Anda di halaman 1dari 15

Resistensi Obat Antibiotik

Kelompok 2
Alya Rahma
Emelia Fujiani
Hidayatullah
Lisa Khadijah
Melianti
Novi Tri Ariyani Diana Amalia
Nur Maulida
Sophia Al Hady
Tasya Amalia Sahida
PENGERTIAN ANTIBIOTIK

 Antibiotika (L. Anti = lawan, bios = hidup) adalah zat anti


bakteri yang diproduksi oleh berbagai spesies
mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota), yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman dan membasmi mikroba, penyebab
infeksi pada manusia
 Obat Antibiotik haruslah bersifat sangat toksik untuk
mikroba dan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Golongan Antibiotik
Penisilin,diklasifikasikan sebagai obat β-laktam karena cincin
laktam mereka yang unik. Antibiotika β-laktam dapat
menyebabkan perpecahan sel (sitolisis) ketika bakteri
mencoba untuk membelah diri.
Sefalosporin, Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme
kerja Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding
sel mikroba. sefalosporin lebih stabil terhadap banyak beta-
laktamase bakteri sehingga memiliki spektrum yang lebih
lebar
Kloramfenikol, Mekanisme kerjanya dengan menghambat
sintesis protein pada bakteri dan dalam jumlah
terbatas, pada sel eukariot.
Tetrasiklin, merupakan obat pilihan utama untuk
mengobati infeksi dari M.pneumonia, klamidia, riketsia,
dan beberapa infeksi dari spirokaeta.
Makrolida, mampu menghambat sintesis protein kuman
dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom
subunit 50S, dan bersifat bakteriostatik tergantung dari
jenis kuman dan kadar obat Makrolida.
Aminoglikosida, pada umumnya digunakan untuk
mengobati infeksi akibat bakteri gram negatif enterik,
terutama pada bakteremia dan sepsis, kombinasi dengan
vankomisin atau penisilin untuk mengobati endokarditis,
dan pengobatan tuberkulosis.
 Sulfonamida dan trimetoprim, merupakan obat yang
mekanisme kerjanya menghambat sintesis asam folat
bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya
basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari
trimetoprim dan sulfametoxazole merupakan pengobatan
yang sangat efektif terhadap pneumonia
 Fluorokuinolon, bersifat aktif terhadap bakteri gram
negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi
saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas dan
mengobati diare, Mekanisme kerjanya yaitu menghambat
replikasi DNA bakteri dengan cara mengganggu kerja
topoisomerase II selama pertumbuhan dan reproduksi
bakteri.
EFEK SAMPING ANTIBIOTIK

Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan


bahwa lebih dari 70% pasien diresepkan antibiotik. Dan hampir
90% pasien mendapatkan suntikan antibiotik yang sebenarnya
tidak diperlukan
Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak tepat
dosis, dapat menggagalkan terapi pengobatan yang sedang
dilakukan. Selain itu dapat menimbulkan bahaya seperti :
 Resistensi, ialah tidak terganggunya sel mikroba oleh
antibiotik yan merupakan suatu mekanisme alami untuk
bertahan hidup. Ini dapat terjadi apabila antibiotik
diberikan atau digunakan dengan dosis yang terlalu
rendah atau masa terapi yang tidak tepat.
 Suprainfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul ketika
pengobatan terhadap infeksi primer sedang
berlangsung dimana jenis dan infeksi yang timbul
berbeda dengan infeksi primer
Sensitivitas Antibiotik
• Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri
merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
• Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji
sensitifitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan
cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di
sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah
yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti
bakteri
Resistensi Antibiotik
 Resistensi antimikrobial merupakan resistensi mikroorganisme
terhadap obat antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme yang
resisten (termasuk bakteri, virus, dan parasit) mampu menahan
serangan obat antimikroba, seperti antibiotik, antivirus, dan lainnya,
sehingga standar pengobatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap
persisten dan mungkin menyebar
 Resistensi antibiotik merupakan konsekuensi dari penggunaan
antibiotik yang salah, dan perkembangan dari suatu mikroorganisme
itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau gen resistensi yang
didapat.
 Menurut WHO (2012), ketidaktepatan serta ketidakrasionalan
penggunaan antibiotik merupakan penyebab paling utama
menyebarnya mikroorganisme resisten. Contohnya, pada pasien yang
tidak mengkonsumsi antibiotik yang telah diresepkan oleh dokternya,
atau ketika kualitas antibiotik yang diberikan buruk
Adapun faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan adanya resistensi antibiotik adalah:
O Kelemahan atau ketiadaan sistem monitoring
dan surveilans
O Ketidak mampuan sistem untuk mengontrol
kualitas suplai obat
O Ketidak tepatan serta ketidakrasionalan
penggunaan obat
O Buruknya pengontrolan pencegahan infeksi
penyakti
O Kesalahan diagnosis dan pengobatan yang
diberikan
Mekanisme Resistensi Antibiotik
Agar efektif, antibiotik harus mencapai target dalam
bentuk aktif, mengikat target, dan melakukan fungsinya
sesuai dengan mekanisme kerja antibiotik tersebut.
Resistensi bakteri terhadap agen antimikroba
disebabkan oleh tiga mekanisme umum, yaitu
1. Kegagalan obat untuk mencapai target, Membran luar
bakteri gram negatif adalah penghalang yang dapat
menghalangi molekul polar besar untuk masuk ke
dalam sel bakteri. Molekul polar kecil, termasuk
seperti kebanyakan antimikroba, masuk ke dalam sel
melalui saluran protein yang disebut porin. Ketiadaan,
mutasi, atau kehilangan Porin dapat memperlambat
masuknya obat ke dalam sel atau sama sekali
mencegah obat untuk masuk ke dalam sel, yang secara
efektif mengurangi konsentrasi obat di situs aktif obat.
2. Inaktivasi obat
Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik
beta laktam biasanya hasil dari produksi enzim yang
memodifikasi atau merusak antibiotik. Variasi dari
mekanisme ini adalah kegagalan bakteri untuk mengaktifkan
prodrug yang secara umum merupakan hal yang mendasari
resistensi M.tuberculosis terhadap isoniazid.
3. Perubahan target kerja antibiotik
Hal ini mencakup mutasi dari target alami (misalnya,
resistensi fluorokuinolon), modifikasi dari target kerja
(misalnya, perlindungan ribosom dari makrolida dan
tetrasiklin), atau akuisisi bentuk resisten dari target yang
rentan (misalnya, resistensi stafilokokus terhadap metisilin
yang disebabkan oleh produksi varian Peniccilin Binding
Protein yang berafinitas lemah).
Konsekuensi Akibat Resistensi Antibiotik

 Konsekuensi yang ditimbulkan akibat adanya resistensi antibiotik


yang paling utama adalah peningkatan jumlah bakteri yang
mengalami resistensi terhadap pengobatan lini pertama.
Konsekuensi ini akan semakin memberat dan akibatnya penyakit
pasien akan lebih memanjang, sehingga risiko komplikasi dan
kematian juga akan meningkat. Ketidakmampuan antibiotik
dalam mengobati infeksi ini akan terjadi dalam periode waktu
yang cukup panjang dimana, selama itu pula, orang yang sedang
mengalami infeksi tersebut dapat menularkan infeksinya ke
orang lain, dengan bagitu, bakteri akan semakin menyebar luas.
PENGUJIAN SENSITIVITAS DAN RESISTENSI
ANTIBIOTIK

Sampai saat ini, penentuan resistensi bakteri terhadap


antibiotik hampir semuanya menggunakan cara difusi
cakram, pengenceran dalam agar kaldu, dan epsilometer.
Untuk dapat melakukan pengujian di atas, terlebih dahulu
bakteri harus diisolasi, dimumikan, dan selanjutnya
dipaparkan pada antibiotik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai