TITLE
BAB I
PENDAHULUAN
-1-
PAGE 1
-2-
PAGE 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DefinisiDEFINISI
Berikut ini adalah berbagai macam definisi untuk menegakkan diagnosis
sindroma metabolikc berdasarkan WHO dan, ATP III Clinical Identification of
The Metabolic Syndrome.3
WHO CLINICAL CRITERIA FOR THE METABOLIC SYNDROME
Untuk menegakkan diagnosai metabolic syndrome pada pasien, maka harus
ditemukan adanya glukosa intoleran , impaired glucose intolerance (IGT)
atau diabetes dengan resistensi insulin beserta komponen berikut ini:
Gangguan regulasi glukosa atau diabetes
Resistensi insulin (dalam kondisi hyperinsulinaemic euglycaemic,
dimana uptake glukosa dibawah quartil pada populasi penelitian)
Peningkatan plasma trigliserida (1,7 mmol/L; 150mg/dL) dan atau
kadar HDL yang rendah (<0,9 mmol/L, 35 mg/dL pada laki-laki ; 39
mg/dL pada wanita)
Obesitas sentral (rasio pinggang dengan pinggul >0.90 pada laki-laki,
dan >0.85 pada wanita) dan atau BMI > 30 kg/m2
Mikcroalbuminuria (eksresi albumin urin 20 g/min atau rasio
albumin:kreatinin rasio adalah 30 mg/g)
ATP IIIIII CLINICAL IDENTIFICATION OOF THE METABOLIC SYNDROME
Apabila terdapat tiga atau lebih dari kriteria faktor resiko di bawah ini, maka
dapat dinyatakan sebagai metabolic syndrome.
Faktor Resiko
Obesitas sentral
Pria
Wanita
Trigliserida
HDL cholesterol
Pria
Batasan
Lingkar pinggang
>102 cm (>40 in.)
>88 cm (>35 in.)
150 mg/dL (1.7 mmol/L)
< 40 mg/dL (1,03 mmol/L)
-3-
PAGE 3
Wanita
Tekanan darah
Glukosa puasa
II.2. EPIDEMIOLOGI
Sindroma metabolik merupakan masalah kesehatan yang sedang
berkembang saat ini di Amerika Serikat. Sekitar 25% populasi orang dewasa
di Amerika Serikat menderita sindroma metabolik (berdasarkan penelitian dari
Tthe American Heart Association4). Hal ini menunjukkan sekitar 58-73 juta
orang Amerika menderita sindroma ini.
Penderita sindroma metabolik memiliki resiko terkena atherosclerotic
cardiovascular disease sebanyak 1,5 - 3 kali; memiliki resiko terkena
diabetes melitus sebanyak 3 - 5 kali dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita sindroma metabolik. Hal ini sudah terjadi pada 26 persen %
penduduk dari sekitar 50 juta penduduk di Amerika. 5
Penelitian yang dilakukan oleh Louisiana State University selama 15 tahun,
dan dipublikasikan pada Jjournal of Tthe Americal Medical Association pada
Desember 2003, menyimpulkan bahwa penderita sindroma metabolik
memiliki resiko 2,.9 sampai 4,.2 kali meninggal akibat serangan jantung.5
Studi yang dilakukan oleh Philadelphias Thomas Jefferson University
menyimpulkan bahwa penderita sindroma metabolik memiliki resiko sampai
78% menderita stroke.
Obesitas sentaral dan resistensi insulin diyakin merupakan faktor predisposisi
yang dominan bagi terjadinya sindroma metabolik. Selain itu, aktivitas fisik,
usia, ketidakseimbangan hormon, dan predisposisi genetik diyakini juga
berperanan bagi terjadinya sindroma metabolik.5
-4-
PAGE 4
II.3. ETIOLOGI
Penyebab dari sindrom metabolik sampai saat ini belum diketahui, dan
patofisiologinya sendiri sangatlah komplek. Sebagian besar penderitanya
adalah orangtua, obese, menetap, dan memiliki resistensi insulin. Berikut ini
adalah beberapa faktor yang memungkinkan seseorang menderita sindrom
metabolik6 :.
Usia
Pada umumnya prevalensi p[enderita sindrom metabolik meningkat
berdasarkan usia, mengenai kurang dari 10% orang pada usia 20an,
dan 40% diderita pada usia 60an. Meskipun begitu, sebuah studi
mengungkapkan satu dari delapan anak-anak usia sekolah juga
memiliki 3 atau lebih komponen sindrom metabolik.
Ras
Ras Hispanik dan Asia merupakan populasi yang paling banyak
dijumpai sebagai penderita sindrom metabolik bila dibandingkan
dengan ras lain.
Obesitas
Tingginya nilai BMI IMT (presentasi yang didapat dari perbandingan
tinggi dan berat badan) dapat menaikkan nilai faktor resiko pengidap
sindrom metabolik hingga 25%. Begitu pula, pada penderita obesitas,
dengan bentuk tubuh seperti apel, dibandingkan bentuk tubuh seperti
pear.
Riwayat Diabetes
Seseorang akan lebih memiliki resiko yang tinggi untuk mengidap
sindrom metabolik jika memiliki riwayat keturunan diabetes melitus tipe
2 atau riwayat gestational diabetes gestasional.
Penyakit lainnya
-5-
PAGE 5
II.4. PATOFISIOLOGI
Patomekanisme Resistensi Insulin
Pada sindroma metabolik atau sindrom X, terjadi resistensi insulin dan
hiperinsulinnemia yang terkompensasi dan hal inilah yang membedakannya
dengan diabetes melitus tipe 2.7
Resistensi insulin dipengaruhi
oleh gaya hidup dan faktor
gen.
Faktor
gen
menyumbangkan peranannya
sekitar 50% bagi terjadinya
resistensi insulin. Gaya hidup
seseorang akan menentukan
bagaimana aktivitas orang
sehari-hari, serta dapat pula
memberikan variasi berat badan pada tiap individu. Variasi berat badan dan
akitivitas seseorang merupakan modulator bagi aktivitas insulin, namun tidak
menyebabkan secara langsung terjadinya resistensi insulin. 7
Pada penderita sindroma metabolik, terjadi penumpukan lemak viseral fat
yang berlebihan. Pada awalnya jaringan adiposa dan sumsum tulang berasal
dari stem cell yang sama, maka jaringan adiposa juga mensintesis dan
mensekresi TNF.8 TNF merupakan suatu cell derived mediator, suatu
-6-
PAGE 6
PAGE 7
keadaan puasa yang lama dan berlanjut, tubuh menggunakan fatty acid
sebagai energi bagi metabolisme jaringan otot,ginjal dan jantung, sebagai
pengganti energi glukosa yang kurang.13
Pada
keadaan
dengan
resistensi
insulin,
TNF
yang
meningkat
Pada dasarnya, sindrom metabolik tidak memiliki gejala dan tanda yang
spesifik, kecuali besar lingkar pinggang yang secara kasat mata dapat
terlihatr serta dapat dipastikan dengan pengukuran dengan pita pengukur
(dalamn cm).16
II.6 DIAGNOSIS
-8-
PAGE 8
KategoriKategori
Kekurangan BB tingkat berat
Kekurangan BB tingkat ringan
Normal
Kelebihan BB tingkat ringan (berat badan lebih)
Gemuk
BMIMT
<17,0
17,0 -
18,4
18,5 -
25,0
25,1 -
27.0
>27,0
Sumber: Iswara Shanty, Penatalaksanaan Nutrisi pada Obesitas, Simposium Sehari. Agustus 2002
II.7. PENATALAKSANAAN
-9-
PAGE 9
sindrom
- 10 -
PAGE 10
Terapi Nutrisi
Terapi Natural
Berdasarkan The National Academy of Sciences Institute of Medicine
2002, makanan dianjurkan seimbang yang dianjurkan bagi penderita
sindrom metabolik adalah dengan komposisi energi dari karbohidrat,
protein dan lemak, sebagai berikut 19 :
karbohidrat 45%karbohidrat 45%
protein 15%
l
lemak: 5-10% SFA, 30-35% Mono/Pufa
Pengaturan makan merupakan hal yang sangat penting dalam
penatalaksanaan obesitas dan berat badan berlebih dan . uUntuk dapat
mengikuti program diit yang baik, dibutuhkan motivasi dan disiplin yang tinggi
dari pasien : (Soegih, 2002; Titus, 2000; Hendromartono, 2001) 17. Pendekatan
program diit tersebut adalah sebagai berikut:
1.
diit bertitik tolak dari pendekatan rasional dan aman. Diit yang
dianjurkan adalah diit rendah kalori, adekuat, rendah lemak, seimbang
dan ditekankan pada pemilihan menu dari makanan konvensional agar
diit mudah dilaksanakan dan dilakukan dalam waktu lama. 12 Diit rendah
kalori memiliki beberapa syarat, yaitu: pengurangan sebanyak 5001000 kalori/hari. Ini akan menyebabkan penurunan berat badan -1 kg
per minggu. Pengurangan kalori dilakukan dengan pengurangan
karbohidrat dan lemak, dan tinggi serat untuk memberi rasa kenyang. 20
2.
3.
4.
5.
asupan protein: 0.8-12 g/kg BB (15% total kalori) atau sesuai yang
dianjurkan (RDA) sesuai umur atau sedikit lebih tinggi dari kebutuhan 17
karbohidrat: tinggi karbohidrat kompleks, tinggi serat (>30 g/hari) 17.
