Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR DAN PENATALAKSANAAN KERACUNAN

PESTISIDA GOLONGAN PIRETRIN

TUGAS FARMAKOLOGI DALAM KEPERAWATAN

Oleh
Kelas D Kelompok 5
Yusuf Gito Afandi 172310101168
Hestiana Verawati 172310101171
Erman Yudhi Wana P 172310101179
Siti Nur Rofi’ah 172310101181
Nadia Putri Salsabila 172310101186
Anisa Tribekti CS 172310101189
Devita Ayu Setyaningrum 172310101194
Deskita Prastiwi 172310101196
Olifia Nafa Jelita 172310101198
Anis Widyawati 172310101204
Umairotul Mufarrokha 172310101211
Nekiles Yigibalom 172310101220
Suryo Mentari 172310101216

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pestisida mencakup bahan - bahan racun yang digunakan untuk
membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya
yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama,
sedangkan cide berarti membunuh. Hingga tahun 2006 terdapat 1336
formulasi pestisida yang beredar dan digunakan di Indonesia, dimana pestisida
menduduki rangking terbanyak. Di tahun 2006, Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang telah memeriksa sedikitnya 550 orang petani di 7 kecamatan untuk
diperiksa aktivitas cholinesterase pada tubuhnya dan menunjukkan sebanyak
99,8 % petani keracunan akan paparan pestisida. Semakin lama para petani
melakukan penyemprotan maka akan semakin banyak pestisida yang
menempel dalam tubuh sehingga terjadi pengikatan cholinesterase darah oleh
pestisida tersebut (Azzamy, 2017).
Pajanan akut dalam dosis tinggi oleh pestisida dapat menyebabkan
keracunan. Tanda-tanda klinis keracunan akut pestisida golongan
organopospat dan karbamat, berkaitan dengan stimulasi kolinergik yang
berlebihan, seperti kelelahan, muntah-muntah, mual, diare, sakit kepala,
penglihatan kabur, salivasi, berkeringat banyak, kecemasan, gagal nafas dan
gagal jantung. Sementara keracunan kronis ditandai dengan adanya tanda-
tanda kolinergik dan penurunan aktivitas enzim kolinesterase di plasma, sel
darah merah dan otak (Office of Environmental Health Hazard, 2007).
Dalam makalah ini, akan dibahas dampak pajanan pestisida terhadap
kesehatan, khususnya yang terkait dengan pestisida jenis piretrin.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan piretrin ?
1.2.2 Apakah penyebab seseorang keracunan piretrin ?
1.2.3 Apa saja klasifikasi piretrin ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari piretrin ?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari keracunan piretrin ?
1.2.6 Bagaimana Penatalaksanaan pada klien dengan keracunan piretrin ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan mempelajari piretrin.
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab seseorang keracunan piretrin.
1.3.3 Untuk mengetahui klasifikasi piretrin.
1.3.4 Untuk mengetahui dan mempelajari patofisiologis dari piretrin.
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari keracunan piretrin.
1.3.6 Untuk mengetahui dan mempelajari penatalaksanaan pada klien dengan
keracunan piretrin.
BAB 2. TELAAH LITERATUR

1.1 Pestisida Golongan Piretroid ( Piretrin)


Piretroid (Piretrin) Merupakan piretrum sintetis, yang mempunyai sifat stabil bila
terkena sinar matahari dan relatif murah serta efektif untuk mengendalikan sebagain besar
serangga hama. Piretroid mempunyai efek sebagai racun kontak yang kuat, serta
mempengaruhi sistem saraf serangga pada peripheral (sekeliling) dan sentral (pusat).
Peretroid awalnya menstimulasi sel saraf untuk berproduksi secara berlebih dan akhirnya
menyebabkan paralisis dan kematian (Azzamy, 2017).
1.2 Penyebab Keracunan Pestisida Golongan Piretrin

Keracuan pestisida golongan piretrin terjadi ketika pestisida ada yang masuk kedalam
tubuh dengan jumlah yang tertentu. Beberapa faktor terjadinya keracunan pestisida golongan
piretin ini diantaranya (Raini 2007) :

a. Dosis pada pestisisda sangat berpengaruh langsung terhadap terjadinya keracuanan.


Karena penyampuran pestisida tidak sesuai dengan takaran dapat membahanyakan
seseorang ketika melakukan penyemprotan, kejadian ini sering terjadi pada petani.
b. Toksisida senyawa pestisida yang dapat meracuni sasarannya.

Selain itu, penyebab terjadinya keracuan peptisida disebabkan dua hal, anatara lain:

1. Kontaminasi langsung dengan kulit manusia


Pestisida yang menempel pada kuliat manusia dapat meresap kedalam tubuh sehingga
mengakibatkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida pada kulit manusia ini
sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakibat keracunan akut.
2. Keracunan pestisida terhisap lewat hidung
Keracunan ini diakibatkan oleh partikel pestisida atau semprotan pestisida yang
terhisap melalui hidung. Keracunan ini merupakan penyebab kedua dari kontaminasi
kulit. Pestisida yang masuk kedalam paru-paru bisa mengakibatkan gangguan fungsi
paru-paru yang tidak normal. Partikel pestisida yang menempel di selaput lendir akan
menimbulkan iritasi.

