Anda di halaman 1dari 36

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP MEDIS
A. KERACUNAN
1. Pengertian
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh
racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung
mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal
dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam
organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau
organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.

Keracunan adalah bila suatu zat yang masuk ke dalam


tubuh manusia baik disengaja maupun tidak disengaja dapat
menyebabkan sakit atau mengancam nyawa (Sartono, 2009).
Keracunan ialah suatu keadaan penyakit akut yang diakibatkan
oleh obat atau suatu zat kimia lain yang masuk/mengenai tubuh
manusia secara berlebihan baik dengan sengaja maupun tidak,
yang dapat membahayakan jiwa (Munaf, 1984).

2. Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan
keracunan, antara lain :
1.    Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari
berbagai golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat,
karbamat ), golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida,
klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan
bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida
fenol ).
2.    Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological
toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
3.    Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial
toxicants ) mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni,
Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
4.    Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical
toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander,
kecubung dll
Menurut Sartono (2002), keracunan disebabkan oleh
makanan, pestisida, narkotika, psikotropika, kosmetika, obat,
bahan kimia dan bisa.
a. Keracunan makanan
Masalah yang sering kita hadapi dari waktu ke waktu ialah
masalah di bidang keselamatan, yaitu “keracunan makanan”, baik
yang terjadi secara masal maupun perorangan, selain kerusakan
makanannya sendiri. Keracuanan makanan dapat terjadi karena :
1) Makanan mengandung toksin
Keracunan karena ulah mikroorganisme dapat dibedakan antara
keracunan makanan (food intoxication) dan infeksi karena
makanan yang terkontaminasi oleh parasit, protozoa, atau bakteri
yang patogen (food infection). Keracunan makanan (food
intoxication) dapat terjadi karena makanan tercemar oleh toksin.
Keracunan makanan yang biasa terjadi disebabkan oleh makanan
mengandung eksotoksin yang dihasilkan oleh Klostridium
botulinum atau enterotoksin yang dihasilkan, antara lain oleh
Stafilokoki.
2) Makanan tercemar bakteri pathogen
Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri patogen,
disebut juga infeksi karena makanan (food infection). Bakteri
yang biasa mencemari makanan terutama Salmonela sebagai
penyebab penyakit tipus dan paratipus, selain dapat juga Proteus,
Escherichia, dan beberapa Pseudonomas.
3) Makan tercemar protozoa dan parasit
Makanan yang tercemar protozoa atau parasit dapat menyebabkan
penyakit yang serius, antara lain penyakit disentri yang
disebabkan oleh Entamuba histolitika dan penyakit lain yang
dapat ditimbulkan oleh trikomonas hominis, giardia lamblia, dan
penyakit cacing.
b. Keracunan pestisida
Buah-buahan dan sayuran dilindungi terhadap tikus, serangga,
jamur, bakteri dan mikroorganisme lain, dan hama penyakit
tanaman, dengan menggunakan rodentisida, fungisida, germisida,
dan pestisida lainnya. Pestisida yang ideal ialah yang tidak toksik
dan mudah dicuci. Harapan ini dinyatakan aman bagi manusia,
dapat menimbulkan reaksi alergi pada orang-orang tertentu.
c. Keracunan narkotika
Keracunan narkotika dapat terjadi karena overdosis dalam terapi,
suatu kecelakaan atau tidak sengaja menggunakan narkotika, dan
penyalahgunaan yang parah, antara lain keracunan morfin dan
turunannya dalam terapi dan penyalahgunaan kokain dan ganja.
d. Keracunan psikotropika
Keracunan psikotropika umumnya disebabkan oleh overdosis
obat golongan psikotropika yang digunakan untuk terapi, atau
penyalahgunaan bahan atau senyawa dari golongan
psikotomimetika.
e. Keracunan Kosmetika
Sediaan kosmetika sendiri bukanlah racun. Akan tetapi, karena
dibuat dari bahan-bahan kimia, terutama bagi kulit orang-orang
tertentu, dapat menyebabkan timbul reaksi yang tidak
dikehendaki seperti reaksi alergi, iritasi, dan fotosensitisasi, selain
yang disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaannya.
f. Keracunan obat
Keracunan akut yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh
obat. Keracunan obat, baik yang tidak sengaja, maupun yang
disengaja, biasanya sebagai akibat overdosis atau dosis yang
berlebihan.
g. Keracunan bahan kimia
Bahan kimia adalah semua yang menempati ruang dan bermassa.
Makanan, pakaian, obat, dan udara yang terhirup adalah bahan
kimia. Bahan kima adalah bahan atau senyawa kimia yang
bersifat racun atau potensial dapat menjadi racun, terutama yang
digunakan dalam bidang industri.
h. Keracunan bisa
Beberapa binatang di daerah atau lingkungan hidup kita dapat
membahayakan dengan sengatan dan gigitannya yang
mengandung bisa. Bisa adalah racun yang disekresi oleh beberapa
binatang reptilian dan artropoda. Binatang-binatang tersebut
antara lain ular berbisa, lebah, dan binatang laut.

