Anda di halaman 1dari 20

Keracunan Pestisida pada Petani

Anis Adilah ‘Izzati Binti Azizan


102011432
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,
Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
anis_adilah@hotmail.com

Abstrak
Pestisida sangat berbahaya bagi manusia, bahkan bisa menyebabkan kematian. Padahal bagi petani, pestisida hampir
menjadi santapan keseharian, terutama saat tanaman yang membutuhkan perawatan intensif. Pestisida bisa masuk
melalui kulit, saluran pernapasan atau tertelan melalui mulut. Terdapat dua jenis pestisida yang sering digunakan
iaitu dari jenis organofosfat dan organoklorida. Kedua-duanya memberikan gejala keracunan yang berbeza dengan
gejala toksisitas yang berbeza. Organofosfat bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) dengan menghambat kerja
asetilkolin manakala orgaoklorida bersifar neurotoksin. Kelalaian pada saat penyemprotan menyebabkan tubuh kita
mengalami keracunan pestisida. Keracunan pestisida pada manusia menunjukkan gejala yang berbeda-beda,
tergantung pada jenis bahan aktif pestisida yang meracun. Gejala keracunan biasanya tertera pada kemasan,
sehingga disarankan jangan memindahkan pestisida pada tempat lain apalagi wadah kosong yang orang lain tidak
bisa mengetahuinya dengan pasti. Usahakan pestisida selalu pada kemasannya. Hal ini sangat penting untuk
menentukan penanganan lebih lanjut saat mengalami keracunan pestisida. Tindakan awal mengobati gejala
keracunan pestisida amat penting untuk mengelakkan terjadinya keadaan kematian.

Kata kunci : Pestisida, organofosfat, organoklorida, susunan saraf pusat, neurotoksin

Abstract
Pesticides are very dangerous for humans because it can cause to death. But as we know farmers use pesticides in
every single day in their life especially if th crops require intensive care. Route of entreeof the pesticides is through
the skin, inhalation or swallowed by mouth. There are two types of pesticide which are often used; the
organophospate and organochloride. Both give different poisoning symptoms. Organophosphate worked on central
nervous ordering (CNS) by inhibits the acethylcholine neurotransmitter whilts orgaochloride act as a neurotoxin.
Carelessness during handling cause our bodies to experience a pesticides poisoning. Pesticide poisoning in humans
shows different symptoms depending on the type of active ingredient in the pesticide. Poisoning symptoms usually
are labelled on the container, so it is recommended not to move pestisida elsewhere and used empty container should
be dispossed thoroughly. It is very important to determine the wat to handle when someone experienced pesticides
poisoning. Early act durig pesticide poisoning avoid the occurrence of circumstances death.

Key words : Pesticides, organophosphate, organochloride, central nervous system, neurotoxin

1
Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Secara umum pestisida didefenisikan sebagai senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh hama, termasuk serangga, hewan pengerat, jamur dan tanaman yang tidak diinginkan
(gulma). Pestisida digunakan dalam kesehatan masyarakat untuk membunuh vektor penyakit,
seperti nyamuk, dan dalam pertanian, untuk membunuh hama yang merusak tanaman.
Menurut Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1973, Pestisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
- Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
- Memberantas rerumputan;
- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
- Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak
termasuk pupuk;
- Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak;
- Memberantas atau mencegah hama-hama air;
- Memberantas atau mencegah binatang binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;
- Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit
tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas
nyamuk, kepinding, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini
secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang. Kematian yang disebabkan oleh
keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu menggunakannya, maupun
karena disalah gunakan (untuk bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah
diproduksi dengan usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya
toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga.

2
Skenario
Sekelompok orang datang membawa seorang laki-aki yang pingsan ke puskesmas di
pinggiran kota. Ketika dokter akan memulai anamnesis, tiba-tiba datang lagi tiga orang dari
komunitas yang sama, masing-masing mengalami muntah-muntah, pusing dan pandangan kabur.