Karbohidrat kompleks seperti gandum, nasi, sayur-sayuran dan buah
lebih baik dibandingkan dengan karbohidrat sederhanasimpel seperti:
permen, gula pasir, dan lainnyall. Karbohidrat kompleks lebih baik
dikarenakan lebih kaya serat daripada kalori yang terkandung.21
cukup minum, minimal 2 liter / hari, untuk mengeksresikan sisa
metabolisme dan membuat lambung cepat penuh 17
cara pemberian17:
a. mengurangi jumlah masukan makanan dengan membuat jadwal
perolehan makanan. Jadwal harus ditepati benar. Bagi yang
tergolong tipe jarang makan, gunakan jadwal dengan frekuensi
- 11 -
PAGE 11
- 12 -
PAGE 12
PAGE 13
Aktivitas Jasmani
Pada penderita sindrom metabolik, tampak kenaikan C protein reaktif (suatu
protein yang disekresikan oleh hati dan beredar dalam sirkulasi) sebagai
reaksi terjadinya inflamasi kronik. Hal ini sebagai akibat, ketika seseorang
berolahraga, terjadinya peningkatan sistim saraf simpatis dalam tubuh,
berbanding terbalik pada saat penghentian aktivitas olahraga, maka sistim
saraf parasimpatis akan sesegera mungkin meningkat untuk mengembalikan
tubuh ke kondisi dasar. Reflek pergantian sistem saraf simpatis dengan
parasimpatis yang cepat pada orang yang rutin berolahraga akan
menurunkan tingkat inflamasi dalam tubuhnya, sebagai pertanda terjadi
penurunan kadar C protein reaktif.24
Adiponektin berperanan penting pula resistensi insulin, melalui dua membran
sel reseptor, yaitu AdipoR1 dan AdipoR2. Ppada orang dengan resistensi
insulin baseline circulating aadipnectin level menurun. Sementara AdipoR1
dan AdipoR2 expression dalam otot skeletal meningkat. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Harvard Medical School, didapatkan pada aktivitas fisik seperti
berenang dan berjalan kaki selama 4 minggu yang dilakukan di bawah
supervisi, terdapat peningkatan konsentrasi plasma adiponecctin serta
AdipoR1 dan R2 mRNA ekspresixpression. Peningkatan konsentrasi
adiponectin tersebut berkaitan dengan peningkatan secara keseluruhan untuk
glukosa tubuh dan secara negatif berhubungan dengan penurunan FFA level.
Olahraga secara intensif juga meningkatkan ekspresi AdipoR1 dan R2, yaitu
melalui reaksi phosphorylation dari AMPK dan ACC pada otot.25
Permasalahan terjadinya obesitas adalah terjadinya ketidakseimbangan
energi, yaitu pemasukan kalori ke dalam tubuh yang lebih besar dibandingkan
dengan energi yang digunakan untuk beraktivitas. 3 Oleh karena itu untuk
menanggulangi permasalahan ini, salah satu caranya adalah dengan cara
peningkatan aktivitas fisik, yang selain berguna untuk menurunkan tingkat
inflamasi dalam tubuh, secara tidak langsung juga bermanfaat untuk
menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin,
meningkatkan sensitivitas insulin), meningkatkan kadar HDL atau kolesterol
baik dalam tubuh, meningkatkan cardiac output, meningkatkan aliran darah
- 14 -
PAGE 14
- 15 -
PAGE 15
II.8. PENCEGAHAN
Pencegahan adalah upaya yang dianjurkan pada orang-orang dengan resiko
tinggi untuk menderita sindrom metabolik, seperti obesitas abdominal,
kurangnya aktivitas fisik, toleransi glukosa terganggu. Oleh karena itu prinsip
utama dari pencegahan terjadinya sindrom metabolik adalah peningkatan
penggunaan energi oleh tubuh dengan peningkatan aktivitas jasmani, dan
pembatasan energy intake penatalaksaan terapi nutrisi, yang telah dijelaskan
sebelumnya.
II.9. PROGNOSIS
Pada penderita dengan sindrom metabolik, terdapat keadaan resistensi
insulin dan hiperinsulinemia terkompensasi, hipertrigliiserida, serta adanya
obesitas sentral. Sindrom metabolik merupakan keadaan awal, dimana
penderita belum mengalami komplikasi lebih lanjut seperti diabetes melitus,
dan kelainan kardiovaskular. Komplikasi lanjut seperti di atas, didapatkan
penderita yang telah mengidap sindrom ini dalam jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu, diagnosa serta penatalaksanaan sejak awal penderita
dengan sindrom metabolik akan memungkinkan terjadinya pencegahan
terhadap komplikasi yang lebih lanjut, pencegahan penurunan kebugaran dan
fungsi faal tubuh, serta mengarahakan penderita untuk dapat hidup lebih
sehat melalui tatalaksana nutrisi dan peningkatan aktivitas jasmani.
- 16 -
PAGE 16
BAB III
RINGKASAN
PAGE 17
- 18 -
PAGE 18
PAGE 19
- 20 -
PAGE 20