Adapun faktor penyebab manusia terkena keracuan pestisida yaitu dari faktor bentuk dan cara
masuk pestisida kedalam tubuh seseorang, usia, jenis kelamin, kebiasaan yang sering terpapar
oleh pestisida,status gizi, tingkat pendidikan yang kurang memadahidan,dan dosis racun.
Penjelasan faktor penyebab keracunan pestisida yaitu:

1. Bentuk dan cara masuk


Racun yang berbentuk larut dapat mudah bekerja di dalam tubuh penderita
dibandingkan dengan racun yang berbentuk padat. Sedangkan racun yang masuk
kedalam tubuh melalui intravena dan intramuskular akan memiliki efek yang lebih kuat
dibandingkan dengan yang melalui mulut.
2. Faktor usia
Pada umumnya anak-anak dan bayi lebih mudah terpengaruh oleh racun pestisida ini
dibandingkan dengan orang dewasa, Sedangkan pada lansia keracunan akan semakin
cepat terjadi karena kadar rata-rata kolinesterase dalam darah semakin rendah.
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap aktivitas kolinesterase dalam darah. Pada
jenis kelamin laki-laki aktivitas kolinesterase lebih rendah dari pada perempuan, karena
pada jenis kelamin perempuan kolinesterase dalam darah lebih banyak.
4. Faktor kebiasaan
Jika terbiasa terpapar oleh racun pestisida dalam jumlah yang kecil mungkin dapat di
toleransi terhadap racun yang sama dalam jumlah relatif besar tanpa menimbulkan
gejala. Biasanya keracunan ini dialami oleh orang yang memiliki rumah bersampingan
dengan pabrik yang memproduksi pestisida.
5. Kondisi kesehatan atau status gizi
Orang yang sedang sakit akan rentan terkena racun pestisida ini dibandingkan dengan
orang yang sehat. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh sesorang dan
meningkatkan kepekaan terhadap infek. Kekurang gizi juga dapa menurunkan protein
dalam tubuh sehingga mengganggu pembentukan enzim kolinesterase.
6. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka resiko keracunan pestisida sanagt rendah.
Karena mereka memiliki pengetahuan yang cukup tinngi mengenai cara penggunaan
pestisida yang sesuai dengan takaran, dan mengetahui penegndalian racun secara aman
dan tepat sasaran sehingga terjadinya keracuann pestisida dapat dipengaruhi. Namun
sebaliknya, apabila seseorang tingkat pendidikannya rendah resiko terjadinya
keracunan pestisida semakin tinggi.
7. Dosis racun

Jumlah racun sangat berpengaruh terhadap efek yang ditimbulkan. Pada umumnya keracunan
pestisida pada dosis yang tinggi akan menyebabkan jangka waktu kematian semakin cepat.

1.3 Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Upadivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Pyrethrum

Spesies : Pyrethrum cinerariaefolium Trev

1.4 Patofisiologi keracunan pestisida golongan piretrin (piretiroid)

Piretin (piretroid) berasal dari piretrum diperoleh dari bunga chrysanthemun


cinerariaefolium. pestisida tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan
bekerja pada susunan saraf pada serangga. Piretroid ini dapat membunuh serangga dengan
cepat dengan toksisitas rendah terhadap mamalia. Piretrum mempunyai toksisitas rendah
terhadap manusia akan tetapi menimbulkan alergi terhadap orang yang peka. Efek terhadap
kesehatan manusia pada umumnya akan berefek muncul 1-2 jam setelah paparan dan hilang
dalam 24 jam. Piretrin bersifat iritasi pada orang yang peka. Indikasi gejala dan tandanya
yaitu terdapat alergi, iritasi kulit dan asma (Mariana, 2009).

1.5 Manifestasi Klinik

Gejala klinis untuk setiap tingkatan keracunan dan prognosisnya adalah sebagai berikut :

Aktivitas
Tingkatan Keracunan Gejala Kelinis Prognosi
Kolinesterase (%)
50-75 Ringan Lemah, sakit kepala, Sadar dalam waktu
pening, mau muntah, 1-3 har
berliur banyak, mata
berair, miosis, detak
jantung cepat.
25-50 Lelah mendadak, Sadar dalam waktu
penglihatan, berliur 1-2 Minggu
banyak , berkeringat,
muntah diare, sukar
bernafas, hipertonia,

Sedang tremor pada tangan


dan kepala, miosis,
nyeri dada, sianosis
pada membran
mucosa

0-25 Tremor mendadak, Kematian karena


kejangkejang, otot gagal pernafasan
tidak dapat dan gagal jantung
digerakkan, intensif
Berat sianosis,
pembengkakan paru,
koma.

Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang
yang peka atau memiliki hipersensitivitas yang tinggi sehingga dapat menimbulkan Gejala
dan tanda keracunan pada Peptisida golongan peritrin seperti tabel dibawah ini :

Jenis Pestisida Gejala dan Tanda Keterangan


Piretroid derivat tanaman: Alergi, iritasi kulit dan asma Pada umumnya efek
piretrum dan piretrin muncul 1-2 jam setelah
paparan dan hilang dalam
24 jam Piretrin lebih
ringan dari pada piretrum
tapi bersifat iritasi pada
orang yang peka

1.6 Penatalaksanaan

Pertolongan pertama yang harus dilakukan disaat keracunan pestisida jenis piretrin adalah
sebagai berikut :

1. Hentikan paparan dengan memindahkan korban dan sumber paparan,


2. Lpaskan pakaian korban dan cuci/mandikan korban
3. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan.
4. Korban diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu
untuk menolong korban.
5. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat.
6. Berikan informasi tentang pestisida yang memapari korban dengan membawa label
kemasan pestisida.
7. Keluarga diberikan pengetahuan/ penyuluhan tentang pesticida sehingga jika terjadi
keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan pertama.

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Piretrin merupakan piretrum sintesis yang mempunyai efek kuat saat terpapar oleh
manusia, efek dari piretrin yaitu sebagai racun kontak yang kuat, serta mempengaruhi
sistem saraf serangga pada peripheral (sekeliling) dan sentral (pusat).
3.1.2 Penyebab dari keracunan piretrin yang utama adalan dosis ketika pemakiannya dan
toksisida piretrin yang meracuni langsung, piretrin mengalami kontak langsung
dengan manusia dan piretrin terhirup oleh manusia.
3.1.3 Klasifikasi ilmiah dari piretrin, piretrin termasuk kerajaan plantae, divisi
Spermatophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Asterales, Famili Asteraceae, Genus
Pyrethrum, Spesies Pyrethrum cinerariaefolium Trev
3.1.4 pestisida tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada
susunan saraf pada serangga. Piretroid ini dapat membunuh serangga dengan cepat
dengan toksisitas rendah terhadap mamalia. Piretrum mempunyai toksisitas rendah
terhadap manusia akan tetapi menimbulkan alergi terhadap orang yang peka.
3.1.5 Gejala klinis untuk setiap tingkatan keracunan dan prognosisnya mulai dari ringan,
sedang dan berat.
3.1.6 Pertolongan pertama yang harus dilakukan disaat keracunan pestisida jenis piretrin
yaitu hentikan paparan piretrin, buka baju korban dan segara cuci muka/mandi, lalu
segera bawa Rumas Sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

3.2 SARAN
3.2.1 Bagi Perawat
Diharapkan perawat mampu mengedukasi tentang dampak dari pestisida jenis piretrin
terhadap kesehatan terutama di desa-desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani
yang sangat beresiko terkena racun-racun pestisida jenis piretrin.
3.2.2 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat meningkatkan mutu Pendidikan yang
berkualitas dan professional. Menjadi calon perawat yang professional, inovatif dan kritis
yang dapat mengembangkan peneleitian dibidang kesehatan.
3.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat memiliki kesadaran diri untuk lebih meningkatkan
pengetahuannya terhadap racun-racun pestisida jenis piretrin yang berdampak pada
kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Azzamy. 2017. Mengenal Golongan Bahan Aktif Insektisida Organophospat,
Karbamat,Piretroid, Organoklorin dan Cara Kerjanya https://mitalom.com/mengenal-
golongan-bahan-aktif-insektisida-organophospat-karbamat-piretroid-organoklorin-dan-
cara-kerjanya/. [Diakses pada tanggal 2 Mei 2018]

Handayani, Erna. (2014). PYRETHROID : INSEKTISIDA UNTUK FOGGING. Dinas


Kesehatan. Kabupaten Sukoharjo. http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/pyrethroid-
insektisida-untuk-fogging

Prihadi. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida
Organofosfat pada Petani Sayur di Kecamatn Ngablak Kabupaten Magelang. Semarang.
Tesis Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP
https://id.scribd.com/doc/25784802/KERACUNAN-DIAZINON

Raini, M. 2007. TOKSIKOLOGI PESTISIDA DAN PENANGANAN AKIBAT


KERACUNAN PESTISIDA. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun
2007. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/815 (diakses
pada tanggal 23 mei 2018)

Raini, Mariana. TOKSIKOLOGI PESTISIDA DAN PENANGANAN AKIBAT


KERACUNAN PESTISIDA. Media Litbang Kesehatan.2007 Vol XVII No. 3

Rairi, M. 2007. TOKSIKOLOGI PESTISIDA DAN PENANGANAN AKIBAT


KERACUNAN PESTISIDA. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun
2007 https://media.neliti.com/media/publications/154483-ID-toksikologi-pestisida-
dan-penanganan-aki.pdf Diakses pada tanggal 22 mei 2018 pukul 21.06

Anda mungkin juga menyukai