KERACUNAN MAKANAN
ARRAGGED BY:
NOOR MUHAMMAD PANDU WIRA ISNANTOPO SENA
(16144011100055)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan makanan bila seseorang
mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi kuman
atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang paling sering mengkontaminasi
makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan
perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri
akibat pengolahan yang kurang baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung / inhalasi,
suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis
relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu / lebih organ atau
jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan peraturan
no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan – bahan berbahaya.
Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan
sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat
membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia
karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan,
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kami berikan perumusan masalah dalam makalah ini yakni
sebagai berikut:
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami macam – macam zat racun yang biasa terdapat di masyarakat
2. Terampil dalam menangani kasus – kasus keracunan akut maupun kroni
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum,
alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh
kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri
atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak
disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik. (Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta:
Widya Medika.)
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat
aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan
tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa,
parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat
yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi
dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak
dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan
makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan
penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan
saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah
menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum
antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah
pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama
kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b. Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun
(Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus,
berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah.
Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2
liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim
penderita ke rumah sakit.
c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing.
Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang
dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu
kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air
kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda
sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi
sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari
ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut
tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah,
kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan
itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang
khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e. Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun biasanya ditanam
hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan daunnya. Racun asam
biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong,
gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
C. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah
melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak
hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa
racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang),
pupil sangat kecil(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut
morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil
berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat
kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit
muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim di mulut, Garam logam
mulut terasa panas
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus
Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa mual. Bacillus Cereus.
muntah)
2-36 jam (rerata 6-12) Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B.
disebabkan Clostridiumperfringens, kadang- cereus; S; faecalis;
kadang rasa mual dan muntah S. faecium
12-72 jam (rerata 18- Kram perut, diare, muntah, demam, Salmonella
36) mengigil, lemah hebat, mual, sakit kepala, spp (termasuk
kadang-kadang diare berdarah dan berlendir, S. Arizonae), E.
lesi kulit yang disebabkan Vibrio coli
vulnificuis.Yersinia enteropatogenik,
enterocoliticamenyebabkan gejala yang dan
menyerupai flu apendisitis akut. Enterobakteriacae,
V. cholera (01 dan
non-01),
vulvinicus, V.
fluvialis.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan nyeri perut, Virus-virus enterik
gejala saluran nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), sakit perut, Giardia lamblia
berat badan menurun
Jamur
jenis muscaria
Ciguatoxin
2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) seperti Chlorinated
jam) dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan, hydrocarbon
berat badan menurun, bingung.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, Air raksa organic
penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Triortrocresyl
phosphate.
Asam nikotinat
2-5 menit sampai 3-4 Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa Brevetoxin
jam geli; baal disekitar bibir, lidah dan (neurotoxic
tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, shelifish
muntah. poisoning: NSP)
30 menit sampai 2-3 Rasa mual, muntah, diare, sakit perut, Dinophysis toxin,
jam mengigil, demam. okadaic acid,
pectenotoxin,
yessotoxin
(Diarrheic
shelifish
poisoning:DSP)
7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit kepala, sakit kepala, Salmonella typhi
hari) demam, batuk, mual, muntah, sembelit, sakit
perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja
berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, kemerahan. Toxoplasma gondii
Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sistemik setelah
racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau keduanya.
1. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada selaput lendir atau
jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal mempunyai efek pada sistem saraf
pusat dan organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.
2. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan,
kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala yang
ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan, pencernaan,
kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika, serta sistem saraf pusat (SSP).
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara:
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat,
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
3) Bilas lambung:
b) Pasang NGT dan bilas dengan: air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam
asetat 5 %.
c) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
e) Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak
ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala,
usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek
toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat atau
pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan,
yaitu:
a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien komplikasi
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala
masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
1. Pengkajian.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2. Intervensi
Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan
hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi sirkulasi:
a. Airway, breathing, circulating, eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui pencernaan
dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis.
b. Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada
dokter.
c. Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah
akan adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous
sesuai anjuran dokter.
d. Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan.
e. Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety precautions.
Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan
kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan
di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan
kematian. Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ
vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk
mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3.
Jakarta: EGC.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.