Kondisi seseorang yang menderita overdosis obat dapat benar-benar serius, bahkan
mengancam nyawa.
6. Keracunan karbon monoksida
Korban keracunan karbon monoksida (CO) seringkali tidak menyadari adanya gas,
gas CO tidak terlihat, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak mengiritasi. Gas ini di
hasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari bahan organic seperti bensin, kayu,
kertas, arang, batu bara, dan gas alam. Sulit untuk menentukan apakah seseorang
mengalami keracunan CO.
7. Keracunan tanaman
Sekitar 50% orang yang terpajan posion ivy, racun oak, dan racun sumac memiliki
alergi terhadap tanaman tersebut dan akan bereaksi dengannya lebih dari 60 tanaman
dapat menyebabkan reaksi alergi, tetapi posion ivy, racun oak, dan racun sumac
adalah racun yang paling umum. Reaksi alergi dapat mulai terjadi 6 jam setelah
kontak, tetapi biasanya terjadi 24 jam sampai 72 jam setelah pajanan. Tanda-tanda
keracunan tanaman meliputi:
a. Ruam
b. Gatal kemerahan
c. Lepuh
d. Bengkak
1.4. Patofisiologi
Istilah keracunan makanan (food poisoning/food intoxication) sebaiknya jangan di
campuradukkan dengan foodborne disease/illness. Meskipun keduanya di tularkan lewat
makanan, istilah terakhir ini mengacu pada semua mikroorganisme (bakteri,virus,parasit)
tapa memperdulikan mampu tidaknya mikroba tersebut menghasilkan racun. Selain itu,
keracunan makanan hanya berkaitan dengan makanan yang secara alami telah
mengandung racun atau telah tercemar oleh jasad renik penghasil racun.
Dalam praktiknya, foodborne illness dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fooborne
infections, foodborne toxicoinfections, dan foodborne intoxications. Foodborne
infections terjadi bila jasad renik patogen terkonsumsi dan kemudian menetap di dalam
tubuh. Biasanya, jasad renik ini memperbanyak diri di dalam saluran cerna sambil
mengiritasi dinding saluran cerna, bahkan terkadang mengivasi jaringan. Contoh jasad
renik patogen golongan tersebut adalah Listeria, Salmonella, dan Campylobacter. Akan
tetapi, tidak semua Salmonella menimbulkan infeksi, sebagian varian Salmonella lain
ternyata mampu menghasilkan racun sehingga berperan sebagai penyebab keracunan
makanan. Foodborne toxicoinfections terjadi jika jasad renik yang terkonsumsi mampu
menghasilkan racun sambil bereproduksi di dalam saluran cerna. Artinya, bukan hanya
jasad renik yang membahayakan, melainkan racun yang dihasilkannya. Clostridium
perfringers and E. Coli O157:H7 adalah sebagian dari golongan ini. Foodborne
intoxications terjadi akibat mengonsumsi makanan yang telah mengandung racun. Racun
ini terlepas selama pertumbuhan bakteri (enterotoksin). Penyakit yang dilatarbelakangi
oleh toksin ini biasanya cepat bermanifestasi (lihat gambar 2.1 Klasifikasi Penyebab
Foodborne Disease).
Zat beracun dapat berupa zat kimia yang berbahaya atau tidak berbahaya dalam
jumlah kecil, tetapi sangat beracun dalam jumlah besar. Zat berbahaya tersebut
menyelinap, selanjutnya masuk ke dalam tubuh manusia, tumbuhan, atau binatang tanpa
disengaja mulai dari saat bertunas, masa pemupukan, pemrosesan atau akumulasi selama
penyimpanan di dalam kemasan logam. Jasad renik dapat pula menyelinap ke dalam
makanan melalui daging binatang yang terinfeksi, pemrosesan bahan pangan, atau
lingkungan tempat bahan tersebut diolah. Sewaktu jasad renik berada di dalam makanan,
organisme tersebut tidak hanya berkembang biak, tetapi juga menghasilkan racun.
Dalam waktu singkat, bahan beracun dalam makanan tersebut mampu menimbulkan
penyakit, terutama yang mengganggu saluran cerna. Berdasarkan kecepatan timbulnya
penyakit, peristiwa tersebut disebut keracunan makanan. Karena gangguan utama
terpusat di saluran cerna, penyakit ini disebut gastroenteritis
1. Masa inkubasi singkat (1 hari biasanya kurang dari 16 jam)
Keracunan makanan dengan masa inkubasi yang sangat singkat pada umumnya
dilatarbelakangi oleh bahan kimia dan bakteri penghasil toksin. Timbulnya rasa
mual yang berlanjut menjadi muntah dan kram perut sekitar 1-2 jam setelah
makan, biasanya mengarah pada keracunan logam, toksin yang berasal dari ikan
(ciguatera dan skombroid), kerang beracun, MSG atau jamur. Bahan toksik pada
kerang dan ciguatera berasal dari dinoflagella yang termakan dan menetap di
dalam jasad ikan dan kerang tersebut.
Bakteri S. Aureus dan B. Cereus (tipe emetik) biasanya menyebabkan sindrom
muntah, yang muncul 1-6 jam setelah makan. Jenis toksin emetik yang dimiliki
oleh B. Cereus adalah preformed bebat-stable toxin, yang dihasilkan ketika spora
mengalami perkecambahan (germinasi), sedangkan toksin S. Aureus berupa
berdarah) tak ditangani, HUS (hemolytic uremic syndrome) akan terjadi sekitar 513 hari kemudian.