Pembahasan

Pemeriksaan Terhadap Pasien

1. Anamnesis

Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang
diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan
jawaban yang sesuai dengan pertanyaan. Sekiranya pasien berada di dalam keadaan yang
mengakibatkan dia sukar untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, seorang dokter mampu
menggunakan alloanamnesis, cara menanyakan tertentu kepada orang yang terdekat pada pasien
dalam tujuan untuk mengobati pasien. Untuk pasien dalam kasus yang datang dengan keadaan
pingsan maka dilakukan allonamnesis kepada ornag yang membawa pasien ke puskesmas,
seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi sedapatnya untuke menegakkan
diagnosis. Antara soalan yang ditanyakan adalah:1

1. Nama, usia, jenis kelamin, tinggi, berat badan, pekerjaan


2. Masalah atau komplain utama pasien dan riwayatnya
 Site
 Onset
 Character
 Radiation
 Associations
 Time
 Exacerbating and Alleviating factors
 Severity
3. Riwayat kesehatan pada masa lalu

3
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat pendidikan
6. Status sosial keluarga
7. Lingkungan
8. Alergi dan kebiasaan pasien

Antara soalan yang harus diajukan pada pasien yang diduga menghidap keracunan
pestisida adalah:-1

a) Apakah gejala-gejala awal sebelum pengsan?


b) Adakah terdapat pajanan sewaktu bekerja?
c) Adakah memakai alat pelindung diri sewaktu bekerja?
d) Adakah menggunakan narkoba atau merokok?
e) Terdapat kejadian seperti ini atau tidak sebelum ini?
f) Riwayat penyakit lain?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dijalankan adalah bertujuan untuk mengidentifikasi dan


menunjang penyakit yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisis yang dijalankan harus bersifat
umum. Pada pemeriksaan fisis umum yang dijalankan, diperlihatkan beberapa kriteria melalui
pemeriksaan yang sistematis seperti:-

 Observasi umum
Pada pasien diperhatikan keadaan nya adakah sakit berat atau tidak. Kesedarannya pula
bagaimana. Pada kasus didapatkan juga gejala yang cenderung serupa pada pasien
dengan 3 orang yang lain tadi

 Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan tanda vital harus dijalankan untuk mengetahui kelainan pada tekanan darah,
denyut nadi, suhu kulit dan frekuensi pernafasan. Pada kasus didapatkan tekanan darah
sebanyak 80mmHg per palpasi, akral dingin, nadi 120x/min, frekuensi nafas 28x/min.

4
 Pemeriksaan fisik toraks
Dilakukan inspeksi untuk melihat kelainan yang ada di bahagian toraks pasien, bentuk
dadanya mungkin terdapat pektus ekscarvatum, barrel chest atau retraksi sela iga saat
inspirasi. Auskultasi didengar apakah ada tanda-tanda edem paru yang menyebabkan
kesukaran bernafas.

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
i. Rontgen toraks
a) Seringkali ditemukan udem paru yang disebabkan oleh bahan
organophosfat.
ii. Ekokardiogram
a) Adanya gangguan sinus takikardi. Akan tetapi bisa juga menyeabkan
sinus bradikardi dengan pemanjangan segmen PR karena
meningkatnya toksisitas disebabkan oleh hiperaktivitas parasimpatis.
b) Kadang terdapat pemanjangan interval QT, ST elevasi dan inversi
peak T.
b. Laboratorium
i. Pemeriksaan Darah Lengkap
a) Ditemukan hemokonsentrasi darah, leukositosis, hyperglikemia,
hipokalemia, hipomagnesia, peningkatan enzim amilase dan terdapat
metabolik atau/dan respiratori acidosis.
ii. Pemeriksaan Portable tes-Mate Cholineesterase Field Kit
a) Salah satu pemeriksaan cepat untuk mengetahui kadar cholineesterase
dalam darah. Penurunan ChE level dapat memberi gambaran terdapat
keracunan bahan kimia yang menyebabkan penghambatan
acetylecholinesterase.
b) Hal ini adalah karena, AchE sel darah merah menggambarkan AchE
yang ditemui pada sel darah merah, serupa dengan yang ditemui pada
jaringan neuron.

