Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/291349306

Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker Spiritual Needs of Patients with


Cancer

Article · January 2015

CITATION READS

1 7,546

6 authors, including:

Aan Nuraeni Ikeu Nurhidayah


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
38 PUBLICATIONS   43 CITATIONS    44 PUBLICATIONS   31 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Citra Windani Mambang Sari Ristina Mirwanti


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
28 PUBLICATIONS   22 CITATIONS    32 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 View project

Sleep Quality of Elderly with Diabetes Melitus View project

All content following this page was uploaded by Aan Nuraeni on 22 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

Aan Nuraeni, Ikeu Nurhidayah, Nuroktavia Hidayati, Citra Windani Mambang Sari,
Ristina Mirwanti
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: aan.nuraeni@fkep.unpad.ac.id

Abstrak

Spiritual care merupakan hal yang penting bagi pasien kanker. Namun pelayan keperawatan masih terfokus
pada aspek fisik, sehingga data mengenai kebutuhan spiritual pasien kanker di Indonesia belum komprehensif.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kebutuhan spiritual pada pasien kanker serta tingkat kebutuhannya.
Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 76 pasien kanker yang sedang menjalani perawatan di salah satu
RS di Bandung yang diambil dengan accidental sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen
Spiritual Needs Questionaire 2.1 (SPNQ 2.1) yang meliputi aspek religi, kedamaian dan eksistensi diri. Analisa data
kebutuhan spiritualitas menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, sedangkan nilai rerata digunakan untuk
mengidentifikasi seberapa kuat kebutuhan spiritual tersebut bagi responden dengan kategori 1 – 1,9 agak dibutuhkan;
2 – 2,9 dibutuhkan; 3 sangat dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek religi, berdoa dengan orang
lain dan seseorang berdoa untuk responden memiliki persentase paling tinggi (96,05%). Pada aspek kedamaian,
tinggal di tempat yang tenang dan damai serta menemukan kedamaian batin memiliki persentase paling tinggi
(89,47%). Pada aspek eksistensi diri, menemukan makna dalam sakit dan penderitaan memiliki persentase paling
tinggi (94,74%). Adapun pada kebutuhan untuk memberi, beralih menjadi orang yang penuh cinta kasih memiliki
persentase paling tinggi (89,47%). Kebutuhan tersebut masuk ke dalam kategori dibutuhkan dengan nilai rerata sebagai
berikut : kebutuhan religi (2,28±0,47); kedamaian (2,19±0,47); eksistensi diri (2,11±0,76); dan kebutuhan untuk
memberi (2,08±0,55). Penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan oleh
responden, dan kebutuhan religi merupakan kebutuhan yang paling banyak dipilih dan dirasakan paling dibutuhkan.

Kata kunci: Kanker, kebutuhan spiritual, pasien.

Spiritual Needs of Patients with Cancer

Abstract

Cancer affects a patient’s various life aspects, physical, psychological, as well as spiritual. However, more
often than not, nursing care focuses only on the physical aspect, and neglects the spiritual side. This study
aimed to identify the types and levels of spiritual needs affecting cancer patients. This quantitative descriptive
study involved 76 cancer patients, selected using accidental sampling method, who were undergoing treatment
in a hospital in Bandung, West Java. Data were collected using Spiritual Needs Questionnaire 2.1 (SPNQ 2.1)
consisting of Religious, Inner Peace, Existential, and Actively Giving aspects. To analyse data of spiritual
needs, the study used distribution of frequency and percentage. Mean value was used to identify how important
those spiritual needs were to respondents (1-1.9: somewhat needed, 2-2.9: fairly needed, 3: strongly needed).
The results showed that on Religious aspect, “praying with others” and “having someone pray for me” have
the highest percentage (96.05%). On Inner Peace, “living in a calm and peaceful place” and “finding inner
peace” have the highest precentage (89.47%). On Existential aspect, “finding meaning in pain and suffering”
has the highest percentage (94.74%). On Actively Giving, “becoming a loving person” has the highest
percentage (89.47%). Those needs were identified as “fairly needed”, with the following mean values: Religious
(2.28±0.47), Inner Peace (2.19±0.47), Existential (2.11±0,76), and Actively Giving (2.08±0,55). This study
indicated all dimensions of spiritual aspects were needed by respondents and religious aspects were most needed.

Key words: Cancer, patient, spiritual needs.

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 57


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

Pendahuluan care pada pasien dengan penyakit terminal


dirasakan oleh pasien sebagai hal yang
World Health Organization (WHO) (2010) penting. Sejalan dengan itu, Mok, Wong,
memperkirakan kasus kanker akan terus dan Wong (2009) menyatakan bahwa satu-
mengalami peningkatan dan diprediksi akan satunya sumber penyembuhan (healing)
mencapai 21,4 juta kasus pada tahun 2030 dan bagi pasien dengan penyakit terminal adalah
dua pertiga kasus tersebut terdapat di negara- spiritualitas mereka. Pasien membutuhkan
negara berkembang seperti di Indonesia. Di intervensi spiritual dengan porsi yang cukup
Indonesia berdasarkan hasil survey Riset besar, selain pengobatan ataupun perawatan
Kesehatan Dasar tahun 2013 didapatkan fisik (Mcgrath, 2004). Menurut Guillory,
prevalensi penyakit tumor/kanker mencapai Sowell, Moneyham, dan Seals (1997),
1,4 per mil (Kemenkes RI, 2013). pasien dengan penyakit terminal akan lebih
Penyakit kanker berdampak terhadap mencari makna dari kehidupan sebagai cara
seluruh aspek kehidupan penderita, baik fisik, untuk memperpanjang kelangsungan hidup
psikologis maupun spiritual. Secara fisik mereka. Ketika tidak ada lagi cara untuk
penderita akan mengalami nyeri, fatigue, serta sembuh, perhatian pasien akan terfokus
penurunan fungsi fisik dan kelelahan yang pada pemahaman terhadap proses kehidupan
dirasakan terus menerus (Ahn et al., 2009; dan keterikatan dengan kekuatan yang lebih
Grimsbø, Ruland, dan Finset, 2012), kondisi tinggi.
ini akan mengakibatkan timbulnya masalah Pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual
psikologis pada pasien. Respon psikologis juga diperkuat oleh Puchalski (2009) yang
yang sering terjadi pada panderita kanker menyatakan bahwa tidak semua penyakit dapat
antara lain sedih, syok, apatis, berduka, disembuhkan namun selalu ada ruang untuk
cemas, takut terhadap kekambuhan maupun “healing”atau penyembuhan. Penyembuhan
kematian, harga diri rendah, persepsi diri dapat dimaknai sebagai penerimaan terhadap
rendah, penurunan gambaran diri, isolasi diri penyakit dan ketentraman dalam kehidupan
dan depresi (Brown et al., 2005; Limpscomb, danspiritual menjadi inti dari penyembuhan”.
Gotay, dan Snyder, 2005; Sjamsuhidajat & Dalam penelitian lainnya Puchalski et al
Wim de Jong, 2004, Van Weert, 2007; Braeken (2009) mengungkapkan bahwa penyembuhan
et al., 2009; Hamid, 2009; Machin, 2009; mengacu pada kemampuan seseorang
Grimsbø, Ruland, dan Finset, 2012) selain itu mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan,
menurut Roos (2002), Peterson dan Bredow koneksi, makna, dan tujuan hidup dalam
(2009), Martz dan Livneh (2007), respon lain penderitaan maupun rasa sakit yang dialami.
yang dapat muncul pada penderita kanker Dalam menunaikan perannya, sebagai
adalah merasa kehilangan dan merasakan care provider perawat harus melihat pasien
penderitaan yang berkelanjutan. secara holistik. Meski demikian, Dossey,
Masalah yang dialami oleh pasien kanker Keegan, dan Guzzetta (2005) menyatakan
meliputi seluruh aspek yakni aspek fisik, bahwa salah satu tantangan besar perawat
psikologis, sosial dan spiritual, Meskipun saat ini adalah mengintegrasikan konsep dari
masalah yang dihadapi pasien kanker teknologi body, mind and spirit kedalam
kompleks, upaya yang dilakukan oleh praktek Keperawatan. Adapun sebagai
pemberi pelayanan kesehatan masih terfokus tenaga kesehatan, perawat dalam memulai
pada penanganan penyakit atau permasalan mengintegrasikan spiritualitas ke dalam
fisik saja. Pada pasien kanker, terutama praktek pelayanan kesehatan dapat melalui
kanker stadium lanjut, upaya penyembuhan tiga cara, yakni: 1). Melalui berbagai
menjadi sangat sulit, sedikit sekali pasien penelitian; 2). Melalui pengkajian spiritualitas
yang dapat kembali pulih dari penyakitnya. pasien dan nyeri spiritual yang dialami
Di sisi lain, pasien merasakan pentingnya pasien dan 3). Melalui intervensi terapeutik
pemenuhan kebutuhan spiritual. (Anandarajah dan Hight, 2001). Pemenuhan
Pasien dengan kondisi terminal seperti ini, kebutuhan spiritual pada pasien tidak hanya
hal yang dianggap sangat berharga adalah bermanfaat bagi pasien saja tetapi dapat
spiritual. Menurut Murray (2004), spiritual berdampak terhadap profesionalisme kerja

58 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

perawat (Kociszewski, 2004) dan pelayanan praktek keagamaan saja, tetapi berhubungan
kesehatan. Hodge, Sun, dan Wolosin (2014) juga dengan arti dari keberadaan manusia.
menyebutkan bahwa terdapat hubungan Berdasarkan uraian tersebut menjadi penting
positif antara kebutuhan spiritual dengan untuk meneliti lebih lanjut tentang kebutuhan
kepuasan pelayanan kesehatan. spiritual dari pasien dengan kanker stadium
Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual lanjut yang menjalani perawatan di unit rawat
pasien diawali dengan kajian kebutuhan inap salah satu rumah sakit di Bandung.
spiritual. Berdasarkan kajian tersebut
perawat dapat mengetahui kebutuhan
spiritual mana yang perlu dan belum Metode Penelitian
terpenuhi pada pasien, karena spiritual
bagi setiap orang berbeda, tergantung dari Penelitian ini menggunakan rancangan
cara pandang dan latar belakang seseorang. deskriptif kuantitatif. Peneliti akan menguji
Menurut Hawari (2004) serta Burkhardt dan data yang dikumpulkan pada satu kesempatan
Nagai-Jacobson (2005), spiritualitas bersifat dengan subjek yang sama (coss sectional).
personal atau individual. Terdapat berbagai Peneliti memaparkan variabel penelitian
hal yang melatarbelakanginya, yang mana yang diteliti untuk mendapatkan pemahaman
setiap individu memiliki cara pandang dan yang mendalam tentang fenomena.
pemahaman tersendiri tentang spiritualitas. Populasi pada penelitian ini adalah pasien
Perbedaan konsep spiritual dipengaruhi oleh kanker yang dirawat di ruang rawat inap salah
budaya, perkembangan, pengalaman hidup satu rumah sakit di Bandung dengan jumlah
dan persepsi seseorang tentang hidup dan rata-rata per bulan 120 pasien. Sampel pada
kehidupan. penelitian ini adalah pasien kanker dewasa
Berdasarkan hasil observasi dan dengan menggunakan teknik pengambilan
wawancara yang dilakukan terhadap perawat sampel insidental sampling. Ukuran sampel
yang memberikan layanan keperawatan ditentukan dengan menggunakan rumus
kepada pasien-pasien dengan penyakit (Nugraha, 2007). Populasi N=120 yang
terminal di sebuahn RS di Kota Bandung didapatkan berdasarkan rata-rata pasien
diketahui bahwa selama ini spiritual kanker yang dirawat 40 orang pasien per
care yang biasa dilakukan masih sangat bulan di setiap ruang rawat inap, derajat
terbatas. Saat ini, perawat belum secara kesalahan e=10%, maka ukuran sampel
optimal memberikan pemenuhan kebutuhan (n) yang diperlukan dalam penelitian ini
spiritual pasien. Sebagian besar perawat adalah minimal 55 subjek. Dalam penelitian
masih memiliki persepsi bahwa pemenuhan ini jumlah calon responden yang berhasil
kebutuhan spiritual dilakukan dalam bentuk direkrut sebanyak 100 orang, namun hanya
fasilitasi ibadah keagamaan dan tidak semua 76 responden saja yang mengisi kuesioner
pasien mendapatkannya. Pemahaman yang dengan lengkap dan dapat dilanjutkan ke
berkembang mengenai spiritual care di dalam tahapan analisis data.
Indonesia sangat kental dengan praktek- Instrumen yang digunakan dalam
praktek religius keagamaan, seperti penelitian ini adalah Spiritual Needs
mentalkinkan pasien dying, membacakan Questionaire (SpNQ) yang dikembangkan
ayat-ayat Al-Quran ataupun kitab suci lainnya oleh Bussing, Balzat, dan Heusser, (2010).
dan berdoa. Hal ini diperkuat oleh penelitian Instrumen ini digunakan untuk mengukur
lain yang menunjukkan bahwa persepsi kebutuhan spiritualitas khususnya pada pasien
perawat tentang cara/bentuk pemenuhan dewasa yang mengalami sakit kronis. Terdiri
kebutuhan spiritual kepada pasien masih atas 19 item pertanyaan. Dalam instrumen
terbatas pada membantu kegiatan ibadah kebutuhan spiritualitas ini, ada empat bagian
pasien, melibatkan keluarga dan tokoh yaitu, religious; inner peace; existential
agama serta memberikan semangat (Ariyani, (reflection/rerataing); dan actively giving/
Suryani dan Nuraeni ,2014). Padahal dalam generativity. Dalam hal skoring, pertama-
berbagai penelitian keperawatan konsep tama instrumen ini akan menilai kebutuhan
spiritual care ternyata lebih luas dari hanya spiritual responden (ya/tidak), selanjutnya

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 59


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

menilai seberapa kuat/penting kebutuhan kedamaian, kebutuhan eksistensi diri, dan


spiritual tersebut bagi mereka dengan kebutuhan untuk memberi pada pasien
menggunakan skala 1–3 (1- agak dibutuhkan; kanker. Dan nilai reliabilitas kuesioner
2- dibutuhkan; 3- sangat dibutuhkan). SpNQ 2.1 memiliki konsistensi internal yang
Validitas dari instrumen, dijelaskan bahwa diperkirakan antara 0.74 sampai dengan 0.92.
Aspek kebutuhan religi berhubungan sangat
kuat dengan skala SpREUK (r> 0.7) dan juga
berhubungan kuat dengan Search for Support / Hasil Penelitian
Access and Reflection (Positive Interpretation
of Disease). Kebutuhan eksistensi diri dan Berdasarkan hasil penelitian, semua aspek
kebutuhan untuk memberi berhubungan dari kebutuhan spiritual dirasakan sebagai
dengan skala SpREUK, sementara kebutuhan kebutuhan oleh sebagian besar responden,
kedamaian berhubungan lemah. Pada pasien hanya sebagian kecil dari responden saja yang
dengan kondisi nyeri kronik, kebutuhan tidak membutuhkan aspek spiritual tertentu.
eksistensi diri berhubungan dengan strategi Aspek kebutuhan spiritual yang dipilih oleh
escape-avoidance (Escape from illness). hamper sebagian besar responden adalah
Kebutuhan spiritual berhubungan lemah aspek kebutuhan religi.
dengan kepuasan hidup, sementara itu
kebutuhan untuk memberi berhubungan Tabel 1 terlihat kebutuhan religi pada
dengan kepuasan hidup (r = 0.17; p = 0.12) penelitian ini menjadi dimensi kebutuhan
dan berhubungan terbalik dengan skor gejala spiritual yang paling banyak dibutuhkan oleh
pasien (r = -0.29; p < 0.0001). Kebutuhan hampir seluruh responden. Dari dimensi ini
kedamaian berhubungan lemah dengan aspek yang paling banyak dibutuhkan adalah
kepuasan pasien terhadap efikasi pengobatan berdoa baik dengan orang lain atau didoakan
(r = 0.24; p < 0.0001). Analisis regresi linier oleh orang lain.
multivariat menunjukkan bahwa kecemasan Kebutuhan akan kedamaian sebagian
memiliki dampak signifikan pada kebutuhan besar dipilih oleh responden sebagai salah

Tabel 1 Distribusi Kebutuhan Dimensi Religi pada Kebutuhan Spiritual Pasien Kanker
(n = 76)
Kebutuhan Religi Tidak (%) Ya (%)
Berdoa dengan orang lain 3 3,05 73 96,05
Seseorang berdoa untuk anda 3 3,05 73 96,05
Berdoa untuk diri sendiri 3 3,05 73 96,05
Beralih dan mendekat dalam keagungan akan kehadiran 5 6,58 71 93,42
yang lebih tinggi (keesaan, Tuhan, malaikat
Berpartisipasi dalam upacara keagamaan 9 11,84 67 88,16
Membaca buku keagamaan 13 17,11 63 82,89

Tabel 2 Distribusi Kebutuhan Dimensi Kedamaian pada Kebutuhan Spiritual Pasien


Kanker (n=76)
Kebutuhan Kedamaian Tidak (%) Ya (%)
Tinggal di tempat yang tenang dan damai 8 10,53 68 89,47
Menemukan kedamaian batin 8 10,53 68 89,47
Berbicara dengan orang lain mengenai ketakutan 9 11,84 67 88.16
dan kekhawatiran
Menyatu (menikmati) dengan keindahan alam 10 13,16 66 86,84
Lebih disayang orang lain 12 15,79 64 84,21

60 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

Tabel 3 Distribusi Kebutuhan Dimensi Eksistensi Diri pada Kebutuhan Spiritual Pasien
Kanker (n=76)
Kebutuhan Kedamaian Tidak (%) Ya (%)
Tinggal di tempat yang tenang dan damai 64 10,53 4624 89,47
Menemukan kedamaian batin 64 10,53 4624 89,47
Berbicara dengan orang lain mengenai ketakutan dan kekhawatiran 81 11,84 4489 7772.1856
Menyatu (menikmati) dengan keindahan alam 100 13,16 4356 86,84
Lebih disayang orang lain 144 15,79 4096 84,21

Tabel 4 Distribusi Kebutuhan Dimensi Kebutuhan untuk Memberi pada Kebutuhan


Spiritual Pasien Kanker (n=76)
Kebutuhan untuk Memberi Tidak (%) Ya (%)
Beralih menjadi orang yang penuh cinta kasih 8 10,53 68 89,47
Memberikan sesuatu untuk diri sendiri 11 14,47 65 85,53
Menjadi pelipur lara orang lain 21 27,63 55 72,37
Lebih disayang orang lain 144 15,79 4096 84,21

Tabel 5 Distribusi Tingkat/Seberapa Jauh Pentingnya Kebutuhan Spiritual Pasien


Kanker (n=76)
Kebutuhan untuk Memberi Tidak
Beralih menjadi orang yang penuh cinta kasih 8
Memberikan sesuatu untuk diri sendiri 11
Menjadi pelipur lara orang lain 21