3. Klasifikasi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab
yang mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi
racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari
akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung
kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia.
Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh
bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh
protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia
yang bersifat racun. Di Indonesia ada beberapa jenis makanan
yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain:
a) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara
anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya.
Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi
dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang
demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng
yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam
sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa
lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang
kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh
kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita
mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan
hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum
antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal
ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan
kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai
mendidih.
b) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam
sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala
tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus,
berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah,
penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas
dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter
air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan
napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam
jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga
mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang
dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit
perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol
yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-
kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita
diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat
penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi
sakitnya.Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat
di rumah sakit.
d) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan
keracunan.Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang
dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang
laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di
sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan:  usahakan agar dimuntahkan kembali
makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula
pembilasan lambung dan pernafasan buatan.Obat yang khas untuk
keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e) Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru
(cyanida).Singkong beracun biasanya ditanam hanya untuk
pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan
daunnya.Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat.Dalam
beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala
mulai timbul.Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
2. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi
minyak tanah:
1)   Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada
negara-negara berkembang.
2)   Daerah perkotaan > daerah pedesaan
3)   Pria > wanita
4)   Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran


napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera
batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang
tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan,
dan batuk persisten dapat terjadi kemudian.

3. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida
yang berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan
Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh
golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid,
aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare,
inkontinensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan
kejang.Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, kram otot perut,
muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak
awal.Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
4. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan
kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk
tumbuhan atau produk industri.
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal,
malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat,
syok dan kematian.Umumnya waktu yang lebih pendek diantara
sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis
yang paling buruk.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh
gigitan atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak
biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan
pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
1) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem
peredaran darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup
untuk organ-organ penting (vital)
2) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut
atau kerongkongan/tenggorokan
3) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak
tangan, tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema)
4) Pusing dan kacau
5) Mual, diare, dan nyeri pada perut
6) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak Gejala
tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
1) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu
mati setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan
lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah
madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan
jumlah yang banyak
2) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets),
dapat menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan
sangat banyak reaksi alergi
3) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari
perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan
(antiserum)
Digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan
serangga.Penyakitserum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-
bintik merah dan bengkakserta diiringi gejala flu tujuh sampai
empat belas hari setelah penggunaananti serum.
a. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus
West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak
(encephalitis).
b. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan
menyebarnya malaria.

4. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf
pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi
pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan
pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan
bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan
suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena
adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia
yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
5. Manifestasi klinis
1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan,
anak terlihat lemah.
3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan
pandangan kabur.
5. Bingung.
6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan
pernafasan
7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus,
banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan
membran mukosa
Menurut Sartono (2002) efek dan gejala yang ditimbulkan
akibat keracunan, terjadi antara lain pada sistem pencernaan
makanan, pernapasan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan
hemopoitika, sistem saraf pusat serta kulit.
a. Sistem pencernaan makanan
Efek dan gejala keracunan pada sistem pencernaan makanan
dapat menyebabkan muntah, diare, perut kembung, dan
kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
b. Sistem pernafasan
Efek dan gejala keracunan pada sistem pernafasan, antara lain
hipoksia dan depresi pernafasan, edema paru, dan ventilasi paru.
c. Sistem kardiovaskuler
Efek dan gejala pada sistem kardiovaskuler, antara lain syok,
gagal jantung kongesti, dan jantung berhenti berfungsi.
d. Sistem urogenital
Efek dan gejala keracunan pada sistem urogenital, antara lain
dapat menyebabkan gagal ginjal dan retensi urin.
e. Sistem darah dan hemopoitika
Efek dan gejala keracunan pada sistem darah dan hemopoitika,
antara lain dapat menyebabkan methemoglobinemia,
agranulositosis dan diskrasias darah lain dan reaksi hemolitik.
f. Sistem saraf pusat
Efek dan gejala keracunan pada sistem saraf pusat, antara lain
dapat menyebabkan konvulsi, koma, hipoglikemia,
hiperaktivitas, delirium, dan maniak.
g. Kulit
Efek dan gejala keracunan karena kontaminasi bahan kimia pada
kulit, antara lain dapat menimbulkan dermatitis.

6. penatalaksanaan
1.    Tindakan Emergenci
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan
intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak
bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan
perbaiki perfusi jaringan.
2.    Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai
menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3.    Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat
diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal
lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai
diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang
tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan
bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat
sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
4.    Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akh pada tempat penumpukan.
a.    Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b.    Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi
timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c.    Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d.   Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam.
Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect
berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering
fatal.
Menurut Gunawan (2007) penanganan pasien keracunan
yang pertama memutuskan apakah perlu tindakan segera terutama
pada fungsi vital, karena itu tindakan darurat meliputi penanganan
gagal napas dan syok serta mencegah absorpsi.
a. Penanganan gagal napas
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan
mulut dan jalan napas. Untuk mengurangi kemungkinan aspirasi,
pasien harus selalu dibaringkan dalam posisi miring bergantian
pada sisi kanan atau kiri bila tidak sadar. Pasang oksigen jika
diperlukan.
b. Penanganan syok
Pasien diletakkan dalam sikap tungkai sedikit keatas, berikan
metaraminol 5 mg intra muscular (IM), bila tindakan tersebut
belum menolong dapat diberikan infuse dekstran, oksigen perlu
selalu diberikan, hidrokortison 100 mg tiap 6 jam dapat
ditambahkan dalam pengobatan kasus resisten.
c. Pencegahan Absorbsi
Bila keracunan terjadi melalui kulit harus dibersihkan dengan air
dan sabun, jika keracunan per inhalasi pasien harus dipindahkan ke
ruangan yang segar. Bila racun tertelan maka yang harus dilakukan
yaitu merangsang muntah, membilas lambung dan memberikan
pencahar.
Prinsip penatalaksanaan keracunan menurut Sartono (2009) yaitu :
i. Prinsip penatalaksanaan bila racun tertelan :
1) Encerkan: dengan memberi minum air, susu, dll
2) Muntahkan/ keluarkan: dengan mengupayakan pasien
muntah
3) Netralkan: dengan memberikan antidotum
j. Prinsip penatalaksanaan bila racun terkena kulit atau mata
1) Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
2) Cuci/ bilas bagian yang terkena dengan air
3) Penolong jangan sampai jadi korban berikutnya.

k. Prinsip penatalaksanaan bila keracunan melalui inhalasi


1) Pindahkan pasien ke tempat aman
2) Beri oksigen
3) Tidak melakukan nafas buatan dari mulut ke mulut
Menurut Sartono (2001), menangani racun penyebabnya
yaitu:
1. Menangani racun dan penyebabnya
Racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, hidung
(inhalasi), kulit, suntikan, mata (kontaminasi mata), dan sengatan
atau gigitan binatang berbisa.
a. Melalui mulut
Jika racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, maka
tindakan dalam menangani racun yang telah masuk ke dalam tubuh
ialah mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna, memberikan
antidot, dan meningkatkan eliminasi racun dari tubuh.
1) Mengurangi Absorpsi
Upaya mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna dilakukan
dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorpsi
racun dengan karbon aktif, dan membersihkan usus.
a) Merangsang muntah
Untuk merangsang muntah, dapat digunakan sirup ipeca,
Pemberian sirup ipeca dalam waktu 1 jam setelah keracunan dapat
mengeluarkan kembali 30 - 60% racun. Jika diberikan lebih dari 1
jam setelah keracunan, racun yang dikeluarkan kira-kira hanya
20%.
Indikasi perangsangan muntah :
(1) Racun yang sangat toksik dalam jumlah membahayakan.
(2) Menelan racun kurang dari 4 jam
(3) Pasien sadar dan kooperatif
Kontraindikasi perangsangan muntah :

(1) Keracunan zat korosif, hidrokarbon.


(2) Penderita tidak sadar, kejang.
(3) Tidak ada refleks muntah
2) Antidot
Antidot atau obat penawar racun adalah obat atau bahan yang
mempunyai daya kerja bertentangan dengan racun, dapat
mengubah sifat-sifat kimia racun atau mencegah absorpsi racun.
hanya sedikit keracunan yang dapat ditawarkan oleh antidote yang
spesifik. Meskipun antidot kadang-kadang merupakan obat
penyelamat nyawa penderita karacunan, penanggulangan
keracunan tidak dapat diandalkan hanya dengan menggunakan
antidot saja.
3) Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat dilakukan dengan
dieresis basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis
dan hemoperfusi.
a) Diuresis basa
Diuresis basa dapat meningkatkan eliminasi golongan
salisilat, herbisida fenoksisetat (asam 2,4-
diklorofenoksiasetat, 2,4-D dan mecoprop), fenobarbital
dan barbital.

