Anda di halaman 1dari 14

KERACUNAN

DEFINISI KERACUNAN

Keracunan adalah kondisi yang disebabkan oleh menelan, mencium, menyentuh, atau
menyuntikkan berbagai macam obat, bahan kimia, racun, atau gas. Keracunan bukan hanya
membahayakan kesehatan, tapi juga bisa menyebabkan kematian. Keracunan berarti bahwa
suatu zat kimia telah mengganggu proses fisiologis, sehingga keadaan badan organisme itu
tidak lagi dalam keadaan sehat. Dengan perkataan lain organisme itu menjadi sakit.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke
dalam tubuh dapat mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru paru, hati, ginjal dan
lainnya (ENA, 2018).

Definisi Keracunan Makanan


Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan
kedalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya
yang menimbulkan tanda dan gejala klinis. Keracunan makanan adalah kondisi yang ditandai
dengan munculnya mual, muntah, atau diare setelah mengonsumsi makanan yang telah
terkontaminasi. Kontaminasi tersebut dapat disebabkan oleh kuman atau racun yang masuk ke
dalam makanan. Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang
ikut tertelan bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-gejala
terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera setelah
menelan bahan beracun itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun.
Keracunan makanan merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan
kematian. Menurut data World Health Organization (WHO), ada dua juta orang meninggal
tiap tahun akibat keracunan makanan dan minuman. Di Indonesia, sekitar 200 kasus
keracunan makanan terjadi tiap tahunnya (WHO,2016). Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) mencatat di Indonesia kurun waktu 2011 dan 2015, produk makanan yang tidak
sesuai dengan standar yang ditetapkan meningkat sekitar 35 persen. Di antaranya sejumlah
zat berbahaya yang digunakan sebagai zat adiktif untuk makanan dan adanya kontaminasi
mikrobial. Pada tahun 2013 sampai 2015, laporan tentang keracunan makanan yang serius
meningkat dari 48 menjadi 61 kasus di 34 provinsi (BPOM RI , 2015). Seseorang dicurigai
menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
Definisi Keracunan Bahan Berbahaya Rumah Tangga
Keracunan merupakan masuknya suatu racun ke dalam tubuh disebabkan oleh menelan,
mencium, menyentuh, atau menyuntikkan berbagai macam obat, bahan kimia, racun, atau gas
yang mengganggu fungsi organ dan dapat menimbulkan kematian. Keracunan bisa
disebabkan oleh bahan kimia yang ada di rumah tangga. Bahan kimia beracun didalam rumah
setiap saat dapat mengancam keselamatan kita terutama anak-anak. Bahan kimia tersebut
dapat berupa oli, bensin, air aki di garasi, cuka dan minyak tanah di dapur, racun serangga
dikamar, obat-obatan di lemari obat. Seringkali terjadi keracunan pada anak-anak akibat
kecerobohan dalam menyimpan bahan akan berakibat fatal karena keingintahuan anak-anak
untuk mengambil dan mencicipi atau menelan. Kecerobohan ini tidak hanya terjadi pada
waktu penyimpanan, tetapi juga karena menggunakan wadah yang seharusnya tidak
digunakan sebagai wadah bahan kimia beracun (ENA, 2018).
Kasus keracunan bahan kimia beracun ini sering menimpa anak-anak, terutama balita
karena nalurinya untuk meminum dan makan sesuatu cairan atau benda dan belum mengerti
untuk membedakan mana yang beracun dan mana yang tidak beracun. Disamping pada umur-
umur tersebut, anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang ada di
sekelilingnya. Kadangkala keracunan disebabkan oleh label yang kurang jelas atau label
dengan bahasa asing yang tidak semua orang dapat mengerti maksudnya apalagi anak-anak.
Maka dari itu perlu berhati-hati dalam menyimpan maupun menggunakan bahan kimia yang
biasa digunakan atau disimpan di rumah tangga. Jenis jenis bahan kimia yang biasa disimpan
dalam rumah tangga adalah sprirtus, asam cuka, air aki, aseton (penghapus cat kuku), kapur
serangga, bensin, pestisida, deterjen, kamper kaporit, karbol, oli, obat-obatan, dan lain lain.
Kebanyakan pasien yang mengalami keracunan tidak mempunyai masalah yang serius,
namun keracunan bisa menimbulkan angka kesakitan pada korban (ENA, 2018).
KLASIFIKASI KERACUNAN
Keracunan makanan