satu kebutuhan spiritual mereka, dan aspek digunakan skala 1–3 (1 – 1,9 agak dibutuhkan;
“tinggal di tempat yang tenang dan damai 2–2,9 dibutuhkan; 3 sangat dibutuhkan),
serta menemukan kedamaian batin” menjadi berdasarkan skala tersebut seluruh dimensi
aspek yang paling banyak dibutuhkan oleh kebutuhan spiritual berada pada kategori
responden (Tabel 2). “Menemukan makna dibutuhkan, dan berdasarkan tingginya nilai
dalam sakit atau penderitaan” merupakan rerata maka dimensi religi menjadi dimensi
aspek yang paling banyak dibutuhkan oleh kebutuhan spiritual yang paling dibutuhkan
hampir seluruh responden, namun demikian dibanding dimensi spiritual lainnya (Tabel 5).
aspek “Menghilangkan Dimensi keterbukaan
dalam hidup” paling sedikit dipilih oleh
responden, aspek ini tidak dibutuhkan oleh Pembahasan
sebagian besar responden (Tabel 3).
Tabel 4 menunjukkan dimensi ini Kebutuhan spiritualitas merupakan
sebagian besar dibutuhkan oleh responden kebutuhan yang penting untuk dipenuhi
terutama pada aspek “beralih menjadi orang pada pasien dengan penyakit kanker selain
yang penuh cinta kasih”, dan aspek “menjadi aspek kebutuhan lainnya, karena penyakit
pelipur lara orang lain” menjadi aspek yang ini dapat berdampak terhadap seluruh
paling sedikit dipilih dalam dimensi ini, aspek kehidupan penderitanya baik fisik,
namun demikian tetap saja sebagian besar psikologis maupun spiritual. Spiritualitas
responden merasakan kebutuhan untuk menurut Puchalski (2001) dapat digunakan
“menghibur orang lain”. Untuk menilai sebagai salah satu sumber koping selain
seberapa kuat / penting kebutuhan spiritual itu spiritualitas memberikan dampak yang

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 61


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

positif bagi kesehatan dan dapat dijadikan didoakan oleh orang lain menjadi aspek
sebagai sumber penyembuhan (healing). Hal kebutuhan yang paling banyak dipilih oleh
ini diperkuat oleh hasil penelitian Bussing et responden. Hal ini semakin memperlihatkan
al (2010) bahwa sebagian besar pasien kanker bahwa dalam masyarakat Indonesia
memerlukan spiritualitas ataupun religiusitas khususnya Jawa Barat kebutuhan religi atau
sebagai sumber koping untuk menghadapi keagamaan memegang peranan penting dalam
kondisi tersebut, sehingga pengetahuan yang kehidupan. Hal ini diperkuat oleh Suryaman
baik tentang kebutuhan spiritual pasien oleh (2011) yang menyatakan bahwa masyarakat
perawat menjadi penting untuk dimiliki. Jawa Barat atau Sunda dikenal sebagai
Menurut Bussing et al (2010) kebutuhan masyarakat religius. Kebudayaan masyarakat
spiritual meliputi: kebutuhan religi atau Sunda pun banyak dipengaruhi oleh budaya
keagamaan; kebutuhan mendapatkan Islam. Hal ini diperkuat oleh Agoes (2003)
kedamaian; eksistensi diri; serta kebutuhan bahwa agama Islam merupakan agama yang
untuk memberi. Setiap orang memiliki telah lama dipeluk oleh masyarakat Sunda,
kebutuhan ini namun demikian berbeda dalam maka sulit untuk memisahkan adat dan
aspek maupun tingkat kebutuhannya masing- agama karena biasanya kedua unsur tersebut
masing, sehingga penting untuk dilakukan sudah menyatu menjadi adat kebiasaan dan
kajian terlebih dahulu dalam menentukan kebudayaan orang Sunda.
kebutuhan spiritual pasien. Masyarakat Sunda dinyatakan oleh
Berdasarkan hasil penelitian dapat Suryaman (2011) memiliki pandangan
diketahui bahwa kebutuhan keagamaan/religi setiap kali dihadapkan pada kesulitan yakni
menjadi kebutuhan spiritual yang paling walaupun jasmani sakit namun rohani harus
banyak dibutuhkan oleh responden diikuti tetap sehat, yakni sehat dalam berbuat dan
oleh kebutuhan eksistensi diri. Kebutuhan bertindak, sehat berpikir dan berprasangka.
mendapatkan kedamaian serta kebutuhan Sehat berprasangka berarti menjauhkan
untuk memberi memiliki jumlah persentase pikiran dari sifat suudzon (berprasangka
yang hampir sama namun berada dibawah buruk) terutama kepada Tuhan sehingga
kebutuhan eksistensi. Secara umum seluruh walaupun dihadapkan dengan kesulitan tetap
kebutuhan ini dipilih oleh sebagian besar dapat melihat hikmah dan berbagai sisi positif
responden, sehingga dapat disimpulkan dari sakit yang dialami, dan meyakini bahwa
bahwa seluruh kebutuhan ini penting untuk Tuhan yang mengatur seluruh kehidupan
diperhatikan dan diupayakan pemenuhannya. manusia. Menurut Nuraeni (2012) spiritualitas
Dilihat dari tingkatan sampai seberapa bagi pasien dapat berarti penerimaan dan
penting pemenuhan kebutuhan spiritual, kepasrahan kepada Tuhan namun disertai
kebutuhan religi/keagamaan menjadi dengan usaha dan ikhtiar untuk mendapatkan
kebutuhan yang dibutuhkan dibanding kesembuhan, dalam penelitian ini salah satu
kebutuhan spiritual pada dimensi lainnya, bentuk ikhtiar yang dilakukan adalah melaui
hal ini berdasarkan pada nilai rerata yang berobat dan terus berdoa, kebutuhan spiritual
diperoleh pada masing-masing dimensi. dari dimensi religi yang dianggap sangat -
Seberapa penting tingkatan kebutuhan amat sangat dibutuhkan pada pasien kanker
spiritual pada dimensi lainnya secara dalam penelitian ini adalah berdoa, baik untuk
berurutan dituliskan sebagai berikut: dimensi diri sendiri maupun didoakan oleh orang lain.
kedamaian; dimensi eksistensi diri dan Terkait dengan keyakinan ini, perawat
dimensi kebutuhan untuk memberi. sebagai tenaga kesehatan yang selama 24
Dimensi kebutuhan keagamaan/religi jam mendampingi pasien perlu membantu
menjadi kebutuhan yang paling banyak pasien dalam memenuhi kebutuhan akan
dibutuhkan serta menjadi kebutuhan keagamaannya, hal ini dapat dipenuhi dengan
spiritual yang dibutuhkan oleh responden kegiatan sederhana seperti berdoa bersama
dibandingkan dimensi lainnya, hampir dengan pasien, menyediakan buku-buku
seluruh responden membutuhkan kebutuhan keagamaan, dan memfasilitasi ibadah pasien.
spiritualitas ini. Dengan aspek (item) Selanjutnya adalah kebutuhan akan
kebutuhan berdoa dengan orang lain serta kedamaian (inner peace) menurut Chao,