5
iii. Pemeriksaan Red Blood Cell Cholinesterase
a) Hasil pemeriksaan ini akan memberikan menurun tetapi pasien tidak
mengalami intoksikasi pestisida (false positive) apabila pasien ada
gangguan hemoglobinopati, pernicious anemia atau menggunakan
obat-obat antimalaria.
iv. Pemeriksaan plasma Cholinesterase
a) Hasil uji yang menurun tetapi pasien tidak mengalami intoksikasi akan
diperhatikan secara teliti apabila pasien menderita ganguan fungsi hati,
kadar protein yang rendah, neoplasia, reaksi hipersensitivitas,
pengunaan obat-obatan (kodein, succinylcholine, morfin),
mengandung dan penyakit defisiensi genetik.
c. Pemeriksaan Tempat Kerja

Ditempat kerja diperiksa apa ada kejadian serupa seperti pasien sebelumnya. Memriksa
kondisi dan keadaan di sekitar kawasan tempat kerja. Adakah terdapat perkara yang bisa
mendatangkan masalah kepada kesehatan seperti sumber air, makanan dan disebabkan pasien
merupakan seorang petani, harus juga dilakukan pemeriksaan kepada bahan pestisida dan baja
yang digunakan untuk tanamanya.

3. Diagnosis Klinis

Intoksikasi pestisida merupakan diagnosis klinis yang dibuat. Diagnosis PAK keracunan
pestisida hanya dapat ditegakkan apabila ada hubungan antara pajanan (dalam kasus ini adalah
pestisida. Pasien adalah seorang petani dan setelah dilakukan anamnesis ternyata hal yang paing
mungkin untuk pasien adalah terkait dengan pestisida yang digunakan adalah dari jenis yang
baru. Maka, diagnosis klinis yang diambil adalah intoksikasi pestida.2

Insektisida adalah bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama serangga. Insektisida
yang paling banyak digunakan saat ini adalah :

a. Insektisida Fosfat organik ( IFO : Organo Phosphate Insecticide )

6
b. Insektisida Hidrokarbon klorin ( IHK : Chlorinated Hydrocarbon )

IFO merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dipertanian. Bahan ini dapat
menembus kulit yang intact ( normal ), dapat diserap lewat paru dan saluran makanan tetapi tidak
terakumulasi dalam jaringan tubuh. IFO bekerja dengan cara menghambat ( inaktivasi ) enzim
asetil kholin esterase, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan asetil kholin yang berlebihan
yang akan menimbulkan efek muskarinik, nikotinik dan SSP ( menimbulkan stimulasi kemudian
depresi SSP ). Gambaran klinis yang menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivasi kelenjar
ludah / keringat / saluran makan dan kesulitan bernafas.3

Keracunan ringan organophosphate menyebabkan gejala seperti; anoreksia, nyeri kepala, rasa
lemah, rasa takut, tremor lidah, tremor kelopak mata, pupil miosis. Manakala, keracunan sedang
memberkan gejalan nausea, vomiting, kejang/kram perut, hipersalivasi, hiperhidrosis, fasikulasi
otot, bradicardia. Keracunan berat organophosphate akan menyebabkan penderita mengalami
diare, pupil pin point, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, cyanosis, edema paru, inkotinensia
urine dan faeces, convulsi, coma, blokade jantung dan akhirnya meninggal.3

4. Pajanan yang Dialami


Pajanan yang dialami oleh pasien adalah berupa bahan kimia. Karena pasien seorang
petani dan berdasarkan anamnesis bahan pestisida yang digunakan komunitas petani baru
ditukar. Oleh yang demikian, adalah wajar untuk menyatakan bahawa pajanan terhadap
pestisida yang baru yang menyebabkan pasien megalami gejala-gejala depresi SSP seperti
muntah, pusing dan penglihatan kabur hingga menyebabkan pasien syok.

5. Hubungan Pajanan dengan Penyakit

Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, targetnya/sasaran, cara kerjanya atau


efek keracunan dan berdasarkan stuktur kimianya yaitu:2-4

a) Berdasarkan atas sifat pestisida dapat digolongkan menjadi : bentuk padat, bentuk cair,
bentuk asap (aerosol), bentuk gas (fumigan).
b) Berdasarkan organ targetnya/sasrannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Insektisida berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan serangga

7
b. Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma
c. Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan
d. Algasida berfungsi untuk membunuh alga
e. Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat
f. Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu
g. Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan bakteri
h. Moluskisida berfungsi untuk membunuh siput

c) Berdasarkan Cara Kerja atau efek keracunannya dapat digolongkan sebagai berikut:2-4

a. Racun kontak adalah membunuh sasarannya bila pestisida mengenai kulit hewan
sasarannya.
b. Racun perut adalah membunuh sasarannya bila pestisida tersebut termakan oleh
hewan yang bersangkutan.
c. Fumigan adalah senyawa kimia yang membunuh sasarannya melalui saluran
pernafasan.
d. Racun sistemik adalah pestisida dapat diisap oleh tanaman, tetapi tidak
merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu tertentu dapat membunuh
serangga yang menghisap atau memakan tanaman tersebut.

d) Berdasarkan stuktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi golongan


organoklorin, golongan organofhosfat, golongan karbamat, golongan piretroid.

