Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA KERACUNAN OBAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK III

ALAN YUSUF

VIDRIAN RAJIB KASIM

LISTIYAWATI HARUN

RISKA R. SIONE

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2020
BAB I

A. KONSEP DASAR MEDIS GAWAT DARURAT


1. Definisi
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun
buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup
yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan hidup
melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit
(Merriam- Webster, 2014).
Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan suatau bahan yang
bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan – bahan tersebut dapat masuk melalui
mulut, hidung, kulit atau mata.(Priharjo, Robert.2007)
Keracunan obat adalah reaksi tubuh yang muncul secara negative akibat mengkonsumsi
obat atau menggunakan obat tertentu yang akan berakibat fatal jika tidak ditangani.
(Michael J. Neal.2008)

2. Etiologi

1. Narkoba : obat yang bermanfaat dalam dosis terapeutik bisa mematikan bila
dikonsumsi secara berlebihan.
2. Vitamin : vitamin, terutama A dan D, jika dikonsumsu dalam jumlah besar dapat
menyebabkan masalah hati dan kematian
3. Warfarin : adalah pengencer darah yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah. Bahan ini sering digunakan sebagai racun tikus dan dapat menyebabkan
perdarahan dan kematian jika terlalu banyak dikonsumsi.
4. Tidak tahu jumlah dosis yang diminum atau faktor lain yang tidak disengaja.
5. Efek dari kombinasi berbagai obat yang bisa menyebabkan reaksi keracunan untuk
tubuh.
6. Tubuh penderita keracunan obat mengalami efek samping yang berlebihan sehingga
efek keracunan menjadi tidak terduga. Kondisi ini seperti ini biasanya terjadi di
rumah sakit akibat pasien tidak mengetahui jika ada alergi obat tertentu.
Pemberikan obat anti alergi atau tes alergi biasanya diberikan oleh perawat sebelum
pasien mendapatkan obat tertentu.
7. Penderita keracunan obat mengalami kecelakaan yang menyebabkan obat mengenai
bagian tubuh tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi untuk kasus keracunan obat yang
melewati hidung,mata dan kulit.
8. Penderita keracunan obat bisa terkena keracunan karena dengan sengaja minum obat
tertentu dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang
depresi, mengalami masalah kesehatan jiwa, mental yang buruk dan pecandu
narkoba.

3. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala keracunan :