1. Jamur
Tanaman jamur yang mengandung mycotoxin tampak dari luarnya mirip
sekali dengan jenis- jenis yang tidak mengandung toksin dan beracun, jika dimakan
mentah ataupun dimasak. Maka penting sekali agar membeli jamur hanya dari sumber
yang dapat diandalkan.
2. Kentang Hijau
Ini mengandung solanin yang bisa menimbulkan sakit atau kematian jika
dimakan dalam jumlah besar. Kentang yang hijau harus senantiasa dibuang.
3. Hidangan hasil laut
Beberapa bahan makanan hasil laut mangandung racun atau logam-logam
berat. Termasuk dalam ini tiram, kerang dan segolongan ikan. Maka penting sekali
bahwa penyediaan bahan makanan hasil laut akan diperoleh dari sumber -sumber
yang terpercaya.
4. Keracunan ketela pohon
5. Keracunan jengkol
Keracunan bahan berbahaya rumah tangga

1. Keracunan spiritus/metanol
Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan
sebagai pelarut di industri.
2. Keracunan asam cuka, air keras
3. Keracunan aseton
4. Keracunan bensin, minyak tanah
5. Keracunan insektisida 
Merupakan kondisi yang terjadi ketika racun serangga tertelan, terhirup, atau
terserap ke dalam kulit dalam jumlah banyak. Kondisi ini tergolong berbahaya, dan
harus segera mendapat penanganan medis. Insektisida merupakan salah satu jenis
pestisida yang khusus diperuntukkan sebagai pembasmi serangga.
6. Keracunan kamper
Adalah bahan utama yang ditemukan di kapur barus tradisional, dan sebagian
baunya terdiri dari tar
7. Keracunan kaporit
Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air.

8. Keracunan karbol
Karbol adalah cairan pembersih non-detergenik (tidak mengandung deterjen)
dan desinfektan yang memiliki wangi tertentu.
9. Keracunan terpetin
Terpenting adalah cairan lengket berwarna kuning muda hingga coklat yang
diperoleh dari olahan getah berbagai pohon pinus.
10. Keracunan obat-obatan
11. Keracunan hidrokarbon
Keracunan hidrokarbon merupakan jenis keracunan yang disebabkan karena
mengonsumsi atau inhalasi senyawa hidrokarbon yang disengaja dengan dampak
gangguan fungsi organ tubuh.
12. Botulisme
Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan oleh racun dari
bakteri Clostridium botulinum. Racun yang dihasilkan bakteri ini dikenal sebagai
salah satu racun paling kuat. Oleh karena itu, walaupun tergolong jarang, botulisme
termasuk kondisi serius yang mengancam nyawa. Botulisme disebabkan oleh racun
dari bakteri Clostridium botulinum, yang dapat ditemukan di tanah, debu, sungai,
serta dasar laut. Sebenarnya, bakteri ini tidak berbahaya bila berada di kondisi
lingkungan yang normal. Tetapi, bakteri tersebut akan melepaskan racun ketika
kekurangan oksigen. Misalnya, bila berada di dalam lumpur dan tanah yang tidak
bergerak, di kaleng tertutup, botol, atau di dalam tubuh manusia.
13. Keracunan carbamate (baygon)
14. Organofosfat
Toksisitas berbagai senyawa berbeda-beda, dan mula kerjanya mungkin
tertunda pada pemaparan melalui kulit. Ansietas, gelisah, pusing, sakit kepala, miosis,
mual, hipersalivasi, muntah, kolik abdomen, diare, bradikardia, dan berkeringat
adalah gejala umum keracunan organofosfat.

TANDA DAN GEJALA KERACUNAN


Gejala kllinis yang timbul akibat keracunan dapat bervariasi mulai dari yang sangat
ringan sampai reaksi yang sangat berat sehingga menyebabkan kematian. Gejala keracunan
biasanya timbul secara mendadak dengan gejala-gejala pusing, mual, muntah, kesadaran
menurun dan kejang (cramp) perut/usus, kadang-kadang disertai dengan kejang otot serta
tanda-tanda lain yang khas tergantung jenis racunnya.

Waktu timbulnya gejala dapat diamati dengan bervariasi, hal ini sering dihubungkan
dengan penyebab keracunan oleh mikroba maupun keracunan karena zat kimia yang toksik.
Pada umumnya keracunan oleh zat kimia termasuk toksin akan lebih cepat nampak jika
dibandingkan dengan keracunan oleh mikroba. Sebagai contoh gejala-gejala yang timbul
akibat keracunan yang disebabkan oleh mikroba seperti Salmonella, Clostridium perfingens,
Vibro parahaemolitycus, galur dari Escerichia coli yang enteroparogenik dan spesies
Shigella pada umumnya timbul setelah masa inkubasi 12-74 jam dan ditandai oleh gangguan
pada perut bagian bawah (abdominal pains), pusing (nausea), berak-berak (diarrhea),
muntah-muntah (vomiting) demam dan sakit kepala.

Sedangkan antara gejala-gejala yang timbul akibat termakannya racun (zat kimia)
yang dihasilkan lebih dulu oleh pertumbuhan mikroorganise (Staphylococus aureus) dalam
makanan dapat mengakibatkan pegaruh pada manusia dengan timbulnya gejala-gejala yang
dapat terlihat antara 2-4 jam dan sering ditandai muntah-muntah ringan, berak-berak serta
pusing. Gejala dan masa inkubasi pada keracunan yang disebabkan oleh mikroba meupun zat
kimi toksik dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan untuk memilih parameter uji
yang akan dilakukan (Michael Elistam, M. E. 2019).

PATOFISIOLOGI KERACUNAN

PATOFISIOLOGI KERACUNAN MAKANAN


Patofisiologi keracunan makanan dibagi berdasarkan mekanisme yang mendasarinya dan
patogennya. Secara umum, patofisiologi dapat dibagi menjadi toksin dan nontoksin, patogen
pada usus halus dan usus besar, patogen invasif dan noninvasif.
a. Toksin dan Nontoksin
Beberapa patogen yang menyebabkan keracunan makanan menghasilkan toksin yang
menyebabkan manifestasi keracunan. Toksin ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu
toksin yang dihasilkan sebelum ditelan dan toksin yang dihasilkan setelah tertelan.
Toksin yang dihasilkan di makanan atau sebelum tertelan umumnya menimbulkan
gejala yang lebih cepat, yaitu sekitar 2–12 jam. Toksin ini dapat menyerang sistem
gastrointestinal atau sistem saraf pusat. Beberapa patogen yang menghasilkan toksin
di luar tubuh adalah Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium
botulinum, dan Clostridium perfringens. Umumnya gejala akan menghilang dengan
cepat kecuali pada kasus Clostridium botulinum.
Toxin yang diproduksi di dalam tubuh atau terbentuk setelah tertelan memiliki masa
inkubasi yang lebih lama yaitu 24 jam atau lebih. Manifestasi yang dihasilkan dapat
berupa diare, baik berdarah maupun tidak. Contoh patogen yang menghasilkan toksin
dalam tubuh adalah Escherichia coli.Patogen yang tidak memproduksi toksin akan
merusak sel epitel saluran pencernaan dan dapat menginvasi melewati sawar di
intestinal. Hal ini dapat menyebabkan diare terus menerus, diare inflamatori, atau
infeksi sistemik. Contoh patogen yang tidak memproduksi toksin
adalah Cryptosporidium, Shigella, Salmonella, Listeria monocytogenes dan virus.
b. Lokasi Patogen (Usus Halus dan Usus Besar)
Patogen dapat berada di usus halus maupun usus besar. Patogen di usus halus akan
mengganggu sekresi dan absorpsi sehingga diare yang timbul biasanya dalam jumlah
banyak dan sangat berair. Diare dalam jumlah banyak ini dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit atau asam basa. Usus besar memiliki fungsi sekresi dan
absorpsi yang lebih sedikit dibandingkan usus halus sehingga diare tidak profus,
namun sering mengandug mukus atau darah.
c. Patogen Invasif dan Noninvasif
Patogen yang bersifat invasif akan menyebabkan diare inflamatori. Proses invasi ini
melalui kerusakan sel epitel saluran pencernaan, baik yang dirusak secara langsung,
maupun kerusakan oleh sitotoksin. Manifestasi yang timbul biasanya adalah diare
berdarah. Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan sel darah putih. Untuk patogen
yang tidak menginvasi, epitel saluran pencernaan akan mengalami iritasi dan timbul
diare yang berair tanpa adanya sel darah putih pada pemeriksaan feses.
PENANGANAN
Keracunan Kepiting, Udang, dan Ikan Laut
Beberapa tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi sebagai berikut :
1. Mengusahakan memuntahkan isi perut anak dengan cara mencolok tenggorokannya
dengan jari yang bersih atau memberi minuman air hangat. Jika perlu terus diberi
minum sampai muntah.
2. Anak yang menderita segera diberi obat penawar racun berupa norit.
3. Jika pingsan dan tak bernapas segera diberi pernapasan buatan.
4. Jika terjadi diare diberi cairan oralit
5. Jika semua tindakan telah dilakukan dan tidak ada perubahan, segera bawa ke dokter
atau rumah sakit terdekat.
Sementara itu, pencegahan yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Pilih ikan yang masih segar. Ikan yang segar ditandai dengan kekenyalan (masih
kenyal), mata tidak berselaput, dan lendirnya sedikit.
2. Jika anak menderita alergi atau tidak cocok makan makanan dari laut, sebaiknya
untuk smenetara tidak diberi makanan dari laut.
Keracunan Botulisme
Botulisme merupakan keracunan makanan akibat bakteri Chlostridium botulinum.
Bakteri ini dapat hidup tanpa oksigen (anaerob) dan berbentuk spora. Racun botulinum
adalah racun yang sangat kuat menyerang saraf dan pencernaan manusia. Gejala yang muncul
biasanya sukar menelan, mual, muntah, anggota badan terasa kaku, julingm dan diare berat.
Bakteri botulime terdapat pada makanan kaleng, seperti daging, ikan, sayur dan buah-
buahan; lalat dna tanaman busuk; makanan kuda dan hati babi; bangkai; dan ikan atau daging
mentah.
Penanggulanan keracunan botulinum adalah dengan memuntahkan benda atau
makanan yang tertelan, membilas lambung, memberikan antioksidan dan antibiotik.
Pengobata yang terbaik dilakukan di rumah sakit.
Beberapa cara pencegahan yang perlu dilakukan sebagai berikut :
1. Bahan makanan harus disimpan dalam suhu 3oC
2. Makanan kaleng harus dipanaskan minimal dengan suhu 90oC
3. Garam dalam makanan harus tidak kurang dari 10% berat makanan
4. Makanan harus kering jika akan diawetkan
5. Hindari makanan yang sudah basi
Keracunan Jamur
Jamur Myocotoxicis biasanya terdapat pada makanan yang telah lama atau telah basi,
dengan ciri berbau tidak enak berbau basi, tengik, dan berlumut. Racun jamur yang juga
disebut alfatoksin menghasilkan hepatoksin yang dapat menyebabkan kanker hati. Jamur ini
dapat tumbuh dimana-mana, terutama pada makanan kacang-kacangan, oncom, tempe
bongkrek, atau makanan kaleng (seperti kornet atau sarden).
Selain dapat merusak hari, alfatoksin merusak empedu dan menyebabkan rumor pada
organ tubuh tersebut. Jika dimakan, alfatoksin akan mengakibatkan dehidrasi berat akibat
diare dan keringat yang keluar.
Berikut beberapa hal yang haru dilakukan untuk mengatasi jamur tersebut.
1. Dalam setiap proses pengolahan makanan, hindari jamur tersbeut dnegan car atidka
memakai makanan kadaluwarsa atau sudah basi.
2. Hindari kerusakan bahan makanan dengan menyimpannnya di tempat yang aman,
seperti di dalam lemari es.
3. Hindari makanan yang telah rusak. Contohnya, cornet atau sarden yang kalengnya
telah menggembung dan berkarat disebabkan oleh gas yang tercipta dari pembusukan
makanan di dalamnya; makanan yang mengalami perubahan wara dan bau; makanan
yang bungkusnya tidak sedap; seperti wajik, dodol, atau roti yang telah berwarna
buluk (selaput putih kelabu) dan berbau tengik.
Keracunan Racun
Pencegahan penelanan racun
Anjuran keamanan untuk pencegahan penelanan racun termasuk :
1. Simpan bahan beracun dengan benar, termasuk produk rumah tangga dan setiap bahan
kimia, di tempat yang tidak terjangkau oleh anak, misalnya, garasi atau gudang, di
alam lemari terkunci atau rak tinggi. Kunculah lemari obat. Jika mungkin, belilah
bahan korosif, misalnya pembersih saluran air dalam kemasan sekali pakai.
2. Lakukan pemeriksaan dari posisi setinggi masa anak di setiap ruangan rumah atau
pusat pengasuhan anak, untuk melihat bahaya yang bisa ditemukan.
3. Hindari gangguan ketika menggunakan bahan beracun.
4. Jangan menyimpan produk rumah tangga bersama makanan.
5. Belilah produk yang tutup wadahnya aman untuk anak. Meskipun jauh lebih aman
daripada wadah biasa, tetapi mereka bukan sama sekali aman bagi anak. Anak
memerhatikan dan meniru perilaku orang dewasa, dan beberapa anak menguasai
keterampilan membuka tutup wadah. Selain itu, penutup ini juga tidak berfungsi jika
tidak dipasang dengan benar.
6. Berhati-hatilah dalam penyimpanan kosmetik dan produk perawatan rambut serta
tubuh yang kemasannya tidak aman bagi anak.
7. Simpan produk dalam kemasan dan label aslinya. Jika bahan beracun tertelan,
pengenalan bahannya akan sangat penting untuk menentukan perawatan yang benar.
Jangan menggunakan kemasan kosong, misalnya botol bekas minuman, untuk
menyimpan bahan makanan.
8. Untuk menghindari kecelakaan keracunan obat, ikuti petunjuk berikut :
 Simpan obat dalam lemari obat yang terkunci. Jangan pernah meninggalkan
obat di meja atau laci.
 Ingatlah bahwa obat bebas sama bahayanya dengan obat resep dokter.
 Hanya memberikan obat resep dokter kepada anak yang menerima resep
tersebut. Apa yang menolong seorang anak bisa membahayakan anak lain.
 Setiap kali memberi obat pada anak, periksa dosisnya pada label kemasan.
Gunakan cangkir atau sendokk takar khusus untuk mengukur dosis. Dalam hal
pemberian obat, lebih banyak bukan berarti lebih baik.
 Di pusat pengasuhan anak, hanya satu orang dewasa yang ditugaskan untuk
memberi obat kepada anak, ini untuk menghindari pemberian ganda sehingga
terjadi dosis yang berlebihan.
 Jangan pernah menyebut obat sebagai permen. Ini akan mengandung
kecelakaan keracunan.
 Buang obat lama ke dalam lubang WC dan siram samapi hilang, dna cucui
wadahnya sebelum dibuang.
9. Periksa keberadaan racun ketika membawa anak ke luar rumah, ke rumah lain, atau ke
gedung lain.
10. Simpan dompet di temppat yang tidak terjangkau anak.
11. Tanaman yang bisa mengandung bahan beracun. Aturan berikut ini berlaku untuk
tanaman :
 Kenali semua tanaman di dalam, di luar rumah, dan di tempat penitipan anak.
Pindahkan tanaman beracun ke tempat yang tidak terjangkau anak.