62 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

Chen dan Yen (2002) kedamaian diri adalah Nagai-Jacobson mendefinisikan spiritualitas
spiritualitas yang muncul dari rekonsiliasi sebagai esensi dari keberadaan manusia,
pada diri sendiri, sebagai hasil dari negosiasi menanamkan kesadaran tentang siapa kita,
terhadap konflik yang dihadapi. Menurut apa tujuan hidup dan sumber batin seorang
Chao et al (2002) setiap orang disepanjang manusia. Pemenuhan kebutuhan eksistensi
hidupnya pasti pernah merasakan inferioritas, diri dalam penelitian ini masih rendah jika
tidak percaya diri, egois, malu bahkan benci dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan
terhadap diri sendiri, dan kedamaian dapat religi dan kebutuhan untuk memberi.
muncul dari self reconciliation terhadap Perawat dapat membantu pasien untuk
masalah yang dialami, sehingga mampu memenuhi kebutuhan eksistensi diri pasien
memberikan penghargaan yang baik bagi melalui komunikasi ataupun memfasilitasi
diri sendiri. Dalam penelitian Nuraeni dan mendorong pasien dalam hal melakukan
(2012) kedamaian diri dapat muncul sebagai interospeksi diri, berbicara tentang makna dan
bentuk penerimaan terhadap permasalahan tujuan hidup, makna sakit dan penderitaan
(penyakit) yang dianggap sebagai teguran serta kehidupan setelah kematian.
maupun cobaan, penerimaan ini dapat Dimensi kebutuhan spiritual yang
membawa kedalam kehidupan yang lebih terakhir adalah kebutuhan untuk memberi.
baik. Dibandingkan dmensi kebutuhan spiritual
Menurut Bussing et al (2010) kebutuhan sebelumnya, kebutuhan spiritual ini
akan kedamaian antara lain terdiri dari aspek dirasakan penting namun dalam tingkat yang
berikut ini : berharap berada ditempat yang lebih rendah. Menurut Bussing et al (2010)
tenang dan sunyi, menikmati keindahan alam, kebutuhan untuk memberi terdiri dari :secara
menemukan kedamaian dari dalam, berbicara aktif dan atas kesadaran sendiri menghibur
dengan orang lain tentang ketakutan dan orang lain, untuk berbagi pengalaman kepada
kekhawatiran, dan ketaatan. Pemenuhan orang lain, dan untuk memastikan bahwa
kebutuhan akan kedamaian ini pada hidup ini memiliki nilai dan makna. Hal
sebagian responden masih belum terpenuhi. ini memperkuat penelitian yang dilakukan
Berdasarkan uraian yang sudah disebutkan oleh Walton (2002) bahwa spiritualitas
sebelumnya pemenuhan kebutuhan adalah keseimbangan, setelah seseorang
kedamaian ini dapat dilakukan oleh perawat mendapatkan bantuan, pertolongan dari orang
melalui beberapa hal, yakni : fasilitasi tempat lain pada saat mengalami krisis, akan timbul
yang tenang dan sunyi, memberikan waktu- keinginan untuk dapat memberi atau berguna
waktu tertentu bagi pasien untuk menyendiri bagi orang lain, agar dia mendapatkan
serta mendorong penerimaan pasien akan keseimbangan. Pendapat ini diperkuat juga
penyakitnya, selain itu perawat juga dapat oleh Nuraeni (2012) bahwa salah satu makna
mendekatkan pasien dengan alam dengan spiritualitas pada pasien sakit di Indonesia
cara menambahkan ornamen alam di ruang adalah memberi manfaat bagi sesama.
rawat dapat melaui suara gemericik air,
lukisan tentang alam dan sebagainya.
Kebutuhan spiritualitas pada dimensi Simpulan
kebutuhan eksistensi diri menjadi kebutuhan
spiritual selanjutnya setelah kebutuhan Perawat memiliki peran sebagai care provider.
dalam dimensi kedamaian diri. Kebutuhan Dalam menunaikan perannya perawat harus
eksistensi diri menurut Bussing et al (2010) melihat pasien sebagai satu kesatuan yang
meliputi refleksi kehidupan, berbicara dengan holistik. Upaya yang harus dilakukan untuk
seseorang tentang arti dan makna kehidupan, meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan
berbicara dengan seseorang tentang ketakutan, spiritual pada pasien, salah satunya adalah
dan kehidupan setelah kematian. Frankl melalui kajian kebutuhan spiritual. Kebutuhan
(dalam Guillory et al, 1997) menyatakan spiritual pada pasien kanker pada penelitian
bahwa inti dari keberadaan seorang manusia ini meliputi keseluruhan dimensi yang
(eksistensi) adalah melalui pencarian makna diukur yaitu : kebutuhan religi/keagamaan;
dan tujuan hidup. Lebih jauh Buchardt dan kebutuhan kedamaian; eksistensi diri; dan