1. Penurunan respon
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Gangguan penglihatan
6. Diare
7. Lemas
8. Kejang – kejang
9. Gangguan pencernaan yang ringan, sedang, dan parah seperti mual, sakit perut,
nyeri perut bawah dan muntah.
10. Tubuh mengeluarkan keringat berlebihan.
11. Beberapa bagian kulit menjadi biru akibat kekurangan oksigen dan kematian
kerja syaraf pada kulit.
4. Klasifikasi
1. Racun yang ditelan
Racun yang tertelan bersifat korosif basa dan asam yang dapat meyebabkan
kerusakan jaringan setelah bersentuhan dengan selaput lencir. Produk alkali
meliputi pembersih salurang pembuangan, pembersih mangkuk toilet, detergen,
pembersih oven. Produk asam meliputi pembersih kolam renang, pembersih logam,
penghilang karat dan asam baterai.
2. Keracunan karbon monoksida
Keracunan ini dapat terjadi sebagai akibat dari insiden industri atau rumah
tangga atau percobaan bunuh diri. Hal ini terkait dengan lebih banyak kematian
daripada racun lainnya kecuali alkohol. Karbon monoksida memberikan efek
toksiknya dengan mengikat sirkulasi haemoglobin dan dengan demikian
mengurangi kapasitas pembawa oksigen dari darah.
3. Keracunan kulit yang terkontaminasi
Cedera kulit akibat paparan bahan kimis. Tingkat keparahan luka bakar kimia
ditentukan oleh mekanisme aksi, kekuatan tembus dan konsentrasi, jumlah dan
lamanya paparan kulit terhadap bahan kimia.
4. Keracunan makanan
Yaitu penyakit mendadak yang terjadi setelah konsumsi makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Botulisme adalah bentuk keracunan makanan yang serius
yang memerlukan pengawasan terus menerus.
5. Patofisiologi
Makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-
macam baik ragam maupun jenis. Makanan, minuman dan obat yang sehat dapat
dikatakan makanan yang layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang.
Dalam menkonsumsi makanan, minuman perlu diperhatikan tentang
kebersihan, kesehatan, serta zat gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut,
sama hal nya dengan obat kita harus memperhatikan dosis dan sesuai dengan resep
dokter. Hendaknya kita harus pandai dalam memilih makanan dan obat yang akan
dikonsumsi supaya bebas dari zat-zat yang dapat merusak tubuh seperti toksik atau
racun.
Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun, obat-
obatan yang dikonsumsi sembarangan dan tidak sesuai dosis, sampai di lambung,
lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri
terhadap benda atau zat asing yang masuk kedalam lambung dengan gejala mual,
lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya.
Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya
cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi
maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
pada saluran pernapasan racun tersebut masuk kedalam pembulu darah dan
Trackhea, yang mengakibatkan gangguan system syaraf otonom sehungga akan
mengalami gejala keemahan otot dan gangguan system pernafasan.
6. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas (Apneu)
e. Syok
7. Pencegahan
a. Selalu usahakan untuk membaca label obat pada kemasan dengan hati-hati. Lihat
berapa jumlah dosis yang disarankan dan pertimbangkan untuk mengambil obat
sesuai dengan dosis yang disarankan.
b. Hindari menggunakan obat tertentu dalam waktu jangka panjang seperti
antibiotik. Penggunaan obat jangka panjang bisa menyebabkan efek keracunan
yang berbahaya untuk tubuh.
c. Jangan menggunakan obat bebas tanpa mendapatkan resep dari dokter.
d. Hindari menyimpan obat yang sudah tidak digunakan. Jika memiliki sisa obat
maka segera hancurkan dan buang di tempat yang aman. Menyimpan obat bisa
menyebabkan keracunan karena menggunakan obat yang sudah rusak atau obat
yang sudah kadaluarsa.
e. Letakkan dan simpan semua obat-obatan darurat ditempat yang aman. Lebih baik
jika menyimpan obat di kotak obat dan kunci pintunya. Cara ini bisa mencegah
anak-anak bermain obat dan menjaga agar anak tidak terkena keracunan obat.
f. Hindari minum obat dengan beberapa jenis minuman yang bisa menyebabkan
keracunan seperti minuman bersoda, teh, kopi, atau alcohol
g. Menerapkan 6 benar dalam megkonsumsi obat :
1. Benar obat
2. Benar pasien
3. Benar dosis
4. Benar waktu
5. Benar cara
6. Benar dokumentasi
8. Penatalaksanaan

1. Melakukan CPR (Jika penderita tidak sadar)


Keracunan obat sering menyebabkan efek kehilangan kesadaran dan sulit
untuk bernafas. Dari saran medis jika ada kasus seperti ini maka penderita harus
mendapatkan pertolongan dengan memberikan nafas buatan atau CPR. Nafas
buatan bisa mencegah efek buruk kehilangan kesadaran seperti koma dan
kematian. Penderita keracunan obat bisa mengalami gagal nafas akibat pernafasan
yang terus melambat. Setelah itu penderita harus dibawa kerumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang tepat.
2. Membuat Posisi Penderita Nyaman (jika sadar)
Jika orang yang terkena keracunan obat dalam kondisi yang sadar maka buat
penderita bisa berada dalam posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman untuk
penderita keracunan obat bisa dalam posisi duduk bersandar tegak, duduk sambil
setengah tidur dan tidur dengan posisi bantal yang tinggi. Jika masih bisa diajak
komunikasi maka cari tahu obat apa yang diminum oleh penderita. Selanjutnya
bawa ke rumah sakit dan bawa sampel obat yang menyebabkan keracunan.
3. Hindari Membuat Penderita Muntah
Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi pada kasus keracunan obat
adalah membuat penderita muntah. Kesalahan ini bisa menyebabkan dampak yang
sangat serius. Muntah pada keracunan obat harus bisa terjadi secara alami dan
bukan karena membuat penderita muntah secara sengaja.
4. Jangan Memberikan Air Putih
Untuk penderita keracunan obat maka hindari memberikan air putih secara
langsung. Air putih baru bisa diminum ketika penderita sadar dan sudah bisa
minum sendiri. Memberikan air putih bisa menyebabkan kondisi yang sangat fatal
karena mendorong penyebaran racun ke semua bagian tubuh. Hal ini bisa memicu
gagalnya fungsi organ jika kondisi keracunan obat sangat parah.
5. Jangan Menekan Perut
Penderita keracunan obat biasanya akan merasa tidak nyaman pada bagian
perut. Mereka merasa sangat mual dan keinginan untuk muntah berlebihan. Jika hal
ini terjadi maka jangan pernah menekan perut penderita. Menekan perut bisa
membuat kondisi tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Jika mereka tidak bisa
muntah secara alami maka bisa membuat nafas semakin melambat, detak jantung
lebih cepat dan kehilangan kesadaran.
6. Berikan Minuman yang Netral
Meskipun penderita keracunan obat tidak bisa minum air putih, namun masih
bisa minum cairan yang netral. Salah satu jenis minuman netral yang paling sering
menolong korban keracunan obat adalah air kelapa hijau. Air kelapa hijau sangat
netral dan tidak menyebabkan efek samping apapun. Selain itu kandungan ion
positif dalam air kelapa hijau bisa membantu tubuh dalam melawan efek racun.
Cara kerjanya juga sangat cepat yaitu penderita akan merasa mual dan kemudian
bisa muntah secara alami. Efeknya kemudian penderita bisa mengeluarkan racun
dari dalam tubuh secara alami. Namun untuk memastikan kondisi maka penderita
keracunan obat tetap membutuhkan bantuan dokter.
7. Gunakan Masker Oksigen (akibat keracunan obat dari asap)
Semua jenis keracunan yang disebabkan karena obat terserap dari jalur
pernafasan seperti hidung, maka penderita harus segera mendapatkan bantuan
oksigen. Pada awalnya berikan masker untuk menahan agar asap beracun tidak
masuk lebih banyak ke dalam tubuh. Setelah itu bawa ke pusat medis terdekat.
Penderita biasanya akan mendapatkan bantuan dengan masker oksigen. Cara ini
bisa membantu menghilangkan efek racun dan membuat saluran pernafasan bisa
bekerja dengan baik. Selain itu jangan memberikan minuman sebelum kondisi
penderita sudah pulih.
8. Minum Susu
Jika penderita mengalami keracunan obat yang tidak terlalu parah,maka bisa
memberikan susu cair atau susu yang sudah dipasteurisasi. Susu cair sangat baik
untuk membantu mengeluarkan racun dalam dalam perut, dan membuat penderita
bisa muntah. Susu juga termasuk minuman yang netral sehingga bisa mencegah
berbagai efek yang buruk untuk tubuh. Namun cara ini hanya bisa diberikan untuk
penderita keracunan obat ringan yang menyebabkan gangguan pencernaan.
9. Bilas Mata dengan Air Hangat (keracunan terjadi melalui mata)
Keracunan berbagai bahan obat kimia dalam produk rumah tangga sering
terjadi lewat mata. Mungkin secara tidak sengaja penderita menyemprot obat dan
mengenai bagian mata. Jika hal ini terjadi maka segera bilas mata dengan air
hangat dan biarkan selama beberapa saat. Tanda awal keracunan obat di mata
sering menyebabkan rasa pedih berlebihan. Kemudian kondisi mata akan memerah
yang menjadi tanda iritasi mata. Jika membilas mata dengan air hangat tidak bisa
memulihkan kondisi mata maka gunakan obat pembersih mata yang bisa
didapatkan di apotek. Setelah itu tetap periksa mata ke dokter mata untuk
memastikan kesehatan mata.
10. Membersihkan Kulit dari Racun (racun mengenai kulit)
Jika bagian tubuh yang terkena racun adalah bagian kulit, maka segera
bersihkan kulit dengan membilasnya. Caranya adalah membilas bagian kulit
dengan air hangat yang mengalir atau air dingin selama beberapa menit. Untuk
membersihkan semua racun maka gunakan sabun khusus yang sangat aman untuk
kulit. Setelah itu bersihkan kulit dan keringkan dengan handuk. Jangan menggosok
bagian kulit yang terkena racun karena bisa menyebabkan kulit mengelupas.

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lengkap (urin, guladarah, dairan lambung,


analisa gas darah, osmolalitas serum, elektrolit, kreatinin, glukosa, transaminase hati)
b. Pemeriksaan EKG
c. Foto thorak/abdomen
d. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu diagnosis
keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah :
keracunan nitrit. Kadar barbiturate plasma : penting untuk penentuan derajat
keracunan barbiturate.
e. Pemeriksaan toksikologi :Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum
et repertum”. Bahan diambil dari :
1. Muntahan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)
2. Urine sebanyak 100 ml
3. Darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.
B. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Primer

a. A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva

b. B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan dalam

c. C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan Karen zat korosif maka percernaan akan
mengalami perdarahan dalam terutama lambung.

d. D (Dissability): Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran apabila keracunan


dalam dosis yang banyak.

e. E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan, pernafasan cepat, kejang,


hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva

f. F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan diri kateter diperlukan untuk
pengeluaran urin

2. Pengkajian Sekunder

a. Data Subjektif

1. Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah, perdarahan saluran
cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.

2. Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,


berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

b. Data Objektif

1. Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan.
2. Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium,
kejang sampai koma.
3. BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
4. Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar,
hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
5. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
6. Gangguan elektrolit hiponatremia,hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia

c. Aktivitas dan istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise

Tanda : Kelemahan, hiporefleksi

d. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah(hipovolemia), takikardi,hipotensi (padakasusberat), aritmia
jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
e. Eliminasi
Gejala :Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus menurun,
kerusaka nginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuningpekat, merah, coklat
f. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri ulu hati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, berkeringat banyak

g. Neurosensori

Gejala :Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil mengecil, kram
otot/kejang

Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan


berkonsentrasi kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran (azotemia), koma,
syok.

h. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
i. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, depresi napas, hipoksia
Tanda :Takipneu, dispneu, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk produktif
j. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin (obat,racun), obat nefrotik penggunaan berulang,
Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.

C. Diagnosa keperawatan

1. Risiko ketidakseimangan cairan

a. Tanda mayor (-)


b. Tanda minor (-)
2. Nyeri akut
a. Tanda mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif : 1. Tampak meringis
2. Bersikap Protektif
3. Gelisah
4. frekuensi nadi meningkat
5. sulit tidur
b. Tanda minor
Subjektif : -
Objektif : 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif

a. Tanda mayor
Subjektif : -
Objektif : 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan/atau ronchi kering
b. Tanda minor
Subjektif : 1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif : 1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
4. Pola nafas tidak efektif
a. Tanda mayor
Subjektif : 1. Dispnea
Objektif : 1. Penggunaan otot bantu pernafasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola nafas abnormal
b. Tanda minor
Subjektif : 1. Ortopnea
Objektif : 1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
5. Intoleransi aktifitas
a. Tanda mayor
Subjektif : 1. Mengeluh lelah
Objektif : 1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrahat
b. Tanda minor
Subjektif : 1. Dispnea saat/setelah aktifitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemas
Objektif : 1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istrahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritma saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menjukan iskemia
4. Sianosis