A. Golongan Organoklorin

Merupakan bagian dari kelas yang lebih luas dari halogenated hydrocarbon, termasuk
diantaranya dan terkenal sebagai penyebab masalah yaitu Polyclorinated biphenyls
dan dioxin. Sebagai kelompok, insektisida organoklorin merupakan racun terhadap
susunan saraf (neurotoxins) yang merangsang sistem saraf baik pada serangga
maupun mamalia, menyebabkan tremor dan kejang-kejang.3

B. Golongan Organofosfat
Pestisida golongan ini makin banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang
menguntungkan bagi para petani. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten
8
dalam tanah, dan tidak menyebabkan resisten pada serangga. Bekerja sebagai racun
kontak, racun perut dan juga racun pernapasan. Golngan organofosfat bekerja dengan
cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhrolisa.
Oleh kerana itu, keracunan pestisida golongan organophosphate disebabkan oleh
asetilkolin yang berlebihan, mengakibatkan peransangan secara terus-menerus pada
saraf. Keracunan ini dapat terjadi melalui mulut, inhalasi dan kulit.5,6

C. Golongan Carbamat

Pestisida golongan carbamat merupakan racun kontak, racun perut dan racun
pernapasan. Bekerja sama seperti golongan organofosfat, yaitu menghambat aktivitas
enzim kolinesterase. Jika terjadi keracunan yang di sebabkan oleh golongan karbamat,
gejalanya sama seperti pada keracunan organofosfat, tetapi lebih mendadak dan tidak
lama karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten.3,4

D. Golongan Piretroid

Insektisida dari kelompok piretroid merupakan analog dari piretrum yang menunjukkan
efikasi yang lebih tinggi terhadap serangga dan pada umumnya toksisitasnya terhadap
mamalia lebih rendah dibandingkan dengan insektisida lainnya. Namun kebanyakan
diantaranya sangat toksik terhadap ikan, tawon madu dan serangga berguna lainnya.
Bekerjanya terutama secara kontak dan tidak sistemik.3,4

Diantara jenis atau pengelompokan pestisida tersebut diatas, jenis insektisida banyak
digunakan dinegara berkembang, sedangkan herbisida banyak digunakan dinegara yang sudah
maju. Dalam beberapa data Negara-negara yang banyak menggunakan pestisida adalah sebagai
berikut

- Amerika Serikat 45%


- Eropa Barat 25%
- Jepang 12%
- Negara berkembang lainnya 18%

9
Dari data tersebut terlihat bahwa negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan pestisida
masih tergolong rendah. Bila dihubungkan dengan pelestarian lingkungan maka penggunaan
pestisida perlu diwaspadai karena akan membahayakan kesehatan bagi manusia ataupun
makhluk hidup lainnya.

Tabel 1: Klasifikasi pestisida berdasarkan jenis, bahan aktif yang terdapat diadalamnya dan contoh cara
pestisida bisa masuk kedalam tubuh.

10
Kasus menunjukkan pasien mengalami gejala yang berefek pada susunan saraf pusat
pasien. Maka, pestisida yang sering digunakan dan memberi efek pada SSP adalah
organophosphat dan organochloride.

6. Jumlah Pajanan Yang Cukup

Pestisida yang digunakan dapat masuk kedalam tubuh dan bereaksi dengan beberapa cara
iaitu secara inhalasi ataupun secara kontak dengan kulit atau mata. Dosis pestisida berpengaruh
langsung terhadap bahaya keracunan pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran
pestisida umtuk menyemprot petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera
pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk menegendalikan
hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan satu kali aplikasi atau lebih.
Dosis pestisida ditentukan oleh produsen atau lembaga penelitian yang berwenang setelah
melalui penelitian yang mendalam dan harus ditaati oleh pengguna pestisida.

