Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan
yang sumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktoral Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengajak masyarakat
untuk dapat menuju masa muda sehat dan hari tua nikmat tanpa Penyakit Tidak
Menular (PTM) dengan perilaku CERDIK. CERDIK merupakan jargon
kesehatan yang setiap hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang,
Istirahat yang cukup, dan Kelola stress. Penerapan CERDIK dapat mengurangi
faktor resiko dan deteksi dini PTM.
Penyakit tidak menular sangat berkaitan dengan gaya hidup yang tidak
sehat dan dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, seperti:
kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi minuman berakohol, dan diet
tidak sehat. Diet tidak sehat seperti asupan kalori berlebih dan kontaminasi bahan
berbahaya. Faktor risiko penyakit tidak menular tersebut saling terkait satu sama
lain. Jika asupan makanan dengan kalori berlebih berisiko menyebabkan
kegemukan. Hal itu berujung pada gangguan kesehatan, seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Untuk mengendalikannya dilakukan
deteksi dini dan diintervensi secara dini agar tidak berlanjut menjadi fase akhir.

1
B. Rumusan Masalah
A. Penyakit Tidak Menular
B. Promosi Kesehatan
C. Faktor Resiko
D. Kebijakan Nasional
E. Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO
F. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piaggam Ottawa

C. Tujuan
A. Penyakit Tidak Menular
B. Promosi Kesehatan
C. Faktor Resiko
D. Kebijakan Nasional
E. Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO
F. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piaggam Ottawa

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada
seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi
faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar
masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung
Koroner, Kanker, Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan
cidera.
Namun mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM
terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada
umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit
orang tua atau penyakit orang kaya. Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan
maupun Pengendalian Penyakit Tidak Menular cukup besar terutama dalam upaya
memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
yang terkait dengan Faktor Risiko Bersama penyebab Penyakit Tidak Menular.
Dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga, tiga diantaranya merupakan
pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur dan
buah serta tidak merokok. Dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2014
diharapkan rumah tangga di Indonesia melaksanakan PHBS di Rumah Tangga
sebesar 70%.

B. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

3
C. Faktor Risiko PTM
Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya
dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor
risiko yang dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan
tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia, Hipertensi,
Hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera,
misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.

D. Kebijakan Nasional Penanggulangan PTM


Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
didasari oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan
Pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang
mempunyai faktor resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes
militus, penyumbatan saluran napas kronis.
a. Tujuan
Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
PTM untuk nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan
meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.
Bagaimana caranya ?
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan
memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen
kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat
maupun Propinsi dan Kabupaten.
Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu
rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah
terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT)

4
PTM.
Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional
maupun
local spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena
hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan aktivitas
fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para
penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan menjadi sia-
sia saja.
b. Sasaran
Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota).
Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di Pusat dan daerah (Provinsi
dan Kabupaten/Kota).
Organisasi profesi yang ada.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sektor Swasta serta Masyarakat.
c. Landasan Hukum
Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hukum
yang sudah ada secara Nasional yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
6. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Tata
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

5
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 Tahun
2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas.
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun
2001 tentang Kader Pemberdayaaan Masyarakat.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 004/MENKES/SK/XI/2003
tentang Sistem Tugas dan Organisasi Departemen Kesehatan.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005
Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
d. Kebijakan
Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan,
melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi
profesi, LSM, media Massa, dunia usaha/swasta. Upaya promosi dan pencegahan
PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan
masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang
berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan
memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population).
Penanggulangan PTM PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor
resiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan
seimbang dan tidak merokok.
Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya
yang mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang
mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan
kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
organisasi profesi termasuk dunia usaha dan swasta.

6
Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan
PTM.
Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional
melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan
teknologi tepat guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya
untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang
penanggulangan PTM.

E. Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO


Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara
global ini terdiri dari 3 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang di inginkan.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di
berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada
bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara
formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau
usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang
terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para
pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara
informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin
dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian dapat disimpulkan
bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun

7
legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah
kesehatan (sasaran tertier)

2. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah
agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melaui
toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program
kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi
terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga
dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara
lain : pelatihan pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada
toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan
sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat.
(sasaran sekunder)

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
pada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan denagn berbagai kegiatan,
antara lain : penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat dalam bentuk misalnya : koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya :

8
terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes,
dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyrakat sering
disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat.

F. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada
tahun 1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup
5 butir, yaitu:
a. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan
kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan
kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada
peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak
lingkingan unruk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan
sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh
pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
(kesehatan masyarakat).

b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)


Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,
termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana
atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat,
atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara
lain : tersedianya tempat samapah, tersedianya tempat buang air

9
besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan
non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola
tempat-tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara,
pelabuhan, mall dan sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana
untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.

c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)


Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa
dalam pelayanan kesehatan itu ada provider dan consumer.
Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan
swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan
kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah, harus diorientasi lagi,
bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas
tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayana kesehatan ini, adalah para
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta
harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga
dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi
juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam
meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat
penting.

d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)


Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari
individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-
keluarga dan kelompok-kelompok tersebut terwujud. Oleh sebab itu,
strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnel
skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat
penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-

10
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke
fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya.
Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual
daripada massa.

e. Gerakan masyarakat (Community Action)


Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi
promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ad
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu, promosi
kesehatan harus mendorong dang memacu kegiatan-kegiatan di
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif
untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka.

Strategi Lain
Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan
kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar
institusi penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya
penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif di masing-masing institusi
pelayanan.
Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi kesehatan
baik di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan
penanggulangan PTM.

11
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan
mandiri masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah
PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan
lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna
dalam penanggulangan PTM.
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi
penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk
monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :
Indikator Umum
Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
Indikator Khusus
Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan
konsumsi rendah serat).
Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan
alcohol dan BBLR.
Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung
penanggulangan PTM.
Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi
masyarakat.
Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan
pencegahan PTM.
Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.

12
Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian
PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam
kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya untuk
mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan.
Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan
oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi
kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari
pusat, provinsi sampai kabupaten/kota. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara
menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi, bina suasana, pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka upaya Pengendalian PTM
akan memberikan hasil yang optimal.

13
BAB III
KESIMPULAN
A. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada
seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu
mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya.
B. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
C. Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya
dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu.
Faktor risiko yang dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang
tidak sehat dan tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas,
Hyperglikemia, Hipertensi, Hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan
dengan kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak
benar.
D. Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
didasari oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi
oleh faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
Kebijakan Pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada
penyakit-penyakit yang mempunyai faktor resiko yang sama yaitu :
jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus, penyumbatan saluran napas
kronis.

14
E. Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara
global ini terdiri dari 3 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
2. Dukungan Sosial (Social support)
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
F. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piaggam Ottawa
1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
5. Gerakan masyarakat (Community Action)

SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai
tenaga kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat , dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan
atau pendidikan kesehatan kita sebagai perawat dapat mencegah berbagai
penyakit.

15
DAFTAR PUSTAKA

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Tata Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Kemenkes RI. 2010. Rencana Operasional Promosi Kesehatan Dalam
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Pusat Promosi Kesehatan
Kemenkes RI.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 Tahun 2000
tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas.
Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun 2001
tentang Kader Pemberdayaaan Masyarakat.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 004/MENKES/SK/XI/2003 tentang
Sistem Tugas dan Organisasi Departemen Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

16

Anda mungkin juga menyukai