Anda di halaman 1dari 51

1.

Kegawat Daruratan Akibat Intoksikasi


1.1. Definisi
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia. (Smeltzer, Suzanna, 2002).
Reaksi kimia racun mengganggu system kardiovaskular, pernapasan, system saraf
pusat, hati, pencernaan(GI), dan ginjal. (Morton,2012).
1.2. Etiologi
Ada beberapa macam kelompok yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum (chemical toxicants) yag terdiri dari berbagai golongan seperti
peptisida (organoklorin, organofosfat, karbonat), golongan gas (nitrogen metana,
karbon monoksida, klor), golongan logam (timbale, fosfor, air raksan, arsen),
golongan bahan organic (akrilamida aniline, benzenna toluene, vinil klorida fenol).
2. Racun yang dihasilkan oleh makhluk hidup (biological toxicants), misalnya :
sengatan serangga, gigitan ular berbisa, gigitan anjing, dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bakterial toxicants) misalnya : Bacillus
aereus, Compilobacter jejuni, Clostridium Botulinum, Esherechia Coli, dll
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan (Botanical toxicants) misalnya :
jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung, dll
1.3. Macam-macam
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum
di absorbs, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ
vital, menggunakan antidote spesifik, untuk menetralkan racun, dan memberikan
tindakan untuk mempercepat eliminasi racun yang terabsorbsi.
2. Keracunan melalui inhalasi
3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi
4. Keracunan alcohol
Membantu orang yang mengalami intoksikasi dapat menjadi sulit karena rang
tersebut dapat melawan dan agresif. Kondisi korban dapat benar-benar serius, bahkan
mengancam nyawa. Meskipun tanda0tanda berikut menunjukkan intoksikasi alcohol,
bebrapa juga dapat berarti cedera atau penyakit selain intoksikasi alcohol.
5. Overdosis obat

Kondisi seseorang yang menderita overdosis obat dapat benar-benar serius, bahkan
mengancam nyawa.
6. Keracunan karbon monoksida
Korban keracunan karbon monoksida (CO) seringkali tidak menyadari adanya gas,
gas CO tidak terlihat, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak mengiritasi. Gas ini di
hasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari bahan organic seperti bensin, kayu,
kertas, arang, batu bara, dan gas alam. Sulit untuk menentukan apakah seseorang
mengalami keracunan CO.
7. Keracunan tanaman
Sekitar 50% orang yang terpajan posion ivy, racun oak, dan racun sumac memiliki
alergi terhadap tanaman tersebut dan akan bereaksi dengannya lebih dari 60 tanaman
dapat menyebabkan reaksi alergi, tetapi posion ivy, racun oak, dan racun sumac
adalah racun yang paling umum. Reaksi alergi dapat mulai terjadi 6 jam setelah
kontak, tetapi biasanya terjadi 24 jam sampai 72 jam setelah pajanan. Tanda-tanda
keracunan tanaman meliputi:
a. Ruam
b. Gatal kemerahan
c. Lepuh
d. Bengkak
1.4. Patofisiologi
Istilah keracunan makanan (food poisoning/food intoxication) sebaiknya jangan di
campuradukkan dengan foodborne disease/illness. Meskipun keduanya di tularkan lewat
makanan, istilah terakhir ini mengacu pada semua mikroorganisme (bakteri,virus,parasit)
tapa memperdulikan mampu tidaknya mikroba tersebut menghasilkan racun. Selain itu,
keracunan makanan hanya berkaitan dengan makanan yang secara alami telah
mengandung racun atau telah tercemar oleh jasad renik penghasil racun.
Dalam praktiknya, foodborne illness dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fooborne
infections, foodborne toxicoinfections, dan foodborne intoxications. Foodborne
infections terjadi bila jasad renik patogen terkonsumsi dan kemudian menetap di dalam
tubuh. Biasanya, jasad renik ini memperbanyak diri di dalam saluran cerna sambil
mengiritasi dinding saluran cerna, bahkan terkadang mengivasi jaringan. Contoh jasad
renik patogen golongan tersebut adalah Listeria, Salmonella, dan Campylobacter. Akan
tetapi, tidak semua Salmonella menimbulkan infeksi, sebagian varian Salmonella lain
ternyata mampu menghasilkan racun sehingga berperan sebagai penyebab keracunan

makanan. Foodborne toxicoinfections terjadi jika jasad renik yang terkonsumsi mampu
menghasilkan racun sambil bereproduksi di dalam saluran cerna. Artinya, bukan hanya
jasad renik yang membahayakan, melainkan racun yang dihasilkannya. Clostridium
perfringers and E. Coli O157:H7 adalah sebagian dari golongan ini. Foodborne
intoxications terjadi akibat mengonsumsi makanan yang telah mengandung racun. Racun
ini terlepas selama pertumbuhan bakteri (enterotoksin). Penyakit yang dilatarbelakangi
oleh toksin ini biasanya cepat bermanifestasi (lihat gambar 2.1 Klasifikasi Penyebab
Foodborne Disease).
Zat beracun dapat berupa zat kimia yang berbahaya atau tidak berbahaya dalam
jumlah kecil, tetapi sangat beracun dalam jumlah besar. Zat berbahaya tersebut
menyelinap, selanjutnya masuk ke dalam tubuh manusia, tumbuhan, atau binatang tanpa
disengaja mulai dari saat bertunas, masa pemupukan, pemrosesan atau akumulasi selama
penyimpanan di dalam kemasan logam. Jasad renik dapat pula menyelinap ke dalam
makanan melalui daging binatang yang terinfeksi, pemrosesan bahan pangan, atau
lingkungan tempat bahan tersebut diolah. Sewaktu jasad renik berada di dalam makanan,
organisme tersebut tidak hanya berkembang biak, tetapi juga menghasilkan racun.
Dalam waktu singkat, bahan beracun dalam makanan tersebut mampu menimbulkan
penyakit, terutama yang mengganggu saluran cerna. Berdasarkan kecepatan timbulnya
penyakit, peristiwa tersebut disebut keracunan makanan. Karena gangguan utama
terpusat di saluran cerna, penyakit ini disebut gastroenteritis
1. Masa inkubasi singkat (1 hari biasanya kurang dari 16 jam)
Keracunan makanan dengan masa inkubasi yang sangat singkat pada umumnya
dilatarbelakangi oleh bahan kimia dan bakteri penghasil toksin. Timbulnya rasa
mual yang berlanjut menjadi muntah dan kram perut sekitar 1-2 jam setelah
makan, biasanya mengarah pada keracunan logam, toksin yang berasal dari ikan
(ciguatera dan skombroid), kerang beracun, MSG atau jamur. Bahan toksik pada
kerang dan ciguatera berasal dari dinoflagella yang termakan dan menetap di
dalam jasad ikan dan kerang tersebut.
Bakteri S. Aureus dan B. Cereus (tipe emetik) biasanya menyebabkan sindrom
muntah, yang muncul 1-6 jam setelah makan. Jenis toksin emetik yang dimiliki
oleh B. Cereus adalah preformed bebat-stable toxin, yang dihasilkan ketika spora
mengalami perkecambahan (germinasi), sedangkan toksin S. Aureus berupa

preformed enterotoxins A-E. Sayangnya, sindrom muntah yang disebabkan oleh


kedua bakteri ini tidak dapat dibedakan satu sama lain.
Diare yang timbul sekitar 8-16 jam setelah makan biasanya disebakan oleh
Clostridium perfringens tipe A dan B cereus (tipe diare). Diare dengan kram perut
yang sering disebabkan oleh Cl. Perfringens tipe A, biasanya terjadi 1 hari setelah
mengonsumsi daging masak yang disimpan di lingkungan bertemperatur 15-60 C.
Pendinginan yang berlangsung lambat memungkinkan spora berkecambah dan
mengeluarkan enterotoksin
2. Masa inkubasi sedang (1-3 hari)
Salmonella (nontyphidal salmonellosis maupun typhoidal), EIEC, ETEC, Vibrio
parahaemolyticus, dan Campylobacter jejuni adalah sebagian contoh kelompok
ini. Gejala tidak jarang muncul sebelum satu hari (rata-rata 12 jam). Gejala berupa
kram perut, diare (terkadang berdarah dan berlendir), dan muntah. Pada kasus
yang lebih berat, dapat timbul sakit kepala, demam, menggigil.
Kelemahan yang parah tidak jarang menyertai. Clostridium botulinum juga
tergolong dalam kelompok ini, dengan masa inkubasi 18-36 jam (1 hingga 3 hari),
dan dapat (meskipun kecil) menimbulkan diare (5 % pasien) maupun konstipasi.
Tampilan gejala sangat bergantung pada organ yang terkena (usus kecil atau
besar) dan jasad renik patogen yang terlibat. Demam yang disertai diare berdarahlendir, kram, atau tenesmus mencerminkan bahwa usus besar telaah diinvasi oleh
jasad renik patogen. Jasad renik patogen tersebut, khususnya yang menginvasi
usus besar, menyekresi enterotoksin.
Selain itu, masa inkubasi yang berdurasi sedang ini juga dapat disebabkan oleh
Clostridium botulinum, yang menimbulkan gejala mual, muntah, dan gejala
kerusakan saraf otonom. Diare hanya dialami oleh sekitar 5% pasien, sementara
konstipasi dialami oleh lebih banyak penderita. Bayi yang mengalami botulisme
mengalami kelemahan otot, yang timbul sebagai tangisan melemah, kesulitan
mengisap (puting susu, atau dot) dan menelan, serta gagal napas. Bayi dapat
mengalami hipotonia pada pemeriksaan fisik, meskipun tetap sadar.
3. Masa inkubasi lama (3-5 hari)
Rasa nyeri di perut (derajat ringan-sedang), malaise, demam sesaat, dan diikuti
oleh diare cair merupakan gejala khas. Diare berdarah yang sering kali terjadi 3-4
hari setelahnya, menandakan perburukan penyakit. Bila kondisi ini (diare

berdarah) tak ditangani, HUS (hemolytic uremic syndrome) akan terjadi sekitar 513 hari kemudian.
4. Masa inkubasi sangat lama (1-4 minggu)
Bakteri dengan masa inkubasi yang sangat lama meliputi Listeria monocytogenes
dan Brucella militansi. Organisme lain dengan masa inkubasi yang sangat lama
adalah golongan virus (hepatitis A), protozoa (toksoplasmosis), dan parasit (antara
lain giardiasis, amebiasis, dan kriptosporidiosis). Diare yang disebabkan oleh
listeriosis sesungguhnya berinkubasi dalam waktu kurang dari 48 jam, tetapi
penyebaran sistemiknya baru terjadi beberapa minggu kemudian.
Makanan yang hampir selalu terkait dengan keracunan makanan, antara lain telur
setengah matang (enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri), keluarga kerang,
jamur liar, ikan laut, masakan Cina (keracunan akibat MSG), daging hewan
(setengah matang atau hasil buruan), usus segar, keju, es krim, makanan kaleng,
makanan yang disimpan dalam wajan berkarat (tercemar oleh seng, timah atau
kadmium), dan buah segar (kemungkinan tercemar oleh pestisida). Selain itu,
tidak sedikit pula kegiatan yang memudahkan terjadinya keracunan. Contoh
kegiatan tersebut, antara lain pertanian dan perkebunan, kontak dengan hewan
peliharaan, kegiatan di panti (terutama tempat penitipan anak, dan panti jompo),
piknik (terutama di daerah pantai), perkemahan dan pesta.
1.5. Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
1.6. Manifestasi
1. Gejala yang paling menonjol meliputi :
a. Kelainan visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan :
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata

f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang :
a. Nausea, muntah-muntah
b. Kejang dan kram perut
c. Hipersalifa, hiperhidrosis
d. Fasikulasi otot
e. Bradikardi
4. Keracunan berat :
a. Diare
b. Reaksi cahaya negative
c. Sesak nafas, sianosis, edema paru
d. Inkontinensia urin dan feses
e. Kovulsi
f. Koma, blockade jantung akhirnya meninggal
1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan kegawatan
Walaupun tidak di jumpai adanya kegawatan, setiap kasus keracunan harus
diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap
tanda-tanda vital seperti jalan napas, sirkulasi, dan penurunan kesadaran harus
dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan napas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infuse
dextrose 5% kec 15-20 Us/menit, napas buatan, oksigen, hisap lendir dalam saluran
pernapasan. Hindari obat-obatan depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada
kegagalan napas berat. Hindari pernapasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun
organo fosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya di
lakukan melalui face mask atau menggunakan alat bag-valve-mask.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15-30 ml. dapat di ulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis, (intestinal lavage), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai
di usus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yag
kesadarannya menurun, atau pada penderita yag tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dapat dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas
rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan menggunakan sabun.
Emersis, katarsis, dan kumbah lambung sebaiknya hanya di lakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4-6 jam. Pada koma derajat sedang sehingga berat tindakan

kumbah lambung sebaiknya di kerjakan dengan bantuan pemasangan pipa


endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.
4. Pemberian atidot atau penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi
keadaan sesuai dengan masalah. Atropine sulfat (SA) bekerja dengan menghambat
efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula di berikan bolus IV 1-2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis)
c. Kemudian interval di perpanjang setiap 15-30-60 menit selajutnya setiap 2-4 6-8
dan 12 jam
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2x24 jam. Penghentian yang mendadak
dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan
akut yang sering fatal.
5. Penilaian klinis
Upaya yang paling penting adalah anamneses atau aloanamnesis yang rinci.
Anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan, ialah :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan,
termasuk yang sering dipakai.
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga, teman, dan petugas tentang obat
yang digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan
toksikologi
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pemeriksaan fisik diupayaka untuk menemukan tanda atau kelainan fungsi
autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah, nadi, ukuran pupil, keringat, air liur,
dan aktivitas peristaltic usus.

6. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap dengan kulit sehingga
dekontaminasi melalu permukaan sangat diperlukan. Disamping itu dilakukan
dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya sedikit diabsorbsi,
biasanya hanya diberikan obat pencahar, obat peragsang muntah, dan bilas lambung.

Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan paraffin,
minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya. Upaya lain untuk
mengeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis
7. Terapi supportif, konsultasi, dan rehabilitasi
Terapi supportif, konsultasi dan rehabilitasi medic harus di lihat secara holistic dan
efektif dalam biaya.
8. Observasi dan konsultasi
9. Rehabilitasi
2. Kegawat Daruratan Akibat Gigitan binatang buas
2.1. Definisi
Hewan yang paling sering menggigit manusia adalah anjing. Kucing walaupun agak
jarang, kadang-kadang juga menggigit manusia. Gigitan kucing lebih berbahaya karena
banyak masuk kuman yang berasal dari mulut kucing, sehingga lebih sering
menimbulkan infeksi pada luka. Gigitan kucing, tikus, dan anjing sering mengandung
virus rabies. Di daerah kita beruang, babi, dan harimau masih banyak, sehingga sesekali
terjadi binatang itu menggigit manusia. Rabies adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus, ditularkan melalui air ludah gigitan hewan ke hewan lain ke manusia.
Hewan yang mengandung virus rabies bila menggigit atau menjilat luka goresan kulit
dapat menularkan penyakit gila anjing (rabies). Penyakit anjing gila tidak hanya terdapat
pada anjing saja. Ia juga dapat menghinggapi kucing, monyet, dan binatang berdarah
panas lainnya. Maka sebaiknya binatang yang menggigit segera di tangkap untuk segera
diketahui apakah ia menderita penyakit anjing gila atau tidak.
Binatang yang tidak terserang penyakit tersebut biasanya hanya menggigit apabila ia
merasa terancam atau digoda. Apabila ia menggigit secara kompulsif (tanpa diganggu
atau merasa terancam), ada kemungkinan bahwa ia menderita penyakit anjing gila. Masa
tunas penyakit anjing gila pada manusia cukup lama (10 hari sampai 2 tahun). Tetapi
pada binatang lebih kurang 2 hari kemudian tanda-tanda penyakit itu sudah nampak
2.2. Etiologi
2.3. Macam-macam
1. Gigitan binatang darat
a. Gigitan Anjing, Kucing, Kera, Tikus, dll
Bahaya rabies (penyakit anjing gila) tidak segera mengancam kecuali bila gigitan
terjadi di kepala atau di leher. Gigitan anjing biasanya lebih bersih

dibandingkan dengan gigitan binatang lainnya. Bekasnya tidak begitu dalam dan
mudah dibersihkan.Dapat menyebabkan luka memar yang hebat dan infeksi, serta
robekan dari jaringan.
Gigitan kucing dapat membawa akibat yang lebih serius. Bahaya infeksi jauh
lebih besar daripada gigitan anjing. Bekas gigitan kucing biasanya dalam dan
dapat mengenai urat-urat, atau masuk rongga sendi, terutama kalau di tangan.
Maka infeksi yang di timbulkannya akan lebih hebat.
Gigitan tikus dapat menjalarkan beberapa jenis penyakit, antara lain demam
tinggi. Orag Jepang mengatakannya demam sodoku.
b. Gigitan Arthropoda (laba-laba, tawon, kelabang)
Bahaya rabies (penyakit anjing gila) tidak segera mengancam kecuali bila gigitan
terjadi di kepala atau di leher. Gigitan anjing biasanya lebih bersih
dibandingkan dengan gigitan binatang lainnya. Bekasnya tidak begitu dalam dan
mudah dibersihkan. Dapat menyebabkan luka memar yang hebat dan infeksi, serta
robekan dari jaringan.
Gigitan kucing dapat membawa akibat yang lebih serius. Bahaya infeksi jauh
lebih besar daripada gigitan anjing. Bekas gigitan kucing biasanya dalam dan
dapat mengenai urat-urat, atau masuk rongga sendi, terutama kalau di tangan.
c. Gigitan kelelawar
Kelelawar dapat membawa kuman rabies. Oleh karena itu, jika digigit kelelawar
bahaya rabies juga harus dipikirkan.
d. Sengatan kalajengking
Binatang ini tergolong serangga yang mempunyai racun pada ujung ekornya.
Racun dimasukkan oleh ekor serangga ke kulit, sehingga pada saat itu juga, orang
yang disengat kalajengking atau lipan merasa kesakitan.
1.
Beberapa jam kemudian racun itu dierap dan masuk ke dalam darah,
sehingga menimbulkan.
2. Gigitan binatang air
a. Gigitan Trigonid
Terdapat di perairan laut dangkal. Biasanya penderita terkena sangat trigonid di
sebabkan menginjak atau bersentuhan dengan bahan dengan bahan dengan bagian
tubuh binatang tersebut
b. Gigitan Ubur-ubur
Kelompok hewan-hewan laut ini menimbulkan cedera dengan sengatan dari selsel penyengat dari alat-alat penangkap (tentakel- tentakel)-nya yang menyebabkan
rasa panas terbakar dan sedikit perdarahan ada kulit. Ubur-ubur ada banyak

jenisnya dan hidup di daerah tropis. Racun ubur-ubur di buat oleh beribu-ribu duri
halus yang terdapat di permukaan badannya. Bila duri halus itu di sentuh oleh
perenang di laut, ubur-ubur akan menyuntukkan racun melalui duri halus itu.
Kulit yang bersentuhan dengan duri ubur-ubur, akan merasa gatal bercampur
panas. Beberapa menit kemudian akan timbul urtikaria yang dapat berubah
menjadi (lepuh-lepuh visikel). Perasaan sakit biasanya akan hilang sendiri dalam
beberapa jam, tetapi dapat kambuh lagi beberapa hari kemudian
c. Gigitan Ikan Pari (Sting Ray)
Kelompok hewan-hewan laut ini menyuntikkan racunnya dengan menusukkan
duri-duri /jarum-jarumnya. Ikan pari termasuk klas Elasmobrachil mempunyai
tulang rawan. Jenis ikan pari yang terkenal adalah pari kembang, pari bendera,
pari pasir, dan pari burung.
Bentuk badannya pipih seperti cakram dengan ekor menyerupai cambuk. Pada
ekor itu terdapat satu atau lebih duri yang berbisa. Ikan ini hidup di sekitar pantai.
Ikan pari pasir biasanya berbaring di dasar laut dan tertimbun pasir atau lumpur.
Bila ada orang yang menginjak badan ikan pari, ekornya akan memecut sambil
memasukkan durinya. Orang yang terkena duri ikan pari dalam 10 menit merasa
sakit di sekitar tusukan itu. Makin lama perasaan sakit itu akan makin bertambah
hebat dan menjalar keseluruh anggota badan yang tertusuk.
Perasaan sakit biasanya berlangsung antara 6 48 jam, lalu berkurang. Luka yang
ditimbulakan berupa luka tusuk atau lasersi. Untuk mengeluarkan duri dalam
daging, biasanya diperlukan insisi. Setelah duri di keluarkan biasanya luka akan
membengkak, maka dari itu jangan dilihat langsung, cukup di kompres dengan
antiseptic (betadin). Bila peradangan telah tenang, barulah dilakukan penjahitan
sekunder.
d. Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)
Gurita tidak akan menggigit kecuali terinjak atau di ganggu. Gigitannya sangat
beracun dan seringkali menimbulakan kematian.
e. Gigitan Lintah
Ludah lintah mengandung zat anti pembekuan darah. Darah akan terus mengalir
keluar dan masuk ke perut lintah
f. Ikan Hiu
Ikan hiu, disamping dapat menggigit manusia, ada pula yang mengeluarkan racun.
Ikan hiu yang beracun mempunyai sirip di punggungnya.

Ikan hiu yang mengandung racun adalah born shark, memunyai sirip di punggung
yang berhubungan dengan kelenjar pembuat racun. Orang yang tertusuk sirip
beracun ikan hiu ini,
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi Gigitan pada Ular
Mangsa gigitan ular jenis Elapidae, biasanya akan mengalami pendarahan kesan
daripada luka yang berlaku pada saluran darah dan pencairan darah merah yang mana
darah sukar untuk membeku. Pendarahan akan merebak sertamerta dan biasanya akan
berterusan selama beberapa hari. Pendarahan pada gusi, muntah darah, ludah atau batuk
berdarah dan air kencing berdarah adalah kesan nyata bagi keracunan bisa ular jenis
Elapidae. Walaupun tragedi kematian adalah jarang, kehilangan darah yang banyak
akan mengancam nyawa mangsa. Ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid
paralysis. Ini biasanya berbahaya bila terjadi paralysis pada pernafasan. Biasanya tanda
tanda yang pertama kali di jumpai adalah pada saraf cranial seperti ptosis,
opthalmophlegia, progresif. Bila tidak mendapat anti venom akan terjadi kelemahan
anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasaya full paralysis akan memakan waktu
lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam setelah
gigitan. Beberapa Spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopathy. Tanda
tanda klinis yang dapat ditemui adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat
gigitan, venipunctur dari gusi, dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria,
haematomisis, melena dan batuk darah.
2.5. Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Edema paru
3. Gagal nafas
4. Kematian
2.6. Manifestasi
1. Gigitan binatang darat
a. Gigitan Anjing, Kucing, Kera, Tikus, dll
1) Sakit kepala
2) Demam
3) Kejang-kejang
4) Kemungkinan rabies
b. Gigitan Arthropoda (laba-laba, tawon, kelabang)
1) Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan

2) Gatal-gatal
3) Nyeri dan terasa panas
4) Demam, menggigil, kadang disertai sulit tidur
5) Dapat terjadi syok
c. Gigitan kelelawar
d. Sengatan kalajengking
1) Gelisah
2) Mual
3) Muntah
4) Haus
5) Sakit perut
2. Gigitan binatang air
a. Gigitan Trigonid
1) Timbul rasa nyeri dalam waktu 90 menit
2) Rasa panas di daerah gigitan
3) Pusing bahkan terkadang sampai tidak sadar (pingsan)
b. Gigitan ubur-ubur
1) Rasa panas dan terbakar serta sedikit perdarahan pada kulit
2) Urtikaria
3) Mual
4) Muntah
5) Kejang otot
6) Syok
7) Kesulitan bernafas
8) Keluar air mata terus menerus
9) Mata menjadi merah bengkak, pupil melebar
c. Gigitan Ikan Pari (Sting Ray)
1) Pembengkakan
2) Mual, muntah, diare
3) Tekanan darah menurun
4) Berkeringat
5) Jantung berdenyut tidak teratur
6) Kadang-kadang bisa menimbulkan kematian
7) Kejang-kejang bahka disertai kelumpuhan otot
d. Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)
1) Kegagalan nafas secara progresif terjadi dalam 10-15 menit
2) Luka bekas gigitan kecil, tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

dan benjolan (tampak seperti melepuh berisi darah)


Kehilangan rasa raba (dimulai sekitar mulut dan leher)
Mual dan muntah
Kesulitan menelan
Kesulitan bernafas
Gangguan penglihatan
Inkoordinasi
Kelumpuhan otot

10) Pernapasan berhenti


11) Denyut nadi berhenti
12) Dapat diikuti kematian
e. Gigitan lintah
1) Pembengkakan
2) Gatal
3) Kemerahan
f. Ikan Hiu
1) Sakit yang berlangsung beberapa jam
2) Daerah tusukan itu menjadi merah dan bengkak
3) Dapat menimbulkan kematian
2.7. Penatalaksanaan
1. Gigitan binatang darat
a. Gigitan Anjing, Kucing, Kera, Tikus, dll
1) Amankan iri dan lingkungan sekitar.
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Cuci luka dengan air mengalir dan sabun atau larutan deterjen.
4) Imobilisasikan bagian yang di gigit/ luka tersebut.
5) Berikan SAR(serum anti rabies) bila ada.
6) Bila dapat lakukan penangkaan binatang yang menggigit untuk identifikasi.
7) Segera bawa penderita ke Rumah Sakit.
b. Gigitan Arthropoda (laba-laba, tawon, kelabang)
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Tenangkan penderita
4) Ambil segatnya kalau nampak (hati-hati saat mencabut jangan sampai
menekan kantung bias/kelenjar bias).
5) Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alcohol 70 % atau antiseptic.
6) Kompres dingin (kompres es).
7) Imobilisasikan daerah yang tergigit
8) Berikan antihistamin jika reksi ringan
9) Berikan Adrenalin 0,5 mg IM, jika reaksi berat.
10) Dapat berikan penawar sakit (ponstan atau tramadol dsb)
11) Bawa segera ke Rumah Sakit
c. Gigitan kelelawar
Kalau mungkin, tangkaplah binatang yang menggigit untuk diobservasi selama
satu minggu, apakah terjangkit rabies atau tidak. Kalau binatangnya mati,
kirimlah ke Lembaga Pasteur Bandung untuk diperiksa (melalui Dinas Kesehatan
Kota setempat).
Basuhlah luka gigitan itu dengan air mengalir dan sabun atau obat antiseptik
(pembunuh kuman). Tutuplah dengan kasa steril. Bekas gigitan kucing tidak boleh
terlalu banyak digerak-gerakkan dan harus segera mendapat suntikan antibiotika.

d. Sengatan kalajengking
Bila kalajengking menyengat anak-anak, dapat menimbulkan kematian, yamg di
dahului dengan sesak napas, sianosis, kelumpuhan, kejang-kejang, syok,
mengigau, dan pingsan. Akibat sengatan kalajengking pada orang dewasa
biasanya tidak begitu hebat. Pengobatannya hanya simtomatis. Pada luka bekas
gigitan di beri kompres ammonia, bikarbonas natrikus atau kalamin lasio. Bila ada
kejag-kejang, di beri sedative, misalnya valium atau luminal
2. Gigitan binatang air
a. Gigitan Trigonid
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Tenangkan penderita
4) Cabut duri yang menusuk.
5) Rendam bagian yang tergigit dalam air hangat.
6) Bersihkan luka dan imobilisasi daerah luka
b. Gigitan ubur-ubur
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel-tentakel dengan handuk
basah.
4) Cuci luka dengan larutan Aromatic Ammonia Spirit atau alcohol 70%
5) Berikan 10 ml larutan Na Glukonat.
6) Asang tourniket dan berikan antidote Sea Wasp Antivenome (SWA) bila ada
Bawa segera ke rumah sakit
c. Gigitan Ikan Pari (Sting Ray)
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).\
3) Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selam 30-60 menit. Cara ini
efektif untuk me-nonaktifkan racun yang tidak panas
4) Bawa segera ke rumah sakit
d. Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Tenangkan penderita
4) Bersihkan/cuci luka bekas gigitan dengan air hangat
5) Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cidera
6) Monitor tanda-tanda vital
7) Lakukan RJP jika diperlukan
e. Gigitan lintah
1) Dengan hati-hati lepaskanlah lintah dari tempat ia menggigit.
2) Menyiram minyak atau air tembakau ke tubuh lintah, akan membantu
mempercepat usaha melepaskan gigitan lintah.

3) Apabila ada tanda-tanda reaksi kepekaan seperti tersebut di atas, cukup


digosok dengan obat atau salep anti gatal biasa.
f. Ikan Hiu
Pengobatan hanya simptomatis dan luka gigitan dirawat seperti luka gigitan
lainnya.
3. Kegawat Daruratan Akibat Sengatan serangga
3.1. Definisi
Sengatan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang
disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang.
Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga
biasanya untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat
menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin
memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan
dan bengkak di lokasi yang tersengat.
3.2. Etiologi
Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous
(beracun) dan Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun biasanya
menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini merupakan suatu
mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan racun atau bisa melalui alat
penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit dan menembus kulit
dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal.
Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan kelainan
kulit yang signifikan.
Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :
1. Kelas Arachnida
a. Acarina
b. Araneae (laba-laba)
2. Kelas Chilopoda dan Diplopoda
3. Kelas Insecta
a. Anoplura (phtirus pubis, pediculus humanus, capitis et corporis)
b. Coleopteran (kumbang)
c. Diptera (nyamuk, lalat)
d. Hemiptera (kutu busuk, cimex)
e. Hymenoptera (semut, lebah, tawon)
f. Lepidoptera (kupu-kupu)
g. Siphonaptera (xenopsylla, Ctenocephalides, pulex)

3.3. Macam-macam
3.4. Patofisiologi
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat
gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun
tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap
antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin.
Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan
melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme
imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Reaksi immediate
Merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi
sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau
sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma
endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin
yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim Hyaluronidase yang juga
ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat
penyebaran dari racun tersebut.
2. Reaksi delayed
3.5. Komplikasi
3.6. Manifestasi
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia, yang
memberikan respon yang berbeda pada masing-masing individu, reaksi yang timbul
dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa
papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap, biasa
disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada
kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau hanya muncul
terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal
disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami
ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat
muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang

terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing. Infeksi
sekunder adalah merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai folikulitis,
selulitis atau limfangitis.
Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul terjadinya
suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok biasanya
disebabkan akibat sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak menutup
kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan mengakibatkan
pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan munculnya bercak-bercak yang
terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh permukaan badan. Prevalensi terjadinya
reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira 0,4%, ada 40 kematian setiap
tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai 60 menit setelah
sengatan. Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya syok dan
kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian nantinya. sehingga diperlukan
penanganan yang cepat terhadap reaksi ini.
3.7. Penatalaksanaan
Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya
infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal
sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat membantu
untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral seperti
diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal. Steroid topikal dapat
digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan. Infeksi
sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun oral, dan dapat juga
dikompres dengan larutan kalium permanganat. Jika terjadi reaksi berat dengan gejala
sistemik, lakukan pemasangan tourniket proksimal dari tempat gigitan dan dapat
diberikan pengenceran Epinefrin 1 : 1000 dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB diberikan
secara subkutan dan jika diperlukan dapat diulang sekali atau dua kali dalam interval
waktu 20 menit.
Epinefrin dapat juga diberikan intramuskuler jika syok lebih berat. Dan jika
pasien mengalami hipotensi injeksi intravena 1 : 10.000 dapat dipertimbangkan. Untuk
gatal dapat diberikan injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau
difenhidramin 50 mg. Pasien dengan reaksi berat danjurkan untuk beristirahat dan dapat
diberikan kortikosteroid sistemik.

1. Perawatan sengatan serangga


Untuk merawat sengatan serangga:
a. Jika menempel (hanya lebah yang meninggalkan penyengatnya), ambil serangga yang
menyengat. Kerok dan buang penyengat jauh-jauh dengan benda keras seperti kartu
kredit plastic atau SIM. Jangan menggunakan penjepit untuk mengambil penyengat
karena dapat merembas lebih banyak racun ke dalam tubuh korban.
b. Cuci area tersebut dengan sabun dan air.
c. Kompres dengan es atau kantong dingin (cold pack) untuk memperlambat absorpsi
bisa dan menghilangkan nyeri. Pasta soda kue dapat membantu, kecuali untuk
sengatan tawon.
d. Untuk menghilangkan nyeri dan gatal selanjutnya, berikan aspirim (hanya untuk
orang dewasa), asetaminofen, atau ibuprofen. Krim hidrokortison dapat mebantu
mengurangi bengkak dan gatal setempat. Suatu antihistamin dapat mengurangi rasa
gatal jika diberikan dini, tetapi obat tersebut bekerja terlalu lambat untuk melawan
reaksi alergi yang mengancam nyawa.
Observasi korban selama sekurag-kurangnya 30 menit terhadap tanda-tanda reaksi alergi
yang berat. Untuk seseorang yang mengalami reaksi alergi, telepon 118 atau layanan
medis darurat setempat. Jika Koran memilki auto injector yang diresepkan dokter
untuknya, bantu ia menggunakannya.

BAB 3
APLIKASI TEORI (KASUS)
A. Aplikasi Kasus semu
An.A berusia 14 tahun, pada tanggal 22 Maret 2016 di bawa oleh ibunya ke RSUA,
ibunya bercerita bahwa sepulang sekolah An.A membeli jajanan di depan sekolah,
setelah makan jajanan tersebut An.A mengeluh mules dan sakit perut kemudian
diberi minyak kayu putih tapi tidak ada perubahan, An.A muntah disertai diare,
pusing, sesak napas dan selang beberapa saat dia tidak sadarkan diri, pada saat
perjalanan menuju ke RS An.A sempat mengalami kejang
Pemeriksaan Fisik :
TD : 130/90 mmHg, Nadi : 100x/menit, Suhu : 36C, RR : 26x/menit BB 45 kg.
Kondisi An.A lelah, lemas, kulit berkeringat, gelisah, pucat, hipersaliva, akral
dingin, bibir sianosis, pucat dan CRT > 2 detik.
1. Identitas
2. Identitas Pasien
Identitas Penanggung Jawab
Nama

: An. A

Nama

: Ny. X

Umur

: 14 Tahun

Umur

: 28 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Jenis Kelamin

Perempuan
Suku

: Jawa

Suku

Agama

: Islam

Agama

Pendidikan

: SMP

Pendidikan

No. Rekam Medik: 081916


Alamat

Alamat

: Jawa
: Islam
: SMK
: Jl. Sudirman

: Jl. Sudirman

Diagnosa Medis : Keracunan makanan


2. Riwayat Keperawatan
a) Keluhan Utama
An. A mengeluh mules dan sakit perut saat pulang dari
sekolah.
b) Riwayat Penyakit Sekarang

An.A berusia 14 tahun, pada tanggal 22 Maret 2016 di bawa oleh ibunya ke RSUA,
ibunya bercerita bahwa sepulang sekolah An.A membeli jajanan di depan sekolah,
setelah makan jajanan tersebut An.A mengeluh mules dan sakit perut kemudian
diberi minyak kayu putih tapi tidak ada perubahan, An.A muntah disertai diare,
pusing, dan selang beberapa saat dia tidak sadarkan diri, pada saat perjalanan
menuju ke RS An.A sempat mengalami kejang
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat
penyakit ataupun diopname di RS,

sebelumnya. An.A belum

pernah mengalami kecelakaan ataupun dioperasi. An.A hanya


memilki alergi terhadap makanan laut khususnya udang.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny.X mengatakan dalam keluarganya, ayah An.A menderita
penyakit Diabetes Militus sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan
kakek klien memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi.
Ny.X juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada
yang pernah mengalami keracunan makanan seperti An.A.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : klien tidak sadarkan diri saat di bawa
kerumah sakit
b) TTV :
3. TD : 130/90 mmHg
4. Nadi : 100x/menit
5. Suhu : 36C
6. RR : 26x/menit
c) B1 (Breathing) :
7. Gerakan dada simetris, irama nafas cepat, pola nafas
tidak teratur, dan pasien mengalami sesak nafas.
d) B2 (Blood)
8. Suara jantung normal, irama jantung aritmia, CRT > 2
detik, JVP normal, CVP (-), Akral terasa dingin.
e) B3 (Brain)
9. GCS tidak terkaji karena klien tidak sadarkan diri, reaksi
pupil melebar, sianosis (+) pada bibir klien.
f) B4 (Bladder)
10. Klien mengalami diare
g) B5 (Bowel)

11. I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen tidak sikatrik, tidak


terdapat benjolan ataupun lesi.
12. P: Pada palpasi tidak ada hepatomogali dan nyeri tekan.
13. P: Pada perkusi timpani tidak ada hypertimpani atau
pekak
14. A: Pada saat auskultasi, peristaltic usus 16x/menit
h) B6 (Bone)
15. Adanya kelemahan fisik secara umum pada An. A.
4. Pemeriksaan penunjang
16.
Tidak ada pemeriksaan lab yang di lakukan pada klien
5. Terapi
17.
Tidak ada terapi yang di lakukan pada klien
18.
B. Analisa data
19.
Nama Klien
: An. A
Register : 081916
20.
Umur

No.

: 14 tahun Diagnosa

Medis: Keracunan makanan


21.
Ruang Rawat
: Anggrek Alamat
: Jl. Sudirman
22.
23.
No

24.
28.
29.

Data

25.

Etiologi

26.

Masalah

Keperawatan

DS :
Ibu

mengatakan
An.A mengeluh
mules,

sakit

perut, muntah
27.
1

dan diare
30.
31.
DO :
32.
diare
tanpa
sadari,
khas,

33.

muntah
di

bau
warna

hijau dan feses


cair.

Mual dan

34.

Kekurangan

Volume cairan

36.
37.

DS :
ibu

mengatakan
An.A
35.
2

41.

mengalami

energy dan

sesak napas
38.
39.
DO :
40.
Nafas
tidak

42.

Penurunan
kelelahan

Ketidakefektifan pola
nafas

teratur,

RR : 26x/menit
44.
DS :
45.
Ibu
mengatakan
An.A
mengalami
muntah setelah
makan jajanan
sekolah
43.
3

saat

pulang sekolah
46.
47.
DO :
48.
klien

51.
50.

Anoreksia

Ketidakseimba

ngan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

muntah setelah
makan
49.
klien
mengalami
gangguan
kesulitan
52.
4

menelan
53.
DS :
54.
klien
tidak sadarkan
diri
55.
56.

DO :

Hipoventilasi

60.

Gangguan

perfusi jaringan

57.

bibir

sianosis
58.
akral
dingin
59.
CRT > 2
detik

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energy dan
kelelahan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
D. Rencana (Intervensi) Keperawatan
61.

Nama Klien

Register : 081916
62.
Umur

: An. A

No.

: 14 tahun Diagnosa

Medis: Keracunan makanan


63.
Ruang Rawat
: Anggrek Alamat
: Jl. Sudirman
64.
65.
67.
66.

Di

agnosa

No Keperawat

68.

Tujuan dan

Kriteria Hasil

an
71. 72.
1

Ke

Setelah

69.

Interve
nsi

70.

Rasional

Keperawatan
1. kaji

1. untuk

tidakefekt dilakukan

dan

mendete

ifan pola tindakan

catat

ksi

nafas b.d keperawatan

status

tanda-

penuruna

kepada

klien

pernap

tanda

n energy selama

3x24

asan

awal

dan

jam napas dapat

setidak

ganggua

kelelahan

terkontrol

nya

n.

dengan
hasil

kriteria

setiap

sebagai

4 jam
2. bantu

berikut :
klien

hkan
klien

berada

mempunyai

bernapa

di

dan

s
3. tindaka

posisi

irama
pernapasan
dalam

memuda

klien

akan

kecepatan

2. untuk

batas

normal
73.

yang

nyama

untuk

n dan

memper

memu

lancar

ngkink

pernapa

an

san

ekspan

untuk

si dada

menghin

maksi

dari

mal
3. berika
n

ini

keletiha
n
75.

kesem
patan
klien
untuk
istirah
at
pada
saat
tindak
an
74.
76. 77.
2

Ke

kurangan

78.

Setelah

dilakukan tindakan

1. Kaji
tanda-

1. Takikar
dia,

volume

selama 3x24 jam

tanda

hipotens

cairan b.d kekurangan

vital

i,

mual dan volume cairan klien

klien

dispnea,

muntah

akan

teratasi

setiap

atau

dengan

criteria

4 jam

demam

hasil :
1. Pasien akan

sekali
2. Kaji

memiliki

membr

keseimbang

ane

an

mukos

asupan

dapat
mengind
ikasikan
deficit
volume

dan

haluaran

mulut

yang

baik

klien

ne

dalam 2x24

pada

mukosa

setiap

yang

kali

kering

pergan

merupa

tian

kan

jam.
2. Pasien akan
menampilka
n

hidrasi

yang

baik

(membrane

jaga
3. Berika

mukosa

n dan

lembap)

pantau
cairan
parent
eral

cairan
2. Membra

salah
satu
tanda
adanya
dehidras
i
3. Untuk

pasien,

mengem

sesuai

balikan

anjura

kehilang

n
4. Ajarka
n klien
cara

an
cairan
klien
4. Tindaka

mempe

ini

rtahan

dapat

kan

mendor

asupan

ong

cairan

partisip

yang

asi klien

benar,

dan

termas

pemberi

uk

asuhan

mencat

dalam

at

keperaw

berat

atan dan

badan

meningk

setiap

atkan

hari,

control

mengu

klien

kur
asupan
dan
haluar
an,
menge
nali
tandatanda
dehidr
Setelah

asi
1. pantau

ngguan

dilakukan tindakan

TTV

dapat

perfusi

selama 3x24 jam

pada

menyeb

jaringan

gangguan

setiap

abkan

79. 80.
3

Ga

81.

perfusi

1. hal

ini

b.d

jaringan klien akan

4 jam

penurun

hipoventil

teratasi

dengan

sekali,

an

asi

criteria hasil :
82.
menunjukka

lapork

curah

an bila

jantung

nadi

yang

cepat

mengaki

dan

batkan

tidak

penurun

integritas

jaringan kulit dan


membrane mukosa
yang di buktikan
dengan indicator :
1. tidak

teratur
2. kaji

adanya

warna,

sianosis

suhu,

pada bibir
2. akral teraba
hangat

an
perfusi
jaringan
2. penurun

dan

an

tekstur

perfusi

kulit

mengaki

klien

batkan

minim

bercak;

al

kulit

setiap

juga

4 jam

menjadi

sekali.

lebih

83.

dingin
dan
tekstur
kulit

84. 85.
4

Ke

86.

Setelah

1. beri

berubah
1. untuk

tidakseim

dilakukan tindakan

kesem

memban

bangan

selama 3x24 jam

patan

tu

nutrisi

ketidakseimbangan

klien

mengkaj

kurang

nutrisi kurang dari

untuk

dari

kebutuhan

mendis

penyeba

tubuh

kebutuha
n

klien akan teratasi

tubuh dengan

b.d
anoreksia

criteria

hasil :
87.
Pasien akan
mempertahankan

kusika

ganggua

alasan
tidak

n makan
2. untuk
mengkaj

massa tubuh dan

makan
2. observ

berat badan dalam

asi dan

yang

batas normal

catat

dikonsu

asupan

msi dan

klien
3. ciptak
an
lingku
ngan
yang

i zat gizi

supleme
n

yang

di
perluka
n
3. untuk

menye

meningk

nangk

atkan

an

nafsu

pada

makan

waktu
makan
4. tawark

klien
4. makana
n

an

tersebut

suplem

dapat

en

mencega

tinggi

protein

kerusak

dan

an

tinggi

protein

kalori

tubuh
dan
member

ikan
kalori
energi
88.
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
89. CATATAN PERKEMBANGAN
90.
Nama Klien
: An. A
Register : 081916
91.
Umur

No.

: 14 tahun Diagnosa

Medis: Keracunan makanan


92.
Ruang Rawat
: Anggrek Alamat
: Jl. Sudirman
93.
94. Hari Pertama
95.
No
Dia
gn

96.

nggal

osa
101. 102.
1

Ta

Maret
2016

23

97.
Jam

103.
08.00
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
09.00
111.
112.
113.
114.
09.30
115.

98.

Implementas

99.

Eval
uasi

1. Mengkaji

116.

23

dan

Maret

mencatat

2016/14.00
117.
118. S :
119. ibu

status
pernapasan

setiap 4 jam An.A


sekali
2. membantu
klien
berada

mengatakan
klien masih
merasakan

di

sesak
posisi yang 120.
121. O :
nyaman
122. RR :
dengan
24x/menit
memberika 123. A :
124. Tuju
n
posisi

100.
TD

128.

fowler pada an
klien
3. memberika
n
kesempatan

tercapai
125. P :
126. Inter
vensi
dilanjutkan
1. kaji dan

kepada
klien untuk
istirahat
pada

belum

saat

perawat
melakukan
tindakan

catat
status
pernapa
san
setidakn
ya setiap
4 jam
2. bantu
klien
berada
di posisi
yang
nyaman
dan
memung
kinkan
ekspansi
dada
maksim
al
3. berikan
kesempa
tan klien
untuk
istirahat
pada

saat
tindaka

129. 130.
2

Maret
2016

23

131.

1. mengkaji

09.45
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.

tanda-

10.00
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
10.30
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
11.00

n
127.
153. 23
Maret

tanda vital 2016/14.30


154.
klien setiap
155. S :
4 jam sekali 156. ibu
2. mengkaji
An.A
membrane
mengatakan
mukosa
An.A masih
klien setiap
merasakan
kali
mules dan
peergantian
mual juga
shift jaga
terkadang
3. memberika
muntah
n
dan
157.
memantau
158. O :
159. Diar
cairan
e
tanpa
parenteral
disadari
klien
4. mengajarka dengan bau
n

klien yang khas.


160.
untuk
161. A :
mempertah 162. Tuju
ankan

an

asupan

tercapai
163.
164. P :
165. Inter

cairan

belum

vensi
dilanjutkan
1. Kaji

166.

tandatanda
vital
klien
setiap

jam
sekali
2. Kaji
membra
ne
mukosa
mulut
klien
pada
setiap
kali
pergantia
n jaga
3. Berikan
dan
pantau
cairan
parenter
al pasien,
sesuai
anjuran
4. Ajarkan
klien
cara
mempert
ahankan
asupan

cairan
yang
benar,
termasuk
mencatat
berat
badan
setiap
hari,
menguku
r asupan
dan
haluaran
,
mengenal
i

tanda-

tanda
167. 168.
3

Maret
2016

23

169.

1. mengkaji

11.20
170.
171.
172.
173.
174.

TTV

11.45

dehidrasi
175. 23

pada Maret

setiap 4 jam 2016/15.20


176.
sekali
177. S :
2. mengkaji
178. Ibu
warna suhu
Klien
tekstur
mengatakan
kulit pada
klien mulai
setiap 4 jam
sadarkan
sekali
diri namun
masih
belum
sepenuhnya
179.

190.

180.
181.

O:
bibir

sianosis
182. akral
dingin
183. CRT
> 2 detik
184.
185. A :
186. Tuju
an

belum

tercapai
187.
188. P :
189. Inter
vensi

di

lanjutkan
1. pantau
TTV
pada
setiap 4
jam
sekali,
laporka
n

bila

nadi
cepat
dan
tidak
teratur
2. kaji
warna,
suhu,
dan
tekstur

kulit
klien
minimal
setiap 4
jam
4

23 Maret

11.50

2016

1. memberika
n

sekali.
23
Maret
2016/ 16.00

kesempata
n

kepada S :

klien untuk Ibu


memberika
12.20

klien

mengatakan

alasan jika

An.A

mengenai

terkadang

mengapa

masih reflek

tidak nafsu mual, namun


makan
2. mengobser
vasi
13.00

dan

mencatat

muntah
sudah
menjadi
jarang

asupan
klien
3. menciptak
an
lingkungan
yang
nyaman
13.20

O:
klien
mengalami
kesulitan
menelan

untuk
makan
klien
4. menawark
an

A:
Tujuan
belum
tercapai

suplemen
tinggi

P:

protein dan Intervensi


tinggi

dilanjutkan

kalori

1. beri

kepada

kesempat

klien agar

an klien

membantu

untuk

meningkat

mendisk

kan

usikan

nafsu

makan

alasan

klien

tidak
makan
2. observasi
dan catat
asupan
klien
3. ciptakan
lingkung
an

yang

menyena
ngkan
pada
waktu
makan
4. tawarkan
suplemen
tinggi
protein
dan
tinggi
kalori

Hari Kedua
N
o

Tangga

x
1

Jam

24

07.1

Maret

2016

Implementasi

TT

Evaluasi

1. Mengkaji

dan 24

Maret

mencatat status 2016/14.00


pernapasan
setiap

07.4
5

jam S :

sekali
Ibu
An.A
2. membantu klien
mengatakan sesak
berada di posisi
pada An.A sedikit
yang
nyaman
berkurang
dengan
memberikan
posisi

O:

fowler

RR : 22x/menit

pada klien
3. memberikan
A:

kesempatan
kepada
untuk

klien
istirahat

pada
perawat
melakukan
tindakan
08.2
0

Tujuan

belum

tercapai

saat
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. kaji
catat

dan
status

pernapasan
setidaknya

setiap 4 jam
2. bantu klien
berada

di

posisi

yang

nyaman dan
memungkink
an

ekspansi

dada
maksimal
3. berikan
kesempatan
klien

untuk

istirahat
pada
2

24

08.2

Maret

2016

tindakan
1. mengkaji tanda- 24
Maret
tanda vital klien 2016/14.30
setiap

jam

sekali
2. mengkaji

S:
Ibu

membrane
mukosa
setiap

klien

mengatakan klien
klien
kali

peergantian shift
09.1

saat

masih merasakan
mules,
mual

namun
sudah

jaga
berkurang tetapi
3. memberikan dan
terkadang masih
memantau
muntah
cairan
parenteral klien
4. mengajarkan
klien

O:

untuk masih mengalami

mempertahanka

diare

n asupan cairan

disadari

tanpa
oleh

09.4

klien

5
A:
Tujuan

belum

tercapai
P:
10.0

Intervensi

di

lanjutkan

dan

penambahan
intervensi
1. Kaji

tanda-

tanda

vital

klien setiap 4
jam sekali
2. Kaji
membrane
mukosa
mulut

klien

pada

setiap

kali
pergantian
jaga
3. Berikan dan
pantau
cairan
parenteral
pasien, sesuai
anjuran
4. Ajarkan
klien

cara

mempertaha

nkan asupan
cairan

yang

benar,
termasuk
mencatat
berat badan
setiap

hari,

mengukur
asupan

dan

haluaran,
mengenali
tanda-tanda
dehidrasi
5. berikan obat
mengurangi
diare
3

24

10.1

Maret

2016

1. mengkaji
pada

TTV 24

setiap

4 2016/15.00

jam sekali
2. mengkaji warna
suhu
10.4
5

tekstur

kulit pada setiap


4 jam sekali

Maret

S:
Ibu

klien

mengatakan jika
klien

masih

setengah

sadar

dan belum bisa di


ajak

berbicara

banyak
O:
bibir sedikit tidak
membiru

akral

masih

teraba dingin dan


berkeringat
CRT > 2 detik
A:
Tujuan

belum

tercapai
P:
Intervensi

di

lanjutkan
1. pantau TTV
pada setiap 4
jam

sekali,

laporkan bila
nadi

cepat

dan

tidak

teratur
2. kaji warna,
suhu,

dan

tekstur kulit
klien
minimal
setiap 4 jam
sekali.
4

24

11.0

Maret

2016

1. memberikan
kesempatan
kepada

11.3

24

Maret

2016/15.30
klien

untuk

S:

memberikan

Ibu

Klien

alasan mengenai mengatakan An.A

mengapa

tidak sudah

nafsu makan
2. mengobservasi
dan

mencatat

asupan klien
3. menciptakan

12.0
0

untuk muntah
O:
klien mengalami

lingkungan yang
nyaman

jarang

kesulitan menelan

untuk
A:

makan klien
4. menawarkan

Tujuan

belum

suplemen tinggi tercapai


protein
tinggi
kepada

dan
kalori P :
klien Intervensi

di

agar membantu lanjutkan


meningkatkan
12.3

nafsu

klien

makan

1. beri
kesempatan
klien

untuk

mendiskusik
an

alasan

tidak makan
2. observasi dan
catat asupan
klien
3. ciptakan
lingkungan
yang
menyenangka
n pada waktu
makan
4. tawarkan
suplemen
tinggi protein

dan

tinggi

kalori
Hari Ketiga
N
o
D

Tanggal

Jam

25

07.1

Maret

Implementasi

Evaluasi

2016

1. Mengkaji

dan

mencatat 25

status pernapasan setiap 4 2016/14.00


jam sekali
2. membantu klien berada di
posisi yang nyaman dengan
memberikan
pada klien
3. memberikan

posisi

fowler

kesempatan

kepada klien untuk istirahat


07.4
5

Maret

pada

saat

perawat

S:
Ibu

An.A

mengataka
n

sesak

pada An.A
berkurang

melakukan tindakan

O:
RR

20x/menit
A:
Tujuan
tercapai
P:
08.2
2

Intervensi

25

0
08.2

dihentikan
1. mengkaji tanda-tanda vital 25 Maret

Maret

klien setiap 4 jam sekali


2016/14.30
2. mengkaji membrane mukosa

2016

klien setiap kali peergantian

S:

09.1

shift jaga
Ibu klien
3. memberikan dan memantau
mengataka
cairan parenteral klien
n
klien
4. mengajarkan klien untuk
sudah tidak
mempertahankan
asupan
diare
cairan
O:

A:
Tujuan
tercapai
P:
Intervensi

09.4

di hentikan

10.0
0
3

25

10.1

Maret

2016

1. mengkaji

TTV 25

pada setiap 4 jam 2016/15.00


sekali
3. mengkaji warna

suhu

tekstur kulit pada setiap 4


10.4
5

Maret

jam sekali

S:
Ibu

klien

mengataka
n jika klien
sudah

mulai bisa
di

ajak

bicara
O:
CRT

<2

detik
A:
Tujuan
tercapai
P:
Intervensi
4

25

11.0

Maret

2016

di hentikan
1. memberikan kesempatan 25 Maret
kepada

klien

memberikan

untuk 2016/15.30
alasan

mengenai mengapa tidak S :


11.3
0

nafsu makan
2. mengobservasi

Ibu

Klien

dan

mengataka
mencatat asupan klien
n
An.A
3. menciptakan lingkungan
sudah tidak
yang
nyaman
untuk
muntah
makan klien
4. menawarkan
suplemen
tinggi protein dan tinggi O :
kalori kepada klien agar sudah tidak
membantu meningkatkan mengalami

12.0
0

nafsu makan klien

kesulitan
menelan
A:
Tujuan
tercapai

P:
Intervensi
12.3
0

di hentikan

BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada An A dengan
diagnose keperawatan intoksikasi makanan. Adapun ruang lingkup dari
pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai
dari

pengkajian,

diagnosa

keperawatan,

perencanaan

(intervensi),

pelaksanaan (implementasi) dan evaluasi.


Keracunan makanan yang terjadi pada kasus An.A di karenakan oleh
jajanan yang sembarangan, An.A mengalami mules, mual, dan muntah juga
pusing, karena keluhan utama An.A pada saat pertama kali masuk rumah
sakit adalah mules, mual dan muntah. Dan ketika di kaji tidak dapat terkaji
karena An.A pada saat di bawa kerumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan
diri. Pada kasus An.A ini dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
A. Pengkajian
Proses

pengkajian

yang

dilakukan

pada

An.A

dengan

keracunan makanan di UGD RSUA dilakukan dengan melakukan


wawancara, dengan ibu klien dan melakukan observasi serta
pemeriksaan fisik langsung ke An.A. pelaksanaan pengkajian
mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi An.A
saat di kaji.
Pada saat dilakukan pengkajian, ibu klien cukup terbuka
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Hal ini di buktikan dengan ibu An.A mau menjawab pertanyaan
dan menerima saran yang diberikan oleh penulis. Dari data yag
terkumpul kemudian dilakukan analisa data dan identifikasi
masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data focus dan
selanjutnya di rumuskan diagnose atau masalah keperawatan.
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kondisi klinis klien.
Dari hasil laboratorium yang di dapat, terdapat beberapa hasil
yang abnormal, yaitu : RR

: 26x/menit (tinggi), S

(Normal), N : 100x/menit TD : 130/90 mmHg (Tinggi).

360

B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang muncul adalah
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energy dan
kelelahan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi
Prioritas diagnose An.A adalah :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energy dan
kelelahan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Alasan

kelompok mengambil diagnosa yang pertama Ketidakefektifan

pola napas berhubungan dengan penurunan energy di karenakan klien


mengalami

sesak

napas

hingga

penghitungan

pernapasan

klien

mencapai 26x/menit. Kemudian kelompok mengangkat diagnose kedua


kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah di
karenakan klien mengalami mualdan muntah sehingga klien merasa
tidak nyaman. Dan kelompok mengambil diagnose tiga yaitu gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi adalah karena klien
mengalami sianosis dan akral dingin ketika di periksa CRT klien > 2
detik, sehingga menurut kelompok harus diatasi. Kemudian diagnose
keempat adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan klien mengalami mual muntah saat makan jajanan
sembarangan, sehingga menurut kami harus di atasi supaya klien tidak
menjadi lemas dan tidak berenergi.

C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data
terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah
keperawatan.

Perencanaan

disusun

berdasarkan

prioritas

masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah


ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan
ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau
jangka

pendek,

harus

jelas,

dapat

diukur

dan

realistis.

Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat


ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun
pada rencana keperawatan. Pada penyusunan kriteria hasil
penulis menyesuaikan dengan waktu pemberian perawatan yang
dilakukan oleh penulis yaitu selama 3x24 jam.
Perencanaan yang dibuat pada An.A dengan masalah utama
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
energy

dan

kelelahan

pada

dasarnya

untuk

meminimalkan

keluhan yang ada pada An. A saat itu. Perencanaan yang


dilakukan sesuai dengan teori karena sama-sama menggunakan
NIC NOC 2009-2011, namun pada kasus, disesuaikan dengan
kondisi klien.
Implementasi/Pelaksanaan
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan
dengan pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan
merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan pada An.A
dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang
dimilki oleh klien berdasarkan ilmu ilmu keperawatan dan ilmu
ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang
telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana


asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber
referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia,
pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak
lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien
dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik
atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan
penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
Dalam implementasi di atas, perawat hanya

melakukan

tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam.


D. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakan
tujuan

asuhan

keperawatan

sudah

tercapai

sepenuhnya,

sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa


yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
rencana

keperawatan,

menilai,

meningkatkan

mutu

asuhan

keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang


diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan
lebih dulu.

BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. (Smeltzer, Suzanna,
2002).
Sengatan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga
yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda
penyerang.
Hewan yang paling sering menggigit manusia adalah anjing. Kucing
walaupun agak jarang, kadang-kadang juga menggigit manusia. Gigitan kucing
lebih berbahaya karena banyak masuk kuman yang berasal dari mulut kucing,
sehingga lebih sering menimbulkan infeksi pada luka. Gigitan kucing, tikus, dan
anjing sering mengandung virus rabies. Di daerah kita beruang, babi, dan harimau
masih banyak, sehingga sesekali terjadi binatang itu menggigit manusia. Rabies
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus, ditularkan melalui air ludah
gigitan hewan ke hewan lain ke manusia.
B. Saran
Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala keracunan
makanan untuk segera mendapat penanganan. Semoga untuk
ke

depan

dapat

ditingkatkan

kesehatan

terhindar dari keracunan makanan.

sehingga

dapat

Anda mungkin juga menyukai