Namun kenyataanya di lapangan, dosis biasa disesuaikan menurut keadaan. Dosis aplikasi
umumnya diberi dalam satu kisaran (range) yaitu 1-1,5 liter/ha dan konsentrasinya 1,5-2 ml/liter
air.5 Ada hubungan dosis teradap kejadian keracuanan pestisida. Hal ini dapat dijelaskan karena
petani ingin mendapatkan hasil yang cepat dalam memberantas dan pertumbuhan tanaman,
sehingga melakukan peracikan dengan menambahkan dosis yang telah ditetapkan. Penambahan
dosis menjadi lebih pekat jika terhirup melalui inhalasi dapat beresiko terhadap kesehatan dan
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti tanah dan air.

Pestisida bekerja dengan menghambat dan menginaktifasikan enzim asetilkolin nesterase.


Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan syaraf pusat,
ganglion autonom, ujung-ujung syaraf parasimpatis dan ujung-ujung syaraf motorik.Hambatan
asetilkolin nesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat
tersebut.

11
7. Faktor Indvidu yang Berperan
A. Kebersihan Perorangan (Personal Higiene)

Kebersihan perorangan (Personal higiene) ditujukan untuk menjaga kebersihan badan dan
mencegah material berbahaya menempel untuk waktu yang lama dan diserap oleh kulit. Sama
bahayanya dengan menghisap atau memakan bahan kimia dalam jumlah kecil yang dapat
menggangu kesehatan.

B. Alat Pelindung Diri (APD)

Pada petani membasmi hama melalui penyemprotan dengan pestisida, tetapi pelaksanaan
penyemprotan tidak dilaksanakan menurut ketentuan atau petunjuk, artinya sewaktu menyemprot
tidak memakai pengaman secara sempurna seperti masker, topi, sepatu khusus, mantel, sarung
tangan, sehingga dapat menyebabkan keracunan pestisida dalam halnya petani. Berdasarkan hasil
penelitian dengan desain kasus control, berdasarkan hasil analisis multivariat menunjukkan ada
hubungan antara pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) terhadap keracunan pestisida (p=0,000,
OR=5,3) artinya bahwa petani yang mengalami keracunan pestisida kemungkinan 5,3 kali tidak
memakai APD dibandingkan dengan petani yang tidak mengalami keracunan.

8. Faktor Lain di Luar Pekerjaan

Berdasarkan kasus, tidak terdapat faktor lain diluar dari pekerjaan pasien sebagai petani yang
bisa menyebabkan atau memperberat gejala yang dialami pasien.

Akan tetapi, faktor imunitas dan kesehatan dirasakan amat penting bagi memastikan pestisida
tidak dapat bereaksi dengan mudah dengan tubuh. Kesehatan yang menurun akan menyebabkan
menurunnya mmunitas yang sehingga kaan menyebabkan tubuh lebih mudah untuk bereaksi
dengan zat-zat kimia. Luka pada kulit juga daapt menjadi salah satu sumber zat pestisida masuk
kedalam tubuh.

9. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

12
Di negara-negara maju, telah diharamkan penggunaan pestisida dari jenis organophosphate
karena efek yang diberikan. Epidemiologi keracunan Pestisida yaitu mempelajari frekuensi,
distribusi keracunan Pestisida dan determinan atau faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam
distribusi keracunan Pestisida dapat dilihat berdasarkan 3 variabel yaitu variabel orang (Person),
variabel Tempat (Place), dan variabel waktu (Time).

1) Menurut Orang (Person)

Keracunan akibat pestisida sudah menjadi masalah seluruh dunia, dengan estimasi jumlah
kasus per tahun sebesar 1-3 juta. Angka kematian beragam mulai dari 1% sampai 9% kasus yang
datang berobat, dan bergantung pada ketersediaan antidot serta mutu layanan medis yang
diberikan. Keracunan yang disengaja (terutama untuk upaya percobaan bunuh diri atau berhasil
bunuh diri), proporsinya dalam kasus keracunan pestisida cukup besar di Negara tertentu.
Pestisida mudah didapat di rumah tangga sehingga menjadikannya sebagai “metode
kesukaan/pilihan” mereka yang berniat bunuh diri. Mayoritas kasus keracunan pestisida yang
tidak disengaja terjadi di kalangan petani dan keluarga mereka. Paparan terjadi terutama selama
pencampuran atau penyemprotan pestisida, penyemprotan dengan pesawat atau memasuki
wilayah yang disemprot. Paparan okupasional akut juga dapat terjadi selama pembuatan,
formulasi, pengemasan, dan pendistribusian pestisida. efek akutnya yang berkaitan dengan
paparan okupasional terhadap pestisida antara sensasi terbakar di mata yang terkena semprotan
zat kimia, kerusakan kulit, efek neurologis, dan efek pada hati. 7 Paparan kronis diduga
menyebabkan masalah reproduksi dan memperbesar risiko terkena kanker, mengalami efek
neurologis dan psikologis serta efek pada fungsi imun. Banyak kasus keracunan pestisida yang
terjadi pada anak-anak karena mereka berhasil menjangkau pestisida yang kemasannya terbuka
yang disimpan di rumah. Kejadian keracunan massal akibat mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi pestisida juga pernah terjadi dan menyebabkan banyak kematian.