 Hindari hiasan dengan tanaman yang beracun, misalnya, poinsettia, holly,
mistletoe, boxwood, dan bittersweet. Meskipun bagus, mereka semua
berbahaa dan sangat beracun.
 Di luar rumah, ajari anak untuk tidak memasukkan segala tanaman, termasuk
bunga dan buah berri, ke dalam mulut. Jnagan dulu mengajarkan tanaman
yang bisa dimakan kepada anak kecil karena mereka belum bisa membedakan
tanaman yang aman untuk dimakan ketika anda orang tua tidak bersamanya.
12. Pastikan semua perlengkapan seni di pusat pengasukan anak berlabel aman untuk
anda. Beberapa bahan seni bisa beracun jika tertelan atau terhirup.
13. Pastikan rumah atau pusat pengasuhan anak tidak mengandung cat yang mengandung
timah hitam.
Keracunan Timbal
Keracunan timbal terjadi terutama pada anak berusia 12-36 bulan pada daerah
perkotaan. Rumah dengan banyak kerusakan dan cat yang rontok yang mengandung
konsentrasi timbal yang tinggi berkaitan dengan keracunan timbal. Suatu riwayat pika
biasanya akan didapat. Terdapat insidens musiman dari keracunan timbal; sebagian besar
kasus terjadi selama musin panas.
Gejala-gejala meliputi muntah, ataksia, perubahan kepribadian, anoreksia, konstipasi,
anemia, inkoordinasi, letargi, apati, konvulsi, dan stupor.
Keracunan Besi
Keracunan besi sering terjadi pada anak kecil. Tablet yang mengandung besi,
terutama sulfas ferosus sering dikira permen oleh anak-anak. Kadangkala keracunan dapat
timbul akibat preparat cair yang mengandung besi.
Gejala-gejala meliputi muntah, nyeri abdomen, pucat, diare dan dehidrasi. Jarang
keracunan yang bermakna terjadi tanpa disertai dengan gejala-gejala ini. Asidosis dan syok
dapat terjadi. Riwayat ingesti biasanya dapat dijumpai. Toksisitas dari keracunan besi
tergantng dari jumlah besi elemental yang diingesti.
Dalam penatalaksanaan keracunan besi, tindakan di bawah ini diindikasikan.
1. Sirup ipekak harus diberikan unuk menginduksikan muntah, meskipun muntah sudah
terjadi sebelum perawatan, ini untuk mengosongkan lambung lebih lanjut.
2. Lambung pertama kali harus dibilas dengan larutan natrium bikarbonat 1% dengan
memakai tabung gaster berlubang besar. Dilanjutkan dengan larutan 2-3% sejumlah
200-500cc dan disisakan 50-100 cc di dalam lambung. Hindari bilas dengan fosfat
karena dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Lakukan pengambilan darah pada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk
penentukan kadar besi serum dan kapasitas pengikaan besi. Pasien yang menelan
preparat bes dewasa perlu menentukan besi dwasa perlu penentuan kadar palig sedikit
4-6 jam sesudh ingerti. Untuk preparat pediatrik, penentuan kada 2 jam pasca ingesti
sudah adekuat.
4. Suatu film pemandu dari abdomen perlu dibuat, karena tablet yang mengandung besi
adalah opak dan seing dapat dilihat pada rontgen organ.
5. Desferoksamin challenge. Kadang-kadang pasien dengan kadar krang dari 350 mg/dl
memperlihatkan toksisitas yang bermakna. Oleh karena itu uji desferoksamin
challenge harus dilakukan pada semua pasien yang kemingkinan besar mengingesti
besi, meskipun tanpa adanya tanda-tanda klinis toksisitas. Untuk pasien dewasa,
berikan desforoksamin 2 gram kecuali pasien dalam keadaan syok. Jika terdapat syok,
berikan IV seperti pada dewasa. Tidak adanya urin yang berwarna merah dadu dalam
6 jam merupakan tes yang sangat dapat dipercaya untuk menunjukkan adanya ingerti
besi, yakni suatu hasil negatif. Segera saat urin berubah jadi merah dadu, mulai terapi
desferoksamin.
6. Desferoksamin harus diberikan secara IV atau IM untuk kadar di atas 500
mikrogram/dl dan untuk kadar diatas 350 mikrogram/dl jika terdapat tanda-tanda
klinis toksisitas. Dosisnya 20 mg/kg IM atau jika anak dalam keadaan syok, 40 mg/kg
IV selama periode 4 jam. Berikan tidka lebih dari 15 mg/kg dalam tiap jam.rute
permberian IM hanya baik jika tidak terdapat asidosis atau hipoperfusi.
Desferoksamin IV dapat menyebabkan hipotensi dan karenanya perlu pemantauan
ketat.
7. Semua urin harus dikumpulkan dan tiap perubahan warna sesudah pemberian obat
harus dicatat. Merah menunjukkan ekskresi besi dalam jumlah berlebihan dan
tambahan desferoksamin harus diberikan. Jika urin tidakberubah warna atau jika
berubah menjadi warna yang normal, terapi dapat dihentikan.
8. Terai simtomatis harus dilaksanakan sesuai indikasi. Kadang kala terapi untuk
renjatan diperlukan. Terapi kelasi dengan desferoksamin hanya efektif jika terdapat
keluaran urin yang baik. Jika terjadi oliguria atau anuria hebat, dialisis harus
dipertimbangakn untuk mengeluarkan besi ketat.
9. Pada kasus yang jawang dimana kadar besi lebih besar dari 1000mikrograam/dl,
risiko terjadinya kerusakan masif dari hepar mengharuskan pertimbangan transfusi
tukar dan pengangkatan secata endoskopis atau sirurgis dari agregat pil besi di dalam
lambung.
Keracunan Kerosin dan Hidrokarbon yang berkaitan
Kerosin dan senyawa lainnya yang mengandung hidrokarbon sering menjadi
penyebab keracunan pada anak kecil. Produk-produk yang sering menjadi penyebab adalah
politur-politur, terpentin, cairan pemantik, dan benzena. Riwayat ingeti biasanya dapat
diperoleh. Anak-anak ini dapat mengalami pneumonia, pneumontis dan edema paru.
Hidrokarbon dapat sebagai vehikulum dari zat-zat lainnya seperti organofosfat dan oleh
karenanya mungkin didapatkan gejala-gejala tambahan.
Gejala-gejala dan tanda-tanda ingeti hidrokarbon biasanya meliputi rasa tercekik dan
tersumbat, batuk, nausea, bau napas yang karakteristik, demam, lemah, dan depresi susunan
saraf. Rontgen organ dada dapat memperlihatkan infiltrat paru.
Pengobat :
1. Pada tipe keracunan ini, keputusan untuk merangsang emesis berdasarkan pada
viskositas, tegangan permukaan, dan volatilitas zat yang teringesti. Bila risio tokisitas
lebih besar daripada risiko aspiasi, emesis diindikasikan.
2. Mungkin perlu diberikan terapi oksigen, kelembapan tinggi, dan cairan IV.
3. Adrenokortikosteroid sudah digunakan pada kasus-kasus berat, tetapi keunungannya
masih dipertanyakan.
Keracunana Obat
1. Pertahankan jalan napas dan ventilasi
2. Absorpsi dan keluarkan obat
3. Perawatan umum pada pasien tak sadar-perawtan, fisioterapi, mempertahankan
keseimbangan cairan untuk fungsi ginjal, dan mengatasi syok
4. Pemeriksaan psikiatrik
5. Pusat terapi racun.
PRINSIP TATALAKSANA TERHADAP RACUN YANG TERTELAN
Carilah informasi tentang bahan penyebab keracunan, jumlah racun yang terpajan dan
waktu pajanan ke dalam tubuh secara lengkap. Periksalah tanda terbakar di dalam atau sekitar
mulut, atau apakah ada stridor (kerusakan laring) yang menunjukkan racun bersifat korosif.
Periksa Tanda Kegawatdaruratan dalam 2 tahap:
 Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah, segera berikan
tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.
Prinsip Penanganan Kegawatdarurat
konsep ABCD:
o Airway. Cek Jalan Napas, buka jalan nafas jika terjadi sumbatan
o Breathing. Cek pernapasan ada kesulitan bernapas atau tidak (retraksi dinding
dada, merintih, sianosis)
o Circulation. Cek Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat
dan lemah). Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)?
Apakah kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
o Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata
cekung, turgor menurun).
 Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar, kejang, atau
diare dengan dehidrasi berat.
1. Prinsip Penatalaksanaan Terhadap Racun Yang Tertelan
Dekontaminasi lambung (menghilangkan racun dari lambung) efektif bila dilakukan
sebelum masa pengosongan lambung terlewati (1-2 jam, termasuk penuh atau tidaknya
lambung).
 Periksa anak apakah ada tanda kegawatan dan periksa gula darah
 Identifikasi bahan racun dan keluarkan bahan tersebut sesegera mungkin. Ini akan
sangat efektif jika dilakukan sesegera mungkin setelah terjadinya keracunan, idealnya
dalam waktu 1 jam pertama pajanan.
 Jika anak tertelan minyak tanah, premium atau bahan lain yang mengandung
premium/minyak tanah/solar (pestisida pertanian berbahan pelarut minyak tanah)
atau jika mulut dan tenggorokan mengalami luka bakar (misalnya karena bahan
pemutih, pembersih toilet atau asam kuat dari aki), jangan rangsang muntah tetapi
beri minum air.
 Jangan gunakan garam sebagai emetik karena bisa berakibat fatal.
 Jika anak tertelan racun lainnya. Berikan arang aktif (activated charcoal) jika
tersedia, jangan rangsang muntah. Arang aktif diberikan peroral dengan atau tanpa
pipa nasogastrik. Jika menggunakan pipa nasogastrik, pastikan dengan seksama pipa
nasogastrik berada di lambung.
 Jika arang aktif tidak tersedia, rangsang muntah (hanya pada anak sadar) yaitu
dengan merangsang dinding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula
atau gagang sendok.