4. Masa inkubasi sangat lama (1-4 minggu)
Bakteri dengan masa inkubasi yang sangat lama meliputi Listeria monocytogenes
dan Brucella militansi. Organisme lain dengan masa inkubasi yang sangat lama
adalah golongan virus (hepatitis A), protozoa (toksoplasmosis), dan parasit (antara
lain giardiasis, amebiasis, dan kriptosporidiosis). Diare yang disebabkan oleh
listeriosis sesungguhnya berinkubasi dalam waktu kurang dari 48 jam, tetapi
penyebaran sistemiknya baru terjadi beberapa minggu kemudian.
Makanan yang hampir selalu terkait dengan keracunan makanan, antara lain telur
setengah matang (enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri), keluarga kerang,
jamur liar, ikan laut, masakan Cina (keracunan akibat MSG), daging hewan
(setengah matang atau hasil buruan), usus segar, keju, es krim, makanan kaleng,
makanan yang disimpan dalam wajan berkarat (tercemar oleh seng, timah atau
kadmium), dan buah segar (kemungkinan tercemar oleh pestisida). Selain itu,
tidak sedikit pula kegiatan yang memudahkan terjadinya keracunan. Contoh
kegiatan tersebut, antara lain pertanian dan perkebunan, kontak dengan hewan
peliharaan, kegiatan di panti (terutama tempat penitipan anak, dan panti jompo),
piknik (terutama di daerah pantai), perkemahan dan pesta.
1.5. Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
1.6. Manifestasi
1. Gejala yang paling menonjol meliputi :
a. Kelainan visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan :
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang :
a. Nausea, muntah-muntah
b. Kejang dan kram perut
c. Hipersalifa, hiperhidrosis
d. Fasikulasi otot
e. Bradikardi
4. Keracunan berat :
a. Diare
b. Reaksi cahaya negative
c. Sesak nafas, sianosis, edema paru
d. Inkontinensia urin dan feses
e. Kovulsi
f. Koma, blockade jantung akhirnya meninggal
1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan kegawatan
Walaupun tidak di jumpai adanya kegawatan, setiap kasus keracunan harus
diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap
tanda-tanda vital seperti jalan napas, sirkulasi, dan penurunan kesadaran harus
dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan napas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infuse
dextrose 5% kec 15-20 Us/menit, napas buatan, oksigen, hisap lendir dalam saluran
pernapasan. Hindari obat-obatan depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada
kegagalan napas berat. Hindari pernapasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun
organo fosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya di
lakukan melalui face mask atau menggunakan alat bag-valve-mask.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15-30 ml. dapat di ulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis, (intestinal lavage), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai
di usus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yag
kesadarannya menurun, atau pada penderita yag tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dapat dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas
rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan menggunakan sabun.
Emersis, katarsis, dan kumbah lambung sebaiknya hanya di lakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4-6 jam. Pada koma derajat sedang sehingga berat tindakan
6. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap dengan kulit sehingga
dekontaminasi melalu permukaan sangat diperlukan. Disamping itu dilakukan
dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya sedikit diabsorbsi,
biasanya hanya diberikan obat pencahar, obat peragsang muntah, dan bilas lambung.
Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan paraffin,
minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya. Upaya lain untuk
mengeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis
7. Terapi supportif, konsultasi, dan rehabilitasi
Terapi supportif, konsultasi dan rehabilitasi medic harus di lihat secara holistic dan
efektif dalam biaya.
8. Observasi dan konsultasi
9. Rehabilitasi
2. Kegawat Daruratan Akibat Gigitan binatang buas
2.1. Definisi
Hewan yang paling sering menggigit manusia adalah anjing. Kucing walaupun agak
jarang, kadang-kadang juga menggigit manusia. Gigitan kucing lebih berbahaya karena
banyak masuk kuman yang berasal dari mulut kucing, sehingga lebih sering
menimbulkan infeksi pada luka. Gigitan kucing, tikus, dan anjing sering mengandung
virus rabies. Di daerah kita beruang, babi, dan harimau masih banyak, sehingga sesekali
terjadi binatang itu menggigit manusia. Rabies adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus, ditularkan melalui air ludah gigitan hewan ke hewan lain ke manusia.
Hewan yang mengandung virus rabies bila menggigit atau menjilat luka goresan kulit
dapat menularkan penyakit gila anjing (rabies). Penyakit anjing gila tidak hanya terdapat
pada anjing saja. Ia juga dapat menghinggapi kucing, monyet, dan binatang berdarah
panas lainnya. Maka sebaiknya binatang yang menggigit segera di tangkap untuk segera
diketahui apakah ia menderita penyakit anjing gila atau tidak.
Binatang yang tidak terserang penyakit tersebut biasanya hanya menggigit apabila ia
merasa terancam atau digoda. Apabila ia menggigit secara kompulsif (tanpa diganggu
atau merasa terancam), ada kemungkinan bahwa ia menderita penyakit anjing gila. Masa
tunas penyakit anjing gila pada manusia cukup lama (10 hari sampai 2 tahun). Tetapi
pada binatang lebih kurang 2 hari kemudian tanda-tanda penyakit itu sudah nampak
2.2. Etiologi
2.3. Macam-macam
1. Gigitan binatang darat
a. Gigitan Anjing, Kucing, Kera, Tikus, dll
Bahaya rabies (penyakit anjing gila) tidak segera mengancam kecuali bila gigitan
terjadi di kepala atau di leher. Gigitan anjing biasanya lebih bersih
dibandingkan dengan gigitan binatang lainnya. Bekasnya tidak begitu dalam dan
mudah dibersihkan.Dapat menyebabkan luka memar yang hebat dan infeksi, serta
robekan dari jaringan.
Gigitan kucing dapat membawa akibat yang lebih serius. Bahaya infeksi jauh
lebih besar daripada gigitan anjing. Bekas gigitan kucing biasanya dalam dan
dapat mengenai urat-urat, atau masuk rongga sendi, terutama kalau di tangan.
Maka infeksi yang di timbulkannya akan lebih hebat.
Gigitan tikus dapat menjalarkan beberapa jenis penyakit, antara lain demam
tinggi. Orag Jepang mengatakannya demam sodoku.
b. Gigitan Arthropoda (laba-laba, tawon, kelabang)
Bahaya rabies (penyakit anjing gila) tidak segera mengancam kecuali bila gigitan
terjadi di kepala atau di leher. Gigitan anjing biasanya lebih bersih
dibandingkan dengan gigitan binatang lainnya. Bekasnya tidak begitu dalam dan
mudah dibersihkan. Dapat menyebabkan luka memar yang hebat dan infeksi, serta
robekan dari jaringan.
Gigitan kucing dapat membawa akibat yang lebih serius. Bahaya infeksi jauh
lebih besar daripada gigitan anjing. Bekas gigitan kucing biasanya dalam dan
dapat mengenai urat-urat, atau masuk rongga sendi, terutama kalau di tangan.
c. Gigitan kelelawar
Kelelawar dapat membawa kuman rabies. Oleh karena itu, jika digigit kelelawar
bahaya rabies juga harus dipikirkan.
d. Sengatan kalajengking
Binatang ini tergolong serangga yang mempunyai racun pada ujung ekornya.
Racun dimasukkan oleh ekor serangga ke kulit, sehingga pada saat itu juga, orang
yang disengat kalajengking atau lipan merasa kesakitan.
1.
Beberapa jam kemudian racun itu dierap dan masuk ke dalam darah,
sehingga menimbulkan.
2. Gigitan binatang air
a. Gigitan Trigonid
Terdapat di perairan laut dangkal. Biasanya penderita terkena sangat trigonid di
sebabkan menginjak atau bersentuhan dengan bahan dengan bahan dengan bagian
tubuh binatang tersebut
b. Gigitan Ubur-ubur
Kelompok hewan-hewan laut ini menimbulkan cedera dengan sengatan dari selsel penyengat dari alat-alat penangkap (tentakel- tentakel)-nya yang menyebabkan
rasa panas terbakar dan sedikit perdarahan ada kulit. Ubur-ubur ada banyak
jenisnya dan hidup di daerah tropis. Racun ubur-ubur di buat oleh beribu-ribu duri
halus yang terdapat di permukaan badannya. Bila duri halus itu di sentuh oleh
perenang di laut, ubur-ubur akan menyuntukkan racun melalui duri halus itu.
Kulit yang bersentuhan dengan duri ubur-ubur, akan merasa gatal bercampur
panas. Beberapa menit kemudian akan timbul urtikaria yang dapat berubah
menjadi (lepuh-lepuh visikel). Perasaan sakit biasanya akan hilang sendiri dalam
beberapa jam, tetapi dapat kambuh lagi beberapa hari kemudian
c. Gigitan Ikan Pari (Sting Ray)
Kelompok hewan-hewan laut ini menyuntikkan racunnya dengan menusukkan
duri-duri /jarum-jarumnya. Ikan pari termasuk klas Elasmobrachil mempunyai
tulang rawan. Jenis ikan pari yang terkenal adalah pari kembang, pari bendera,
pari pasir, dan pari burung.
Bentuk badannya pipih seperti cakram dengan ekor menyerupai cambuk. Pada
ekor itu terdapat satu atau lebih duri yang berbisa. Ikan ini hidup di sekitar pantai.
Ikan pari pasir biasanya berbaring di dasar laut dan tertimbun pasir atau lumpur.
Bila ada orang yang menginjak badan ikan pari, ekornya akan memecut sambil
memasukkan durinya. Orang yang terkena duri ikan pari dalam 10 menit merasa
sakit di sekitar tusukan itu. Makin lama perasaan sakit itu akan makin bertambah
hebat dan menjalar keseluruh anggota badan yang tertusuk.
Perasaan sakit biasanya berlangsung antara 6 48 jam, lalu berkurang. Luka yang
ditimbulakan berupa luka tusuk atau lasersi. Untuk mengeluarkan duri dalam
daging, biasanya diperlukan insisi. Setelah duri di keluarkan biasanya luka akan
membengkak, maka dari itu jangan dilihat langsung, cukup di kompres dengan
antiseptic (betadin). Bila peradangan telah tenang, barulah dilakukan penjahitan
sekunder.
d. Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)
Gurita tidak akan menggigit kecuali terinjak atau di ganggu. Gigitannya sangat
beracun dan seringkali menimbulakan kematian.
e. Gigitan Lintah
Ludah lintah mengandung zat anti pembekuan darah. Darah akan terus mengalir
keluar dan masuk ke perut lintah
f. Ikan Hiu
Ikan hiu, disamping dapat menggigit manusia, ada pula yang mengeluarkan racun.