Berdasarkan hasil monitoring Departemen Kesehatan Republik Indonesia, proporsi


keracunan pestisida berdasarkan kholinestrase darah tahun 1990 dengan tingkat keracunan berat
0,16%, sedang 3,32%, ringan 38,35% dan normal 58,17%. Tingkat keracunan pestisida pada
petani berdasarkan hasil pemeriksaan kolinestrase darah pada tahun 1991 dengan proporsi
keracunan berat 0,39%, sedang 10,64%, ringan 38,32%, dan keracunan normal 50,65%.

13
B. Menurut Tempat (Place)

Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat baik di negara
maju maupun Negara berkembang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan
Program Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP) memperkirakan ada 1,5 juta kasus
keracunan pestisida terjadi pada sektor pertanian. 8 Sebagian besar kasus terjadi di Negara
berkembang, yang 20.000 kasus diantaranya berakibat fatal.

C. Menurut Waktu (Time)

Untuk mendapatkan gambaran jumlah korban keracunan pestisida di Indonesia secara


akurat, sangat sulit. Karena belum adanya sistem pelaporan dan monitoring secara
sistematik dan periodik. Apalagi dengan penerapan desentralisasi pembangunan
kesehatan, sistem pelaporan sama sekali tidak berjalan, sehingga sulit mengetahui kondisi
kesehatan nasional termasuk gambaran keracunan pestisida. Namun demikian, dengan
menggunakan gambaran piramida dapat diketahui gambaran dampak (actual hazards)
penggunaan pestisid sebagai berikut: pada tahun 1976 diperoleh 105 CFR 7,6%, tahun
1983 CFR 20-50%.4

10. Penatalaksanaan
Pada saat kita mengetahui seseorang mengalami keracunan pestisida, kita dapat memberikan
pertolonganpertama pada penderita, sebelum dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Apabila terjadi kecurigaan keracunan organofosfat, bila penderita tak bernafas segara beri
nafas buatan , bila racun terlelan lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari
kulit, cuci dengan sabun dan air selama 15 menit. 9 Bila ada berikan antidot: pralidoxime
(Contrathion). Pengobatan keracunan organofosfat harus cepat dilakukan. Bila dilakukan
terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan
dilakukan berdasarkan terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling
berhubungan. Pada keracunan yang berat, pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt
kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal, keracunan mesti
terjadi dan gejala segera timbul. Beri atropine 2mg iv/sc tiap sepuluh menit sampai terlihat
atropinisasi yaitu: muka kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai 140 x/menit.
Ulangi pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan timbul kembali.9,10 Awasi penderita

14
selama 48 jam dimana diharapkan sudah ada recovery yang komplit dan gejala tidak timbul
kembali. Kejang dapat diatasi dengan pemberian diazepam 5 mg iv, jangan diberikan barbiturat
atau sedativ yang lain.
Apabila terdapat kecurigaan keracunan carbamat, penderita yang gelisah harus ditenangkan,
recoverery akan terjadi dengan cepat. Bila keracunan hebat, beri atropin 2 mg oral/sc dosis
tunggal dan tak perlu diberikan obat-obat lain.