D. Intervensi keperawatan

Koding SDKI Koding SLKI Koding SIKI


D.0107 Risiko L.03020 Setelah Manajemen cairan
ketidaksei dilakukan Observasi
mbangan tindakan 1. Monitor status hidrasi
cairan keperawatan (mis. Frekuensi nadi,
1x24 jam kekuatan nadi, akral,
keseimbangan pengisian kapiler,
cairan kelembaban mukosa,
meningkat turgor kulit, tekanan
dengan criteria darah,
hasil 2. Monitor berat badan
1. Asupan harian
cairan 3. Monitor berat badan
meningkat sebelum dan
2. Asupan sesuadah dialysis
makanan 4. Monitor hasi
meningkat pemeriksaan
3. Edema laboratorium (mis.
menurun Hematokrit, Na, K,
4. Dehidrasi Cl, berat jenis urin,
menurun BUN)
5. Monitor status
hemodinamik (mis.
MAP, CVP, PAP,
PCWP, jika perlu)
Teraupetik
1. Catat intake- output
dan hitung balans
cairan 24 jam
2. Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan
itravena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian direutik ,
jika perlu.
D.0136 Nyeri L.14136 setelah I.1451 Manajemen nyeri
Akut dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan karakteristik, durasi,
selama 1x24 frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala
dengan criteria nyeri
hasil : 3. Identifikasi respo
1. keluhan nyeri non verbal
nyeri menurun 4. Identifikasi factor
2. Meringis yang memperberat
menurun dan memperringan
nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,)
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istrahat tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

D.0001 Bersihan L.01001 setelah I. 01012 Manajemen jalan nafas


jalan nafas dilakukan Observasi
tidak tindakan 1. Monitor posisi selang
efektif keperawatan endotrakeal (ETT),
selama 1x24 terutama setelah
bersihan jalan mengubah posisi
nafas 2. Monitor tekanan
meningkat balon ETT setiap 4-8
dengan criteria jam
hasil : Terapeutik
1. Produksi 1. Kurangi tekanan
sputum balon secara periodic
menurun tiap shift
2. Mengi 2. Pasang oropharingeal
menurun airway (OPA) untuk
3. Wheezing mencegah ETT
menurun tergigit
4. Dispnea 3. Cegah ETT terlipat
menurun (kinking)
5. Ortopnea 4. Berikan pre-
menurun oksigenasi 100%
6. Sianosis selama 30 detik (3-6
menurun kali ventilasi dan
setelah penghisapan
5. Berikan volume pre-
oksigenasi (bagging
atau ventilasi
mekanik) 1,5 kali
volume tidal
6. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik jika diperlukan
(bukan secara berkala
/rutin)
Edukasi
1. Jelaskan pasien
dan/atau keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan
nafas buatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi intubasi
ulang jika terbentuk
mocus plug yang
tidak dapat
dilakukan
penghisapan.
D.0005 Pola nafas L.01004 setelah I.01014 Pemantauan respirasi
tidak dilakukan Observasi
efektif tindakan 1. Monitor frekuensi,
keperawatan irama, kedalaman dan
selama 1x24 upaya nafas
jam pola nafas 2. Monitor pola nafas
membaik ( seperti bradipnea,
dengan kriteria takipnea,
hasil : hiperventilasi,
1. Dispnea kussmaul, cheyne-
menurun stokes, biot, ataksik)
2. Penggunaa 3. Monitor kemampuan
n otot bantu batuk fektif
nafas 4. Monitor adanya
menurun produksi sputum
3. Pemanjang 5. Monitor adanya
an fase sumbata jalan nafas
ekspirasi 6. Palpasi kesimetrisan
menurun ekspansi paru
4. Frekuensi 7. Monitor saturasi
nafas oksigen.
membaik Teraupetik
5. Kedalaman 1. Atur interval
nafas pemantauan respirasi
membaik sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan

Kolaborasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

D.0056 Intoleransi L.05047 setelah I.05178 Mnajemen energy


aktifitas dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi gangguan
keperawatan fungsi tubuh yang
selama 1x24 mengakibatkan
jam toleransi kelelahan
aktifitas 2. Monitor kelelahan
meningkat fisik dan emosional
dengan kriteria 3. Monitor pola dan jam
hasi : tidur
1. Kemudahan 4. Monitor lokasi dan
dalam ketidaknyamanan
melakukan selama melakukan
aktifitas aktifitas
sehari – Teraupetik
hari 1. Sediakan lingkunagan
meningkat nyaman dan rendah
2. Keluhan stimulus (mis.
lelah Cahaya, suara,
menurun kunjungan)
3. Dispnea 2. Lakukan latihan
saat rentang gerak pasif
beraktifitas dan/atau aktif
menurun 3. Berikan aktifitas
4. Dispnea distraksi yang
setelah menenangkan
beraktifitas Edukasi
menurun 1. Anjurkan tirah baring
5. Perasaan 2. Anjurkan melakuakan
lemah aktifitas secara
menurun bertahap
3. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

BAB II

B. Pathway

Bahan Kimia
(&obat-obatan
Saluran pencernaan Saluran Pernafasan

Mual Muntah Pembuluh Darah kolerasi Trackhea

& Diare

Edema laring
Gg. System
Riaiko Saraf otonom
Ketidakseimbanag Obstruksi
n cairan Saluran pernafasan

Ketidakefektifan
bersihan jalan

Nyeri Kepala Kelemahan otot Pusat pernafasan

& Otot &kram

Gangguan pergerakan nafas cepat & dalam


Nyeri
Akut
Ketidakefektifan
Intoleran Aktifitas pola nafas

C. Rangkuman Askep
Penjelasan pathway
Pertama dari etiologi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi toksik atau zat
racun, obat-obatan yang dikonsumsi sembarangan dan tidak sesuai dosis, sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri
terhadap benda atau zat asing yang masuk kedalam lambung dengan gejala mual, lalu
lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena
seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan
tubuh yang keluar bersama dengan muntahan sehingga kita mengambil diagnosa
Risiko ketidakseimbangan cairan
Kedua apabila racun tersebut masuk kedalam pembulu darah maka akan
mengakibatkan gangguan system syaraf otonom dimana akan mengalami nyeri di
bagian kepala, kelemahan otot dan gangguan pada pusat pernafasan.
Pada nyeri kepala kami mengankat diagnosa Nyeri akut, sedangkan terjadi kelemahan
otot akan mengakibatkan gangguan pergerakan jdi diagnosa yang kami angkat adalah
Intoleransi aktifitas. Pada gangguan pusat pernfasan akan mengalami nafas cepat dan
dalam sehingga diagnose yang di ambil adalah Ketidakefektifan pola nafas.
Ketiga pada saluran pernafasan akan mengalami kolerasi trakea sehingga terjadi
edema laring yang mengakibatkan obstruksi saluran pernafasan sehingga diagnose
yang di angkat adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam
ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan
hidup melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap
melalui kulit Dapat disebabkan oleh narkoba, vitamin, warfarinn, penurunan respon.
Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu gangguan pernapasan, nyeri kepala,
pusing, gangguan penglihatan, diare, lemas, kejang – kejang

B. SARAN
Dalam penggunaan obat, mengkonsumsi makanan, minuman kita sebaiknya harus
berhati – hati, karena bisa saja makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi itu
menjadi racun. Jika menemukan, melihat pasien ataupun keluarga yang keracunan
segera bawa ke dokter, dan jangan memberikan air minum.

DAFTAR PUSTAKA

Michael J. Neal.2018. At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima.Jakarta:Erlangga

Priharjo, Robert.2007.Teknik dasar pemberian obat bagi perawat.Jakarta:EGC

Krisanty, paula,dkk.2019.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta:TIM


http://health.detik.com/read/2017/10/04/130910/2054473/1407/pertolonganpertama-
pada-overdosis-penyalahgunaan-obat

http://health.detik.com/read/20116/10/04/130910/2054473/1407/pertolongan-pertama-
pada-overdosis-penyalahgunaan-obat

Anda mungkin juga menyukai