Ikan hiu yang beracun mempunyai sirip di punggungnya.
Ikan hiu yang mengandung racun adalah born shark, memunyai sirip di punggung
yang berhubungan dengan kelenjar pembuat racun. Orang yang tertusuk sirip
beracun ikan hiu ini,
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi Gigitan pada Ular
Mangsa gigitan ular jenis Elapidae, biasanya akan mengalami pendarahan kesan
daripada luka yang berlaku pada saluran darah dan pencairan darah merah yang mana
darah sukar untuk membeku. Pendarahan akan merebak sertamerta dan biasanya akan
berterusan selama beberapa hari. Pendarahan pada gusi, muntah darah, ludah atau batuk
berdarah dan air kencing berdarah adalah kesan nyata bagi keracunan bisa ular jenis
Elapidae. Walaupun tragedi kematian adalah jarang, kehilangan darah yang banyak
akan mengancam nyawa mangsa. Ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid
paralysis. Ini biasanya berbahaya bila terjadi paralysis pada pernafasan. Biasanya tanda
tanda yang pertama kali di jumpai adalah pada saraf cranial seperti ptosis,
opthalmophlegia, progresif. Bila tidak mendapat anti venom akan terjadi kelemahan
anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasaya full paralysis akan memakan waktu
lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam setelah
gigitan. Beberapa Spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopathy. Tanda
tanda klinis yang dapat ditemui adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat
gigitan, venipunctur dari gusi, dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria,
haematomisis, melena dan batuk darah.
2.5. Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Edema paru
3. Gagal nafas
4. Kematian
2.6. Manifestasi
1. Gigitan binatang darat
a. Gigitan Anjing, Kucing, Kera, Tikus, dll
1) Sakit kepala
2) Demam
3) Kejang-kejang
4) Kemungkinan rabies
b. Gigitan Arthropoda (laba-laba, tawon, kelabang)
1) Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan
2) Gatal-gatal
3) Nyeri dan terasa panas
4) Demam, menggigil, kadang disertai sulit tidur
5) Dapat terjadi syok
c. Gigitan kelelawar
d. Sengatan kalajengking
1) Gelisah
2) Mual
3) Muntah
4) Haus
5) Sakit perut
2. Gigitan binatang air
a. Gigitan Trigonid
1) Timbul rasa nyeri dalam waktu 90 menit
2) Rasa panas di daerah gigitan
3) Pusing bahkan terkadang sampai tidak sadar (pingsan)
b. Gigitan ubur-ubur
1) Rasa panas dan terbakar serta sedikit perdarahan pada kulit
2) Urtikaria
3) Mual
4) Muntah
5) Kejang otot
6) Syok
7) Kesulitan bernafas
8) Keluar air mata terus menerus
9) Mata menjadi merah bengkak, pupil melebar
c. Gigitan Ikan Pari (Sting Ray)
1) Pembengkakan
2) Mual, muntah, diare
3) Tekanan darah menurun
4) Berkeringat
5) Jantung berdenyut tidak teratur
6) Kadang-kadang bisa menimbulkan kematian
7) Kejang-kejang bahka disertai kelumpuhan otot
d. Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)
1) Kegagalan nafas secara progresif terjadi dalam 10-15 menit
2) Luka bekas gigitan kecil, tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
d. Sengatan kalajengking
Bila kalajengking menyengat anak-anak, dapat menimbulkan kematian, yamg di
dahului dengan sesak napas, sianosis, kelumpuhan, kejang-kejang, syok,
mengigau, dan pingsan. Akibat sengatan kalajengking pada orang dewasa
biasanya tidak begitu hebat. Pengobatannya hanya simtomatis. Pada luka bekas
gigitan di beri kompres ammonia, bikarbonas natrikus atau kalamin lasio. Bila ada
kejag-kejang, di beri sedative, misalnya valium atau luminal
2. Gigitan binatang air
a. Gigitan Trigonid
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Tenangkan penderita
4) Cabut duri yang menusuk.
5) Rendam bagian yang tergigit dalam air hangat.
6) Bersihkan luka dan imobilisasi daerah luka
b. Gigitan ubur-ubur
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel-tentakel dengan handuk
basah.
4) Cuci luka dengan larutan Aromatic Ammonia Spirit atau alcohol 70%
5) Berikan 10 ml larutan Na Glukonat.
6) Asang tourniket dan berikan antidote Sea Wasp Antivenome (SWA) bila ada
Bawa segera ke rumah sakit
c. Gigitan Ikan Pari (Sting Ray)
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).\
3) Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selam 30-60 menit. Cara ini
efektif untuk me-nonaktifkan racun yang tidak panas
4) Bawa segera ke rumah sakit
d. Gigitan Gurita (Blue Ringed Octopus)
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Tenangkan penderita
4) Bersihkan/cuci luka bekas gigitan dengan air hangat
5) Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cidera
6) Monitor tanda-tanda vital
7) Lakukan RJP jika diperlukan
e. Gigitan lintah
1) Dengan hati-hati lepaskanlah lintah dari tempat ia menggigit.
2) Menyiram minyak atau air tembakau ke tubuh lintah, akan membantu
mempercepat usaha melepaskan gigitan lintah.
3.3. Macam-macam
3.4. Patofisiologi
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat
gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun
tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap
antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin.
Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan
melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme
imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Reaksi immediate
Merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi
sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau
sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma
endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin
yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim Hyaluronidase yang juga
ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat
penyebaran dari racun tersebut.
2. Reaksi delayed
3.5. Komplikasi
3.6. Manifestasi
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia, yang
memberikan respon yang berbeda pada masing-masing individu, reaksi yang timbul
dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa
papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap, biasa
disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada
kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau hanya muncul
terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal
disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami
ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat
muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang
terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita masing-masing. Infeksi
sekunder adalah merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai folikulitis,
selulitis atau limfangitis.
Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul terjadinya
suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok biasanya
disebabkan akibat sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak menutup
kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan mengakibatkan
pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan munculnya bercak-bercak yang
terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh permukaan badan. Prevalensi terjadinya
reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira 0,4%, ada 40 kematian setiap
tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai 60 menit setelah
sengatan. Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya syok dan
kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian nantinya. sehingga diperlukan
penanganan yang cepat terhadap reaksi ini.
3.7. Penatalaksanaan
Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya
infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal
sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat membantu
untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral seperti
diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal. Steroid topikal dapat
digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan. Infeksi
sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun oral, dan dapat juga
dikompres dengan larutan kalium permanganat. Jika terjadi reaksi berat dengan gejala
sistemik, lakukan pemasangan tourniket proksimal dari tempat gigitan dan dapat
diberikan pengenceran Epinefrin 1 : 1000 dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB diberikan
secara subkutan dan jika diperlukan dapat diulang sekali atau dua kali dalam interval
waktu 20 menit.
Epinefrin dapat juga diberikan intramuskuler jika syok lebih berat. Dan jika
pasien mengalami hipotensi injeksi intravena 1 : 10.000 dapat dipertimbangkan. Untuk
gatal dapat diberikan injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau
difenhidramin 50 mg. Pasien dengan reaksi berat danjurkan untuk beristirahat dan dapat
diberikan kortikosteroid sistemik.
BAB 3
APLIKASI TEORI (KASUS)
A. Aplikasi Kasus semu
An.A berusia 14 tahun, pada tanggal 22 Maret 2016 di bawa oleh ibunya ke RSUA,
ibunya bercerita bahwa sepulang sekolah An.A membeli jajanan di depan sekolah,
setelah makan jajanan tersebut An.A mengeluh mules dan sakit perut kemudian
diberi minyak kayu putih tapi tidak ada perubahan, An.A muntah disertai diare,
pusing, sesak napas dan selang beberapa saat dia tidak sadarkan diri, pada saat
perjalanan menuju ke RS An.A sempat mengalami kejang
Pemeriksaan Fisik :
TD : 130/90 mmHg, Nadi : 100x/menit, Suhu : 36C, RR : 26x/menit BB 45 kg.
Kondisi An.A lelah, lemas, kulit berkeringat, gelisah, pucat, hipersaliva, akral
dingin, bibir sianosis, pucat dan CRT > 2 detik.
1. Identitas
2. Identitas Pasien
Identitas Penanggung Jawab
Nama
: An. A
Nama
: Ny. X
Umur
: 14 Tahun
Umur
: 28 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jenis Kelamin
Perempuan
Suku
: Jawa
Suku
Agama
: Islam
Agama
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
Alamat
: Jawa
: Islam
: SMK
: Jl. Sudirman
: Jl. Sudirman
An.A berusia 14 tahun, pada tanggal 22 Maret 2016 di bawa oleh ibunya ke RSUA,
ibunya bercerita bahwa sepulang sekolah An.A membeli jajanan di depan sekolah,
setelah makan jajanan tersebut An.A mengeluh mules dan sakit perut kemudian
diberi minyak kayu putih tapi tidak ada perubahan, An.A muntah disertai diare,
pusing, dan selang beberapa saat dia tidak sadarkan diri, pada saat perjalanan
menuju ke RS An.A sempat mengalami kejang
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat
penyakit ataupun diopname di RS,
No.
: 14 tahun Diagnosa
24.
28.
29.
Data
25.
Etiologi
26.
Masalah
Keperawatan
DS :
Ibu
mengatakan
An.A mengeluh
mules,
sakit
perut, muntah
27.
1
dan diare
30.
31.
DO :
32.
diare
tanpa
sadari,
khas,
33.
muntah
di
bau
warna
Mual dan
34.
Kekurangan
Volume cairan
36.
37.
DS :
ibu
mengatakan
An.A
35.
2
41.
mengalami
energy dan
sesak napas
38.
39.
DO :
40.
Nafas
tidak
42.
Penurunan
kelelahan
Ketidakefektifan pola
nafas
teratur,
RR : 26x/menit
44.
DS :
45.
Ibu
mengatakan
An.A
mengalami
muntah setelah
makan jajanan
sekolah
43.
3
saat
pulang sekolah
46.
47.
DO :
48.
klien
51.
50.
Anoreksia
Ketidakseimba
muntah setelah
makan
49.
klien
mengalami
gangguan
kesulitan
52.
4
menelan
53.
DS :
54.
klien
tidak sadarkan
diri
55.
56.
DO :
Hipoventilasi
60.
Gangguan
perfusi jaringan
57.
bibir
sianosis
58.
akral
dingin
59.
CRT > 2
detik
Nama Klien
Register : 081916
62.
Umur
: An. A
No.
: 14 tahun Diagnosa
Di
agnosa
No Keperawat
68.
Tujuan dan
Kriteria Hasil
an
71. 72.
1
Ke
Setelah
69.
Interve
nsi
70.
Rasional
Keperawatan
1. kaji
1. untuk
tidakefekt dilakukan
dan
mendete
catat
ksi
status
tanda-
penuruna
kepada
klien
pernap
tanda
n energy selama
3x24
asan
awal
dan
setidak
ganggua
kelelahan
terkontrol
nya
n.
dengan
hasil
kriteria
setiap
sebagai
4 jam
2. bantu
berikut :
klien
hkan
klien
berada
mempunyai
bernapa
di
dan
s
3. tindaka
posisi
irama
pernapasan
dalam
memuda
klien
akan
kecepatan
2. untuk
batas
normal
73.
yang
nyama
untuk
n dan
memper
memu
lancar
ngkink
pernapa
an
san
ekspan
untuk
si dada
menghin
maksi
dari
mal
3. berika
n
ini
keletiha
n
75.
kesem
patan
klien
untuk
istirah
at
pada
saat
tindak
an
74.
76. 77.
2
Ke
kurangan
78.
Setelah
dilakukan tindakan
1. Kaji
tanda-
1. Takikar
dia,
volume
tanda
hipotens
vital
i,
klien
dispnea,
muntah
akan
teratasi
setiap
atau
dengan
criteria
4 jam
demam
hasil :
1. Pasien akan
sekali
2. Kaji
memiliki
membr
keseimbang
ane
an
mukos
asupan
dapat
mengind
ikasikan
deficit
volume
dan
haluaran
mulut
yang
baik
klien
ne
dalam 2x24
pada
mukosa
setiap
yang
kali
kering
pergan
merupa
tian
kan
jam.
2. Pasien akan
menampilka
n
hidrasi
yang
baik
(membrane
jaga
3. Berika
mukosa
n dan
lembap)
pantau
cairan
parent
eral
cairan
2. Membra
salah
satu
tanda
adanya
dehidras
i
3. Untuk
pasien,
mengem
sesuai
balikan
anjura
kehilang
n
4. Ajarka
n klien
cara
an
cairan
klien
4. Tindaka
mempe
ini
rtahan
dapat
kan
mendor
asupan
ong
cairan
partisip
yang
asi klien
benar,
dan
termas
pemberi
uk
asuhan
mencat
dalam
at
keperaw
berat
atan dan
badan
meningk
setiap
atkan
hari,
control
mengu
klien
kur
asupan
dan
haluar
an,
menge
nali
tandatanda
dehidr
Setelah
asi
1. pantau
ngguan
dilakukan tindakan
TTV
dapat
perfusi
pada
menyeb
jaringan
gangguan
setiap
abkan
79. 80.
3
Ga
81.
perfusi
1. hal
ini
b.d
4 jam
penurun
hipoventil
teratasi
dengan
sekali,
an
asi
criteria hasil :
82.
menunjukka
lapork
curah
an bila
jantung
nadi
yang
cepat
mengaki
dan
batkan
tidak
penurun
integritas
teratur
2. kaji
adanya
warna,
sianosis
suhu,
pada bibir
2. akral teraba
hangat
an
perfusi
jaringan
2. penurun
dan
an
tekstur
perfusi
kulit
mengaki
klien
batkan
minim
bercak;
al
kulit
setiap
juga
4 jam
menjadi
sekali.
lebih
83.
dingin
dan
tekstur
kulit
84. 85.
4
Ke
86.
Setelah
1. beri
berubah
1. untuk
tidakseim
dilakukan tindakan
kesem
memban
bangan
patan
tu
nutrisi
ketidakseimbangan
klien
mengkaj
kurang
untuk
dari
kebutuhan
mendis
penyeba
tubuh
kebutuha
n
tubuh dengan
b.d
anoreksia
criteria
hasil :
87.
Pasien akan
mempertahankan
kusika
ganggua
alasan
tidak
n makan
2. untuk
mengkaj
makan
2. observ
asi dan
yang
batas normal
catat
dikonsu
asupan
msi dan
klien
3. ciptak
an
lingku
ngan
yang
i zat gizi
supleme
n
yang
di
perluka
n
3. untuk
menye
meningk
nangk
atkan
an
nafsu
pada
makan
waktu
makan
4. tawark
klien
4. makana
n
an
tersebut
suplem
dapat
en
mencega
tinggi
protein
kerusak
dan
an
tinggi
protein
kalori
tubuh
dan
member
ikan
kalori
energi
88.
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
89. CATATAN PERKEMBANGAN
90.
Nama Klien
: An. A
Register : 081916
91.
Umur
No.
: 14 tahun Diagnosa
96.
nggal
osa
101. 102.
1
Ta
Maret
2016
23
97.
Jam
103.
08.00
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
09.00
111.
112.
113.
114.
09.30
115.
98.
Implementas
99.
Eval
uasi
1. Mengkaji
116.
23
dan
Maret
mencatat
2016/14.00
117.
118. S :
119. ibu
status
pernapasan
mengatakan
klien masih
merasakan
di
sesak
posisi yang 120.
121. O :
nyaman
122. RR :
dengan
24x/menit
memberika 123. A :
124. Tuju
n
posisi
100.
TD
128.
fowler pada an
klien
3. memberika
n
kesempatan
tercapai
125. P :
126. Inter
vensi
dilanjutkan
1. kaji dan
kepada
klien untuk
istirahat
pada
belum
saat
perawat
melakukan
tindakan
catat
status
pernapa
san
setidakn
ya setiap
4 jam
2. bantu
klien
berada
di posisi
yang
nyaman
dan
memung
kinkan
ekspansi
dada
maksim
al
3. berikan
kesempa
tan klien
untuk
istirahat
pada
saat
tindaka
129. 130.
2
Maret
2016
23
131.
1. mengkaji
09.45
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
tanda-
10.00
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
10.30
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
11.00
n
127.
153. 23
Maret
an
asupan
tercapai
163.
164. P :
165. Inter
cairan
belum
vensi
dilanjutkan
1. Kaji
166.
tandatanda
vital
klien
setiap
jam
sekali
2. Kaji
membra
ne
mukosa
mulut
klien
pada
setiap
kali
pergantia
n jaga
3. Berikan
dan
pantau
cairan
parenter
al pasien,
sesuai
anjuran
4. Ajarkan
klien
cara
mempert
ahankan
asupan
cairan
yang
benar,
termasuk
mencatat
berat
badan
setiap
hari,
menguku
r asupan
dan
haluaran
,
mengenal
i
tanda-
tanda
167. 168.
3
Maret
2016
23
169.
1. mengkaji
11.20
170.
171.
172.
173.
174.
TTV
11.45
dehidrasi
175. 23
pada Maret
190.
180.
181.
O:
bibir
sianosis
182. akral
dingin
183. CRT
> 2 detik
184.
185. A :
186. Tuju
an
belum
tercapai
187.
188. P :
189. Inter
vensi
di
lanjutkan
1. pantau
TTV
pada
setiap 4
jam
sekali,
laporka
n
bila
nadi
cepat
dan
tidak
teratur
2. kaji
warna,
suhu,
dan
tekstur
kulit
klien
minimal
setiap 4
jam
4
23 Maret
11.50
2016
1. memberika
n
sekali.
23
Maret
2016/ 16.00
kesempata
n
kepada S :
klien
mengatakan
alasan jika
An.A
mengenai
terkadang
mengapa
masih reflek
dan
mencatat
muntah
sudah
menjadi
jarang
asupan
klien
3. menciptak
an
lingkungan
yang
nyaman
13.20
O:
klien
mengalami
kesulitan
menelan
untuk
makan
klien
4. menawark
an
A:
Tujuan
belum
tercapai
suplemen
tinggi
P:
dilanjutkan
kalori
1. beri
kepada
kesempat
klien agar
an klien
membantu
untuk
meningkat
mendisk
kan
usikan
nafsu
makan
alasan
klien
tidak
makan
2. observasi
dan catat
asupan
klien
3. ciptakan
lingkung
an
yang
menyena
ngkan
pada
waktu
makan
4. tawarkan
suplemen
tinggi
protein
dan
tinggi
kalori
Hari Kedua
N
o
Tangga
x
1
Jam
24
07.1
Maret
2016
Implementasi
TT
Evaluasi
1. Mengkaji
dan 24
Maret
07.4
5
jam S :
sekali
Ibu
An.A
2. membantu klien
mengatakan sesak
berada di posisi
pada An.A sedikit
yang
nyaman
berkurang
dengan
memberikan
posisi
O:
fowler
RR : 22x/menit
pada klien
3. memberikan
A:
kesempatan
kepada
untuk
klien
istirahat
pada
perawat
melakukan
tindakan
08.2
0
Tujuan
belum
tercapai
saat
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. kaji
catat
dan
status
pernapasan
setidaknya
setiap 4 jam
2. bantu klien
berada
di
posisi
yang
nyaman dan
memungkink
an
ekspansi
dada
maksimal
3. berikan
kesempatan
klien
untuk
istirahat
pada
2
24
08.2
Maret
2016
tindakan
1. mengkaji tanda- 24
Maret
tanda vital klien 2016/14.30
setiap
jam
sekali
2. mengkaji
S:
Ibu
membrane
mukosa
setiap
klien
mengatakan klien
klien
kali
peergantian shift
09.1
saat
masih merasakan
mules,
mual
namun
sudah
jaga
berkurang tetapi
3. memberikan dan
terkadang masih
memantau
muntah
cairan
parenteral klien
4. mengajarkan
klien
O:
mempertahanka
diare
n asupan cairan
disadari
tanpa
oleh
09.4
klien
5
A:
Tujuan
belum
tercapai
P:
10.0
Intervensi
di
lanjutkan
dan
penambahan
intervensi
1. Kaji
tanda-
tanda
vital
klien setiap 4
jam sekali
2. Kaji
membrane
mukosa
mulut
klien
pada
setiap
kali
pergantian
jaga
3. Berikan dan
pantau
cairan
parenteral
pasien, sesuai
anjuran
4. Ajarkan
klien
cara
mempertaha
nkan asupan
cairan
yang
benar,
termasuk
mencatat
berat badan
setiap
hari,
mengukur
asupan
dan
haluaran,
mengenali
tanda-tanda
dehidrasi
5. berikan obat
mengurangi
diare
3
24
10.1
Maret
2016
1. mengkaji
pada
TTV 24
setiap
4 2016/15.00
jam sekali
2. mengkaji warna
suhu
10.4
5
tekstur
Maret
S:
Ibu
klien
mengatakan jika
klien
masih
setengah
sadar
berbicara
banyak
O:
bibir sedikit tidak
membiru
akral
masih
belum
tercapai
P:
Intervensi
di
lanjutkan
1. pantau TTV
pada setiap 4
jam
sekali,
laporkan bila
nadi
cepat
dan
tidak
teratur
2. kaji warna,
suhu,
dan
tekstur kulit
klien
minimal
setiap 4 jam
sekali.
4
24
11.0
Maret
2016
1. memberikan
kesempatan
kepada
11.3
24
Maret
2016/15.30
klien
untuk
S:
memberikan
Ibu
Klien
mengapa
tidak sudah
nafsu makan
2. mengobservasi
dan
mencatat
asupan klien
3. menciptakan
12.0
0
untuk muntah
O:
klien mengalami
lingkungan yang
nyaman
jarang
kesulitan menelan
untuk
A:
makan klien
4. menawarkan
Tujuan
belum
dan
kalori P :
klien Intervensi
di
nafsu
klien
makan
1. beri
kesempatan
klien
untuk
mendiskusik
an
alasan
tidak makan
2. observasi dan
catat asupan
klien
3. ciptakan
lingkungan
yang
menyenangka
n pada waktu
makan
4. tawarkan
suplemen
tinggi protein
dan
tinggi
kalori
Hari Ketiga
N
o
D
Tanggal
Jam
25
07.1
Maret
Implementasi
Evaluasi
2016
1. Mengkaji
dan
mencatat 25
posisi
fowler
kesempatan
Maret
pada
saat
perawat
S:
Ibu
An.A
mengataka
n
sesak
pada An.A
berkurang
melakukan tindakan
O:
RR
20x/menit
A:
Tujuan
tercapai
P:
08.2
2
Intervensi
25
0
08.2
dihentikan
1. mengkaji tanda-tanda vital 25 Maret
Maret
2016
S:
09.1
shift jaga
Ibu klien
3. memberikan dan memantau
mengataka
cairan parenteral klien
n
klien
4. mengajarkan klien untuk
sudah tidak
mempertahankan
asupan
diare
cairan
O:
A:
Tujuan
tercapai
P:
Intervensi
09.4
di hentikan
10.0
0
3
25
10.1
Maret
2016
1. mengkaji
TTV 25
suhu
Maret
jam sekali
S:
Ibu
klien
mengataka
n jika klien
sudah
mulai bisa
di
ajak
bicara
O:
CRT
<2
detik
A:
Tujuan
tercapai
P:
Intervensi
4
25
11.0
Maret
2016
di hentikan
1. memberikan kesempatan 25 Maret
kepada
klien
memberikan
untuk 2016/15.30
alasan
nafsu makan
2. mengobservasi
Ibu
Klien
dan
mengataka
mencatat asupan klien
n
An.A
3. menciptakan lingkungan
sudah tidak
yang
nyaman
untuk
muntah
makan klien
4. menawarkan
suplemen
tinggi protein dan tinggi O :
kalori kepada klien agar sudah tidak
membantu meningkatkan mengalami
12.0
0
kesulitan
menelan
A:
Tujuan
tercapai
P:
Intervensi
12.3
0
di hentikan
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada An A dengan
diagnose keperawatan intoksikasi makanan. Adapun ruang lingkup dari
pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai
dari
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan
(intervensi),
pengkajian
yang
dilakukan
pada
An.A
dengan
: 26x/menit (tinggi), S
360
B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang muncul adalah
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energy dan
kelelahan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi
Prioritas diagnose An.A adalah :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energy dan
kelelahan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Alasan
sesak
napas
hingga
penghitungan
pernapasan
klien
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data
terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah
keperawatan.
Perencanaan
disusun
berdasarkan
prioritas
pendek,
harus
jelas,
dapat
diukur
dan
realistis.
dan
kelelahan
pada
dasarnya
untuk
meminimalkan
melakukan
asuhan
keperawatan
sudah
tercapai
sepenuhnya,
keperawatan,
menilai,
meningkatkan
mutu
asuhan
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. (Smeltzer, Suzanna,
2002).
Sengatan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga
yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda
penyerang.
Hewan yang paling sering menggigit manusia adalah anjing. Kucing
walaupun agak jarang, kadang-kadang juga menggigit manusia. Gigitan kucing
lebih berbahaya karena banyak masuk kuman yang berasal dari mulut kucing,
sehingga lebih sering menimbulkan infeksi pada luka. Gigitan kucing, tikus, dan
anjing sering mengandung virus rabies. Di daerah kita beruang, babi, dan harimau
masih banyak, sehingga sesekali terjadi binatang itu menggigit manusia. Rabies
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus, ditularkan melalui air ludah
gigitan hewan ke hewan lain ke manusia.
B. Saran
Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala keracunan
makanan untuk segera mendapat penanganan. Semoga untuk
ke
depan
dapat
ditingkatkan
kesehatan
sehingga
dapat