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi asetil kholin. SA dapat
diberikan dengan cara berikut:9
1) Mula- mula diberikan bolus intra vena 1 – 2,5 mg
2) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi ( muka merah, mulut kering, tachycardia, midriasis, febris, psikosis )
3) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit selanjutnya 2 – 4 –6 dan 12
jam
4) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam

Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan “rebound effect” berupa edema paru
dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal

11. Pencegahan
Setiap orang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti petani harus
mengenali dengan baik gejala dan tanda keracunan pestisida. Tindakan pencegahan lebih penting
daripada pengobatan. Sebagai upaya pencegahan terjadinya keracunan pestisida sampai ke
tingkat yang membahayakan kesehatan, orang yang berhubungan dengan pestisida harus dapat
memperhatikan hal-hal yang berikut:

a) Memilih pestidsida
Memilih bentuk atau formulasi pestisida juga sangat penting dalam penggunaan
pestisida. Formulasi pestisida yang bagaimana yang harus dipilih, apakah cairan, butiran,
atau bentuk-bentuk lain. Kalau dilihat dari bahaya pelayangan di udara, pestisida
berbentuk butiran paling sedikit kemungkinannya untuk melayang. Pestisida yang

15
berbentuk cairan, bahaya pelayangannya lebih kecil jika dibandingkan dengan pestisida
berbentuk tepung. Disamping itu pertimbangan lain dalam memilih formulasi pestisida
adalah alat yang akan digunakan untuk menyebarkan pestisida tersebut. Bila kita
memiliki alat penyemprot tentunya kita lebih tepat menggunakan pestisida berbentuk
cairan Emulsible Concentrate (EC), Wettable Powder (WP), atau Soluble Powder (SP). 10
Apabila tidak ada alat sama sekali, kita pilih pestisida yang berbentuk butiran.

b) Alat Yang Digunakan dalam Aplikasi Pestisida


Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang
digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran (granula) untuk menyebarkan tidak
membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa digunakan
untuk menampung pestisida tersebut dan sarung tangan agar tangan tidak berhubungan
langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan Emulsible Concentrate (EC) atau
bentuk tepung yang dilarutkan Wettable Powder (WP) atau Soluble Powder (SP)
memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkan. Sedangkan pestisida yang berbentuk
tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat
diaplikasikan dengan alat penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan
memberantas penggerek batang. Alat penyemprot yang biasa digunakan yaitu
penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Duster),
mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot
lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang
berkaitan dengan luas areal pertanian sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif.

c) Teknik dan Cara Aplikasi


Teknik dan cara aplikasi ini sangat penting diketahui oleh pengguna pestisida,
terutama untuk menghindarkan bahaya pemaparan pestisida terhadap tubunya, orang
lain dan lingkungannya. Ada beberapa petunjuk dan teknik serta cara aplikasi pestisida
yang diberikan oleh pemerintah yaitu:4,7,9,10
a. Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari menteri
Pertanian R.I Jangan sekali-sekali menggunakan pestisida yang belum
terdaftar dan memperoleh izin.Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama

16
atau penyakit tanaman serta jasad sasaran lainnya yang akan dikendalikan,
dengan cara lebih dahulu membaca keterangan kegunaan pestisida dalam label
pada wadah pestisida.
b. Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor juga
tidak rusak, dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan jelas, jangan
membeli dan menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa asing.
c. Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum bekerja
dengan pestisida itu.
d. Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di tempat
terbuka atau dalam ruangan dalam ventilasi baik.
e. Pakailah sarung tangan dan gunakanlah wadah, alat pengaduk dan alat
penakar khusus untuk pestisida.
f. Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan
menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang karena
dapat mengurangi keefektifannya.
g. Periksalah alat penyemprot dan usahakanlah supaya dalam keadaan baik,
bersih dan tidak bocor.
h. Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit, mata,
mulut dan pakaian.
i. Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum
bekerja dengan perban. Pestisida lebih mudah terserap melalui kulit yang
terluka.Selama menyemprot pakailah alat pengaman, berupa masker penutup
hidung dan mulut, sarung tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan
panjang.
j. Jangan menyemprot melawanan dengan arah angin.
k. Waktu yang baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran udara
naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11 WIB atau sore hari pukul 15-18.00
WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore mengakibatkan pestisida
yang menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering
mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan.

17
l. Peyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang
digunakan segera dicuci.
m. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan.
n. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas
cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.

d) Tempat menyimpan Pestisida


Tempat menyimpan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau biasa juga
ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan piaraan. Bila perlu
tempat penyimpanan ini dikunci kemudian letakkan tempat penyimpanan ini jauh dari
tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api. Peletakan pestisida tidak
dianjurkan di gudang bahan makanan.Usahakan tempat pestisida mempunyai ventilasi
yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan tidak terkena air hujan agar
pestisida tidak rusak.

e) Mengelola wadah Pestisida


Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang memuat
label atau keterangan mengenai penggunaannya. Dengan demikian bila ata keracunan
akan digunakan lagi petujukya masih jelas. Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila
terkena uap air atau zat asam, pestisida bias rusak dan tidak efektif lagi. Pindahkan isi
bila wadah bocor ke tempat yang merek dagangnya sama dengan petunjuk yang masih
jelas. Bila tidak ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup rapat dengan menuliskan
keterangan mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya, kegunaannya, dan cara
penggunaanya. Wadah pestisida yang sudah tidak berguna dirusak agar tidak
dimanfaatkan untuk keperluan lain atau dengan cara mengubur wadah tersebut jauh
dari sumber air.

Upaya yang dilakukan pada pencegahan keracunan pestisida adalah:


1) Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan pakaian
korban dan cuci/mandikan korban.

18
2) Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban
diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu untuk
menolong korban.
3) Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi tentang
pestisida yang memepari korban dengan membawa label kemasan pestisida.
4) Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang tentang pestisida sehingga
jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan pertama.

12. Prognosis
Prognosis pasien dengan keracunan pestisida tergantung kepada bahan pestisida, jumlah dan
jenis paparan pestisida itu sendiri. Fibrosisi par dapat terjadi apabila terjadi inhalasi yang
signifikan dan bisa menjadi sindrom pernafasan akut (ARDS).

Kesimpulan

Keracunan pestisida ditentukan oleh adanya agen dan faktor risiko yang memungkinkan
adanya mekanisme hubungan antara agen dengan host yaitu manusia, sehingga terjadi keracunan
pestisida. Adanya pestisida yang menjadi agen, adanya manusia sebagai host serta faktor resiko
yang mempengaruhi penjamu. Faktor risiko dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor risiko
intrinsik (umur, jenis kelamin, faktor nutirisi, bentuk anatomis tubuh) dan faktor risiko ekstrinsik
( dosis, personal higiene, penggunaan alat pelindung diri). Terjadinya keracunan pestisida pada
petani dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik petani dalam melakukan pengelolaan
pestisida dan tindakan pencegahan terhadap keracunan pestisida.

Daftar Pustaka

1. McPhee S.J., Papadakis M.A. 2010 Current medical diagnosis and treatment 24 th edition.
McGraw Hill Companies; 2010; 857-860.
2. Bronstein AC. Herbisides. In: Dart RC, editor. Medical Toxicology. 3rd Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2004. p.1515-28.

19
3. Ecobichon DJ. Toxic effects of pesticides. In: Klaassen CD, Watkins JB, editors. Casarett
and Doull’s essentials of toxicology. USA: The McGraw-Hill Companies,Inc;2003. p.333-
47.
4. Margareta, Shint. Buku Cerdas P3K. Yogyakarta : Pustaka Cerdas. 2012
5. Jamal, GA; Hansen, S; Julu, PO. Low level exposures to organophosphorus esters may cause
neurotoxicity. Toxicology. 2002. 23–33, 181-2
6. Aaron G. Hager, Dawn. Toxicity of Herbicides. Diunduh dari http://www.ipm.iuuc pada 19
Oktober 2014.
7. International Code of Conduct on the Distribution and Use of Pesticides. Food and
Agriculture Organization of the United Nations. Rome, 2003.
8. World Health Organization. Management of Mental and Brain Disorders Department of
Mental Health and Substance Abuse. Clinical management of acute pesticide intoxication:
prevention of suicidal behaviours. 2008.
http://www.who.int/mental_health/prevention/suicide/pesticides_intoxication.pdf (diunduh
pada 18 oktober 2014)
9. Machfoedz, Ircham, Dkk. Pertolongan Pertama di Rumah, Tempat Kerja, Di Perjalanan.
Yogyakarta. 2013.
10.  J. Rout Reigart, et al. Recognition and Management of Pesticides Poisonings. EPA (United
States Environmental Protection Agency). 1999. Dunduh dari www.epa.gov/pesticides pada
19 Oktober 2014.

20

Anda mungkin juga menyukai