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 63


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

kebutuhan untuk memberi. Kebutuhan religi/ Ahn, E., Cho, J., Shin, D. W., Park, B. W.,
keagamaan menjadi kebutuhan spiritual yang Ahn, S. H., Noh, D.-Y., … Yun, Y. H. (2009).
paling banyak dibutuhkan oleh pasien kanker. Impact of breast cancer diagnosis and
Selain itu kebutuhan eksistensi diri dalam treatment on work-related life and factors
aspek menemukan makna dalam sakit dan affecting them. Breast Cancer Research and
penderitaan pun dipilih hampir oleh seluruh Treatment, 116(3), 609–16. doi:10.1007/
responden sedangkan aspek menghilangkan s10549-008-0209-9
keterbukaan dalam hidup merupakan
kebutuhan spiritual yang paling sedikit Anandarajah, G., & Hight, E. (2001).
dipilih. Berdasarkan tingkat/pentingnya Spirituality and medical Practice: using
kebutuhan spiritual secara umum, seluruh the HOPE questions as a practical tool
dimensi kebutuhan spiritual penting untuk for spiritual assesment. American Family
dipenuhi, dengan tingkatan kebutuhan dari Physician, 63(1), 81–88.
nilai tertinggi sampai terendah adalah sebagai
berikut: 1) kebutuhan religi; 2) kebutuhan Ariyani, H., Suryani., Nuraeni A. (2014).
kedamaian; 3) kebutuhan eksistensi diri; dan Perbedaan Persepsi Perawat dan Pasien
4) kebutuhan untuk memberi. Terhadap kebutuhan spiritual Pasien
Religi merupakan kebutuhan spiritual sindrom Koroner Akut. Thesis. Universitas
yang dianggap paling penting dan paling Padjadjaran
banyak dibutuhkan oleh pasien, sehingga
pemenuhan kebutuhan ini perlu diperhatikan Braeken, A.P., et.al. (2009). The effectiveness
oleh perawat. Perawat dapat mendukung of the screening inventory of psychosocial
pemenuhan kebutuhan ini melalui kegiatan problems (SIPP) in cancer patients treated
sederhana seperti berdoa bersama dengan with radiotherapy: design of cluster
pasien, menyediakan buku-buku keagamaan, randomized controlled trial. BMC Cancer, 9,
dan memfasilitasi ibadah pasien. Kebutuhan 1471–2407.
spiritual yang dianggap penting lainnya
namun pemenuhannya masih belum optimal Brown, et al. (2005). Gynaecological
adalah kebutuhan kedamaian dan eksistensi Cancer Guidance for Nursing Staff.
diri, untuk mendukung pemenuhan kebutuhan London:Published by the Royal College of
ini perawat dapat melakukan komunikasi Nursing.
teurapeutik yang dapat mendorong pasien
untuk introspeksi diri, berbicara tentang Burkhardt, M. A., & Nagai-Jacobson, M. G.
makna dan tujuan hidup, makna sakit dan (2005).Spirituality and Health. In Holistic
penderitaan serta kehidupan setelah kematian. Nursing A Handbook For Practice (Fourth
Selain itu untuk mendapatkan perasaan ed.). Massachussetts: Jones And Bartlett
damai perawat perlu memberikan waktu- Publisher.
waktu tertentu bagi pasien untuk menyendiri
jika memungkinkan menciptakan tempat Bussing, A., Balzat, H., & Heusser, P. (2010).
rawat inap yang tenang, selain itu perawat Spiritual needs of patients with chronic
juga dapat mendekatkan pasien dengan pain diseases and cancer - validation of the
alam dengan cara menambahkan unsur alam spiritual needs questionnaire. Eur J Med Res
dalam ruang perawatan dapat melaui suara 2010, 15, 266–273.
gemericik air, lukisan tentang alam, bunga
dan sebagainya. Dossey, B. M., Keegan, L., & Guzzetta, C.
E. (2005).Holistic Nursing : A Handbook for
Practice (Fouth ed.). Massachusetts: Jones
Daftar Pustaka and Bartlett Publisher Inc.