2. Prinsip Penatalaksanaan Keracunan Melalui Kontak Kulit Atau Mata


a) Kontaminasi kulit
 Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi dan cuci menyeluruh seluruh daerah
yang terkontaminasi dengan air hangat yang banyak.
 Gunakan sabun dan air untuk bahan berminyak.
 Petugas kesehatan yang menolong harus melindungi dirinya terhadap
kontaminasi sekunder dengan menggunakan sarung tangan dan celemek.
 Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus diamankan dalam kantung
plastik transparan yang dapat disegel, untuk dibersihkan lebih lanjut atau
dibuang.
b) Kontaminasi Mata
 Bilas mata selama 10-15 menit dengan air bersih yang mengalir atau garam
normal, jaga curahannya tidak masuk ke mata lainnya.
 Penggunaan obat tetes mata anestetik akan membantu irigasi mata.
 Balikkan kelopak mata dan pastikan semua permukaannya terbilas.
 Pada kasus asam atau alkali irigasi mata hingga pH mata kembali dan tetap
normal (periksa kembali pH mata 15-20 menit setelah irigasi dihentikan). Jika
memungkinkan, mata harus diperiksa secara seksama dengan pengecatan
fluorescein untuk mencari tanda kerusakan kornea. Jika ada kerusakan
konjungtiva atau kornea, anak harus diperiksa segera oleh dokter mata.

3. Prinsip Penatalaksanaan Terhadap Racun Yang Terhirup


 Keluarkan anak dari sumber pajanan.
 Berikan oksigen, jika diperlukan
Terhirupnya gas iritan dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan napas
bagian atas, bronkospasme dan delayed pneumonitis. Intubasi endotrakeal,
bronkodilator dan bantuan ventilator mungkin diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Arisanti, R. R., Indriani, C., & Wilopo, S. A. 2018. Kontribusi agen dan faktor penyebab
kejadian luar biasa keracunan pangan di Indonesia: kajian sistematis. Berita
Kedokteran Masyarakat, 34(3), 99-106.
Arisman. 2014. Keracunan Makanan, Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC. Jakarta.
BPOM RI. 2015. Laporan Tahunan 2015 Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta:
Badan POM RI.
Fitriana, N. F. 2019. Optimalisasi kemampuan penanganan kegawatdaruratan keracunan
bahan kimia rumah tangga menggunakan sarana telenursing di desa karang rau
sokaraja. In prosiding seminar nasional lppm ump (pp. 126-131).
Handayani dan Werdiningsih. 2014. Kondisi Sanitasi dan Keracunan Makanan Tadisional,
Agroteksos. Volume: 20.
Michael Elistam, M. E. 2019. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis (97).
Purawijaya, Tatang. 2012 . Keracunan Makanan di Indonesia. Materi Pelatihan Singkat
Keamanan Pangan, Standar dan Peraturan Pangan. PAU Pangan dan Gizi.
Purwoko, S.,Satyanegara, S., 2006. Pertolongan Pertamadan RJP pada Anak/National Safety
Council. Jakarta: Arcan.
Scaeffer, S., Badillo, R.B., Hovseth, K. 2018. Kegawatandaruratan Toksikologi. Elsevier.
Widjaja, M. C. 2002. Mengatasi diare dan keracunan pada balita. Jakarta: Kawan
Pustaka, 38.

Anda mungkin juga menyukai