b) Diuresis asam
Diuresis asam semula digunakan untuk meningkatkan
eliminasi kina, kemudian diketahui an terbukti tidak
efektif. Demikian juga diragukan efeknya dalam
meningkatkan eliminasi Fensiklidin.
c) Dosis multipel karbon aktif
Eliminasi obat-obat yang mempunyai volume distribusi
kecil (<1 1 liter/kg berat badan), pKa rendah, afinitas
ikatan rendah, dan waktu paruh yang menjadi panjang
karena overdosis akan meningkat dengan menggunakan
dosis multipel karbon aktif. Obat-obat tersebut, antara
lain asetosal, karbamazepin, dapson, fenobarbital, kina
dan teofilin.
d) Dialisis dan Hemoperfusi
Dialisis dan hemoperfusi dapat dilakukan untuk
meningkatkan eliminasi racun pada penderita dengan
kadar racun dalam plasma yang tinggi dan kombinasi
gejala klinik keracunan yang parah. Dialisis dan
hemoperfusi mempunyai arti yang kecil untuk racun
dengan volume distribusi yang besar (seperti obat
depresan golongan trisiklik) karena kadar dalam plasma
kecil dibandingkan dengan jumlah total racun dalam
tubuh. hemodialisis cukup dapat meningkatkan eliminasi
obat golongan salisilat, lithium, methanol, isopropanol,
etilen glikol dan etanol. Sedangkan dialysis peritoneal
dapat meningkatkan eliminasi racun seperti etilen glikol
dan metanol.
b. Melalui hidung
Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung (inhalasi),
tindakan yang segera dilakukan ialah :
1) Memindahkan pasien keracunan dari tempat atau ruangan
yang tercemar racun.
2) Trakeotomi dapat dilakukan, jika dipandang perlu.
3) Jika menggunakan alat resuscitator dengan tekanan positif,
tekanan darah perlu dikontrol terus menerus.
c. Kontaminasi Kulit
Jika kulit terkontaminasi atau terkena racun, segera disiram
dengan air untuk mengencerkan atau mengusir racun. Kecepatan
dan volume air yang digunakan sangat menentukan kerusakan
kulit yang terjadi, terutamam jika terkena racun yang bersifat
korosif dan bahan–bahan atau racun yang merusak kulit.
d. Kontaminasi Mata
Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia harus
dibilas atau dialiri air selama 15 menit. Dapat juga digunakan
gelas pencuci mata, yang airnya sering diganti. Jangan sekali-
kali di teteskan antidote senyawa kimia, karena panas yang
akan timbul dapat mengakibatkan kerusakan mata yang lebih
parah. Di rumah sakit, mata yang terkontaminasi bahan kimia
dibilas lagi dengan air atau larutan garam normal yang steril
dan kemudian ditetesi larutan fluorescein 2% yang steril. Jika
timbul warna kuning atau hijau, pembilasan dilanjutkan selama
5 menit dan segera dikonsultasikan ke dokter spesialis mata
untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
Diusahakan agar dalam waktu 2 jam mata yang terkontaminasi
sudah ditangani oleh dokter spesialis mata.
e. Sengatan dan gigitan binatang berbisa
Jika terkena gigitan ular berbisa, maka tindakan untuk
mencegah penjalaran bisa dilakukan dengan menggunakan
torniket di daerah atau diatas luka gigitan, sampai dapat
diberikan antidot yang spesifik terhadap bisa ular
penyebabnya. Selama dalam perjalanan ke rumah sakit,
torniket dikendorkan setiap 15 menit selama 30 detik. Torniket
tidak digunakan pada jari tangan atau kaki yang terkena gigitan
ular berbisa. Sebagai alternatif, dapat dilakukan pembalutan
dengan yang kuat atau dengan tekanan yang dapat dibiarkan
beberapa jam. Usaha lain untuk memperlambat penjalaran
bisa, yaitu dengan pendinginan lokal menggunakan es batu.
Cara ini dapat membayakan jika terjadi radang karena
kedinginan. Cara lain lagi dengan mengisap bisa dari luka
gigitan, setelah luka disayat sepanjang 1,5 cm dan kedalaman
0,5 cm. jika gigitan terjadi lebih dari setengah jam, sebaiknya
tidak dilakukan pengisapan. Pengisapan yang dilakukan dalam
waktu 10 menit setelah terjadi gigitan dapat mengeluarkan
racun sampai 20%.

7. Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
8. Penatalaksanaan
Pada Keracunan makanan :
1. Pemeriksaan Darah Rutin dan Mikroskopik Feses
Pemeriksaan umum seperti pemeriksaan darah lengkap dan
mikroskopik feses dapat dilakukan untuk mengarahkan
penyebab keracunan makanan. Adanya eritrosit dan
leukosit pada feses mengindikasikan bahwa patogen berada
di kolon. Pada diare persisten atau diare berdarah,
identifikasi adanya ova, kista, atau parasit dapat
mengindikasikan bahwa keracunan disebabkan oleh
parasit. Untuk hasil yang lebih sensitif, pemeriksaan
antigen pada feses dapat digunakan.
2. Kultur Feses
Kultur feses dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis
definitif diare dan perlu dipertimbangkan pada kasus
wabah. Akan tetapi, kultur feses ini hanya ditemukan pada
kurang dari 40% kasus. Pada kelompok dengan
imunosupresi, pemeriksaan kultur darah dan protein C
reaktif dapat dilakukan karena dapat terjadi bakteremia dan
sepsis.
3. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi abdomen dapat dilakukan untuk
mencari komplikasi seperti toksik megakolon.
4. Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dapat dlakukan jika hasil
pemeriksaan awal seperti pemeriksaan darah dan feses
tidak menunjukkan hasil yang konklusif, terapi empiris
tidak menunjukkan perbaikan, atau gejala bersifat
persisten. Pemeriksaan endoskopi dari kolon atau
kolonoskopi dengan biopsi dapat membantu membedakan
antara infeksi dengan kasus non-infeksi seperti kanker,
kolitis iskemik, atau penyakit inflamasi saluran cerna 
9. Pathway
B. KEGIGITAN
1. Definisi

Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan


akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi
terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda
penyerang. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan
untuk pertahanan. Gigitan serangga biasanya untuk
melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan
dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein
dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi
kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan
kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan
alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari
lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan
jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang
berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada
umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar
daripada luka biasa. Seseorang yang tergigit mempunyai
resiko terinfeksi. Pada umumnya bila tergigit binatang,
perlu mendapatkan pemeriksaan medis,
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun
yang masuk kedalam tubuh melalui suntikan. Gigitan
bintang atau engatan serangga dapat menyebabkan nyeri
yang hebat dan/ atau pembengkakan. Gigitan dan sengatan
berbagai binatang walaupun tidak selalu membahayakan
jiwa dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat dan
bahkan kadang-kadang dapat berakibat fatal. Kesadaran
akan penyebab dari gigitan dan sengatan ini dapat
mengurangi atau mencegah timbulnya korban. Pengetahuan
tentang penanganan yang cepat dari tindakan pertolongan
pertama dapat mengurangi parahnya cedera akibat gigian
dan sengatan tersebut dan menjaga penderita dari sakit yang
parah.
2. etiologi
Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah
dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan
Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun
biasanya menyerang dengan cara menyengat,
misalnya tawon atau lebah, ini merupakan suatu
mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan
racun atau bisa melalui alat penyengatnya.
Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit
dan menembus kulit dan masuk mengisap darah,
ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal. Ada 30
lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa
menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelas
Arthropoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada
manusia terbagi atas :
a. Kelas Arachnida = Acarina,Araneae (Laba-Laba),
Scorpionidae(Kalajengking)
b. Kelas Chilopoda dan Diplopoda
c. Kelas Insecta= Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus
humanus, capitis etcorporis),Coleoptera (Kumbang),Diptera
(Nyamuk, lalat),Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)
,Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon) ,Lepidoptera
( Kupu-kupu),Siphonaptera ( Xenopsylla,
Ctenocephalides, Pulex)
3. Klasifikasi
1. Gigitan Manusia
Ada dua macam gigitan manusia yaitu:
a. Luka akibat meninju mulut lawan yang mengenai
gigi sehingga menimbulkan luka pada kulit lengan.
b. Luka karena betul-betul digigit manusia. Kulit dan
daging akibat gigitan dapat koyak menggelantung. Luka
demikian kemasukan kuman yang berasal dari mulut dan
bila dibiarkan tanpa pengobatan, dapat menimbulkan
peradangan berbau busk selama berminggu-minggu.
Pengobatan luka gigitan manusia:Daerah sekitar luka
gigitan manusia diberi dahulu anastesi lokal, lalu dicuci
dengan air sabun dan terakhir disiram dengan larutan
perihidrol (H2O2). Setelah bersih, luka gigitan di daerah
muka dapat di jahit langsung.Luka gigit di daerah tangan
dan jari-jari sering menimbulakan infeksi, apalagi bila ada
tendo dan fasia yang robek. Oleh karena itu, jangan di jahit
langung. Kompreslah dahulu dengan antsetik (larutan
rivanol atau betadin) beberaa hari dan bila tidak ada gejala
peradangan, barulah data dijahit sekunder.Antibiotic harus
diberikan sampai luka sembuh. ATS biasanya tidak perlu
diberikan karena gigi manusia tidak mengandung kuman
tetanus.

2. Gigitan Binatang
Hewan yang paling sering menggigit manusia
adalah anjing. Kucing walaupun agak jarang, kadang-
kadang juga menggigit manusia.Gigitan kucing lebih
berbahaya karena banyak masuk kuman yang berasal dari
mulut kucing, sehingga lebih sering menimbulkan infeksi
pada luka. Gigitan kucing, tikus, dan anjing sering
mengandung virus rabies. Di daerah kita beruang, babi, dan
harimau masih banyak, sehingga sesekali terjadi juga
binatang itu meggigit manusia.Rabies adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus, ditularkan melalui air
ludah gigitan hewan ke hewan lain ke manusia.
Hewan yang mengandung virus rabies bila
menggigit atau menjilat luka goresan kulit dapat
menularkan penyakit gila anjing (rabies).Penyakit anjing
gila tidak hanya terdapat pada anjing saja. Ia juga dapat
menghinggapi kucing, monyet, dan binatang berdarah panas
lainnya. Maka sebaiknya binatang yang menggigit segera
ditangkap untuk diketahui apakah ia menderita penyakit
anjing gila atau tidak.
Binatang yang tidak terserang penyakit tersebut
biasanya hanya menggigit apabila ia merasa terancam atau
digoda. Apabila ia menggigit secara kompulsif (tanpa
diganggu atau merasa terancam), ada kemungkinan bahwa
ia menderita penyakit anjing gila.
Masa tunas penyakit anjing gila pada manusia
cukup lama (10 hari sampai 2 tahun). Tetapi pada binatang
lebih kurang 2 hari kemudian tanda-tanda penyakit itu
sudah nampak.
a. Gigitan Binatang Darat
1) Gigitan Anjing, Kucing, Kera, tikus, dll
Bahaya rabies (penyakit anjing gila) tidak segera
mengancam kecuali bila gigitan terjadi di kepala atau di
leher. Gigitan anjing biasanya “lebih bersih” dibandingkan
dengan gigitan binatang lainnya. Bekasnya tidak begitu
dalam dan mudah dibersihkan.Dapat menyebabkan luka
memar yang hebat dan infeksi, serta robekan dari jaringan.
Gigitan kucing dapat membawa akibat yang lebih serius.
Bahaya infeksi jauh lebih besar daripada gigitan anjing.
Bekas gigitan kucing biasanya dalam dan dapat mengenai
urat-urat, atau masuk rongga sendi, terutama kalau di
tangan. Maka infeksi yang ditimbulkannya akan lebih hebat.
Gigitan tikus dapat menjalarkan beberapa jenis penyakit,
antara lain demam tinggi. Orang Jepang mengatakannya
demam Sodoku.
Tanda dan gejala:Sakit kepala,Demam,Kejang-
kejang,Kemungkinan rabies

Penanganan:Amankan diri dan lingkungan sekitar.,Nilai


keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).,Cuci
luka dengan air mengalir dan sabun atau larutan
deterjen.,Imobilisasikan bagian yang di gigit/ luka
tersebut.,Berikan SAR(serum anti rabies) bila ada.,Bila
dapat lakukan penangkaan binatang yang menggigit untuk
identifikasi.,Segera bawa penderita ke Rumah Sakit.
2) Gigitan Arthropoda (laba-laba, Tawon, Kelabang,
Kala)
Gigitan atau sengatan dari berbagai jenis serangga,
laba-laba, kala dan kelabang, walaupun tidak selalu
membahayakan jiwa, dapat menimbulkan reaksi alergi yang
gawat dan bahkan kadang-kadang dapat berakibat fatal.
Musibah yang diderita dapat akibat dari gigitan, pagutan,
sengatan, atau mungkin hanya sentuhan binatang atau
bagian tubuhnya.
Tanda dan gejala:Bengkak dan keerahan di daerah
gigitan,Gatal-gatal,Nyeri dan terasa panas,Demam,
menggigil, kdang disertai sulit tidur,Dapat terjadi syok
Penanganan:Aman diri dan lingkungan sekitar,Nilai
keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi
(ABC).,Tenangkan penderita,Ambil segatnya kalau nampak
(hati-hati saat mencabut jangan sampai menekan kantung
bias/kelenjar bias).,Cuci daerah gigitan dengan air sabun
atau alcohol 70 % atau antiseptic,Kompres dingin (kompres
es).,Imobilisasikan daerah yang tergigit,Berikan
antihistamin jika reksi ringan.,Berikan Adrenalin 0,5 mg
IM, jika reaksi berat Dapat berikan penawar sakit (ponstan
atau tramadol dsb),Bawa segera ke Rumah Sakit.
3) Gigitan kelelawar
Kelelawar dapat membawa kuman rabies. Oleh
karena itu, jika digigit kelelawar bahaya rabies juga harus
dipikirkan.
Tindakan pertolongan :Kalau mungkin, tangkaplah binatang
yang menggigit untuk diobservasi selama satu minggu,
apakah terjangkit rabies atau tidak. Kalau binatangnya mati,
kirimlah ke Lembaga Pasteur Bandung untuk diperiksa
(melalui Dinas Kesehatan Kota setempat).
Basuhlah luka gigitan itu dengan air mengalir dan sabun
atau obat antiseptik (pembunuh kuman). Tutuplah dengan
kasa steril. Bekas gigitan kucing tidak boleh terlalu banyak
digerak-gerakkan dan harus segera mendapat suntikan
antibiotika.
4) Sengatan kalajengking
Binatang ini tergolong serangga yang mempunyai
racun pada ujung ekornya. Racun dimasukkan oleh ekor
serangga ke kulit, sehingga pada saat itu juga, orang yang
disengat kalajengking atau lipan merasa kesakitan.
Beberapa jam kemudian racun itu dierap dan masuk ke
dalam darah, sehingga menimbulkan.
Tanda dan Gejala :Gelisah, Mual, Muntah, Haus, Sakit
perut.
Bila kalajengking menyengat anak-anak, dapat
menimbulkan kematian, yamg di dahului dengan sesak
napas, sianosis, kelumpuhan, kejang-kejang, syok,
mengigau, dan pingsan.
Akibat sengatan kalajengking pada orang dewasa
biasanya tidak begitu hebat. Pengobatannya hanya
simtomatis. Pada luka bekas gigitan di beri kompres
ammonia, bikarbonas natrikus atau kalamin lasio. Bila ada
kejag-kejang, di beri sedative, misalnya valium atau
luminal.
b. Gigitan Binatang Air
1) Gigitan Trigonid
Terdapat di perairan laut dangkal. Biasanya
penderita terkena sangat trigonid di sebabkan menginjak
atau bersentuhan dengan bahan dengan bahan dengan
bagian tubuh binatang tersebut
Tanda dan gejala:Timbul rasa nyeri dalam 90 menit,Rasa
panas di iaerah gigitan,Pusing bahkan terkadang sampai
tidak sadar (pingsan).
Penanganan:Aman diri dan lingkungan sekitar,Nilai
keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi
(ABC),Tenangkan penderita,Cabut duri babi yang
menusuk.,Rendam bagian yang tergigit dalam air
hangat.,Bersihkan luka dan imobilisasi daerah luka.
2) Gigitan ubur-ubur
Kelompok hewan-hewan laut ini menimbulkan
cedera dengan sengatan dari sel-sel penyengat dari alat-alat
penangkap (tentakel-tentakel)-nya yang menyebabkan rasa
panas terbakar dan sedikit perdarahan ada kulit. Ubur-ubur
ada banyak jenisnya dan hidup di daerah tropis. Racun
ubur-ubur di buat oleh beribu-ribu duri halus yang terdapat
di permukaan badannya. Bila duri halus itu di sentuh oleh
perenang di laut, ubur-ubur akan menyuntukkan racun
melalui duri halus itu.
Kulit yang bersentuhan dengan duri ubur-ubur, akan
merasa gatal bercampur panas. Beberapa menit kemudian
akan timbul urtikaria yang dapat berubah menjadi (lepuh-
lepuh visikel). Perasaan sakit biasanya akan hilang sendiri
dalam beberapa jam, tetapi dapat kambuh lagi beberapa hari
kemudian.
Tanda dan gejala:Rasa panas dan terbakar serta sedikit
perdarahan pada kulit,Urtikaria,Mual,Muntah,Kejang
otot,SyokKesulitan bernafas,Keluar air mata terus-
menerus,Mata menjadi merah bengkak, pupil melebar
Penanganan:Aman diri dan lingkungan sekitar,Nilai
keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi
(ABC).,Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel-
tentakel dengan handuk basah.,Cuci luka dengan larutan
Aromatic Ammonia Spirit atau alcohol 70%,Berikan 10 ml
larutan Na Glukonat,Asang tourniket dan berikan antidote
Sea Wasp Antivenome (SWA) bila ada Bawa segera ke
rumah sakit
3) Gigitan ikan pari (Sting ray)
Kelompok hewan-hewan laut ini menyuntikkan
racunnya dengan menusukkan duri-duri /jarum-jarumnya.
Ikan pari termasuk klas Elasmobrachil mempunyai tulang
rawan. Jenis ikan pari yang terkenal adalah pari kembang,
pari bendera, pari pasir, dan pari burung.
Bentuk badannya pipih seperti cakram dengan ekor
menyerupai cambuk. Pada ekor itu terdapat satu atau lebih
duri yang berbisa. Ikan ini hidup di sekitar pantai. Ikan pari
pasir biasanya berbaring di dasar laut dan tertimbun pasir
atau lumpur. Bila ada orang yang menginjak badan ikan
pari, ekornya akan memecut sambil memasukkan durinya.
Orang yang terkena duri ikan pari dalam 10 menit merasa
sakit di sekitar tusukan itu. Makin lama perasaan sakit itu
akan makin bertambah hebat dan menjalar keseluruh
anggota badan yang tertusuk. Perasaan sakit biasanya
berlangsung antara 6 – 48 jam, lalu berkurang.
Luka yang ditimbulakan berupa luka tusuk atau
lasersi. Untuk mengeluarkan duri dalam daging, biasanya
diperlukan insisi. Setelah duri di keluarkan biasanya luka
akan membengkak, maka dari itu jangan dilihat langsung,
cukup di kompres dengan antiseptic (betadin). Bila
peradangan telah tenang, barulah dilakukan penjahitan
sekunder.
Tanda dan gejala:Pembengkakan,Mual, muntah dan diare

Tekanan darah menurun,Berkeringat,Jantung berdenyut


tidak teratur Kadang-kadang bisa menimbulakan
kematian.,Kejang-kejang bahkan terkadang di sertai
kelumpuhan otot-otot.

Penanganan:Aman diri dan lingkungan sekitar.Nilai


keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi
(ABC).,Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat
selam 30-60 menit. Cara ini efektif untuk me-nonaktifkan
racun yang tidak panas ,Bawa segera ke rumah sakit

4) Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)


Gurita tidak akan menggigit kecuali terinjak atau di
ganggu. Gigitannya sangat beracun dan seringkali
menimbulakan kematian.
Tanda dan gejala:Kegagalan nafas secara progresif terjdi
dalam 10-15 menit.Luka bekas gigitan kecil, tidak terasa
nyeri yang mungkin berwarna merah dan benjolan (tampak
seperti meleuh berisi darah).Kehilangan rasa raba (di mulai
sekitar mulut dan leher),Mual, muntah,Kesulitan
menelan,Kesulitan bernafasGangguan
penglihatan,Inkoordinasi,Kelumpuhan otot,Pernapasan
berhenti,Denyut nadi berhentiDapat diikuti kematian
Penanganan:Aman diri dan lingkungan sekitar,Nilai
keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi
(ABC).,Tenangkan penderita,Bersihkan/cuci luka bekas
gigitan dengan air hangat,Lakukan pressure imobilisasi
pada bagian yang cidera,Monitor tanda-tanda vital,Lakukan
RJP jika diperlukan
5) Gigitan lintah
Ludah lintah mengandung zat anti pembekuan
darah. Darah akan terus mengalir keluar dan masuk ke perut
lintah.
Tanda dan Gejala:Pembengkakan,Gatal,Kemerahan.
Tindakan pertolongan:Dengan hati-hati lepaskanlah lintah
dari tempat ia menggigit,Menyiram minyak atau air
tembakau ke tubuh lintah, akan membantu mempercepat
usaha melepaskan gigitan lintah,Apabila ada tanda-tanda
reaksi kepekaan seperti tersebut di atas, cukup digosok
dengan obat atau salep anti gatal biasa.
6) Ikan Hiu
Ikan hiu, disamping dapat menggigit manusia, ada
pula yang mengeluarkan racun. Ikan hiu yang beracun
mempunyai sirip di punggungnya.
Ikan hiu yang mengandung racun adalah born
shark, memunyai sirip di punggung yang berhubungan
dengan kelenjar pembuat racun. Orang yang tertusuk sirip
beracun ikan hiu ini,
Tanda dan Gejala :Sakit yang berlangsung beberapa
jam,Daerah tusukan itu menjadi merah dan bengkak,Dapat
menimbulkn kematian.,Pengobatan hanya simptomatis dan
luka gigitan dirawat seperti luka gigitan lainnya.

4. Pathogenesis
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan
kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau sengatan
antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang
kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan
melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin.
Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh
terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau
sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan
mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2
kelompok :
a. Reaksi immediate
1) Ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi sistemik.
2) Timbul lesi karena adanya toksin yang dihasilkan oleh
gigitan atau sengatan serangga.
3) Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan
karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan
neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang
berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim
Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan
merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat
penyebaran dari racun tersebut.
b. reaksi delayed.

5. Menifestasi klinis
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan
menyengat manusia, yang memberikan respon yang
berbeda pada masing-masing individu, reaksi yang timbul
dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang
biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular
urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap,
biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti
berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular
urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau hanya
muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya,
muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan
dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami
ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo
nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat
menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis
yang terjadi juga tergantung dari respon sistem imun
penderita masing-masing. Infeksi sekunder adalah
merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi
sebagai folikulitis, selulitis atau limfangitis. Pada beberapa
orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul
terjadinya suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi
anafilaktik. Anafilaktik syok biasanya disebabkan akibat
sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak
menutup kemungkinan terjadi pada sengatan serangga
lainnya. Reaksi ini akan mengakibatkan pembengkakan
pada muka, kesulitan bernapas, dan munculnya bercak-
bercak yang terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh
permukaan badan. Prevalensi terjadinya reaksi berat akibat
sengatan serangga adalah kira-kira 0,4%, ada 40 kematian
setiap tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya
mulai 2 sampai 60 menit setelah sengatan. Dan reaksi yang
lebih berat dapat menyebabkan terjadinya syok dan
kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian
nantinya. sehingga diperlukan penanganan yang cepat
terhadap reaksi ini.

6. Pentalaksanaan
Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal
dan mengontrol terjadinya infeksi sekunder pada kulit.
Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran
topikal sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor
bentuk lotion atau gel dapat membantu untuk mengurangi
gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral seperti
diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal.
Steroid topikal dapat digunakan untuk mengatasi reaksi
hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan. Infeksi sekunder
dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun
oral, dan dapat juga dikompres dengan larutan kalium
permanganat.Jika terjadi reaksi berat dengan gejala
sistemik, lakukan pemasangan tourniket proksimal dari
tempat gigitan dan dapat diberikan pengenceran Epinefrin 1
: 1000 dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB diberikan secara
subkutan dan jika diperlukan dapat diulang sekali atau dua
kali dalam interval waktu 20 menit. Epinefrin dapat juga
diberikan intramuskuler jika syok lebih berat. Dan jika
pasien mengalami hipotensi injeksi intravena 1 : 10.000
dapat dipertimbangkan. Untuk gatal dapat diberikan injeksi
antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau
difenhidramin 50 mg. Pasien dengan reaksi berat danjurkan
untuk beristirahat dan dapat diberikan kortikosteroid
sistemik.
7. Pemeriksaan diagnostic
Pada serangga:
1. Tes alergi bisa serangga, yang dilakukan dengan
menggaruk kulit dengan dosis kecil racun serangga
dan melihat ukuran ruam untuk mengukur reaksi
alergi terhadap racun serangga.
2. Tes penyakit Lyme, yang dilakukan jika gigitan
disebabkan oleh kutu. Jika kutu diangkat dari kulit,
perlu dilakukan pemeriksaan untuk Borrelia
burgdorferi, yaitu penyebab dari penyakit Lyme.

Pada gigitan ular:

1. Laboratorium Darah
20 minute whole blood clotting test: pemeriksaan
paling sensitif untuk mendeteksi gangguan
koagulasi darah. Darah vena dimasukkan ke botol
kaca murni yang belum pernah digunakan, diamkan
selama 20 menit, jika darah tidak membeku berarti
terjadi gangguan koagulasi darah akibat bisa ular
2. Pemeriksaan koagulasi darah lainnya: PT, aPPT dan
INR dapat memanjang. Produk degradasi fibrinogen
seperti D-dimer dapat meningkat.
3. Pemeriksaan darah lainnya: Hematokrit
menunjukkan hemokonsentrasi akibat hipovolemia,
trombositopenia, leukositosis.
4. Pemeriksaan kimia darah: ureum dan kreatinin
serum meningkat pada gagal ginjal akut.
Aminotransferase dan enzim otot (kreatin kinase,
aldolase) meningkat pada rhabdomiolisis. Bilirubin
dapat meningkat pada ekstravasasi vaskular masif.
Hiperkalemia menunjukkan rhabdomiolisis.
Penurunan bikarbonat pada asidosis metabolik.
5. Analisa gas darah: menunjukan gagal napas pada
neurotoksisitas dan aseidemia akibat asidosis
metabolik atau respiratorik.
1. Pemeriksaan Urin
2. Pada pemeriksaan urinalisisdapat ditemukan
hematuria, red cell casts, proteinuria.
3. Radiologi
6. Rontgen toraks: mendeteksi edema pulmonal,
perdarahan paru, efusi pleura, dan pneumonia
sekunder
7. USG: menilai area lokalis ada tidaknya trombosis
vena, mendeteksi efsi pleura dan perikardial,
mendeteksi perdarahan pada rongga-rongga tubuh
(intraabdominal, intratorakal, retroperitoneal)
8. Elektrokardiografi: perubahan dan abnormalitas
EKG termasuk takiaritmia, bradkardia, perubahan
segmen ST, blok AV, dan tanda hiperkalemia.
9. Echokardiografi: mendeteksi penurunan fraksi ejeksi
pada pasien dengan hipotensi dan syok.[3]

Pada Gigitan anjing:


Diagnosis Pasti infeksi rabies ditegakkan dengan kultur sel
neuroblastoma dalam 2-4 hari, namun teknik ini jarang
dilakukan di Indonesia. Pemeriksaan yang lebih mudah
dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi rabies dalam
serum darah pasien atau cairan serebrospinal, kecuali pasien
sudah mendapat vaksin sebelumnya

8. pathway

Anda mungkin juga menyukai