Agoes, A. (2003). Perkawinan Adat Sunda. Grimsbø, G. H., Ruland, C. M., & Finset,
Jakarta: Gramedia A. (2012). Cancer patients’ expressions of
emotional cues and concerns and oncology

64 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

nurses' responses, in an online patient-nurse Empirical, and Clinical Aspects. New York:
communication service. Patient Education Springer Science + Business Media, LLC.
and Counseling, 88(1), 36–43. doi:10.1016/j.
pec.2012.01.007. Mcgrath.(2004). Reflections on serious
illness as spiritual journey by survivors of
Guillory, J. A., Sowell, R., Moneyham, haematological malignancies.European
L., & Seals, B. (1997).An exploration of Journal of Cancer Care, 13, 227–237.
the meaning and use of spirituality among
women with HIV/AIDS.Alternative Therapy Mok, E., Wong, F., &wong, D. (2009). The
Health Medicine, 3(5), 55–60. Meaning of Spirituality and Spiritual Care
Among The Hongkong Chinese Terminally
Hamid, AS. (2009). Bunga Rampai Asuhan Ill. Journal of Advanced Nursing, 360–370.
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Murray, S. A. (2004). Exploring the Spiritual
Needs of People Dying of Lung Cancer
Hawari, D. (2004). Doa dan Dzikir Sebagai or Heart failure: A Prospective Qualitative
Pelengkap. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Interview Study of patients and Their carers.
Journal of Palliative Medicine pp 18, 39–
Hodge, D.R., Sun, F., Wolosin, R. J. (2014). 45.
Hospitalized asian patients and their spiritual
needs: Developing a model of spiritual care. Peterson, SJ., & Bredow, TS. (2009). Middle
Journals of Aging Health. Retrieved 24 Range Theories Application to Nursing
Maret 2014, fromhttp://www.ncbi.nlm.nih. Research. United States of America: Wolkers
gov/pubmed/24420844. Kluwer Health Lippincott Williams &
Wilkins.
Kociszewski. (2004). Spiritual care: A
phenomenologic study of critical care nurses. Puchalski. (2001). The role of spirituality
Heart Lung, 33(6), 401-11. Retrieved 12 in health care. Baylor University medical
September 2013, from http://www.ncbi.nlm. Center Proceedings, 14(4), 352–357.
nih.gov/pubmed/15597294.
Puchalski, C., Virani, R., Otis-Green, S.,
Lipscomb J., Gotay, CC., & Snyder, C. Baird, P., Bull, J., Chochinov, H., et al.
(2005).Outcomes Assessment in Cancer (2009).Improving the Quality of Spiritual
Measures, Methods, and Applications.United Care as a Dimension of Palliative Care: The
States: Cambrige University Press. Report of the Consensus Conference.Journal
of Palliative Medicine, 12(10), 885-904.
Lorentz, M. M. (2006). Stress and
Psychoneuroimmunology Revisited: Using Roos, S. (2002). Chronic Sorrow A Living
mind-body interventions to reduce stress. Loss.New York: Brunner-Routledge.
Alternative Journal of Nursing (11), 1–11.
Setiawan, N. (2007). Penentuan Ukuran
Machin, L. (2009). Working With Loss ang Sampel Memakai Rumus Slovin Dan
Grief. London: SAGE Publication Ltd. Tabel Krejcie-Morgan: Telah Konsep dan
Aplikasinya. Retrieved Maret 24, 2014, from
Manajemen RS. (2014). Prevalensi Kanker Pustaka Unpad: http://pustaka.unpad.ac.id/
di Dunia dan Indonesia. Retrieved Desember wp-content/uploads/2009/03/penentuan_
1, 2015, from Manajemen Rumah Sakit: ukuran_sampel_memakai_rumus_slovin.pdf
http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/
prevalensi-kanker-di-indonesia-dan-dunia. Suryaman, B. (2011). Budaya dan
Kebudayaan Sunda. Retrieved from http://
Martz, E., & Livneh, H. (2007). Coping With www.bengkalis.org/index.php/Budaya/
Chronic Illness and Dissability Theoretical, budaya-dan-kebudayaan-sunda.php.

Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015 65


Aan Nuraeni: Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker

Sjamsuhidajat, R., & Wim de Jong (2004). Grounded Theory Study of Spirituality in
Buku Ajar Ilmu Bedah cet. 2. Jakarta: ECG. Hemodialysis Patients. Nephrology Nursing
Journal, 29(5), 447–457.
Walton, J. (2002). Finding A Balance: A

66 Volume 3 Nomor 2 Agustus 2015

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai