai
kering  lihat di bawah mikroskop
•Kristal-kristal seperti sapu: golongan hidrokarbon
terkhlorinasi. 33
Filtrat &
Pemband Kaca
4. Kromatografi ing
lapisan tipis (TLC)
Keringkan Pelarut
Reagen 1 Hitam/ (n-Hexan)
palladium Reagen
gelap : 2
klorida difenilami
golongan
0,5% n 0,5%
Hidrokarb
dalam dalam
on
HCL alcohol
terklorina
pekat si
Hijau,
dasar
dadu :
golongan
organofos 34
fat
Contoh-contoh produk mengandung karbamat (Propoxur)

35
Penatalaksanaan Keracunan

•Stabilisasi Pasien

•Dekontaminasi

36
•Pemberian Antidotum
Stabilisasi Pasien

airway

Breathi circula
ng tion
37
Dekontaminasi Pasien

Gastoin
testinal bila mata

kulit 38
Pemberian Antidotum

Agen Antimuskarinik

Sulfas atropin Harus dihentikan


Lebih dari1 menit
Dws : 1 – 5 mg secara perlahan
Dosis digandakan
IV untuk mencegah
dan diulang 0,01
Anak : 0,01 – – 0,05 mg/kg/iv tanda dan gejala
0,05 mg/kg IV muncul kembali

39
Pemberian Antidotum
Agen Antimuskarinik
 berfungsi
gejala –gejala muskarinik perifer (pada ototpolos
dan kelenjar eksokrin) maupun sentral
Tapi tidak untuk!! →gejala kolinergik pada otot
rangka

40
Pemberian Antidotum

Oxime
mereaktivasi enzim kholinesterase dengan
membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif
enzim
1 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam

digunakan jika dengan atropine tidak membaik


41
Pemberian Antidotum
Efek samping Oxime
Dizziness
Pandangan Kabur
 Pusing
 Drowsiness
 Nausea
 Takikardi
 Peningkatan Tekanan Darah
 Hiperventilasi
 Penurunan Fungsi Renal
 Dan Nyeri Pada Tempat Injeksi
42
Pemberian Antidotum

Pralidoksim
Pralidoksim tersedia dalam berbagai macam bentuk, seperti garam
klorida, iodida, metilsulfat, dan mesilat (metansulfonat)

Dosis awal untuk dewasa 1 – 2 gram IV normal, infus lebih dari 15-
30 menit dalam 250 larutan garam; Dosis awal untuk anak 20 – 50
mg/kg IV, infus lebih dari 15-30 menit
sebagai larutan garam normal 5%, maksimum 1 gram

 Pengulangan 1-2 jam kemudian, setiap 6 – 12 jam setelah


terindikasi 43
Contoh Visum et repertum
44
45
46
47
THANK
YOU
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanen, D.A. Organophosphorus and Carbamate Insectisides in Poisoning & Drug Overdose Fifth Ed. Olson, K.R., et al.
(Eds.). McGrawHill Companies, Inc./Lange Medical Books. New York. 2007.
2. Henry, J. and H. Wiseman. Management of Poisoning: A handbook for health care workers. International
Programme on Chemical Safety. World Health Organization in collaboration with United Nations Environment
Programme and International Labour Organization. Geneva. 1997.10
3. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001

4. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0191.htm (diunduh : Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai